Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Tri Mujoko, MP.

Disusun oleh :
1. Inas Arifatun Nisa 18024010049
2. Alifiah Putty Agustia 18024010050
3. Frida Fabriane 18024010051
4. Defitasari 18024010054
5. Shofiyatul Jannah 18024010057
6. Renanda Pramitha 18024010060
7. Yudha Eka W 18024010086
8. Ellip Fauzan Adhim 18024010093

AGRIBISNIS B
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “Veteran” JAWA TIMUR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan daripihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat
mengharapkankritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya, 27 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 3

A. PENYEBAB KERUSAKAN TANAMAN ........................................... 3

B. KERUGIAN DAN KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA DAN


PENYAKIT PADA TANAMAN ............................................................................... 8

C. PENGENDALIAN HAMA, PENYAKIT DAN GULMA ............... 12

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perlindungan tanaman adalah suatu kegiatan untuk


menanggulangi kerusakan tanaman, baik itu tanaman yang masih berada
di perkebunan, ladang, sawah dan lahan pertanian lainnya, maupun
untuk melindungi hasil pertanian yang sudah dipungut, bahkan setelah
disimpan. Perlindungan tanaman bertujuan untuk mendapatkan
rendemen ekonomi yang optimal dengan kerusakan lingkungan yang
minimal. Tanpa kegiatan perlindungan tanaman yang teratur, produksi
pangan dunia akan terganggu. Negara maju yang telah melaksanakan
perlindungan tanaman secara intensif masih kehilangan hasil panen
sebesar 10 persen. Sedang negara berkembang masih kehilangan hasil
panen sampai 60 persen sebagai akibat kurang dilaksanakannya
perlindungan tanaman. Dalam kejadian insidental lokal atau regional
negara berkembang dapat kehilangan hasil panen sampai dengan 100
persen, misalnya kerusakan karena hama belalang di negara Timur
Tengah dan Afrika. Gangguan hama penyakit dan gulma terhadap
berkurangnya pangan seluruh dunia masih mencapai kurang lebih 20
persen. Dua pertiga dari penduduk dunia belum mempunyai cukup
pangan.

Kerusakan pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotis


maupun faktor nonbiotis. Kerusakan oleh faktor biotis disebabkan oleh
sebangsa jamur, bakteri, insekta, virus dan gulma. Untuk memberantas
jamur digunakan fungisida, bakteri digunakan bakterisida, insekta
digunakan insektisida. Memberantas virus umumnya masih dilakukan
dengan pencabutan, kemudian dimusnahkan, sedangkan untuk
memberantas gulma digunakan herbisida. Kerusakan oleh faktor
nonbiotis disebabkan oleh suhu, cahaya, oksigen, air tanah dan
sebagainya.

1
Dalam dunia pertanian titik berat masalah terletak pada
bidang penanaman, karena akhir-akhir ini areal penanaman semakin
sempit. Mengingat hal tersebut, dalam usaha peningkatan produksi
pertanian, pemerintah menganjurkan adanya suatu program yang
disebut “Intensifikasi”, yaitu usaha untuk melipatgandakan hasil
pertanian dengan cara menanam pada setiap daerah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah penyebab kerusakan tanaman ?
2. Bagaimanakah Kerugian dan kerusakan akibat serangan hama dan penyakit pada
tanaman?
3. Bagaimanakah pengendalian hama, penyakit dan gulma?
4. Bagaimanakah cara pengendalian hama terpadu?

2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENYEBAB KERUSAKAN TANAMAN

Kerusakan pada tanaman antara lain disebabkan oleh


organisme pengganggu tanaman (OPT) dan non OPT. OPT merupakan
semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau
menyebabkan kematian tumbuhan. OPT terdiri dari kelompok hama,
penyakit dan gulma.

1. Hama

Hama adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang


dapat dilihat dengan pancaindra (mata). Hama tersebut dapat berupa
binatang dan dapat merusak tanaman secara langsung maupun tidak
langsung. Hama yang merusak tanaman secara langsung dapat dilihat
bekasnya, misalnya gerekan dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak
tanaman secara tidak langsung biasanya melalui suatu penyakit.

Berdasarkan cara menyerangnya dengan tipe alat mulut hama


digolongkan sebagai berikut:(Sartiami, 2005)
a. Ordo Hemiptera
Hama yang termasuk ordo ini tipe alat mulutnya pengisap. Contoh:
kepik, walang sangit, dan wereng.
b. Ordo Lepidoptera
Hama ini terdiri dari golongan kupu-kupu, tipe alat mulutnya
pengisap yang berupa belalai. Golongan ini merusak karena
mereka adalah penggerek batang, penggerek buah, ulat dan
sebagainya.
c. Ordo Coleoptera
Ordo ini merupakan tingkatan yang paling besar dari insekta
lainnya. Hama ini sebangsa kumbang, tipe alat mulutnya
penggigit.
d. Ordo Ortoptera

3
Yang termasuk ordo ini adalah sebangsa belalang, jangkerik,
gangsir, Sebangsa lebah dengan tipe mulutnya penggigit
pengunyah.
e. Ordo Diptera
Yang termasuk ordo ini adalah sebangsa lalat. Tipe mulutnya
adalah penjilat pengisap dan penusuk pengisap.
f. Ordo Tisanoptera
Hama yang termasuk ordo ini sebangsa kutu, tipe alat mulutnya
pengisap dan berujung tajam.

2. Penyakit

Sakit adalah situasi dimana proses hidup suatu tanaman


menyimpang dari keadaan normal dan menimbulkan kerusakan, sehingga
tanaman ini tidak dapat tumbuh dan berkembang biak seperti biasa,
bahkan dapat menyebabkan matinya tanaman tersebut. Penyakit tanaman
adalah penyebab kerusakan pada tanaman selain yang disebabkan oleh
hama. Ilmu yang mempelajri penyakit tanaman disebut Pitopatologi.
Penyakit disini dapat berupa: cendawan, bakteri, algae atau ganggang,
virus, keadaan fisiologis yang merugikan.
Pada umumnya tanaman yang sakit menunjukkan gejala-gejala
atau tanda- tanda yang khas. Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan
oleh tanaman itu sendiri akibat adanya serangan penyakit.
Secara garis besar gejala ini dibagi menjadi tiga macam:
a. Gejala yang disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan hingga
terhentinya pertumbuhan pada suatu sel. Gejala semacam ini
dinamakan hipoplastis.
b. Gejala nekrotis, yaitu suatu gejala yang disebabkan oleh adanya
kerusakan sel atau matinya sel itu.
c. Gejala yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan sel yang
berlebih-lebihan, disebut hiperplastis.

3. Gulma

4
Nama lainnya adalah herba atau rumput. Dalam dunia pertanian,
istilah yang populer adalah gulma, sedangkan para petani banyak yang
menamakan Jadi gulma adalah tanaman liar yang mengganggu
pertumbuhan tanaman yang ditanam manusia sehingga manusia
berusaha untuk mengatasinya. Gulma diberantas karena gulma
mengganggu tanaman dalam mengambil makanan, sehingga
mengakibatkan turunnya hasil pertanian. Selain itu juga merugikan
manusia karena gulma ada yang mengandung racun.
Gulma adalah suatu tanaman yang nilai negatifnya melebihi
nilai positifnya. Suatu tumbuhan memiliki nilai negatif apabila
tumbuhan tersebut merugikan manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung dan sebaliknya tumbuhan bernilai positif apabila
mempunyai daya guna bagi manusia. Tumbuhan dapat bersifat tanaman
di suatu tempat tapi dapat bersifat gulma di tempat lain.
Misalnya: Lantana camara pada padang rumput ia sebagai gulma, tetapi
bila tumbuh di pagar ia bersifat ruderal (tidak diperhitungkan) dan jika
dibudidayakan ia menjadi tanaman hias.
Hama mengadakan interaksi pada tanaman umumnya secara
tidak kontinyu (membuat luka, membuat lubang, dsb). Penyakit
mengadakan interaksi dengan tanaman umumnya secara kontinyu (gejala
menguning sistematik, hawar, layu, fliodi, dsb). Gulma mengadakan
interaksi dengan tanaman umumnya secara kompetisi (gulma dan
tanaman terpengaruh secara negatif oleh interaksi dalam bentuk
penurunan kegiatan pertumbuhan termasuk peristiwa alelopati. Dalam
perkembangannya ilmu hama tumbuhan, ilmu penyakit tumbuhanm dan
ilmu gulma dapat berdiri sendiri-sendiri, dan ketiganya merupakan
perkembangan dari agronomi.

Faktor penyebab kerusakan tanaman non OPT diantaranya banjir,


anomali iklim, kebakaran lahan, dan penjarahan produksi dan lahan.

• Perlindungan tanaman terhadap dampak fenomena iklim

5
1. Dampak utama yang diakibatkan oleh perubahan dan anomali iklim
bagi petani dan produktivitas pertanian nasional adalah terjadinya
banjir dan
2. Akhir-akhir ini intensitas dan bobot ancaman iklim makin meningkat
dengan adanya banjir dan kekeringan yang mengganggu pencapaian
sasaran produksi pertanian khususnya tanaman pangan.
3. Dampak fenomena iklim dapat terjadi untuk semua kelompok
tanaman (pangan, hortikultuira dan perkebunan), namun lebih
banyak dirasakan oleh petani pangan, khususnya produksi padi dan
kurang begitu dirasakan oleh petani-petani hortikultura dan
perkebunan, kecuali pada kasus ekstrim bencana El Nino yang kita
alami pada tahun 1997-1998.

• Kedudukam iklim dalam pertanian


1. Iklim menentukan produksi dan pertumbuhan tanaman melalui
penyediaan curah hujan / air, dan unsur-unsur iklim lainnya seperti
suhu, radiasi, dll.
2. Kondisi iklim akan menentukan alternatif jenis tanaman yang
dibudidayakan, pola tanam, areal tanam, dan musim tanam serta
efisiensi produksi.
3. Iklim merupakan gejala alam yang sangat dinamis, dalam kondisi
normal berfluktuasi secara reguler dalam pola tertentu atau teratur
secara periodikharian,bulanan, musim, tahunan, dll.
4. Iklim di Indonesia sangat rumit / kompleks, dinamis dan beragam ,
sehingga sulit diprediksi secara tepat perubahan iklim yang akan
terjadi
5. Perubahan Iklim merupakan perubahan unsur-unsur iklim yang
bersifat tetap atau berjangka panjang dengan kecenderungan baru
tertentu.

• Terjadinya El-Nino

6
1. El Nino adalah gejala alam munculnya arus panas atau naiknya suhu
permukaan laut di Pasifik tropik bagian timur, yaitu sepanjang
pesisir Amerika Selatan (pesisir equador sampai Peru). Ketika muncul
gejala El Nino terjadi pergeseran pembentukan awan dari perairan
Indonesia kearah timur atau Pasifik tengah. Dengan bergesernya
lokasi pembentukan awan ini muncul kekeringan di wilayah
Indonesia
2. Terjadi penurunan tekanan udara di Pasifik Tengah dan sepanjang
pantai Amerika Selatan. Sistem tekanan rendah diganti dengan
tekanan tinggi- lemah di pasifik barat (SO).
3. Perubahan pola tekanan udara ini menyebabkan kecepatan angin pasat
4. Akibatnya air hangat yang menumpuk di barat kembali ke timur, dan
tidakbanyakair dingin yang naik ke permukaan lautan. Suhu permukaan laut
di Pasifik timur meningkat.
5. Lautan jadi lebih panas mengakibatkan angin melemah. Akumulasi air
hangat tersebut menghentikan proses gerakan air dingin dari dalam ke
permukaan di pantai Peru seperti yang terjadi dalam keadaan normal.

Akumulasi awan terjadi di Pasifik Tengah dan tidak terjadi di pantai Utara
Australia dan Indonesia

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

7
B. KERUGIAN DAN KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA DAN
PENYAKIT PADA TANAMAN
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan
dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua
organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan.
Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem
alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia.
Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang
menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan
yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
Dampak Kerugian Akibat Seranga Hama pada Tanaman
Hama adalah sekelompok organisme pengganggu tanaman yagn dapat
merusak tanaman budidaya baik secara fisik maupun fisiologisnya. Dampak
kerugian akibat serangan hama tersebut adalah :
1. Gagal Panen
Akibat serangan hama yang paling ditakuti oleh para petani adalah
terjadinya gagal panen. Kegagalan ini dikarenakan hama yang menyerang
tanaman menjadikan tanaman sebagai bahan makanan, dan tempat tinggal bagi
mereka. Hama merusak tanaman dengan cara :
a) Menghisap cairan tanaman
b) Memotong batang tanaman baik yang muda maupun tua
c) Memakan daun muda dan tua serta tunas-tunas muda pada tanaman
d) Menghisap cairan dan memakan daging buah yang dapat menurunkan nilai
ekonomis buah
e) Memnbuat rumah atau sarang sebagai tempat tinggal dan berkembang biak
baik pada batang, daun maupaun buah
2. Menurunnya Jumlah Produksi Tanaman
Dengan serangan yang dilakukan oleh hama pada tanaman maka tanaman
tidak akan mampu menghasilkan produksi secara maksimal karena terjadinya
pembatasan pertumbuhan akibat hama yang berada pada tanaman budidaya. Hal
ini disebabkan karena proses fisiologi tanaman yang terganggu. Dengan daun
dan batang serta tunas-tunas muda yang habis dimakan oleh hama secara tidak
langsung tanaman tidak dapat melaukan proses fotosintesis untuk menghasilkan

8
produksi dengan baik bahkan tidak dapat melakukan fotosentesis.
3. Pertumbuhan Tanaman yang Terganggu
Serangan hama dapat meyebabkan pertumbuh tanaman menjadi terhambat
dan bahkan tidak jarang mengalami stagnan pertumbuhan atau kerdil. Seperti
serangan hama wereng pada tanaman padi yang dapat mengakibatkan tanaman
padi menjadi kerdi dan tidak dapat berproduksi.
4. Menurunkan Nilai Ekonomis Hasil Produksi
Hama yang menyerang pada buah atau bagian tanaman yang memiliki nilai
ekonomis akan menjadi menurun. Hal ini disebabkan, hama merusak bagian-
bagian buah mupun daun tanaman. Dimana penurunan ini karena adanya bagian
yang diseranga oleh hama mengalami cacat dan busuk serta mengandung ulat
atau larva-larva hama. Sehingga produksi tidak dapat dikonsumsi.
5. Kerugian bagi para Petani
Dampak ini timbul karena tidak adanya produksi yang dihasilkan oleh
tanaman atau gagal panen serta turunnya nilai ekonomis hasil produksi.
Kerugian ini disebabkan tidak adanya pendapatan petani sedangkan biaya
budidaya tanaman telah mereka keluarkan dalam jumlah yang sangat besar baik
dari segi pengolahan lahan, benih, penanaman serta perawatan. Sedangkan
hasilnya tidak meraka dapatkan. Hal ini semakain memperpuruk kondisi dan
iklim pertanian di indonesia
6. Terjadinya Alih Fungsi Lahan
Alih fungsi lahan dilakukan oleh para petani dikarenakan pendapatan yang
mereka dapatkan tidak sesuai dengan pengeluaran yang dilakakan dalam usaha
pertanian. Sehingga muncul pemikiran untuk mengalih fungsikan lahan
pertanian yagn subur ke bidang usaha lain yang lebih menjanjikan keuntungan
bagi mereka. Kondisi seperti ini semakin memperpuruk iklim pertanian di
indonesia serta ketahan bahan pangan dalam negri.
7. Degradasi Agroekosistem
Degradasi ekosistem terjadi karena adanya usaha yng dilakukan oleh para
petani dalam penaggulangan serangan hama yang tidak memikirikan dampak
negatif terhadap lingkungan serta komponen-komponen penyusun
agroekosistem. Pencemaran lingkungan tersebut kerena adanya zat-zat yang

9
berbahaya akibat digunakannya pestisida. Dengan adanya penanggulanag
serangan hama yang tida sesuai ini menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem
alami.
8. Munculnya resistensi dan returgensi hama
Dengan penanggulangan serangan hama yang tidak sesuai akan
menyebabkan resistensi atau kekebalan hama terhadap pestisida dan returgensi
atau ledakan jumlah populasi hama yang berakibat pada damapa kerugian aygn
lebih komplek dalam usaha budidaya tanaman itu sendiri.

• Dampak Kerugian Akibat Serangan Penyakit pada Tanaman


Dampak serangan penyakit tanaman tidak separah dampak yang
ditimbulkan akibat serangan oleh hama. Namun, dampak yang timbul juga tidak
kalah hebatnya dengan serangan hama. Serangan penyakit pada tanaman budidaya
lebih banyak mengarah pada proses fisiologinya. Karena menyerang sel dan
jaringan tanaman. Adapun dampak kerugian yagn ditimbulkan yaitu :
1. Terganggunya Proses Fotosintesis tanaman
Hal ini terjadi karena terjadinya kerusakan pada bagain penampang daun
akibat penyakit. Sehingga daun tidak dapat meyerap sinar matahari secara
maksimal. Penyakit yang menyerang daun antara lain :
a. Karat daun oleh Cendawan Phachyrizi phakospora
b. Penyakit bercak bakteri oleh Xanthomonas phaseoli
c. Virus mozaik yang menyerang daun muda dan tunas muda
2. Terganggunya proses absorbsi unsur hara dan mineral tanah
Dengan terganggunya proses penyerapan unsur hara dan mineral dalam
tanah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi
terganggu. Penyakit ini biasanya menyerang bagian akar tanaman sperti penyakit
jamur akar merah, putih pada tanaman karet. Penyekit ini juga menyebabkan
tanaman menjadi layu dan mati akibat kekurangan asupan nutrisi.
3. Kegagalan Panen
Serangan penyakit tanaman juga mengakibatkan kegagalan panen. Seperti
pada tanaman jeruk yang terserangan penyakit CCBD. Tanaman jeruk tidak akan
menghasilkan buah akibat serangan penyakit ini. Selain itu, tanaman juga harus

10
di musnahkan dan diganti dengan tanaman baru yagn merupakan kerugian besar
bagi para petani karena harus mengeluarkan biaya yang besar.
4. Penurunan nilai ekonomis
Disebakan terjadinya kerusakan pada bagian-bagian hasil produksi
tanaman. Seperti terjadi busuk, polong yang tida berisi pada tanaman legum dan
lain-lain. Dengan dampak ini akan semakin mempersulit kehidupan para petani.

• Permasalahan Penerapan PHT di Tingkat Petani


1. Kurang meratanya informasi mengenai ketahanan tanaman terhadap penyakit
pada berbagai komoditas tanaman. Apalagi masih banyak petani yang
menggunakan benih tidak bersertifikat yang ketahanannya tidak diketahui.
2. Penelitian tentang ras patogen juga kurang di Indonesia padahal ras selalu
berkaitan dengan ketahanan tanaman. Tanaman yang tahan terhadap ras tertentu
dapat menjadi sangat rentan terhadap ras lainnya.
3. Aspek budidaya, mulai perencanaan tanam, persiapan tanam, pengolahan tanah,
pemupukan, penyiangan, dan pemeliharaan lain belum disengaja agar tingkat
penyakit tertekan. Selama ini, aspek budidaya masih lebih ditujukan agar
tanaman tumbuh subur, dan berproduksi tinggi, bukan menjadi lebih tahan.
4. Musuh alami yang dimaksud dalam prinsip PHT kurang berkaitan dengan musuh
alami patogen tumbuhan. Permasalahannya adalah bahwa patogen yang renik
juga mempunyai musuh alami yang renik pula, sehingga tidak mudah dipahami
petani. Demikian juga, ternyata belum banyak penelitian yang mengungkap
tentang bahaya pestisida terhadap kelestarian musuh alami patogen tumbuhan.
5. Masalah lainnya adalah bahwa pengamatan mingguan tidak mudah diterapkan
untuk penyakit tertentu yang menyebabkan kerusakan secara cepat dan
keberadaannya sangat tergantung cuaca, seperti hawar daun kentang dll. Untuk
kasus demikian justru yang diperlukan adalah pengamatan terhadap cuaca untuk
meramalkan kapan datangnya penyakit. Ternyata, teknologi peramalan penyakit
tumbuhan masih sangat minim dikembangkan di Indonesia. Nampaknya
teknologi peramalan nasib justru lebih berkembang di negara kita.
6. Untuk menjadikan petani sebagai ahli PHT dengan metode SLPHT ternyata
terbentur pada kurangnya materi tentang aspek patogen, penyakit dan

11
pengendaliannya terutama untuk komoditas tertentu.

C. PENGENDALIAN HAMA, PENYAKIT DAN GULMA


Untuk menanggulangi hama, penyakit dan gulma yang
mengganggu kelestarian tanaman, secara garis besar dapat ditempuh
dengan dua cara, yaitu dengan cara preventif dan kuratif (Matnawy,
1989).
a. Cara preventif, yaitu suatu usaha atau tindakan yang dilakukan sebelum
tanaman mendapat serangan hama, penyakit dan gulma. Pengendalian
dengan cara preventif diataranya:
i. Biologis, yaitu pemberantasan dengan makhluk hidup yang
merupakan predatornya. Misalnya, hama tikus dimakan anjing,
hama ulat dimakan burung dan sebagainya.
ii. Kemis, yaitu suatu cara pemberantasan hama, penyakit atau
gulma dengan menggunakan pestisida (zat kimia yang beracun).
Pemberantasan secara kemis ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena pestisida dapat merusak kelestarian lingkungan
setempat, lebih lagi karena pestisida membawa efek yang sangat
berbahaya.Contoh: pemberantasan hama wereng dengan
penyemprotan pestisida secara tidak tepat menyebabkan
semakin bertambahnya jumlah hama tersebut. Oleh karena itu
penggunaan pestisida harus diatur sedemikian rupa agar jangan
sampai merusak kelestarian lingkungan hidup setempat.
Pestisida bermacam-macam, ada insektisida, herbisida,
fungisida, bakterisida, acarisida, rodentisida dan nematisida.
Cara bekerja pestisida pun bermacam-macam, misalnya
stomach poison, fumingan, antractan, repelen, sistemik, dan
kontak.
iii. Mekanis, yaitu suatu cara pemberantasan langsung dengan
membunuhnya.
Contoh: Pada hama, memberantas tikus dengan “gropyokan”;
pada penyakit, langsung mencabut tanaman yang terserang

12
kemudian segera dimusnahkan; pada gulma langsung disiangi.

b. Fisis, yaitu suatu cara pemberantasan dengan menggunakan faktor


alam. Misalnya, pada areal yang terserang hama penggerek, sehabis
Proaktif: upaya mengekang perkembangan hama agar populasinya tetap
berada di bawah ambang ekonominya. Meliputi penanaman varietas
tahan, cara bercocok tanam, penggunaan musuh alami, dll.

c. Reaktif: upaya menekan perkembangan hama agar populasinya kembali


berada di bawah ambang ekonominya. Umumnya berupa pengendalian
kimiawi.

❖ Cara Pengendalian Hama


a) Pengendalian hama dengan peraturan/ perundang-
undangan/karantina
i. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah sehubungan
dengan kegiatan pertanian dan pengendalian hama.
ii. Karantina, dinas yang mengawasi lalu lintas manusia, hewan dan
tumbuhan antar daerah atau antar pulau. Untuk hewan dan
tumbuhan : karantina pertanian.
iii. Tindakan karantina: perlakuan pestisida, pelarangan masuk,
pemusnahan/eradikasi.
iv. Sertifikasi, keterangan yang membuktikan bahwa tanaman atau
hewan itu sehat sehingga dapat dibudidayakan/ diternakkan dan
dapat dikeluarkan/dimasukkandari dan ke daerah atau negara.

b) Pengendalian hama dengan bercocok tanam atau kultur teknis


i. Pengolahan atau pengerjaan tanah
Ditujukan bagi hama yang dalam siklus hidup mempunyai fase di
dalam
ii. Pengairan
iii. Tanam serempak
Harus dilakukan di areal yang cukup luas, minimal satu hamparan

13
dengan golongan air yang sama. Tujuannya untuk membatasi
perkembangbiakan larva. Pengendalian ini secara tidak langsung
mengurangi populasi, yaitu memeratakan serangan per petak
(dikonsentrasikan pada petak yang banyak makanannya).
iv. Rotasi/ pergiliran tanaman
Tujuannya untuk mematikan kehidupan hama dengan
menghilangkan tanaman inang. Sangat efektif pada serangga-
serangga monofag.
v. Penanaman tanaman perangkap atau bertani secara jalur (Strip
farming) Varietas tanaman perangkap adalah tanaman paling
rentan yang ditanam terlebih dahulu. Menanam minimal dua jenis
tanaman di lahan yang sama dalam bentuk baris-barisan (tumpang
sari).
Contoh: tumpang sari kubis dan tomat dapat mengurangi populasi
Plutella xylostella.

c) Pengendalian hama dengan menggunakan varietas resisten


Cara ini tidak termasuk cara bercocok tanam karena yang
diganti varietasnya bukan cara menanamnya. Sifat resisten didasari
oleh faktor genetik.

d) Pengendalian secara fisik dan mekanis


Faktor-faktor fisik meliputi suhu, kelembaban, cahaya dan
suara. Faktor :
i. Penghalang (barier mekanik): penggunaan pagar seng, plastik atau
parit dan penggunaan plastik pembungkus pada buah.
ii. Penggunaan alat penghancur/pemotong: di AS sering digunakan
pemotong batang jagung setelah panen agar penggerek batang
jagung yang ada di dalam terbunuh.

e) Pengendalian Hayati
Definisi: pengendalian hama dengan menggunakan musuh-

14
musuh alaminya (dengan campur tangan manusia). Jika tidak ada
campur tangan manusia disebut pengendalian alami.
Musuh alami serangga hama: predator, parasitoid, patogen. Teknik atau
cara pengendalian hayati:
i. Inokulasi: pelepasan musuh alami dalam jumlah sedikit, diharapkan
musuh alami mampu berkembang biak.
ii. Inundasi: pelepasan musuh alami dalam jumlah besar secara
periodik.
iii. Konservasi: menciptakan lingkungan yang mendukung dan
menguntungkan untuk perkembangan musuh alami.

f) Pengendalian hama secara genetik


Definisi: pengendalian hama dengan menggunakan jenisnya
sendiri bukan musuh alami. Contoh: penggunaan serangga jantan
mandul. Pelepasan serangga jantan mandul dalam jumlah besar dengan
harapan akan bersaing dengan serangga fertil dalam memperoleh
betina.
Kerugian penggunaan pestisida: pencemaran lingkungan,
kerusakan pada aplikator, resistensi hama, resurgensi, timbulnya
hama sekunder, dan adanya residu pada bahan yang dipanen.

g) Pengendalian hama terpadu (PHT)


Konsep pengendalian hama terpadu (PHT) muncul karena
adanya pengaruh sampingan penggunaan pestisida seperti resistensi,
resurgensi, kematian serangga bukan sasaran, dan timbulnya hama
sekunder (Triharso,1993).
Menurut Brayer (1979), PHT adalah sistem pengendalian hama yang
dapat dibenarkan secara ekonomi dan berkelanjutan yang meliputi
berbagai pengendalian yang kompatibel dengan tujuan
memaksimalkan produktivitas tetapi dengan dampak negatif terhadap
lingkungan sekecil-kecilnya.
PHT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

15
1) Tujuan utama PHT bukanlah pemusnahan, pembasmian atau
pemberantasan hama, tetapi pengendalian populasi hama agar
tetap berada di bawah satu tingkatan atau aras yang dapat
mengakibatkan kerusakan atau kerugian ekonomi. Strategi
PHT bukanlah eradikasi hama tetapi pembatasan. PHT
mengakui adanya suatu jenjang toleransi manusia terhadap
polpulasi hama
2) Kendala ekologi yang berarti bahwa dalam penerapan PHT harus
dapat dipertanggungjawabkan secara ekologi dan tidak
menimbulkan kegoncangan dalam kerusakan lingkungan yang
mertugikan bagi binatang yang berguna, margasatwa, manusia
dan lingkungan pada umumnya baik pada saat ini maupun pada
masa mendatang.

Menurut Smith dan Apple (1978) langkah pokok yang harus


dikerjakan dalam PHT adalah:
1. Identifikasi dan analisis status hama yang harus dikelola
a. Hama utama, merupakan hama yang selalu menyerang pada
suatu daerah dengan intensitas serangan yang berat, sehingga
selalu memerlukan suatu usaha pengendalian. Tanpa
pengendalian hama tersebut akan selalu berada di atas ambang
ekonomi. Perhatian utama dari PHT adalah hama utama
tersebut.
b. Hama kedua, merupakan jenis hama yang relatif kurang
penting, tetapi kadang-kadang populasinya pada suatu waktu
sempat meningkat melebihi ambang ekonomi. Kelompok hama
ini sering peka terhadap perlakuan PHT pada hama utama,
sehingga perlu diawasi agar tidak menimbulkan
c. komponen biotik dan abiotik, dinamika populasi hama dan
musuh alaminya, studi fenologi tanaman dan hama, studi
sebaran hamadan lainnya merupakan bahan yang sangat
diperlukan untuk menetapkan strategi pengendalian hama yang

16
tepat.
d. Penetapan dan pengembangan Ambang Ekonomi (AE)
e. Ambang ekonomi atau ambang pengendalian atau ambang
toleransi ekonomi merupakan ketetapan tentang pengambilan
keputusan kapan harus dilaksanakan penggunaan pestisida.
Apabila populasi atau kerusakan hama belum mencapai aras
tersebut penggunaan pestisida masih belum diperlukan.
f. Untuk menentukan ambang ekonomi diperlukan banyak
informasi,baik data biologi maupun ekologi serta ekonomi.
Penetapan kerusakan hasil dalam hubungannya dengan populasi
hama merupakan bagian yang penting dalam penetapan ambang
ekonomi, demikian pula analisis biaya / manfaat pengendalian
sangat diperlukan. Meskipun ambang ekonomi perlu ditetapkan
secara sistematik, namun ketetapan sementara berdasarkan data
empirik dapat digunakan, sambil dilakukan perbaikan
terhadapnya.

Apabila telah diketahui gejolak populasi hama dan hubungannya


dengan komponen ekosistem lainnya, dapat dikembangkan metode kuantitatif
yang dinamik dan mampu meramalkan gejolak populasi dan kerusakan
dengan tingkatan probabilitas tertentu. Peranan ilmu sistem dan ilmu
komputer dan matemati pada penyusunan model dengan validitas tinggi
sangat menentukan.

2. Pengembangan strategi pengelolaan hama


Strategi pengendalian hama bukanlah eradikasi melainkan
mengendalikan atau menahan. Beberapa taktik dasar PHT antara lain:
penggunaan varietas tahan, sanitasi, pengendalian hayati, pengelolaan
lingkungan dengan bercocok tanam, penggunaan pestisida secara
bijaksana.

3. Penyuluhan pada petani agar menerima dan menerapkan PHT


Petani sebagai pelaksana utama pengendalian hama perlu

17
menyadari dan mengerti tentang cara pendekatan PHT dan bagaimana
penerapannya di lapangan.

Gambaran hubungan dasar perlindungan tanaman


terhaadap OPT

18
BAB III
PENUTUP

Perlindungan tanaman merupakan salah satu unsur yang


pendukung peningkatan produksi pertanian. Dengan dilakukannya
sistem perlindungan tanaman diharapkan perolehan rendemen ekonomi
yang maksimal dengan kerusakan lingkungan seminimal mungkin.
Pengendalian tanaman dalam arti luas mempelajari gangguan karena
hama, penyakit dan gulma serta cara penanggulangannya. Petani pada
umumnya memandang hama sebagai sesuatu yang harus dihilangkan
atau diberantas. Pengertian lama tentang ‘pemberantasan hama’ perlu
diganti dengan pengendalian atau pengelolaan hama.
Sistem konvensional perlindungan tanaman dengan hanya
menggunakan satu metode atau hama tidak lagi efektif seiring dengan
makin beragamnya penyebab kerusakan tanaman. Metode yang sering
digunakan adalah metode kemis menggunakan pestisida yang
memberikan pengaruh sampingan yang negatif. Karena itu muncul
konsep sistem teknik pengendalian hama terpadu (PHT) yang
menggunakan semua metode pengendalian dalam suatu pengelolaan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Matnawy, Hudi. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.

Sartiami, D. dan P. Hidayat. 2005. Pengantar Perlindungan Tanaman.

http://ipb.ac.id/~phidayat/perlintan. Diakses tanggal 03 Mei 2011.

Triharso. 1993. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada


University Press, Yogyakarta

20
Hasil analisis jurnal berjudul
“POPULASI dan PERSENTASE SERANGAN LARVA Spodoptera spp.
(LEPIDOPTERA:NOCTUIDAE) pada TANAMAN BAWANG DAUN di
KECAMATAN MODOINDING ”

Berdasarkan jurnal berjudul “POPULASI dan PERSENTASE


SERANGAN LARVA Spodoptera spp. (LEPIDOPTERA:NOCTUIDAE)
pada TANAMAN BAWANG DAUN di KECAMATAN MODOINDING”
Penyebab timbulnya serangan LARVA Spodoptera spp.
(LEPIDOPTERA:NOCTUIDAE) pada tanaman bawang daun di kecamatan
modoinding yaitu Tingginya populasi hama Spodoptera spp. di Desa Mokobang
sebesar 88,31 ekor dibandingkan dengan lokasi lainnya diduga karena system pola
tanam yang dilakukan oleh petani setempat secara monokultur dimana sebagian
petani dalam setahun hanya menanam tanaman bawang daun secara terus
menerus.
Sistem pola tanaman monokultur merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya peningkatan populasi hama karena ketersediaan makanan yang
melimpah dan terpenuhi secara kontinyu. Monokultur berasal dari kata mono dan
culture. Mono berarti satu, sedangkan Kultur/Culture berarti pengelolaan. Jadi
pola tanam monokultur merupakan suatu usaha pengolahan tanah pada suatu
lahan pertanian dengan tujuan membudidayakan satu jenis tanaman dalam waktu
satu tahun. Lebih ringkas, monokultur merupakan pola tanam dengan
membudidayakan hanya satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian selama
satu tahun (Anonim, 2016; Hidayat, 2013).
Pola monokultur merupakan suatu pola tanam yang bertentangan dengan
aspek ekologis. Penanaman suatu komoditas seragam dalam suatu lahan pada
jangka waktu yang lama akan menyebabkan lingkungan pertanian/ekosistem yang
tidak mantap. Ketidakmantapan ekosistem dapat menyebabkan meledaknya
populasi suatu jenis hama yang sulit dikendalikan karena musuh alami untuk
setiap jenis hama yang menyerang terbatas jumlahnya. Kerugian lain adalah tidak
adanya nilai tambah komoditas lain karena tidak adanya komoditas lain yang
ditanam bersama dengan komoditas utama (Anonim, 2016; Hidayat, 2013). Selain

21
pola monokultur, penggunaan pestisida juga sangat berpengaruh dalam
pengendalian hama ini. Di Desa Kakenturan penggunaan pestisida sangat tinggi
sehingga populasi hama sangat sedikit, dan sebaliknya di Desa Mokobang yang
sangat minim dalam hal pengendalian dengan menggunakan pestisida.
Selain itu juga dikarenakan Kurangnya perhatian/pemeliharaan tanaman
diduga menjadi salah satu factor penyebab tingginya serangan hama Spodoptera
spp. pada tanaman bawang daun di lokasi sampel Desa Mokobang. Kurangnya
perawatan dengan membiarkan rumput liar (gulma) tumbuh disekitar pertanaman
menyebabkan tingginya serangan hama Selain sebagai kompetitor dalam
penggunaan hara tanaman, kehadiran rumput liar/gulma pada areal pertanaman
dapat dimanfaatkan oleh hama sebagai sumber pakan alternatife, dan sebagai
tempat berlindung dari terik matahari maupun dari serangan predator.

22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Anda mungkin juga menyukai