Anda di halaman 1dari 13

HAMA UTAMA TANAMAN LADA DAN

PENGENDALIANNYA
Iwa Mara Trisawa dan I Wayan Laba
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

ABSTRAK terakhir sebagai tindakan reaktif jika cara


pengendalian lain tidak berhasil.
Hama utama tanaman lada di Indonesia
adalah penggerek batang, Lophobaris piperis
Marsh (Coleoptera : Curculionidae), pengisap
PENDAHULUAN
bunga, Diconocoris hewetti (Dist.) (Hemiptera: Hama merupakan salah satu
Tingidae), dan pengisap buah, Dasynus piperis kendala produksi lada di Indonesia.
China (Hemiptera : Coreidae). Ketiga hama
tersebut mampu menurunkan produksi lada Serangan hama dapat terjadi sejak
antara 20 – 50%. Perkembangan pra dewasa tanaman di pembibitan hingga
penggerek batang  2 bulan dan imagonya produktif di lapangan. Hama utama
hidup selama 1 - 1,5 tahun. Perkembangan pra tanaman lada di Indonesia adalah
dewasa pengisap buah  1 bulan dan imagonya penggerek batang, Lophobaris piperis
hidup selama 3 bulan, sedangkan
Marsh. (Coleoptera : Curculionidae),
perkembangan pra dewasa pengisap bunga  1
bulan dan imagonya hidup selama 1 - 2 bulan. pengisap bunga, Diconocoris hewetti
Populasi jenis hama berfluktuasi sesuai dengan (Dist.) (Hemiptera : Tingidae), dan
kondisi pertumbuhan tanaman lada dan iklim. pengisap buah, Dasynus piperis China
Populasi penggerek batang selalu ditemui (Hemiptera : Coreidae). Penggerek
sepanjang tahun dalam berbagai stadium batang dan pengisap buah terdapat
(telur, larva, pupa, dan imago), hanya
proporsinya berbeda berdasarkan musim. hampir di seluruh pertanaman lada di
Awal musim hujan, banyak dijumpai telur dan Indonesia, sedangkan pengisap bunga
larva. Pertengahan musim hujan, banyak terdapat di Sumatera, Kalimantan dan
dijumpai pupa dan imago, dan akhir musim Bangka (Kalshoven, 1981).
hujan banyak dijumpai telur dan larva. Pada Kehilangan produksi lada akibat
musim kemarau, populasi semua stadium
rendah. Populasi pengisap bunga paling tinggi serangan hama lada cukup besar,
terjadi pada bulan Oktober dan Febuari, berkisar antara 20 – 50% (Rotschild,
sedangkan terendah pada Juli dan September. 1968; Kalshoven, 1981). Serangan
Populasi pengisap buah tertinggi pada bulan penggerek batang dapat menyebabkan
Nopember - Juni dan rendah pada bulan kerusakan batang dan cabang dengan
September. Pengamatan dini melalui kegiatan
pemantauan gejala serangan dan populasi tingkat kerusakan mencapai 42,83%,
hama akan membantu keberhasilan sedangkan serangan pada pangkal
pengendalian. Pemanfaatan musuh alami lebih batang lada, dapat menyebabkan
diutamakan dan dapat dipadukan dengan kematian tanaman. Kerusakan buah
sistem budidaya yang mendukung kinerja oleh imago penggerek juga terjadi
musuh alami tersebut seperti melalui
penyediaan pakan bukan inang (bunga). dengan tingkat kerusakan mencapai
Penggunaan insektisida sintetik menjadi pilihan 19,80% (Suprapto, 1983; Suprapto dan
Martono, 1989). Tingkat kerusakan

58
bunga oleh pengisap bunga berkisar pengendalian berjalan dengan sendiri-
antara 9,59 – 20,21%, sedangkan nya (van Emden, 1989).
tingkat kerusakan buah akibat serangan Tulisan ini mengungkap tentang
pengisap buah antara 14,72 – 26,01% hama utama tanaman lada dan cara
(Asnawi, 1992). pengendaliannya. Cara pengendalian
Pengendalian hama utama lada yang telah dilakukan dan konsep
umumnya masih menggunakan pengendalian yang dapat dilakukan,
insektisida sintetik karena dapat menjadi pegangan dalam menurunkan
mematikan hama dengan segera, serta kerapatan populasi hama dan tingkat
mudah diperoleh dan digunakan. kerusakan tanaman serta kehilangan
Penggunaan insektisida sintetik sering hasil.
memunculkan persoalan lain (Oka,
1995; Untung dan Sudomo, 1997; HAMA UTAMA TANAMAN
Sivadasan, 1999) yaitu menyebabkan LADA
resistensi dan resurjensi hama sasaran, Penggerek batang, L. piperis Marsh.
terbunuhnya musuh alami dan serangga (Coleoptera : Curculionidae)
berguna lainnya, munculnya hama
Kumbang dewasa disebut gagaja
sekunder atau hama baru, dan adanya
atau kumbang moncong, menyerang
residu baik pada hasil panen, air
bunga, buah, pucuk, daun, dan cabang-
maupun tanah. Masalah tersebut
cabang muda. Kerusakan terberat
menurut Flint dan van den Bosch
akibat hama ini adalah serangan larva
(1990) justru lebih buruk daripada
dengan cara menggerek batang atau
masalah hama itu sendiri.
cabang tanaman sehingga mengakibat-
Pengendalian hama pada dasar-
kan kematian bagian atas batang atau
nya adalah masalah ekologi. Oleh
cabang terserang. Daerah sebarannya
karena itu pengendalian hama lada
hampir pada seluruh pertanaman lada
yang efektif harus dimulai dari
di Indonesia (Kalshoven, 1981).
pendekatan ekologi. Pengendalian
Serangga L. piperis sampai saat
hama yang memiliki dasar ekologi dan
ini hanya diketahui dapat hidup dan
bersandar pada faktor-faktor mortalitas
berkembang biak pada tanaman
alami seperti musuh alami dan cuaca
keluarga Piperaceae, terutama genus
serta mencari taktik pengendalian yang
Piper yang dikatagorikan sebagai sirih-
mendatangkan gangguan sekecil
sirihan. Hampir pada semua genus
mungkin terhadap faktor-faktor
Piper serangga ini mampu hidup dan
tersebut dikenal dengan istilah
berkembang biak walaupun setiap
pengendalian hama terpadu (PHT)
spesies dari anggota genus ini memiliki
(Flint dan van den Bosch, 1990).
berbagai tingkat ketahanan yang
Musuh alami merupakan salah satu
berbeda terhadap penggerek tersebut.
komponen penting dalam PHT (Wilson
Namun demikian tanaman inang utama
dan Huffaker, 1976) karena dinilai
yang paling sesuai adalah P.
aman dan menguntungkan diantaranya
methysticum Forst., dan P. nigrum L.

59
Pada kedua tanaman ini keberhasilan tandan buah, ketiak daun, batang utama
penggerek batang menjadi imago atau dibalik daun.
mencapai 75% (Suprapto, 1986). Serangga L. piperis hidup dan
Penggerek batang meletakkan mampu berkembang biak dengan
telur dengan cara melubangi bagian menyerang hampir semua bagian
bawah kulit batang atau cabang. Satu tanaman lada. Oleh karena itu
kali peletakkan telur berkisar antara 1 - kelimpahan populasinya di lapangan
3 butir. Telur berwarna putih kurang dipengaruhi oleh keberadaan
kekuningan. Telur menetas setelah  7 buah lada sebagai makanan utama
hari dan keluar larva yang berwarna serangga dewasa. Berbagai stadium
putih kotor dan kepala berwarna penggerek batang selalu ditemukan
kuning pucat hingga coklat pada saat yang sama berupa telur, larva,
kekuningan. Panjang larva awal 1 mm pupa atau imago. Pada awal musim
dan pada larva akhir 8 mm. Larva akan hujan biasanya ditemukan telur dan
menjadi pupa yang terbentuk dalam larva muda. Pada pertengahan musim
kokon setelah berumur 28 hari. Pupa hujan ditemukan pupa dan imago. Pada
berwarna putih kotor hingga akhir musim hujan ditemukan telur dan
kekuningan. Pupa terdapat di dalam larva. Pada musim kemarau, semua
gerekan selama 19 hari dan kemudian stadium jumlahnya sangat rendah
menjadi imago (kumbang). Imago (Deciyanto dan Suprapto, 1996).
berwarna hitam. Pada kepala terdapat Gejala serangan imago umum-
bagian yang memanjang dan disebut nya berupa bekas gigitan pada bagian
rostrum, bentuknya seperti belalai dan tanaman yang diserang dan
mengarah ke bawah. Imago akan menghitamnya bekas gigitan karena
kopulasi setelah berumur 2 minggu, pembusukan. Gejala serangan ini dapat
dan 3 hari kemudian kumbang betina dijadikan petunjuk keberadaan imago.
akan meletakkan telur. Imago betina Gejala kerusakan akibat serangan
selama hidupnya mampu meletakkan imago tersebut biasanya tidak
telur antara 280 – 525 butir, atau rata- menyebabkan kerugian yang berarti.
rata 380 butir dengan tingkat penetasan Kerugian terjadi jika diserang oleh
mencapai 88,71% (Vecht, 1940). larva penggerek.
Imago sangat peka terhadap Gejala serangan larva berupa
sentuhan dan getaran. Imago berdiam layu dan menguningnya tanaman pada
diri tak bergerak seperti mati dan bagian atas gerekan yang kemuadian
kemudian menjatuhkan diri bila mengering. Bagian yang digerek akan
disentuh. Selain itu serangga ini tidak mudah patah. Pada gejala lanjut dapat
menyukai sinar matahari langsung. ditemukan lubang di sekitar bagian
Karena itu pada siang hari imago tanaman yang terserang, sebagai
bersembunyi pada tempat-tempat yang tempat keluar serangga dewasa.
terlindungi dari cahaya, misalnya pada Serangan larva umumnya dimulai pada
cabang-cabang buah. Pada populasi

60
tinggi, serangan dapat mencapai batang bahwa 50% telur diletakkan pada
utama. Sekitar 23% lubang gerekan bagian tengah tajuk tanaman, menyebar
terdapat pada batang utama dan 77% secara mengelompok pada daun atau
pada cabang tanaman. Serangan larva bulir buah. Sebanyak 81% telur
penggerek pada satu batang utama diletakkan pada permukaan atas dan
dapat mengakibatkan kehilangan hasil bawah daun. Stadium telur berlangsung
sekitar 43,8% atau bahkan tanaman antara 7 sampai 8 hari (Kalshoven,
mengalami kematian total bila seluruh 1981).
batang utama yang terdapat pada Nimfa instar-1 yang baru keluar
bagian paling rendah dari tanaman dari telur berukuran kurang lebih 2,0
terserang. Hasil penelitian menunjuk- mm, berwarna kuning kecoklatan, tidak
kan bahwa pada umumnya serangan bersayap, dan memiliki antena yang
pada dua cabang buah selalu diikuti lebih panjang dibandingkan dengan
dengan serangan larva pada satu batang panjang tubuhnya. Pada antena terdapat
utama, yang diperkirakan dapat dua ruas yang menebal. Nimfa
mengakibatkan kehilangan hasil sekitar selanjutnya segera mencari makanan
16,5% (Deciyanto et al., 1986). (Kalshoven, 1981) dan 98% nimfa
instar muda terdapat pada buah. Nimfa
Pengisap buah, D. piperis China
umumnya (65%) menyukai buah yang
(Hemiptera : Coreidae)
terdapat pada bagian tengah tajuk. Pola
Kepik D. piperis dikenal dengan sebaran nimfa tersebut tidak berbeda
sebutan semunyung oleh petani lada di jauh dengan pola sebaran telur, karena
Sumatera, sedangkan di Kalimantan nimfa tidak terlalu aktif bergerak
dikenal dengan nama kepinding buah (Karmawati, 1988). Stadium nimfa
lada atau bilahu (Wikardi dan Asnawi, berlangsung antara 3 sampai 4 minggu
1996). Setiap stadium D. piperis dapat dan mengalami empat kali pergantian
dijumpai secara bersamaan di lapangan kulit sampai terbentuk imago. Lama
dan menyebar pada tajuk tanaman. Hal stadium nimfa dapat dipengaruhi oleh
tersebut menunjukkan bahwa serangga umur buah lada yang menjadi
selalu dijumpai sepanjang tahun pada makanannya. Stadium nimfa ber-
tanaman lada. Namun demikian langsung antara 26 sampai 33 hari pada
populasinya bergantung pada musim buah lada umur 4,5 sampai 6 bulan,
buah (Karmawati, 1988; Deciyanto, sedangkan pada buah umur 6 sampai 9
1991). bulan antara 19 sampai 25 hari
Telur D. piperis berwarna coklat (Kalshoven, 1981; Suprapto dan
muda sampai tua, berbentuk lonjong Thomas, 1989).
agak persegi, dan berukuran panjang Imago berwarna hijau
1,5 mm, lebar 1,0 mm, dan tinggi 0,9 kecoklatan. Panjang tubuh antara 12
mm. Telur diletakkan secara sampai 13 mm dan lebar 4 sampai 5
berkelompok antara 3 sampai 10 butir mm. Imago jantan dan betina dapat
(Kalshoven, 1981). Hasil penelitian dibedakan berdasarkan ukuran tubuh.
Karmawati (1988) menunjukkan

61
Imago jantan lebih kecil dan ramping, 1989). Imago aktif makan pada pagi
sedangkan imago betina lebih besar dan sore hari karena tidak menyukai
dan gemuk. Lama hidup imago kurang sinar matahari langsung (Kalshoven,
lebih 3 bulan. Imago betina meletakkan 1981). Imago segera terbang ke
telur pertama pada umur 14 hari dan tanaman terdekat jika terganggu dan
selama hidupnya mampu meletakkan mengeluarkan bau khas (Wikardi dan
telur sebanyak 160 butir. Telur Asnawi, 1996).
diletakkan antara pukul 14:00 sampai Serangan D. piperis di beberapa
18:00 (Kalshoven, 1981). Tempat yang sentra produksi lada cukup bervariasi.
rimbun dan agak gelap lebih disukai Hasil survei Trisawa et al. (1992) pada
sebagai tempat peletakan telur beberapa kecamatan di Kabupaten
(Karmawati, 1988). Sambas Kalimantan Barat menunjuk-
Kehadiran D. piperis di lapangan kan bahwa tingkat serangan antara
bergantung pada musim buah lada dan 13,52% sampai 18,68%. Tingkat
inang lain seperti cabai Jawa. Populasi serangan di Kecamatan Samalantan
kepik dipengaruhi oleh tingkat merupakan yang tertinggi. Survei yang
kematangan buah, musuh alami dan sama oleh Laba et al. (2004) di
lingkungan tumbuh tanaman inang beberapa kecamatan di Bangka,
(Wikardi dan Asnawi, 1996). Hasil menunjukkan bahwa Kecamatan
pengamatan Deciyanto (1991) selama 3 Sungai Selan merupakan daerah
tahun di Bangka menunjukkan bahwa serangan tertinggi yaitu 36,82%. Di
populasi D. piperis paling tinggi pada Lampung dilaporkan bahwa serangan
bulan Juni dan Nopember. Populasi D. piperis mengakibatkan kerugian
menurun pada bulan Juli sampai produksi sebesar 15% (Suprapto dan
September karena kurang tersedia Thomas, 1989).
pakan (buah telah dipanen) dan juga
Pengisap bunga, D. hewetti (Dist.)
karena curah hujan yang rendah.
(Hemiptera : Coreidae)
Nimfa dan imago D. piperis
merusak tanaman dengan mengisap Serangga ini dikenal dengan
cairan buah lada, di samping bunga, nama geusong atau luai (Aceh),
pucuk muda atau tangkai daun nyamuk lada, enduk-enduk kapal
(Wikardi dan Asnawi, 1996). Buah terbang atau fui khi cong (Bangka), dan
yang diisap menunjukkan gejala bercak kapal terbang (Kalimantan). Sampai
hitam, hampa, kering, dan kemudian saat ini persebaran D. hewetti di
gugur (Kalshoven, 1981). Buah lada Indonesia dilaporkan di daerah
umur 6 sampai 9 bulan paling sesuai Sumatera, Kalimantan, dan Bangka.
untuk perkembangan D. piperis karena Serangan D. hewetti pertama kali
imago hidup lebih lama, bertelur lebih dilaporkan di Bangka sekitar tahun
banyak, persentase tetas telur dan 1930-an (Kalshoven, 1981).
jumlah nimfa yang menjadi imago Siklus hidup D. hewetti
lebih tinggi (Suprapto dan Thomas, mempunyai lebih dari satu stadia
perkembangan yang berbeda, mulai

62
dari telur, nimfa sampai imago. Telur Februari, sedangkan populasi terendah
diletakkan oleh imago betina satu umumnya terjadi pada Juli, Agustus,
persatu atau berkelompok. Telur D. dan September.
hewetti sangat sulit dilihat karena Hasil penelitian Laba (2005)
ukurannya sangat kecil (panjang 0,75 menunjukkan bahwa perkembangan D.
mm dan lebar 0,2 mm). Nimfa yang hewetti dipengaruhi oleh varietas lada.
baru keluar dari telur berwarna kuning Secara umum D. hewetti lebih
muda, mirip warna bunga lada, berpotensi sebagai hama pada lada
sehingga sulit dilihat. Nimfa hidup varietas Lampung Daun Lebar (LDL)
pada bunga dan sekitar bunga dengan dibandingkan dengan Chunuk Hal ini
mengisap cairan bulir bunga. Bentuk ditunjukkan oleh masa perkembangan
tubuh penuh benjolan dan sayapnya pradewasa yang lebih singkat (13 hari),
seperti renda. Nimfa berganti kulit lima keperidian yang lebih banyak (24,5
kali. Siklus hidup  30 hari, sehingga butir), serta laju pertambahan intrinsik
terjadi 12 generasi dalam satu tahun yang lebih tinggi (0,0827) pada varietas
dengan asumsi pakan untuk serangga LDL dibandingkan dengan varietas
tersebut berlimpah (Rotschild, 1968). Chunuk.
Imago kepik berwarna hitam dan tidak Nimfa dan imago aktif merusak
aktif terbang, memiliki ukuran panjang perbungaan lada. Biasanya nimfa lebih
4 - 6 mm. Imago lebih banyak diam banyak dijumpai pada bulir bunga yang
pada bulir bunga, mudah dilihat dan sedang mekar. Serangan nimfa dan
bila disentuh atau digoyang imago tersebut akan mengakibatkan
menjatuhkan diri seolah-olah mati. perubahan warna bulir bunga dari hijau
Imago dapat hidup antara 1 - 2 bulan. kekuningan menjadi coklat atau hitam
Perkembangan populasi D. dan kering sehingga menggagalkan
hewetti sangat dipengaruhi oleh pembuahan. Serangga ini juga
ketersediaan bulir bunga. Apabila tidak menyerang buah yang masih muda.
tersedia bulir bunga, kepik dapat Gejalanya adalah adanya bintik-bintik
bertahan hidup pada buah muda dan berwarna coklat yang berasal dari
pucuk daun muda. Varietas lada yang cairan ekskresi serangga (Rotschild,
berbunga sepanjang tahun seperti 1968; Devasahayam, 2000).
Chunuk, mengakibatkan populasi D. Tingkat kerusakan bulir bunga
hewetti selalu ada dan meningkatkan dipengaruhi oleh kerapatan populasi
populasi, karena selalu tersedia bulir hama. Pada saat populasi tinggi,
bunga. Menurut Deciyanto (1988) kerusakan berat, sedangkan pada saat
fluktuasi populasi D. hewetti erat populasi rendah, kerusakan ringan.
kaitannya dengan fluktuasi pembunga- Setiap individu serangga dewasa
an lada. Pembungaan lada dipengaruhi mampu merusak 40,67% bunga pada
oleh curah hujan. Puncak populasi bulir bunga yang berisi 70 - 75 individu
kepik D. hewetti di Bangka terjadi bunga, dalam waktu 24 jam (Deciyanto
antara Oktober sampai dengan et al., 1988). Serangan pengisap bunga

63
di Indonesia menurut Rotschild (1968) Serangga L. piperis dan D. hewetti
dapat menyebabkan kehilangan hasil peka terhadap sentuhan dan getaran.
20 - 50%, sedangkan di Serawak, Oleh karena itu mengumpulkan
Malaysia hama ini menyebabkan serangga tersebut dengan menggoyang
kerugian hasil 30 - 50%. Hasil tanaman. Serangga yang tidak terlihat
pengamatan Trisawa et al. (1992) di akan berjatuhan dan dapat ditampung
Kecamatan Sungai Raya (Kalimantan dengan kain atau tampah yang
Barat) menunjukkan bahwa kerusakan diletakkan di bawah tajuk. Untuk larva
bulir bunga oleh D. hewetti mencapai penggerek dapat dilakukan dengan cara
38,64%. Devasahayam (2000) memotong ranting atau cabang
melaporkan bahwa tingkat serangan terserang. Bekas bagian tanaman yang
pengisap bunga di Bangka antara 9 - dipotong segera disemprot atau
37%. dibasahi dengan insektisida atau
minyak/oli untuk mencegah serangga
KOMPONEN PENGENDALIAN betina meletakkan telur. Menurut
Melakukan pemantauan atau Suprapto dan Suroso (1994) penutupan
pengamatan secara rutin/berjadwal luka pangkasan menggunakan ter
merupakan langkah awal menuju mampu menekan serangan penggerek
tindakan pengendalian. Kegiatan ini batang sampai 64,71%, sedangkan
untuk memantau kehadiran hama pengolesan luka pangkasan dengan
dengan mengamati gejala serangan insektisida metidation 40% dan asefat
atau stadium hama yang ditemukan. 40% mampu menekan serangan
Hasil pemantauan dapat digunakan 17,65% dan 5,88%.
untuk pengambilan keputusan Nimfa dan imago D. piperis
pengendalian hama. dapat ditangkap langsung dengan
Stadium penggerek batang secara tangan atau menggunakan jaring.
bersama-sama selalu ditemukan di Nimfa tidak aktif terbang, sering
lapangan. Hal yang sama juga terjadi berkumpul di sekitar buah. Imago akan
pada serangga D. hewetti terutama saat terbang jika terganggu dengan
terbentuknya bunga lada. Saat musim mengeluarkan bau khas seperti walang
buah, maka kehadiran D. piperis harus sangit. Pengendalian secara mekanik/
segera dipantau. Pengamatan gejala fisik ini dapat juga dilakukan dengan
serangan dan populasi masing-masing cara mengambil telur-telur D. piperis
hama mengikuti biologi hama seperti pada bagian tanaman lada. Telur
yang diuraikan sebelumnya. umumnya diletakkan secara
berkelompok di bagian tengah tanaman
Secara mekanik/fisik pada permukaan atas daun.
Mengambil secara langsung Serangga dewasa yang ditangkap
serangga dewasa baik L. piperis, D. dimasukkan ke dalam kantong plastik
piperis, maupun D. hewetti yang atau tempat lain kemudian dimusnah-
dijumpai pada setiap tanaman. kan. Potongan ranting atau cabang dan

64
telur D. piperis disimpan dulu dalam Penanaman A. pintoi meningkatkan
suatu tempat untuk memberi jumlah jenis dan kelimpahan
kesempatan musuh alami (parasitoid) Artropoda. Di samping itu tanaman A.
keluar. Jika yang muncul nimfa atau pintoi juga dapat berfungsi untuk
imago hama segera matikan, mencegah erosi tanah, menahan laju
sedangkan jika parasitoid yang muncul penyebaran penyakit busuk pangkal
segera lepas ke lapangan. batang, dan sebagai sumber pupuk
organik.
Secara kultur teknik (budidaya)
Menanam tanaman lain sebagai
Memangkas tiang panjat hidup tanaman campuran atau tumpangsari.
untuk mengatur kebutuhan tanaman Pemilihan jenis tanaman perlu
lada terhadap cahaya matahari (75%) memperhatikan pengaruhnya terhadap
dan menciptakan lingkungan yang tanaman lada yaitu tidak merugikan,
kurang disukai hama. Hama utama lada tidak memiliki hama atau penyakit
tidak menyukai sinar matahari yang sama, sedapat mungkin saling
langsung. menguntungkan. Contohnya dengan
Memupuk tanaman dengan dosis kopi, pepaya, jagung, kacang buncis,
yang tidak berlebihan. Menurut kacang tanah, kedelai, cabai, dan jahe.
Deciyanto dan Suprapto (1996) Menurut Dhalimi et al. (1996) pola
penggunaan pupuk N yang tinggi dapat tanam lada dengan jagung dan kedelai
meningkatkan sukulensi tanaman, memberikan tambahan pendapatan
sehingga tanaman lebih disukai hama petani sebesar Rp. 416.519,- untuk luas
untuk makan dan meletakkan telur. kebun 0,75 ha di samping
Melakukan penyiangan gulma meningkatkan produksi lada.
secara terbatas yaitu hanya di sekeliling Menanam varietas unggul yang
pangkal batang. Tidak dianjurkan kurang cocok untuk perkembangan
untuk melakukan penyiangan bersih, serangga. Varietas Natar 1 toleran
biarkan gulma berbunga tumbuh. terhadap penggerek batang. Varietas
Bunga gulma dapat dijadikan sebagai kerinci diketahui menurunkan tingkat
sumber pakan oleh imago parasitoid, kesuburan pengisap buah lada. Varietas
sehingga parasitoid memiliki kemam- Lampung Daun Lebar (LDL) lebih
puan hidup dan keperidian yang lebih sesuai untuk hidup dan berkembang
baik. pengisap bunga dibandingkan dengan
Menanam tanaman berbunga varietas Chunuk. Varietas tertentu
sebagai tanaman penutup tanah seperti mungkin toleran terhadap satu jenis
Arachis pintoi yang dapat mengundang hama tetapi tidak toleran terhadap jenis
kehadiran musuh alami (parasitoid atau hama yang lain. Oleh karena itu,
predator). Hasil penelitian Trisawa et pemilihan varietas apapun harus diikuti
al. (2005) menunjukkan bahwa pada dengan upaya untuk mengurangi
ekosistem lada yang berbeda kerusakan dan penurunan produksi
menghasilkan sebaran jumlah jenis dan tanaman oleh hama.
kelimpahan Artropoda yang beragam.

65
Secara hayati (pemanfaatan musuh dapat mematikan penggerek batang
alami) mencapai 41,67% pada konsentrasi
Memelihara kehadiran musuh 0,1% (Suprapto et al., 1991) dan
alami dengan cara tidak melakukan mematikan D. hewetti mencapai
penyemprotan insektisida, tidak 97,50% pada konsentrasi 10 g/l (Laba
menyiang bersih, menanam tanaman et al., 2005).
berbunga seperti A. pintoi, atau Secara kimiawi
menanam tanaman tumpangsari. Menyemprotkan insektisida
Larva penggerek batang nabati (alami) atau sintetik. Insektisida
memiliki musuh alami yaitu parasitoid nabati yang dapat digunakan
Spathius piperis, Euderus sp., diantaranya biji mimba, bengkuang dan
Dinarmus coimbatorensis, dan akar tuba. Pengolahannya dilakukan
Eupelmus curculionis. Suprapto (2000) dengan cara membuat ekstrak
mengatakan bahwa parasitoid S. piperis sederhana yaitu bahan tanaman tersebut
mampu menekan populasi penggerek dihancurkan halus, direndam dalam air
batang sampai 36,66% pada per- selama 1 hari, kemudian disaring
tanaman lada yang ditanam dengan sampai siap disemprotkan. Hasil
pupuk hijau dan disiang terbatas. penelitian menunjukkan bahwa bahwa
Musuh alami D. piperis adalah ekstrak bengkuang 20 g/100 l dan
parasitoid telur yaitu Anastatus dasyni, ekstrak biji mimba 5% efektif terhadap
Ooencyrtus malayensis, dan Gryon
imago penggerek batang (Rumbaina
dasyni dengan tingkat parasitisasi dan Martono, 1988; Deciyanto, 1994).
mencapai 70 - 80%. A. dasyni Laba et al. (2005) melaporkan bahwa
merupakan parasitoid yang paling ekstrak mimba (produk pasar) 1%
dominan (Deciyanto et al., 1993; efektif terhadap pengisap bunga.
Trisawa, 2005). Parasitoid tersebut Menggunakan insektisida
dapat diperbanyak pada inang alternatif sintetik sebagai pilihan terakhir, antara
di laboratorium, seperti pada telur lain Karbofuran 3 G untuk penggerek
Riptortus linearis dan Nezara viridula
batang. Deciyanto dan Wiratno (1990)
yaitu kepik yang menyerang tanaman melaporkan bahwa insektisida
kedelai. Hasil perbanyakan kemudian berbahan aktif fenitrothion memiliki
dilepas (augmentasi) ke lapangan. pengaruh residu terpanjang dan
Musuh alami D. hewetti belum permetrin terpendek terhadap imago
banyak diketahui. Predator laba-laba penggerek batang.
jaring di lapangan dapat dibiarkan Insektisida MIPC, BPMC,
hidup karena hama dapat terjebak pada pyretroid, methamidophos, beta-
jaring laba-laba tersebut. cyfluthrin, omethoate, dan fention
Menyemprotkan cendawan dapat digunakan untuk mengendalikan
patogen serangga seperti Beauveria pengisap buah. Beberapa insektisida
bassiana, Metarrhizium anisopliae, dan untuk pengendalian pengisap bunga
Spicaria sp. Cendawan B. bassiana adalah MIPC, BPMC 500, pyretroid,

66
fenitothion, metil pirimifos, diubah. Pemahaman rantai trofik
karbofenothion, permethrin, fention, dengan prinsip menjaga stabilitas
naled, kartap, hidrokhlorida, kuinalfos, ekosistem harus lebih diutamakan.
endosulfan, fentoat, dan karbaryl. Populasi hama tetap dijaga dalam batas
Menggunakan insektisida keseimbangannya karena ada faktor
sintetik harus tepat waktu, tepat dosis, pembatas yang bekerjanya dipengaruhi
tepat sasaran, dan tepat jenis. oleh kerapatan populasi hama. Faktor
Perhatikan segi keamanannya pada saat pembatas tersebut diantaranya adalah
digunakan. musuh alami.
Pemantauan lapangan yang
PENGENDALIAN HAMA dilakukan secara berjadwal merupakan
TERPADU (PHT) kegiatan yang harus terus dilakukan,
Masing-masing komponen cara karena akan lebih mudah
pengendalian hama dapat dipadukan/ mengantisipasi jika terjadi serangan
dikombinasikan, misalnya antara hama. Tindakan pengendalian awal
kegiatan pemantauan dengan pengen- sudah dapat dilakukan sehingga
dalian secara fisik/mekanik dan kultur mencegah terjadinya peningkatan
teknik, atau antara kegiatan kultur serangan. Kegiatan pemantauan dapat
teknik dengan pengendalian secara dilakukan secara bersama-sama dengan
hayati. Pada dasarnya dalam pengen- kegiatan rutin petani di kebun seperti
dalian hama terpadu lebih saat penyiangan gulma secara terbatas
mengedepankan bekerjanya pengen- atau pemangkasan tiang panjat hidup.
dalian secara alami. Pengendalian
secara kimiawi dilakukan bila cara lain KESIMPULAN
tidak berhasil dan populasi serangga Hama menjadi bagian yang tidak
sudah mencapai tingkat yang terpisahkan dalam budidaya lada.
membahayakan secara ekonomi Pengelolaan terhadap hama perlu
(menimbulkan kerugian). Menurut dimulai bersamaan dengan proses
Flint dan van den Bosch (1990) PHT budidaya seperti pemilihan bahan
mempertimbangkan semua komponen tanaman sampai penanaman di
pengendalian yang ada. Semua lapangan. Pemantauan dini terhadap
komponen menjadi faktor-faktor yang kehadiran hama akan menentukan
bergabung menjadi satu dan juga langkah berikutnya sehingga populasi
bekerja secara individu atau bahkan hama tetap berada dalam batas yang
berlawanan. Sedapat mungkin secara ekonomi tidak merugikan.
komponen PHT dapat dipadukan Teknologi pengendalian hama utama
penggunaannya, sehingga meningkat- lada memberikan tuntunan dalam
kan keefektifannya. menurunkan populasi hama. Teknologi
Pendekatan pengendalian hama yang ada masih perlu dikembangkan
utama lada yang hanya mengandalkan lebih lanjut terutama pengendalian
penggunaan insektisida sintetik perlu yang ramah lingkungan. Teknologi

67
baru yang diperoleh dapat digunakan Deciyanto, S., Siswanto, dan Z.
untuk memperbaiki atau mendukung Asnawi, 1988. Kemampuan
teknologi yang sudah ada. merusak hama bunga lada
Pengendalian hama utama lada Diconocoris hewetti Dist.
secara kultur teknik yang dipadukan (Hemiptera: Tingidae). Bul. Littro
dengan pemanfaatan musuh alami 3(2):68-71.
(parasitoid) lebih diutamakan. Hal ini Deciyanto, S. dan Wiratno, 1990.
karena musuh alami tersebut sudah Efikasi dan pengaruh residu
beradaptasi pada lingkungan insektisida endosulfan, permetrin,
pertanaman lada dan menjadi agens dan fenitrothion terhadap imago
pengendali populasi hama yang efektif. hama penggerek batang lada
Tindakan konservasi musuh alami (Lophobaris piperis Marsh.). Bul.
dapat dilakukan dengan menyediakan Littro 5(2):115-120.
pakan bukan inang melalui tanaman
berbunga atau membiarkan gulma Deciyanto S., 1991. Fluctuation of
berbunga. pepper bug (Dasynus piperis
China) population in Bangka. Indus
DAFTAR PUSTAKA Crops Res J 3(2):27-10.
Asnawi, Z., 1992. Sebaran hama utama Deciyanto, S., I.M. Trisawa, and
di daerah sentra produksi lada Muchyadi, 1993. Parasitism
(Piper nigrum L.) di Bangka. fluctuation of egg-parasitoids of
Laporan Penelitian Balai Penelitian pepper bug (Dasynus piperis
Tanaman Rempah dan Obat. China) in Bangka. J Spice Medic
Crops 1(2):33-36.
Deciyanto, S., M. Iskandar, dan A.
Munaan, 1986. Preferensi larva Deciyanto, S., 1994. Studi kemung-
penggerek batang Lophobaris spp. kinan mimba (Azadirachta indica
dan kehilangan hasil pada tanaman A. Juss) sebagai insektisida dan zat
lada. Prosiding Temu Ilmiah penolak makan bagi serangga
Entomologi Perkebunan. Medan, dewasa penggerek batang lada
22-24 April 1986. (Lophobaris piperis Marsh.).
Simposium XIII Bahan Obat
Deciyanto, S., 1988. Fluktuasi populasi
Tradisional Indonesia. Bogor, 24-
dari penghisap bunga (Diconocoris
25 Nopember 1994.
hewetti Dist.) dan hubungannya
dengan kerusakan bunga, masa Deciyanto, S. dan Suprapto, 1996.
perkembangan dan curah hujan di Penggerek batang lada dan cara
Bangka. Pembr. Littri 14(1-2):12- pengendaliannya. Monograf
17. Tanaman Lada. Balittro :150-160.

68
Devasahayam, S., 2000. Insect pests of Laba, IW., I.M. Trisawa, T. Djuwarso,
black pepper. In Ravindran (editor). Nurida, W.R. Atmadja, A.M.
Black pepper, Piper nigrum. Amir, Muchyadi, Zainuddin,
Harwood Academic Publishers, Ahyar, S. Suriati, C. Sukmana, dan
Amsterdam : 309-334. A. Suhenda, 2005. Bioekologi dan
pengendalian hama pengisap bunga
Dhalimi, A., M. Syakir, dan A.
Diconocoris hewetti (Dist.) pada
Wahyudi, 1996. Pola tanam lada.
tanaman lada. Laporan Hasil
Monograf Lada. Balittro : 76-84.
Penelitian 2004. Proyek Penelitian
Flint, M.K. and R. van den Bosch, PHT Perkebunan Rakyat. 36 hal.
1990. Pengendalian Hama
Oka IN., 1995. Pengendalian Hama
Terpadu. Indah K, Priyadi J,
Terpadu dan Implementasinya di
penerjemah. Kanisius. Yogyakarta.
Indonesia. Gadjah Mada
Terjemahan dari: Introduction to
University. Yogyakarta.
Integrated Pest Management.
Rotschild, G.H.I., 1968. Note on
Kalshoven, L.G.E., 1981. Pests of
Diconocoris hewetti (Dist.)
Crops in Indonesia. Laan PA van
(Tingidae), a pest of pepper in
der, penerjemah. Ichtiar Baru-Van
Serawak (Malaysia Borneo). Bull.
Hoeve. Jakarta. Terjemahan dari:
Entomol. Res. 58:107-118.
De Plagen van de Cultuurgewassen
in Indonesie. Rumbaina, D. dan Martono, 1988. Uji
efikasi biji bengkuang
Karmawati, E., 1988. Pola sebaran
(Pachyrrhizus erosus Urb.)
pengisap buah lada di Kabupaten
terhadap hama penggerek batang
Bangka. Bul Pen Tan Rempah
lada. Sub Balittro Natar.
Obat 3(1):6-11.
Sivadasan, C.R., 1999. Pesticide
Laba IW., D. Kilin, dan I.M. Trisawa,
residue in food. Internat. Pepper
2004. Tingkat kerusakan dan
News Bull. 26(3-4):52-58.
serangan hama buah lada, Dasynus
piperis China pada pertanaman Suprapto, 1983. Hama Lophobaris sp.
lada di Bangka. J Entomol Pada tanaman lada di Kebun
Indonesia 1(1):34-40. Percobaan Natar, Lampung.
Pembr. Littri 8:8-16.
Laba, IW., 2005. Kepik Renda Lada,
Diconocoris hewetti (Dist.) Suprapto, 1986. Kisaran inang
(Hemiptera: Tingidae) : Biologi, penggerek batang lada. Pembr.
kelimpahan populasi dan Littri 12(1-2):1-11.
pengaruhnya terhadap kehilangan Suprapto dan Thomas, 1989. Aspek
hasil. Disertasi Sekolah Pasca biologi pengisap buah lada
Sarjana, Dep. Proteksi Tanaman. berbagai tingkat umur buah. Pembr
Fak. Pertanian IPB. 92 hal. Littri 14(4):119-125.

69
Suprapto dan Martono, 1989. Populasi (Hymenoptera : Eupelmidae) pada
hama alami penggerek batang pada Telur Dasynus piperis China
tanaman lada. Bul. Littro 4(1):6-10. (Hemiptera : Coreidae) di Bangka.
Tesis Sekolah Pasca Sarjana, Dep.
Suprapto, R. Kasim, D. Rumbaina, dan
Proteksi Tanaman. Fak. Pertanian
Martono, 1991. Uji efikasi
IPB. 42 hal.
cendawan Beauveria spp. Terhadap
penggerek batang (Lophobaris Untung, K. dan M. Sudomo, 1997.
piperis Marsh.). Seminar Bulanan Strategi pengelolaan serangga
Sub Balittro Natar, Lampung. April secara berkelanjutan. Di dalam:
1991. Hidayat et al. Pengelolaan
Serangga Secara Berkelanjutan.
Suprapto dan Suroso, 1994. Populasi
Prosiding Kongres Perhimpunan
alami pengisap buah pada tanaman
Entomologi Indonesia V dan
lada. Seminar Bulanan Sub Balittro
Simposium Entomologi; Bandung,
Natar, Lampung. April 1994.
24-26 Juni 1997. PEI. Bandung:
Suprapto, 2000. Manfaat penggunaan 36-46.
Arachis pintoi terhadap
van Emden HF., 1989. Pest Control.
perkembangan musuh alami
Second Edition. Edward Arnold.
organisme pengganggu utama
London.
tanaman lada. Makalah Workshop
Nasional Pengendalian Hayati OPT Vecht, J. van Der., 1940. De Kleine
Tanaman Perkebunan. Bogor, 15- Peppersnuitkever (L. piperis
17 Februari 2000. Loka Pengkajian Marsh.) Landbouw 16(6):323-366.
Teknologi Pertanian Natar : 1-12. Wikardi, E.A. dan Z. Asnawi, 1996.
Trisawa, I.M., Deciyanto, S., Sumarko, Hama pengisap dan hama lainnya.
dan Sihwiyono, 1992. Tingkat Di dalam: Wahid P, Deciyanto S,
serangan hama utama lada di Zaubin R, Mustika I, Nurdjannah
beberapa kecamatan di Kabupaten N, penyunting. Monograf Tanaman
Sambas, Kalimantan Barat. Bul Lada. Balittro:161-170.
Pen Tan Rempah Obat 7(2):6-10 Wilson, F. and C.B. Huffaker, 1976.
Trisawa, I.M., IW. Laba, dan W.R. The Phylosophy, Scope, and
Atmadja, 2005. Artropoda yang Importance of Biological Control.
berasosiasi pada ekosistem Di dalam : Huffaker CB,
tanaman lada. Jurnal Entomologi Messenger PS, editor. Theory and
Indonesia 2(1):10-18. Practice of Biological Control.
Academic Press. New York:3-16.
Trisawa, I.M., 2005. Biologi dan
Parasitisasi Anastatus dasyni Ferr.

70

Anda mungkin juga menyukai