Anda di halaman 1dari 10

PAPER

Pengorok daun kentang ( Liriomysa.sp) pada tanaman kentang


Dosen pengampu : Dr.Ir. vien sartika dewi, M.Si
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu hama tumbuhan

Nama : Brigita Bandong


Nim : G061221004
Kelas : Ilmu hama penyakit Tanaman
Prodi : Proteksi Tanaman

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang
mendapatkan prioritas untuk dikembangkan di Indonesia.Meskipun kentang bukan merupakan
makanan pokok rakyat Indonesia, namun konsumsi kentang yang dapat dijadikan sebagai
pangan alternatif guna mencukupi kebutuhan pangan di Indonesia tidak dapat diremehkan.Dari
tahun ke tahun, permintaan komoditas ini selalu meningkat karena ditunjang banyaknya produk
makanan yang berbahan dasar kentang

Melakukan budidaya tanaman tidak akan terlepas dari berbagai kendala, salah satunya
adalah adanya gangguan hama. Pada pertanaman kentang terdapat berbagai jenis hama yang
menyerang pertanaman.Salah satu organisme pengganggu tanaman yang merugikan pada
tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) adalah lalat pengorok daun (Lyriomiza
hoidobrensis). Distribusi Lyriomiza hoidobrensis sudah sangat meluas di seluruh sentra
pertanaman kentang (Setiawati et al. 1997). Kehilangan hasil akibat serangan lalat ini dapat
mencapai sekitar 34% (Soeriaatmadja dan Udiarto 1996). Selain sebagai Hama, serangga ini
juga mampu berperan sebagai vector virus TMV (Setiawati et al. 1997). Hama pengorok daun
merupakan hama pendatang dari benua Amerika Latin yang masuk ke Indonesia sekitar tahun
90-an. Beberapa spesies hama penggorok daun yang merusak tanaman sayuran diantaranya
Liriomyza huidobrensis yang menyerang sayuran kentang, Liriomyza trifolii yang menyerang
bunga krisan dan Liriomyza chinensis yang menyerang tanaman bawang. Kerusakan yang
ditimbulkan mencapai 60 – 100% (Samsudin, 2008).

seperti yang kita ketahui sekarang ini sebagaian besar petani mengendalikan hama dengan
menggunakan pestisida sintetik, hal tersebut dilakukan karena kelebihan pemeberantasan hama
yang paling ampuh dengan menggunakan pestisida sintetik, sehingga petani menggunakan
pestisida sintetik secara terus – menerus. Tanpa menyadari dampak negatif yang ditimbulakn
dari penggunaan pestisida sintetik. Hal tersebut seperti yang telah disampaikan oleh Mushibah
et al., (2015) jika penggunaan pestisida sintetik yang digunakan berlebihan dapat merusak
keseimbangan ekosistem, karena jika aplikasi pestisida yang digunakan tidak selektif akan
mengakibatkan populasi hama meningkat namun populasi musuh alami yang mampu
mengendalikan populasi hama berkurang.

Salah satu cara mempertahankan keragaman hayati dan untuk mengurangi penggunaan
bahan-bahan kimia yaitu dengan teknik pengendalian yang ramah lingkungan tetapi efektif
untuk mengendalikan hama pengorok daun pada tanaman kentang yaitu dengan cara
penanaman tanaman refugia. Refugia dapat menyediakan tempat berlindung secara spesial dan
atau temporal bagi musuh alami serta mendukung komponen interaksi biotik pada ekosistem
seperti polinator. Penanaman tanaman refugia di pematang diharapkan dapat mengundang
datangnya arthropoda predator dan parasitoid lebih awal dengan populasi yang cukup tinggi,
sehingga akan mampu mengekang perkembangan populasi hama kentang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengorok daun kentang ( Liriomysa.sp)

Lalat pengorok daun termasuk dalam genus Liriomyza, subfamily Phytomyzinae, famili
Agromyzidae, ordo Diptera, klas Insekta, filum Arthropoda dan kingdom animal (Spencer dan
Steyskal, 1986). Liriomyza dideskripsikan pertama kali oleh Blanchard tahun 1926 dari
tanaman Cineraria di Argentina (Parrella, 1992). Genus Liriomyza terdiri dari banyak spesies,
bersifat polifag sehingga dapat ditemukan pada berbagai jenis tanaman, sehingga
memungkinkan terbentuknya banyak spesies akibat adaptasi, mutasi dan evolusi.

Ketersediaan berbagai tanaman inangnya membantu pertumbuhan dan perkembangan serta


pemencarannya. Sifat polifag yang dimiliki oleh Liriomyza spp. memungkinkan serangga
tersebut untuk memencar lebih cepat ke jenis dan bagian tanaman lain yang lebih disukai. Pada
umumnya angin berpengaruh terhadap penyebaran lalat pengorok ini. Parella (1987)
menyatakan rataan jarak pergerakan imago betina (21,5 m) lebih jauh dari imago jantan (18,0
m) di rumah kaca. Di alam imago lalat pengorok daun tertarik pada warna kuning.

Gerakan memencar suatu serangga umumnya berlangsung secara lambat dan jarak yang
dapat dijangkau oleh individu selama hidupnya relative pendek. Namun hasil komulatif dari
jarak jangkau pendek yang ditempuh oleh generasi ke generasi akhirnya akan menjadi nyata
juga setelah beberapa tahun. Jarak jangkau akan menjadi lebih jauh dan berlangsung dengan
cepat, jikalau dibantu oleh manusia secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh
Liriomyza spp. Merupakan lalat asli Amerika Utara tetapi sekarang lalat tersebut telah
menyebar ke seluruh dunia karena aktivitas manusia.

Hama yang tadinya tidak pernah menjadi perhatian para petani tiba-tiba menjadi hama yang
sangat membahayakan bagi tanaman. Dalam waktu hitungan kurang dari 5 hari
jika Liriomyza sp. Menyerang bisa menyebabkan gagal panen. Di tanaman kentang, para
petani menyebut 5am aini dengan nama orek-orek sedangkan di tanaman bawang merah 5am
aini disebut dengan hama gerandong. Ketika musim kemarau tiba, petani sangatlah cemas jika
terserang 5am aini karena bisa mengakibatkan kegagalan. Hama pengorok daun sangat ditakuti
oleh petani sayuran, kerusakan yang ditimbulkannya bisa mencapai 60-100%.

b. Cara merusak

Perkembangan lalat pengorok daun Liriomysa spp. sangat ditentukan oleh ketersediaan
tanaman inang di lapang. Ketersediaan berbagai tanaman inangnya membantu pertumbuhan
dan perkembangan serta pemencarannya. Sifat polifag yang dimiliki oleh Liriomyza spp.
memungkinkan serangga tersebut untuk memencar lebih cepat ke jenis dan bagian tanaman
lain yang lebih disukai. Pada umumnya angin berpengaruh terhadap penyebaran lalat pengorok
ini. Parella (1987) menyatakan rataan jarak pergerakan imago betina (21,5 m) lebih jauh dari
imago jantan (18,0 m) di rumah kaca. Di alam imago lalat pengorok daun tertarik pada warna
kuning. Gerakan memencar suatu serangga umumnya berlangsung secara lambat dan jarak
yang dapat dijangkau oleh individu selama hidupnya relative pendek.
Setelah menetas, larva akan langsung menggorok jaringan misofil daun dan tetap
tinggal didalam liang korokan. Fase larva ini berlangsung selama 6 hingga 12 hari. Ukuran
larva yang sudah mencapai tahap instar terakhir bisa mencapai ukuran 3,5 mm Menjelang
memasuki fase pupa, larva akan membuka bagian bawah daun dan menjatuhkan diri kedalam
tanah. Setelah itu larva atau ulat akan menjadi kepompong(pupa). Akan tetapi untuk hama yang
menyerang pada tanaman bawang merah, pupa biasanya ditemukan menempel pada daun
bawang. Biasanya posisi pupa menempel pada bagian dalam rongga daun bawang (Supartha,
1998).
c. Gejala serangan
Liriomyza sp menyerang daun, namun bisa juga menyerang batang muda dan buah.
Lalat ini menyerang daun tanaman dengan cara meletakkan telur di bagian epidermis daun.
Setelah telur menetas dan berubah menjadi larva, akan menggorok dan masuk ke dalam
jaringan mesofil daun. Sehingga jaringan daun menjadi kosong, dan tampak guratan berwarna
putih atau perak dengan pola acak tak beraturan di permukaan daun. Serangan berat akan
mengakibatkan daun mengering dan tidak mampu mengeluarkan tunas baru.
Daun pada tanaman yang terserang hama ini akan timbul gejala seperti bintik-bintik
putih. Bintik putih tersebut disebabkan karena tusukan ovipositor dari imago atau lalat
penggorok daun. Kemudian akan muncul juga garis-garis yang berwarna abu-abu pucat pada
permukaan atas dan bawah daun. Garis tersebut merupakan liang korokan yang disebabkan
oleh larva penggorok daun. Liang dari hasil larva memamah biak juga terisi material kotoran
yang berwarna hitam yang terlihat seperti jejak tipis.Jika terjadi serangan yang berat, seluruh
helaian daun akan ditutupi oleh garis abu-abu atau korokan. Daun akan menjadi kering seperti
terserang busuk daun dan akan berguguran sehingga akan berdampak pada tanaman.

d. cara pengendalian

Diantara cara pengendaliannya adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan varietas tahan


2. Mengatur pola tanam yaitu dengan menanam kentang secara serempak, karena
penanaman yang tidak serempak akan mengakibatkan serangan yang lebih parah.
3. Membiarkan musuh alami seperti kumbang helm hidup pada tanaman budidaya.

4. Gunakan perangkap kuning, perangkap/jebakan ini didasari sifat serangga yang


menyukai warna kuning mencolok. Sebab warna itu mirip warna kelopak bunga yang
sedang mekar sempurna. Permukaannya dilumuri lem sehingga serangga yang hinggap
akan merekat sampai akhirnya mati. Umumnya serangga yang dapat terjebak adalah
hama golongan apid, kutu, dan tungau yang kemudian dijadikan indikator populasi
hama sekitar. Biasanya jebakan ini disebut dengan yellow sticky trap.
5. Gunakan insektisida yang mempunyai spektrum khusus untuk pengendalian hama
liriomyza dengan bahan aktif cyromazin. Akan tetapi sebelum melakukan
penyemprotan menggunakan insektisida lakukan pengamatan terhadap tanaman
terlebih dahulu, penggunaan insektisida dilakukan ketika serangan sudah mencapai
ambang pengendalian ekonomi. Ambang ekonomi atau ambang toleransi ekonomi
merupakan ketetapan tentang pengendalian keputusan waktu pelaksanaan pengendalian
pestisida. Jika populasi atau kerusakan hama belum mencapai aras tersebut,
penggunaan pestisida belum diperlukan. Agar hasil maksimal, penyemprotan pestisida
dilakukan dengan serentak antara beberapa petani dalam satu areal persawahan yang
saling berdekatan karena penyemprotan serempak ini bisa memutus siklus liriomyza
tersebut.
6. Lakukan rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup liriomyza tersebut dengan
menanam kubis pada bulan Oktober-Desember dan dilanjutkan dengan menanam padi.
DAFTAR PUSTAKA

Supartha I.W. 1998. Bionomi Liriomyza huidobrensis (Blancard) (Diptera: Agromyzidae) pada
Tanaman Kentang. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Parella, M .P. 1987. Biology of Liriomyza. Ann. Rev. Entomol. 32. Page. 201-224.

Setiawati., R.E. Soeriaatmadja dan Laksnawati. 1996. Pencaran Hama Liriomyza sp. dan
musuh alaminya. Lap. Panel. Proyek APBN-TA 1996/1997 (mimeograph).

Setiawati W, Rustamana E.S., Laksanawati. 1997. Inventarisasi pencara Hama Liriomyza sp.
(Diptera: Agromizidae) dan musush alaminya pada tanaman kentang. Balai penelitian
tanaman sayuran lembang. 16 hlm.

Setiawati W, 2000. Invasi Liriomyza sp. pada Komunitas Bawang Merah. Laporan Bahan
Rapim. Balitsa, Agustus 2000.

Mushibah, T. I., dan Leksono, A. S. (2015). Ketertarikan Arthropoda Terhadap Blok Refugia
(Ageratum Conyzoides, Capsicum Frutescens dan Tagetes erecta.) Dengan Splikasi
Pupuk Organik Cair dan Biopestisida di Perkebunan Apel Desa Poncokusumo. Jurnal
Biotropika 3(3), 123-127.
Kasus serangan hama pada daun kentang

Dari jurnal ini petani Pada saat wawancara, petani diminta mernperkirakan kehilangan hasil
panen kentang akibat serangan lalat pengorok daun. Sebanyak 32% responden menyatakan
bahwa serangan lalat pengorok menyebabkan hasil hingga lebih dari 70%, dan kehilangan hasil
antara 40-70% dilaporkan oleh 43% Hal ini menunjukkan bahwa kehilangan hasil di atas 40%

pada kebanyakan pertanaman kentang yang diserang oleh lalat pengorok daun. Hanya 7%
responden yang menyatakan kehilangan hasil di bawah 20%. Penman bobot hasil panen ini
disertai pula dengan penman kualitasnya, karena tanaman kentang hams dipanen lebih awal.
ini, dengan adanya invasi lalat pengorok &un, kekhawatiran gaga1 panem itu muncul pula pada
musim kemarau.

Tanggapan saya bahwa hama pengorok pada daun kentang menurunkan produktivas hasil
kentang (gagal panen) dan merusak kualitas umbi kentang sehingga pembeli berkurang.

Sehingga sangat penting pengendalian sehingga mengurangi resiko menurunya hasil umbi
kentang.S

Anda mungkin juga menyukai