Anda di halaman 1dari 12

Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada

I W. LABA DAN I.M. TRISAWA


Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
Indonesian Institute of Medicinal Crops and Aromatic
Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111

ABSTRAK enemie conservation through cover crops, mix


cropping and limited weeding. Arachis sp., Orthosiphon
Hama merupakan salah satu kendala produksi lada di sp., Ocimum sp. and Coffea sp. plants can be used in
Indonesia. Serangan hama terjadi sejak tanaman masih cropping system with black pepper.
di pembibitan hingga produktif di lapangan. Hama
menyerang berbagai bagian tanaman antara lain Key Words: Black pepper, Piper nigrum, pest,
bunga, buah, pucuk, cabang, dan batang. Di Indonesia bioecology, management, ecosystem
dikenal tiga hama yang menyerang pertanaman lada
yaitu penggerek batang (Lophobaris piperis Marsh.),
pengisap buah (Dasynus piperis China) dan pengisap PENDAHULUAN
bunga (Diconocoris hewetti (Dist.)). Populasi penggerek
batang selalu ada di lapangan pada berbagai stadia
Salah satu faktor utama yang dapat
(telur, larva, pupa, dan dewasa), sedangkan pengisap
bunga dan buah populasinya ditemukan pada musim menurunkan produksi lada adalah serangan
bunga dan buah. Pengendalian hama lada pada hama. Serangan hama dapat terjadi sejak
umumnya petani menggunakan insektisida sintetik. tanaman di pembibitan hingga produktif di
Alternatif lain yang dapat digunakan untuk
lapangan. Bagian tanaman yang diserang antara
mengendalikan hama lada adalah pengelolaan
ekosistem, sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan lain bunga, buah, pucuk, cabang, dan batang.
musuh alami antara lain parasitoid. Untuk Serangan pada bagian yang produktif dapat
meningkatkan populasi parasitoid dapat dilakukan berakibat langsung terhadap kehilangan hasil,
konservasi musuh alami melalui tanaman sela,
sedangkan serangan pada bagian vegetatif, selain
tanaman penutup tanah atau penyiangan terbatas.
Tanaman sela yang dapat digunakan antara lain berakibat tidak langsung terhadap kehilangan
Arachis sp., Orthosiphon sp. Ocimum sp. dan Coffea sp. hasil dapat pula mengakibatkan kematian
tanaman. Berdasarkan hasil survei yang
Kata kunci : Lada, Piper nigrum, hama, bioekologi,
pengendalian, ekosistem
dilakukan oleh Asnawi et al. (1988) pada 14 desa
di 8 kecamatan Kabupaten Bangka terdapat 11
ABSTRACT jenis serangga hama yang menyerang tanaman
lada. Menurut Devasahayam (2000), tanaman
Ecosystem Management for Controlling Black
lada di India diserang oleh 56 spesies serangga
Pepper Pest
pada berbagai bagian tanaman lada. Walaupun
Pest is one of the obstacles of black pepper production demikian di Indonesia dikenal tiga hama utama
in Indonesia. The pest attacks all parts of the plant yang menyerang pertanaman lada yaitu
such as inflorescens, fruits, shoots, branches and stems
penggerek batang, Lophobaris piperis Marsh.
at nursery as well as in the field. In Indonesia black
pepper was infested by 3 species of pests, namely stem (Coleoptera: Curculionidae), pengisap bunga,
borer, Lophobaris piperis Marsh, pepper berry bug, Diconocoris hewetti (Dist.) (Hemiptera: Tingidae),
Dasynus piperis China and lace bug, Diconocoris hewetti dan pengisap buah, Dasynus piperis China
(Dist.). The population of stem borers always presents
(Hemipetara: Coreidae). Penggerek batang dan
in the field with different stages (egg, larvae, pupa and
adult), while lace bug and pepper berry bug are found pengisap buah terdapat hampir di seluruh daerah
in the field during flowering and fruit stages. Control pertanaman lada di Indonesia, sedangkan
of black pepper pests by farmers is usually using pengisap bunga di Aceh, Kalimantan, dan
syntetic pesticide. Other alternative to manage black
Bangka (Kalshoven, 1981).
pepper pest namely ecosystem management and
natural enemy such as parasitoid. To increase the Kehilangan produksi lada akibat serangan
natural enemy population can be done by natural hama cukup besar dan bervariasi sesuai dengan

86 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 86 - 97


usaha pengendalian di daerah bersangkutan. sebelum mencapai stadium pupa. Pupa
Serangan penggerek batang dapat meng- berbentuk eksarat dan berwarna putih kotor
akibatkan kerusakan cabang dan batang tanaman hingga kekuningan. Serangga dewasa L. piperis
mencapai 42,8%, sedangkan tanaman dan buah berwarna hitam mengkilat. Bagian mulut terletak
rusak masing-masing mencapai 96,64% dan pada rostrum yang memanjang menyerupai
19,58% (Suprapto dan Martono, 1989). Untuk belalai. Antena berbentuk gada dan berwarna
mengendalikan hama lada pada umumnya petani coklat tua. Panjang tubuh antara 3,2 – 4,2 mm
menggunakan insektisida. Penggunaan insek- dan lebar antara 1,5 – 2,1 mm. Jantan dan
tisida sintetik dapat menyebabkan dampak betinanya dapat dibedakan terutama dari ukuran
negatif antara lain resistensi dan resurjensi hama, tubuh. Umumnya ukuran tubuh serangga jantan
terbunuhnya serangga bukan sasaran, jauh lebih kecil dan langsing dibandingkan
pencemaran lingkungan dan kandungan residu dengan betina. Serangga dewasa di lapangan
pada produk lada (Oka, 1995; Manuwoto, 1999; dapat hidup selama 1 hingga 1,5 tahun. Siklus
Sivadasan, 1999). Oleh karena itu pemerintah hidup dari telur hingga menjadi serangga dewasa
Indonesia mengambil kebijakan untuk mem- rata-rata berlangsung dua bulan.
batasi penggunaan insektisida dan melaksanakan Kumbang betina bertelur pada bagian buku-
konsep pengendalian hama terpadu (PHT). buku cabang buah dan batang utama. Selama
Musuh alami hama merupakan komponen hidupnya mampu meletakkan telur antara 280 -
PHT yang penting untuk mengendalikan hama, 525 butir, atau rata-rata 380 butir dengan
khususnya hama perkebunan, karena tanaman penetasan mencapai 88,71% (Vecht, 1940).
perkebunan mempunyai ekosistem lebih Serangga dewasa akan berdiam diri seperti mati
komplek, sehingga kelimpahan populasi artro- dan akan menjatuhkan diri bila disentuh atau
poda juga lebih komplek dibandingkan dengan diganggu. Serangga juga tidak menyukai sinar
tanaman semusim. Pengelolaan ekosistem matahari, sehingga lebih sering berada pada
termasuk kultur teknis yang dapat meningkatkan bagian tanaman yang terlindungi dari cahaya.
peran musuh alami. Untuk memanfaatkan Berbagai stadium L. piperis selalu dijumpai di
komponen-komponen PHT diperlukan informasi lapangan. Pada awal musim hujan biasanya
bioekologi hama. Tulisan ini menguraikan terdapat telur dan larva muda, sedangkan pada
tentang pengelolaan ekosistem yang didasari pertengahan musim hujan terdapat pupa dan
bioekologi untuk meningkatkan peran musuh serangga dewasa. Pada akhir musim hujan,
alami yang dapat menekan perkembangan stadium telur dan larva lebih banyak ditemukan.
populasi hama lada. Semua stadium akan sulit ditemukan pada
musim kemarau (Deciyanto dan Suprapto, 1996).
Ditinjau dari penyebarannya, L. piperis
BIOEKOLOGI HAMA LADA DAN terdapat di Indonesia dan Malaysia (Vecht, 1940;
KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN Kueh, 1979) maka tampak bahwa perkembangan
dan pertumbuhan serangga ini ditunjang oleh
Penggerek Batang, L. piperis Marsh. temperatur yang umum mempengaruhi daerah
(Coleoptera: Curculionidae) sekitar katulistiwa. Di laboratorim serangga ini
mampu tumbuh dengan baik pada suhu sekitar
Bioekologi. Serangga L. piperis mengalami 28oC. Asnawi et al. (1988) mengatakan bahwa
metamorfose sempurna, mulai dari telur, larva, hama penggerek batang dapat tumbuh dan
pupa sampai dewasa. Telur berwarna putih berkembang lebih baik pada pertanaman lada
kekuningan, panjang antara 0,45 – 0,75 mm dan yang ditanam dengan penegak hidup
lebar antara 0,51 – 0,71 mm. Larvanya tidak dibandingkan dengan penegak mati.
bertungkai, silindris dan berwarna putih kotor. Temperatur, kelembaban, dan sinar matahari tak
Larva mengalami pergantian kulit tiga kali langsung yang mempengaruhi iklim mikro di

Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada (I W. Laba dan IM Trisawa) 87


sekitar areal pertanaman lada dengan tiang pada dua cabang buah selalu diikuti dengan
penegak hidup, diduga sangat menunjang serangan larva pada satu batang utama, yang
pertumbuhan dan perkembangan penggerek. diperkirakan dapat mengakibatkan kehilangan
Penggerek L. piperis sampai saat ini hanya hasil sekitar 16,5%. Serangga dewasa hanya
diketahui dapat hidup dan berkembang biak menyerang bunga, buah, pucuk, ranting muda,
pada tanaman dari keluarga Piperaceae, terutama dan daun muda. Akibat serangan umumnya
genus Piper yang dikategorikan sebagai sirih- berupa gejala gigitan pada bagian tanaman yang
sirihan. Hampir pada semua genus Piper diserang dan menghitamnya bekas gigitan
serangga ini mampu hidup dan berkembang karena pembusukan.
biak, walaupun setiap spesies dari anggota genus
ini memiliki berbagai tingkat ketahanan yang Pengisap Buah , D. piperis China (Hemiptera:
berbeda terhadap serangga penggerek tersebut. Coreidae)
Namun demikian tanaman inang utama yang
Bioekologi. Kepik berwarna hijau keco-
paling sesuai adalah P. methysticum Forst dan P.
klatan. Serangga dewasa berukuran panjang 10-
nigrum L. Pada kedua tanaman ini keberhasilan
15 mm, lebar 4-5 mm, dan mempunyai tipe mulut
penggerek batang mencapai stadia terakhir 75%
menusuk dan pengisap. Siklus hidup dari telur
(Suprapto, 1986).
hingga serangga dewasa sekitar 6 minggu.
Kelimpahan populasi di lapangan kurang
Serangga betina selama hidupnya dapat meng-
dipengaruhi oleh keberadaan buah lada sebagai
hasilkan telur ± 200 butir (Direktorat Bina
makanan utama serangga dewasanya, karena
Perlindungan Tanaman, 1994). Menurut
serangga ini hidup dan mampu berkembang biak
Kalshoven (1981), kepik betina meletakkan telur
dengan menyerang hampir semua bagian
secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari
tanaman lada. Keberadaan populasi di lapangan
3 – 10 butir, dengan produksi telur maksimal 160
tampak lebih banyak dipengaruhi oleh
butir. Kepik betina bertelur selama 14 hari.
kemampuan musuh-musuh alami menekan
Kemudian serangga dewasa dapat hidup sampai
populasi serangga ini. Musuh alami yang
1-3 bulan, namun siklus hidup secara
diketahui potensial adalah parasitoid larva
keseluruhan rata-rata berlangsung 1,5 – 2 bulan.
Spathius piperis (Braconidae: Hymenoptera) dan
Chapman (1971) menyatakan bahwa buah lada
parasitoid pupa Eupelmus curculionis
yang telah cukup tua (6-9 bulan) mengandung
(Eupelmidae: Hymenoptera) (Suprapto dan
karbohidrat lebih tinggi yang dibutuhkan untuk
Martono, 1989) serta cendawan patogen serangga
pertumbuhan kepik secara optimal, oleh karena
Beauveria sp. Musuh alami lainnya yang perlu
itu umur buah 6-9 bulan paling disukai oleh
diperhitungkan yang setidaknya diperkirakan
kepik D. piperis.
mampu menekan serangga penggerek adalah
Nimfa yang baru menetas berukuran ± 2 mm,
predator laba-laba. Peranan berbagai jenis
tidak bersayap, berwarna kuning kecoklatan,
musuh alami tersebut sangat bergantung pada
antena menggelembung pada ruas tertentu dan
makanan parasitoid dewasa dalam bentuk nektar
selalu lebih panjang dari tubuhnya. Nimfa
dan tingkat pencemaran oleh pestisida.
mengalami pergantian kulit empat sampai lima
Kerusakan. Kerusakan yang paling berat
kali dan stadium nimfa berlangsung 3-4 minggu
adalah karena serangan larva L. piperis yaitu
(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1994).
dapat menyebabkan kerusakan bagian tanaman
Lama stadium nimfa tergantung pada umur buah
yang digerek bahkan kematian tanaman.
lada yang dikonsumsi. Apabila buah lada yang
Menurut Deciyanto et al. (1986) 23% lubang
dikonsumsi 4,5 – 6 bulan, lama stadium nimfa
gerekan terdapat pada batang utama dan 77%
berkisar antara 26 – 33 hari, jika umur buah 6-9
pada cabang tanaman. Serangan larva pada satu
bulan, maka lama stadium nimfa hanya 19-25
batang utama dapat mengakibatkan kehilangan
hari (Kalshoven, 1981).
hasil sekitar 43,48%. Pada umumnya serangan

88 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 86 - 97


Telur berwarna coklat tua, berbentuk lonjong persentase tetas telur sampai dewasa lebih tinggi.
agak persegi, panjang 1,50 mm, lebar 1 mm, Pertumbuhan stadium nimfa dan peletakan telur
tinggi 0,90 mm. Telur diletakkan sejajar 2-4 butir serta jumlah telur pada tanaman lada dan cabai
atau berkelompok 8-10 butir di permukaan daun, jawa dapat dilihat pada Tabel 1.
cabang, dan buah muda, namun paling banyak Hama pengisap buah pada beberapa varietas
ditemukan pada bagian tengah tajuk lada. lada dan cabai jawa mampu hidup dan
Stadium telur berlangsung 7-8 hari (Kalshoven, menghasilkan keturunan dengan kelangsungan
1981). hidup yang beragam (Tabel 1). Pada varietas
Kepik aktif pada waktu pagi dan sore hari, lada, umur instar 1-5 berkisar antara 23,14 – 26,14
sedangkan pada siang hari bersembunyi di hari. Umur stadium instar 1-5 paling pendek
bagian dalam dari tajuk tanaman. Kepik lebih ditemukan pada varietas Kuching dan cabe jawa,
menyukai tempat yang rimbun dan agak gelap masing-masing 23,14 dan 23,52 hari. Pada cabai
untuk meletakkan telurnya. Kepik betina jawa, umur kepik dewasa paling pendek,
meletakkan telur antara pukul 14.00 – 18.00 sedangkan yang paling lama adalah pada
(Kalshoven, 1981). Kepik mengambil cairan dari varietas Natar 1. Menurut Chapman (1971), hal
berbagai bagian tanaman, antara lain buah, ini karena serangga pada stadium nimfa
bunga, pucuk muda dan tangkai daun, namun memperoleh cukup karbohidrat, pertumbuhan-
yang paling disukai adalah buah (Deciyanto, nya lebih cepat dan umurnya lebih pendek.
1991). Kepik betina meletakkan telur secara acak Serangga dewasa mulai bertelur pada varietas
baik pada tanaman lada yang buahnya masih lada maupun cabai jawa berkisar antara 7,63 –
muda atau hijau maupun buahnya hampir masak 14,75 hari. Kemampuan bertelur kepik yang
atau telah masak, sedangkan nimfa tinggi terdapat pada cabe jawa dan paling rendah
mengelompok pada tanaman lada yang berbuah pada varietas Johor getas yaitu 5,75 butir.
muda dan menyebar pada tanaman lada yang Kerusakan. Serangga ini memakan buah lada
berbuah hampir masak (Karmawati, 1988). dengan cara menusukkan stiletnya dan mengisap
Hama pengisap buah lada, hanya cairan buah sehingga buah kosong dan rusak.
mempunyai inang tanaman lada, namun di Buah yang terserang menjadi hitam dengan
Malaysia juga ditemukan pada tanaman jeruk gejala bercak-bercak bekas lubang tusukan. Buah
(Kalshoven, 1981). Menurut Suprapto et al. terserang akhirnya gugur. Serangan pada buah
(1996), selain pada lada, hama ini juga ditemukan muda mengakibatkan untaian buah gugur
pada cabe jawa dengan keberhasilan hidup lebih sebelum tua. Jika buah yang diserang sudah tua
tinggi, kemampuan bertelur lebih banyak, serta mengakibatkan buah menjadi kering. Buah mulai

Tabel 1. Umur pengisap buah lada instar 1 sampai dengan dewasa bertelur pada beberapa varietas lada
dan cabe jawa.
Rata-rata umur (hari)
Varietas Instar 1 Instar 2 Instar 3 Instar 4 Instar 5 Dewasa s/d Jumlah telur
bertelur
Natar 1 3,63 4,38 4,50 8,38 5,25 14,75 11,00
Natar 2 3,50 4,25 4,75 7,75 5,50 12,75 10,25
Petaling 1 3,75 4,25 5,00 7,13 5,00 10,75 10,50
Petaling 2 4,00 4,00 4,50 7,25 5,00 13,50 14,00
Panniyur 3,88 4,00 4,88 7,50 5,25 12,75 15,00
Johor getas 3,38 4,00 4,38 6,75 5,63 8,75 5,75
Kuching 3,38 3,88 3,63 6,75 5,50 10,75 10,50
Cabe jawa 3,50 3,63 4,13 6,88 5,38 7,63 20,75
Sumber : Suprapto et al. (1996)

Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada (I W. Laba dan IM Trisawa) 89


diserang setelah berumur 4,5 bulan, pada saat Sebaran D. hewetti hanya terbatas di daerah
buah mulai matang susu. Bangka, Kalimantan dan Aceh. Di Bangka
Berdasarkan hasil survai Asnawi (1992), puncak populasi hama terjadi antara bulan
tingkat kerusakan buah oleh kepik berkisar Oktober dan Februari sedangkan antara bulan
antara 14,72 – 16,01%. Serangan paling berat Juli dan September populasi rendah. Masa
dijumpai di Bangka Tengah (23-36%), kemudian pembungaan sangat mempengaruhi kehadiran
di bagian Utara dan Barat (19-22%), sedangkan di hama di lapangan, sedangkan curah hujan secara
Bangka Selatan serangan agak ringan (15-17%). tidak langsung mempengaruhi fluktuasi populasi
Pola tanam dan agroekosistem pada seluruh areal (Deciyanto, 1988). Hasil penelitian Laba (2005)
survei hampir sama, tekanan parasitoid juga menunjukkan bahwa populasi D. hewetti
merata, sehingga diduga perlakuan budidaya umumnya memperlihatkan pola tebaran acak,
menekan populasi kepik. Di Bangka Selatan tetapi pada saat populasi tinggi memperlihatkan
petani lada melakukan pemupukan lebih teratur, pola tebaran bergerombol.
lengkap dan berimbang dibandingkan dengan Kerusakan. Serangga ini merusak tanaman
bagian lainnya. Diduga penggunaan pupuk ini lada dengan jalan mengisap cairan bunga,
secara tidak langsung berpengaruh terhadap sehingga bunga tidak dapat berkembang menjadi
tingkat serangan kepik. Di Kabupaten Sambas, buah dan warnanya berubah dari kuning
Kalimantan Barat tingkat serangan hama berkisar kehijauan menjadi coklat atau hitam. Selain itu
antara 13,52-18,68% dan Kecamatan Samalantan juga menyerang buah yang masih muda.
merupakan daerah serangan kepik (Trisawa et al., Adanya bintik-bintik berwarna coklat dan cairan
1992). ekskresi yang kental merupakan gejala bekas
serangan hama bunga (Rotschild, 1968).
Pengisap Bunga, D. hewetti (Dist) (Hemiptera: Kemampuan D. hewetti mengisap bulir bunga
Tingidae) sangat tinggi. Satu ekor dalam waktu 24 jam
mampu merusak satu bulir bunga dan
Bioekologi. Telur berwarna bening
menggagalkan pembuahan. Bulir bunga yang
kekuningan, berbentuk lonjong, berukuran
diisap oleh hama ini mengalami proses yang
panjang 0,75 mm dan lebar 0,22 mm, serta
dimulai dari gejala tusukan pada bulir bunga,
biasanya diletakkan di antara tonjolan bunga
perubahan warna pada bulir bunga, layu, bulir
pada bulir bunga. Sepuluh hari kemudian telur
bunga mengering dan akhirnya bulir bunga
menetas. Nimfa berwarna kuning muda mirip
gugur. Proses perubahan warna bulir bunga
bunga lada, sehingga sulit dilihat. Nimfa terdiri
sangat cepat, dalam waktu 24 jam, bulir bunga
dari lima instar dengan total masa perkembangan
yang diisap sudah menunjukkan warna kuning
antara 13,0 – 17,3 hari. Siklus hidup berlangsung
kecoklatan, pada hari kedua warna bunga
sekitar 30 hari. Lama hidup imago jantan 10,2 –
berubah menjadi coklat tua dan menggagalkan
18,8 hari, sedangkan imago betina 13,6 – 16,9 hari.
pembentukan buah. Pada hari ketujuh bunga
Bila tidak tersedia bulir bunga, serangga dewasa
menjadi kering. Apabila serangan kepik ringan
dapat bertahan hidup dengan makan pucuk daun
kadang terjadi pembentukan buah tidak
atau bulir buah muda. Rataan lama hidup imago
sempurna, sebagian dari bulir bunga tidak
pada pucuk 12,1 hari dan pada bulir buah muda
terbentuk buah. Kerusakan pada perbungaan
23,5 hari (Rotschild, 1968; Laba, 2005).
fase tiga lebih besar dibandingkan dengan
Serangga dewasa berwarna hitam dan tidak
perbungaan fase satu dan dua (Laba, 2005).
aktif terbang, berdiam diri di sekitar bulir bunga.
Perbedaan kerapatan populasi imago
Jika diganggu akan menjatuhkan diri, sehingga
pengisap bunga berpengaruh terhadap besarnya
lebih mudah menangkapnya yaitu dengan
kehilangan hasil. Pada kerapatan populasi 1, 2, 3,
menyimpan wadah (lembaran kain) di bawah
dan 4 ekor imago/empat bulir, diperkirakan
bulir bunga kemudian bulir bunga digoyang.
besarnya kehilangan hasil berturut-turut 37,38;

90 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 86 - 97


82,89; 71,86 dan 77,81%, sedangkan untuk nimfa 2004). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
besarnya kehilangan hasil pada kerapatan 1, 2, tanaman lada perlu mendapat perhatian, untuk
dan 3 ekor kepik/bulir berturut-turut 73,24; meningkatkan pendapatan petani secara
80,29, dan 89,05% (Laba, 2005). berkelanjutan. Berbagai masalah dijumpai dalam
Tingkat kerusakan bunga lada akibat usaha meningkatkan produksi lada, mulai dari
serangan D. hewetti di Bangka berkisar antara pengembangan luas areal, budidaya sampai
9,59 – 20,21%. Bangka Tengah merupakan harga. Salah satu masalah dalam budidaya lada
daerah endemis tinggi yaitu 18,94 – 20,21%, adalah gangguan hama. Ada tiga jenis hama
kemudian Bangka Utara dan Barat berkisar utama yang menyerang tanaman lada seperti
antara 12,89 – 14.17%, dan Bangka Selatan lebih yang diuraikan di atas. Ketiga hama utama lada
ringan yaitu 9,59 – 12,03% (Asnawi, 1992). Hasil dapat ditemukan secara bersama-sama di
observasi Trisawa et al. (1992) hama ini paling lapangan, populasinya bergantung dari
dominan dan cukup serius di Kalimantan Barat. ketersediaan sumber pakan terutama untuk hama
Di Kecamatan Sungai Raya saja tercatat 38,64% pengisap bunga dan buah. Berdasarkan
pertanaman lada terserang hama dan daerah ini bioekologi hama lada maka upaya pengendalian
merupakan daerah serangan yang agak berat. dapat diarahkan untuk ketiga hama tersebut.
Informasi tentang bioekologi hama utama Pengendalian hama lada melalui pendekatan
lada dan kerusakan yang ditimbulkannya cukup ekosistem lebih dititikberatkan pada penggunaan
lengkap. Beberapa informasi tambahan memang varietas tahan dan bekerjanya pengendalian
masih diperlukan seperti hubungan kerapatan secara alami. Varietas tahan berfungsi untuk
populasi, baik nimfa maupun imago D. dasyni mengekang populasi hama. Komponen
terhadap kerusakan buah (kehilangan hasil) pada pengendalian lain yang kompatibel diarahkan
beberapa varietas lada, evaluasi terhadap potensi untuk membantu atau mendorong pengendalian
kehilangan hasil yang bakal terjadi akibat alami bekerja secara maksimal. Ekosistem
serangan hama utama lada. Kehilangan hasil merupakan komponen yang sangat penting yang
akibat serangan hama dan penyakit tanaman lada perlu dikelola terutama pada tanaman tahunan
pada tahun 1999 diperkirakan 5.8 miliyar rupiah seperti lada, mengingat keragaman agro-
(Direktorat Perlindungan Tanaman Perkebunan, ekosistem lebih tinggi dibandingkan dengan
1999; Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman tanaman semusim. Semakin tinggi keragaman
Perkebunan, 2000). agroekosistem, jaringan makanan semakin
banyak, maka agroekosistem tersebut semakin
PENGENDALIAN HAMA LADA stabil. Pengelolaan ekosistem akan berdampak
MELALUI PENGELOLAAN EKOSISTEM kepada peningkatan populasi dan peran musuh
DAN FAKTOR PENDUKUNG alami, oleh karena itu pemahaman lingkungan
biotik dan abiotik sangat penting sebagai
Lada (Piper nigrum L.) adalah salah satu landasan keberhasilan menggunakan pengen-
komoditas rempah yang diperdagangkan di dalian secara alami. Di samping itu biologi ketiga
dunia dan diusahakan sejak sebelum Perang hama utama tersebut di atas sangat mendukung
Dunia II. Tanaman lada di Indonesia diusahakan untuk mempertahankan populasi musuh alami,
dalam bentuk perkebunan rakyat. Perkebunan karena ketiga hama tersebut selalu hadir diper-
lada merupakan penyerap tenaga kerja atau tanaman lada. Pada umumnya tanaman lada
penyedia lapangan kerja yang potensial. Jumlah berbunga musiman, sehingga hama pengisap
tenaga kerja yang dapat diserap tidak kurang bunga akan hadir pada musim bunga. Hal yang
dari 16,9 juta orang (Direktorat Jenderal Bina sama terjadi pada hama pengisap buah. Hasil
Produksi Perkebunan, 2000). Luas areal tanaman penelitian Laba (2005) menunjukkan bahwa
lada pada tahun 2003 sudah mencapai 204.107 ha tanaman lada yang berbunga musiman, tetapi
(Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, kenyataannya selalu ada bunga susulan, sehingga

Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada (I W. Laba dan IM Trisawa) 91


sepanjang tahun bunga maupun buah tersedia Hal ini untuk meningkatkan peran musuh alami
sebagai pakan hama pengisap bunga dan hama utama lada. Menurut Dadan (2002)
pengisap buah. Populasi hama perlu dipertahan- musuh alami penggerek batang lada L. piperis
kan dalam jumlah yang tidak merusak tanaman adalah parasitoid larva antara lain Spathius piperis
untuk mempertahankan populasi musuh alami, (Hymenoptera: Braconidae), Euderus sp.
dengan demikian musuh alami (parasitoid (Hymenoptera: Eulophidae), Dinarmus coimba-
maupun predator) dapat mengimbangi populasi torensis (Hymenoptera: Microgasteridae) dan
hama. Tujuan pengelolaan ekosistem tersebut Eupelmus curculionis (Hymenoptera: Eupelmidae).
dapat dilakukan terutama pada tanaman Sedangkan musuh alami pengisap buah lada D.
tahunan. Komponen pengendalian lain yang piperis adalah parasitoid telur yaitu Anastatus
kompatibel antara lain penggunaan patogen dasyni (Hymenoptera: Eupelmidae), Ooencyrtus
serangga di antaranya 1) Beauveria bassiana, untuk malayensis (Hymenoptera: Encyrtidae) dan Gryon
membantu mengendalikan hama utama, 2) dasyni (Hymenoptera: Scelionidae). Untuk hama
tanaman penutup tanah, untuk mendorong pengisap bunga lada D. hewetti, musuh alami
aktifitas musuh alami dan penyediaan nektar yang potensial untuk dikembangkan belum
untuk pakan parasitoid, sehingga dapat bekerja dijumpai kecuali laba-laba predator. Di samping
secara maksimal, dan 3) penggunaan pestisida parasitoid dan predator, cendawan patogen
nabati dan pengendalian secara fisik (mekanis) merupakan agens hayati yang dapat
dapat menekan populasi hama. dikembangkan untuk mengendalikan hama lada.
Dalam budidaya tanaman lada, maka Pada kebun lada yang ditanami dengan A.
pemilihan varietas yang berproduksi tinggi dan pintoi, tingkat parasitisasi S. piperis (Hymenop-
tahan terhadap gangguan organisme tera: Braconidae) pada larva penggerek batang
pengganggu perlu diutamakan. Dari sekitar 40 lada L. piperis berkisar antara 25,0% sampai 50%,
varietas lada yang ada di Indonesia, varietas sedangkan tanpa A. pintoi hanya 5,2% sampai
Natar 1, Natar 2, dan Kuching diketahui memiliki 10,8% (Suprapto, 2000). Penanaman tanaman A.
toleransi yang baik terhadap serangga penggerek pintoi juga dapat meningkatkan parasitasi total
batang lada. Untuk perkembangan lada di daerah parasitoid telur D. piperis. Tingkat parasitisasi
serangan berat penggerek batang lada seperi pada tanaman lada dengan A. pintoi di Lampung
Lampung, pemanfaatan varietas toleran tersebut berkisar antara 10,72% sampai 45,71%, sedangkan
merupakan keharusan (Suprapto, 1988). Varietas tanpa A. pintoi berkisar antara 0,00% sampai
Kerinci diketahui menurunkan tingkat kesuburan 35,47% (Trisawa et al., 2004). Pada kebun lada
pengisap buah lada. Varietas Lampung Daun yang ditanami dengan A. pintoi dan kebun lada
Lebar (LDL) lebih sesuai untuk hidup dan yang ditumbuhi gulma berbunga di Bangka,
berkembang pengisap bunga dibandingkan tingkat parasitisasi total parasitoid telur D.
dengan varietas Chunuk (Laba, 2005). Varietas piperis masing masing 74,12% dan 60,34% serta
tertentu mungkin toleran terhadap satu jenis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal
hama, tetapi tidak toleran terhadap jenis hama ini menunjukkan bahwa ketersediaan nektar
yang lain. Oleh karena itu, varietas apapun yang bunga sangat berperan sebagai sumber pakan
digunakan, upaya untuk mengurangi kerusakan imago parasitoid betina untuk meningkatkan
dan penurunan produksi tanaman oleh hama reproduksinya (Trisawa, 2005). Fungsi tanaman
harus tetap dilakukan. A. pintoi, menurut Suprapto (2000) selain sebagai
Pengelolaan ekosistem lada dengan cara sumber pakan parasitoid juga bermanfaat sebagai
penyiangan terbatas dengan membiarkan sumber serasah untuk media dekomposisi
beberapa gulma berbunga, menanam tanaman cendawan antagonis Trichoderma sp. Pengendali
penutup tanah seperti Arachis pintoi, atau penyakit busuk batang lada yang disebabkan
tumpang sari antara tanaman lada dengan oleh cendawan Phytophthora capsici, dan
tanaman berbunga lainnya sangat dianjurkan. menghambat penyebaran penyakit tersebut.

92 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 86 - 97


Di antara parasitoid telur D. piperis, A. dasyni Menurut Deciyanto dan Asnawi (1997), pola
merupakan parasitoid telur D. piperis yang paling sebaran parasitisasi parasitoid telur D. piperis
dominan. Tingkat parasitisasinya antara 70 – secara horizontal merata pada tingkat yang tinggi
80% (Deciyanto et al., 1993; Trisawa, 2005). pada semua arah mata angin. Pada kondisi
Dominasi ini dapat terjadi karena A. dasyni pertanaman tanpa penyiangan, daya
memiliki ukuran tubuh yang paling besar parasitisasinya relatif lebih tinggi dibandingkan
dibandingkan dengan parasitoid telur lainnya. dengan penyiangan bersih. Secara vertikal, pada
Parasitoid A. dasyni betina memiliki ukuran pertanaman tanpa penyiangan, populasi
panjang 2,16 mm dan lebar 0,53 mm, sedangkan parasitoid lebih banyak di bagian bawah
panjang tubuh jantan 1,53 mm dan lebar 0,39 tanaman (0-1 m). Namun sebaliknya pada
mm. Betina dapat hidup selama 37,7 hari bila kondisi penyiangan bersih, populasi parasitoid
tersedia pakan, dan selama hidupnya mampu lebih banyak di bagian atas tanaman (1,30 – 1,80
menghasilkan keturunan sebanyak 99,45 ekor m). Untuk memperoleh tingkat konservasi
(Trisawa, 2005). Parasitoid telur D. piperis dapat parasitoid yang tinggi sekaligus mencegah
diperbanyak pada inang alternatif seperti telur persaingan hara antara gulma dan tanaman lada
hama pengisap polong kedelai Riptortus linearis maka penyiangan dapat dianjurkan untuk
dan Nezara viridula, sehingga hal ini akan dilakukan secara terbatas selebar tajuk tanaman
menguntungkan jika akan dilakukan saja.
perbanyakan masal untuk tujuan pelepasan Selain tanaman penutup tanah A. pintoi,
(Augmentasi). Hasil penelitian Daniati (2006) penanaman tanaman sela yang banyak memiliki
menunjukkan bahwa keperidian A. dasyni pada bunga dan menarik bagi serangga antara lain
telur R. Linearis adalah 79,3 ekor, sedangkan Orthosiphon sp., Occimum sp., dan kopi
keperidian O. malayensis pada telur N. viridula (Deciyanto et al., 1999) dapat dimanfaatkan untuk
(Alwi dan Deciyanto, 2000) sebesar 85,50 ekor. mempertahankan dan meningkatkan keberadaan
Penelitian tentang daya adaptasi dan parasitoid di pertanaman. Penanaman berbagai
kemampuan mencari inang asli parasitoid hasil ragam tanaman pada suatu areal secara umum
pembiakan di laboratorium pada inang alternatif tidak hanya penting untuk meningkatkan hasil
di lapangan sampai saat ini belum dilakukan. yang optimum tetapi juga relatif dapat
Penelitian seperti ini perlu dilakukan untuk menciptakan kondisi tanaman bebas serangan
menentukan keberhasilan pengendalian D. piperis hama.
menggunakan musuh alaminya. Penerapan pengelolaan ekosistem pada
Mengingat pentingnya nektar bunga sebagai tanaman lada (manipulasi lingkungan) seperti
sumber pakan parasitoid, maka tidak dianjurkan melalui penanaman A. pintoi kadang menjadi
untuk melakukan pengendalian gulma secara masalah tersendiri terutama saat musim hujan.
bersih. Pengaruh pengendalian gulma terhadap Pada musim tersebut, pertumbuhan A. pintoi
parasitoid telur D. piperis pada pertanaman lada sangat cepat sampai tumbuh di sekitar batang
menunjukkan bahwa tingkat parasitisasi lada, sehingga memerlukan penyiangan
parasitoid telur D. piperis lebih rendah diban- (bobokor) yang lebih sering dilakukan di sekitar
dingkan dengan tanpa penyiangan (Tabel 2). batang lada. Kendala ini dapat diatasi jika petani

Tabel 2. Persentase telur D. piperis yang terparasit berdasarkan posisi dan perlakuan budidaya tanaman
lada
Perlakuan Persentase telur terparasit Rata-
Utara Selatan Timur Barat Tengah rata
Tanpa 89,82 85,22 89,29 85,71 90,91 88,19
penyiangan
Penyiangan 74,37 80,00 82,20 79,36 80,77 79,32
bersih
Rata-rata 82,10 82,61 85,75 82,49 85,84 83,76
Sumber : Deciyanto dan Asnawi (1997)

Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada (I W. Laba dan IM Trisawa) 93


memelihara ternak kambing dan menjadikan A. Pengendalian fisik (mekanik) lain yang dapat
pintoi sebagai pakannya. Di samping itu A. pintoi dilakukan adalah dengan menangkap imago
juga dapat dijadikan sebagai campuran untuk hama. Penggerek batang dan pengisap bunga
pembuatan pupuk organik. lada mudah ditangkap, cukup dengan
Di samping pemberdayaan musuh alami, menyimpan wadah (kain) di bawah bagian
penggunaan cendawan patogen serangga seperti tanaman kemudian tanaman digoyang sehingga
Beauveria bassiana dapat dilakukan untuk hama jatuh. Untuk pengisap buah, penangkapan
menekan populasi imago hama lada. Cendawan dapat dilakukan secara langsung dengan tangan
B. bassiana pada konsentrasi 0,1% mampu atau menggunakan jaring. Hama yang telah
membunuh penggerek batang sampai 41,67% ditangkap kemudian dimatikan. Di samping itu
(Suprapto et al., 1991) dan konsentrasi 0,5 g tindakan pemangkasan baik tanaman penegak
mengendalikan pengisap bunga sampai 90% maupun tanaman lada dapat dilakukan untuk
(Laba et al., 2005). Pengaruh penggunaan mengatur penyinaran matahari yang dapat
cendawan patogen terhadap musuh alami lada berpengaruh terhadap populasi hama utama
belum diketahui. Namun demikian penerapan- lada. Hama lada kurang menyukai matahari
nya di lapangan dapat dilakukan secara bijaksana secara langsung. Pemangkasan yang dilakukan
dengan melihat populasi hama dan waktu yang juga dengan memperhitungkan kebutuhan
tepat. Hal yang sama juga berlaku jika diterapkan cahaya optimum untuk pertumbuhan dan
pengendalian dengan menggunakan insektisida perkembangan lada yaitu tidak kurang dari 75%.
nabati. Beberapa jenis insektisida nabati yang Untuk menekan populasi hama lada dapat
efektif terhadap hama di antaranya adalah juga dilakukan dengan tidak memberikan pupuk
ekstrak biji bengkuang, mimba, dan akar tuba berlebihan terutama N. Penggunaan pupuk N
5% untuk mengendalikan penggerek batang dan yang tinggi dapat mengakibatkan meningkatnya
pengisap buah (Rumbaina dan Martono, 1988; sukulensi tanaman, sehingga meningkatkan
Deciyanto, 1994; Suprapto dan Deciyanto, 1997). preferensi makan dengan peletakan telur
Penggunaan produk mimba yang sudah serangga dewasa hama lada seperti L. piperis
dipasarkan (Azadirachtin 0,6 AS) juga mampu (Deciyanto dan Suprapto, 1996). Pada pelak-
mengendalikan pengisap bunga (Laba et al., sanaannya memang perlu perhitungan yang
2005). tepat, yaitu di satu sisi mampu meningkatkan
Teknik pengendalian lain yang dapat produksi tanaman tetapi di sisi lain tidak
dipadukan dalam pengelolaan ekosistem adalah menciptakan kondisi tanaman yang memacu
pengendalian secara fisik (mekanik). Pengen- perkembangan hama.
dalian secara fisik (mekanik) penggerek batang Teknik apapun yang diterapkan dalam
adalah dengan memotong dan memusnahkan pengendalian hama melalui pengelolaan
cabang dan batang tanaman yang terserang. ekosistem, langkah awal yang perlu diperhatikan
Bekas potongan pada bagian cabang atau batang adalah monitoring (pemantauan) populasi hama.
tersebut segera diolesi dengan ter atau minyak Monitoring dapat dilakukan petani setiap
pelumas untuk mencegah digunakannya sebagai melakukan kegiatan di kebun ladanya. Hasil
tempat bertelur penggerek. Hasil penelitian monitoring menjadi bahan acuan untuk lebih
Suprapto dan Suroso (1994) menunjukkan bahwa memudahkan pengambilan keputusan pengen-
penutupan luka pangkasan menggunakan ter dalian.
mampu menekan serangan sampai 64,71%, Berbagai cara pengendalian hama lada yang
sedangkan dengan mengoles luka pangkasan dianjurkan, memang masih perlu penelitian dan
dengan insektisida metidation 40% dan asefat pengkajian lebih lanjut terutama jika memadukan
40% mampu menekan serangan penggerek lebih dari satu cara pengendalian. Satu cara
17,65% dan 5,88%. idealnya mendukung cara lain. Tetapi yang lebih
utama adalah menekan populasi hama untuk

94 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 86 - 97


mengatasi kerugian hasil dengan resiko yang Proyek Pengendalian Hama Terpadu
lebih kecil terhadap lingkungan. Perkebunan Rakyat. Direktorat Perlin-
dungan Perkebunan. Direktorat Jenderal
KESIMPULAN Bina Produksi Perkebunan, Departemen
Pertanian. 50 hlm.
Pengendalian hama lada melalui pengelolaan Daniati, C. 2006. Pengaruh umur telur inang
ekosistem adalah dengan cara memanipulasi alternatif Riptortus linearis (Hemiptera:
lingkungan yang menguntungkan musuh alami Alydidae) terhadap tingkat parasitasi
yaitu penyiangan terbatas, menanam varietas parasitoid Anastatus dasyni Ferr.
toleran, penanaman tanaman penutup tanah, (Hymenoptera: Eupelmidae) di Labora-
tumpang sari, dan tidak menyemprot insektisida torium. Skripsi. Fak. Pertanian, Univ.
sintetik harus dilakukan. Cara lain yang dapat Padjadjaran. 44 hlm.
dipadukan adalah secara fisik (mekanik) melalui Deciyanto, S., M. Iskandar, dan A. Munaan. 1986.
pemotongan cabang (ranting) terserang Preferensi larva penggerek batang
penggerek dan pengumpulan serangga dewasa Lophobaris spp. dan kehilangan hasil pada
L. piperis, D. piperis dan D. hewetti, kemudian tanaman lada. Prosiding Temu Ilmiah
dimusnahkan. Pemangkasan tanaman lada secara Entomologi Perkebunan. Medan, 22-24
teratur juga dapat menurunkan populasi hama. April 1986.
Jika perlu, pengendalian hama utama lada dapat Deciyanto, S. 1988. Fluktuasi populasi dari
menggunakan insektisida nabati seperti mimba penghisap bunga (Diconocoris hewetti
dan bengkuang atau dengan patogen serangga B. Dist.) dan hubungannya dengan
bassiana. Selain komponen-komponen tersebut kerusakan bunga, masa perkembangan
perlu dilakukan pemantauan. dan curah hujan di Bangka. Pembr. Littri
14(1-2):12-17.
DAFTAR PUSTAKA Deciyanto, S. 1991. Fluctuation of pepper bug
(Dasynus piperis China) population in
Alwi, A. dan S. Deciyanto. 2000. Biologi Ooen- Bangka. Industrial Crops Research
cyrtus malayensis Ferr. Parasitoid telur Journal 3(2):27-30.
Dasynus piperis China pada inang Deciyanto, S., I.M. Trisawa, and Muchyadi. 1993.
alternatif Nezara viridula L. Jurnal Littri Parasitism fluctuation of egg-parasitoids
6(3):61-65. of pepper bug (Dasynus piperis China) in
Asnawi, Z., P. Wahid dan E. Karmawati. 1988. Bangka. Journal Spice Medic Crops
Pengaruh jenis tiang panjat terhadap 1(2):33-36.
populasi hama utama lada. Pembr. Littri Deciyanto, S. 1994. Studi kemungkinan mimba
13(3-4):57-60. (Azadirachta indica) sebagai insektisida
Asnawi, Z. 1992. Sebaran hama utama di daerah dan zat penolak makan bagi serangga
sentra produksi lada (Piper nigrum L.) di dewasa penggerek batang lada
Bangka. Laporan Penelitian Balai Pene- (Lophobaris piperis Marsh.) Simposium
litian Tanaman Rempah dan Obat. (tidak VIII Bahan Obat Tradisional Indonesia.
dipublikasikan). Bogor 24-25 Nopember 1994.
Chapman, R.F. 1971. The insect structure and Deciyanto, S. dan Suprapto. 1996. Penggerek
function. The English Univ. Press, batang lada dan cara pengendaliannya.
London. 116pp. Monograf Tanaman Lada. Balai Pene-
Dadan, H., Judawi, D., Priharyanto,D., Luther, litian Tanaman Rempah dan Obat. Hlm
G.C., Mangan, J., Untung, K., Sianturi, 150-160.
M., Mundy, P. dan Riyanto. 2002. Musuh Deciyanto, S. dan Z. Asnawi., 1997. Pola sebaran
alami hama dan penyakit tanaman Lada. parasitoid telur hama buah pada

Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada (I W. Laba dan IM Trisawa) 95


tanaman lada di Bangka. Prosiding pengaruhnya terhadap kehilangan hasil.
Seminar Nasional Tantangan Entomologi Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut
pada Abad XXI. Bogor, 8 Januari 1997. Pertanian Bogor. 92 hlm.
PEI Cabang Bogor-Proyek PHT, Bogor. Laba, I W., I.M. Trisawa, T. Djuwarso, Nurida,
Hlm 216-222. W.R. Atmadja, A.M. Amir, Muchyadi,
Deciyanto, S., A. Alwi, dan T.E. Wahyono. 1999. Zainuddin, Ahyar, S. Suriati, C. Suk-
Ekobiologi musuh alami hama utama mana, dan A. Suhenda. 2005. Bioekologi
lada. Laporan Teknis Bagian Proyek dan pengendalian hama pengisap bunga
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Diconocoris hewetti (Dist.) pada tanaman
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan lada. Laporan Hasil Penelitian. Proyek
Obat. (tidak dipublikasikan). Penelitian PHT Perkebunan Rakyat. 36
Devasahayam, S. 2000. Insect pests of black hlm.
pepper. In Ravindran (editor). Black Manuwoto, S. 1999. Pengendalian hama ramah
pepper, Piper nigrum. Harwood Aca- lingkungan dan ekonomis. Makalah
demic Publishers, Amsterdam. p 309-334. Utama dalam Seminar Nasional PEI
Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman “Peranan Entomologi dalam Pengen-
Perkebunan. 2000. Statistik Perkebunan dalian Hama yang Ramah Lingkungan
Indonesia. 1998-2000. Lada. Jakarta: dan Ekonomis. PEI Cabang Bogor. 16
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Februari 1999. Hlm 1 – 10.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Oka IN. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan
Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan Implementasinya di Indonesia. Gadjah
Indonesia. 2001-2003. Lada. Jakarta: Mada University. Yogyakarta. 255 hlm.
Departemen Pertanian. Rotschild, G.H.I. 1968. Note on Diconocoris
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 1994. hewetti (Dist.) (Tingidae), a pest of pepper
Buku Operasional Pengendalian Terpadu in Serawak (Malaysia Borneo). Bull.
Hama Pengisap Buah Lada Dasynus Entomol. Res. 58:107-118.
piperis China. Direktorat Bina Perlin- Rumbaina, D. dan Martono. 1988. Uji efikasi biji
dungan Tanaman. Deptan. Jakarta. bengkuang (Pachyrrhizus erosus URB.)
Direktorat Perlindungan Tanaman Perkebunan. terhadap hama penggerek batang lada.
1999. Perkembangan Hama dan Penyakit Sub Balai Penelitian Tanaman Rempah
Lada. Jakarta: Direktorat Jenderal dan Obat, Natar. (tidak dipublikasikan).
Perkebunan. Sivadasan, C.R. 1999. Pesticide residue in food.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Internat. Pepper News Bull. 26 (3-4):52-
Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. 58.
Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta. Suprapto. 1986. Kisaran inang penggerek batang
Terjemahan dari: De Plagen van de lada. Pembr. Littri 12 (1-2):1-11.
Cultuurgewassen in Indonesie. 701pp. Suprapto. 1988. Respon biologi penggerek batang
Karmawati, E. 1988. Pola sebaran pengisap buah lada pada beberapa varietas lada. Pembr.
lada di Kabupaten Bangka. Bul. Littro. Littri. 14:1-2.
3(1): 6-11. Suprapto dan Martono. 1989. Populasi hama
Kueh, T.K. 1979. Pest, Diseases and Disorders of alami penggerek batang pada tanaman
Black Pepper in Sarawak. Semongok lada. Bul. Littro. 4(1):6-10.
Agricultural Research Centre. Sarawak, Suprapto, R. Kasim, D. Rumbaina, dan Martono.
East Malaysia. 68pp. 1991. Uji efikasi cendawan Beauveria spp.
Laba, I W. 2005. Kepik Renda Lada, Diconocoris Terhadap penggerek batang (Lophobaris
hewetti (Dist.) (Hemiptera: Tingidae): piperis Marsh.) Seminar Bulanan Sub
Biologi, kelimpahan populasi, dan

96 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 86 - 97


Balittro Natar. April 1991 (tidak Tanaman Perkebunan. Bogor, 15-17
dipublikasikan) Februari 2000. Loka Pengkajian
Suprapto dan Suroso. 1994. Populasi alami Teknologi Pertanian Natar. 12 hlm.
pengisap buah pada tanaman lada. Trisawa, I.M., Deciyanto, S., Sumarko, dan
Seminar Bulanan Sub Balittro Natar, Sihwiyono. 1992. Tingkat serangan hama
Lampung. April 1994 (tidak dipublikasi- utama lada di beberapa kecamatan di
kan). Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Suprapto, Suroso, dan R. Asnawi. 1996. Status Buletin Littro. 7(2): 6-10.
inang pengisap buah (Dasynus piperis Trisawa I.M, I.W.Laba dan W.R. Atmadja. 2004.
China) pada cabai jawa (Piper retrofractum Pengaruh penutup tanah Arachis pintoi
L.)., Jurnal Penelitian Tanaman Industri terhadap musuh alami hama utama lada
1(2):84-88. di Lampung. Makalah Simposium IV
Suprapto dan Deciyanto, S. 1997. Efikasi Hasil Penelitian Tanaman Perkebunan;
beberapa insektisida nabati terhadap Bogor, 21-23 September 2004. 10 hlm.
hama pengisap buah lada (Dasynus Trisawa, I.M. 2005. Biologi dan Parasitisasi
piperis China). Prosiding Seminar Anastatus dasyni Ferr. (Hymenoptera:
Nasional PEI Cab. Bogor. Tantangan Eupelmidae) pada Telur Dasynus piperis
Entomologi pada Abad XXI, Bogor, 8 China (Hemiptera: Coreidae) di Bangka.
Januari 1997. Hlm 276-281. Tesis Sekolah Pasca Sarjana, Dep.
Suprapto 2000. Manfaat penggunaan Arachis Proteksi Tanaman. Fak. Pertanian IPB. 42
pintoi terhadap perkembangan musuh hlm.
alami organisme pengganggu utama Vecht, J. van Der. 1940. De Kleine Pepper-
tanaman lada. Makalah Workshop snuitkever (L. piperis Marsh.) Landbouw
Nasional Pengendalian Hayati OPT 16(6):323-366.

Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada (I W. Laba dan IM Trisawa) 97

Anda mungkin juga menyukai