Oleh :
MONITA PUSPITASARI
NIM. 1320282004
b. Klasifikasi
Nematoda bengkak akar diklasifikasikan pada filum Nematoda, Ordo
Tylenchida, Subordo Tylencina, Superfamili Tylenchoidea, Famili Heteroderidae,
Genus Meloidogyne, dan Spesies Meloidogyne spp. (Agrios, 2005).
Ordo Tylenchida: 1. Stilet berbentuk ramping, lancip, biasanya pada
pangkal stilet terdapat knob yang terdiri dari tiga bagian sebagai tempat
melekatnya otot-otot, 2. Farink dibagi menjadi empat bagian yang berturut-turut
dari depan adalah prokorpus, metakorpus (berupa lembaran berbentuk seperti
bulan sabit, sebagai tempat melekatnya otot-otot radial), isthmus (ramping
memanjang yang dilingkari oleh sebuah cincin syaraf), dan bagian bawah adalah
basal bulbus atau lobus, 3. Kutikula kelompok nematoda ini memiliki anulasi jelas
(Dropkin, 1992).
Famili Heteroderidae: tubuh betina menggelembung (seperti buah pir,
jeruk), jantan vermiform dan aktif bergerak. Kerangka kepala betina lembek, tidak
mengeras sedangkan yang jantan berkembang dengan baik. Tidak mempunyai
sayap ekor. Pada betina Heterodera dan Globodera mempunyai kista, sedang
pada Meloidogyne tetap lunak. Mempunyai dua buah ovarium. Vulva terdapat
pada bagian ujung belakang tubuh bagian tengah Globodera, Heterodera dan
Meloidogyne (Dropkin, 1992).
Nematoda Meloidogyne spp. ini mempunyai beberapa spesies. Antar
spesies dapat dibedakan dengan melihat ciri fisik dari nematoda tersebut. Selain
itu antar spesies dari genus Meloidogyne spp. ini dapat dibedakan dengan melihat
sidik pantat dari nematoda tersebut. Dengan melihat sidik pantat ini dapat
dibedakan spesiesnya. Sidik pantat dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian dorsal
dan bagian lateral. Pada sidik pantat bagian dorsal diantaranya garis lateral,
lengkung dorsal, plasmid, sedangkan bagian ventral terdapat lubang vulva, lubang
anus, dan striae.
Contohnya sidik pantat Meloidogyne incognita mempunyai ciri utama
lengkung dorsal yang persegi (bersudut 90o). Pada sidik pantat Meloidogyne
arenaria mempunyai ciri utama pertemuan lengkung dorsal dan ventral
membentuk seperti bahu dengan tonjolan kutikula dan becabang seperti garpu.
Pada sidik pantat Meloidogyne javanica mempunyai ciri utama terdapat garis
lateral yang memisahkan lengkung dorsal dan lengkung ventral. Pada sidik pantat
Meloidogyne hapla mempunyai ciri khusus terdapat tonjolan-tonjolan seperti duri
pada zona ujung ekor.
c. Morfologi
Menurut Dropkin (1992), nematoda betina berbentuk seperti botol bersifat
endoparsit yang tidak terpisah (sedentary), mempunyai leher pendek, dan tanpa
ekor. Panjangnya lebih dari 0,5 mm dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm. Daerah bibir
kecil dan mempunyai tiga anulus. Stiletnya lemah, panjangnya 12-15 µm,
melengkung kearah dorsal, dan memiliki pangkal knop yang jelas. Yang betina
mempunyai esofagus dengan metakorpus bulat dan sangat jelas serta mempunyai
lembaran berbentuk bulan sabit. Kelenjar esofagusnya besar, kompak dan dekat
dengan metakorpus, dan tumpang tindih dengan usus. Saluran kelenjar esofagus
dorsal membesar ke dalam ampula sedikit di belakang sambungan lumen
esofagus. Saluran ekskresi bermuara pada bagian eksterior jauh ke depan, dan
kadang-kadang sedikit di belakang pangkal stilet. Pada nematoda betina ususnya
tidak jelas bentuknya dan tidak dihubungkan dengan rektum. Uterus kedua
gonadnya bertemu pada suatu tempat sedikit di depan vulva. Telur-telurnya
diletakkan di dalam kantung telur yang terdapat di luar tubuh betina dan
disekresikan oleh sel-sel kelenjar rektum. Pada beberapa jenis kutikula yang
betina tebalnya dapat mencapai 30 µm. Adanya pola yang jelas yang terdapat di
sekitas vulva dan anus disebut pola perineal yang dapat dipergunakan untuk
identifikasi jenis.
Larvanya mirip seperti pada Heterodera, tetapi lebih kecil, mempunyai
stilet lebih pendek dan lebih kecil (Dropkin, 1992).
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam
tanah. Panjangnya bervariasi maksimum 2 mm, sedangkan perbandingan antara
panjang tubuh dan lebarnya mendekati 45. Kepalanya tidak berlekuk, panjang
stiletnya hampir dua kali panjang stilet betina. Bagian posterior berputar 180º
memiliki 1-2 testis (Dropkin, 1992).
d. Bioekologi
Siklus hidup nematoda pada lingkungan optimum yaitu 25 hari pada suhu
27°C, tetapi bisa lebih lama hidup pada suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi
(Agrios, 2005). Telur-telurnya diletakkan di dalam kantung telur yang gelatinus
yang mungkin untuk melindungi telur tersebut dari kekeringan dan jasad renik
(Dropkin, 1992).
Lamanya siklus hidup dari telur hingga dewasa berlangsung tiga minggu
sampai beberapa bulan, tergantung kepada kondisi lingkungan dan tumbuhan
inangnya (Dropkin, 1992). Jumlah telur yang dihasilkan oleh nematoda dalam
satu kelompok telur mencapai 400-1000 telur atau lebih, bahkan apabila tanaman
inang dan lingkungan cocok bisa mencapai 2800 telur. Telur berbentuk elip
dengan ukuran 67-128 µm x 30–35 µm (Winarto, 2008).
Dari telur hingga menjadi larva instar kedua berlangsung selama 7-10 hari.
Di Filipina pada suhu 25-29ºC Meloidogyne incognita memerlukan waktu 15 hari
untuk bertelur setelah inokulasi dari larva stadia kedua pada tanaman tomat.
Tetapi umumnya M. incognita memproduksi massa telur setelah inokulasi dalam
waktu 18-20 hari. Pada temperatur antara 22ºC-26ºC sejumlah besar larva
Meloidogyne spp., memasuki perakaran dalam waktu 24 jam dan menetap di
dalam posisi memakan antara 2 atau 3 hari. Tubuh berkembang sekitar 6 hari
setelah masuk dan perbedaan jenis kelamin tampak setelah 12 hari. Pergantian
kulit kedua dalam waktu 18 hari diikuti dengan pergantian kulit ketiga dan
keempat antara 18-24 hari. Nematoda betina tumbuh dengan cepat antara hari ke-
24 hingga hari ke-30. Massa telur tampak setelah hari ke-27 sampai hari ke-30.
Telur-telur ini mulai tersimpan pada hari ke-30 sampai pada hari ke-40 (Taylor
dan Sasser, 1978).
Pada tanaman tomat siklus hidup nematoda bengkak akar lebih cepat yaitu
24,30 hari sedangkan pada kobis dan bayam berturut-turut yaitu 27,70 dan 28,70
hari. Pada tanaman tomat lebih cepat disebabkan tomat lebih rentan dibandingkan
tanaman kobis dan bayam (Winarto, 2008). Bengkak akar pada tanaman tomat
akan terjadi dalam waktu 24-48 jam setelah larva masuk ke dalam tanaman,
kemudian setelah 4-5 hari terbentuk sel raksasa (Dropkin, 1992). Infeksi pada
akar oleh nematoda pada tanaman stadia generatif menyebabkan produksi bunga
dan buah tomat berkurang (Luc et al., 1995).
Pada umumnya Meloidogyne spp., berkembangbiak secara partenogenesis
dengan fase telur yang terdiri dari 4 stadium larva dan dewasa. Pergantian kulit
pertama kali terjadi didalam telur, sedangkan tiga pergantian berikutnya terjadi
didalam jaringan tanaman (Sastrahidyat, 1990). Fase telur ini mengalami
pergantian kulit jadi juvenile I. Setelah itu, telur menetas, ganti kulit kedua jadi
memasuki fase juvenile II. Kemudian bekembang anti kulit ketiga lagi masuk ke
fase juvenile III, tumbuh masuk fase juvenile IV setelah ganti kulit keempat. Dari
fase juvenile IV memasuki fase dewasa jantan dan betina. Meloidogyne spp.
jantan dan betina dewasa kemudian membengkak tubuhnya sehingga aktivitas
geraknya terbatasi, betina akan mengandung telur yang jumlahnya banyak, ukuran
tubuh betina akan tetap membengkak terus, tetapi jantan dewasa akan kembali ke
ukuran ramping semula lagi. Pada fase hidup bebas, larva stadium kedua infektif
melakukan migrasi melalui tanah untuk menemukan akar tanaman yang sesuai,
kecuali kalau telur-telur dihasilkan didalam puru atau didalam umbi tanaman,
dimana saat telur telah menetas dan berpindah ke sisi makanan yang lain tanpa
harus muncul ke atas permukaan tanah (Franklin cit Southey, 1982 cit
Ayuningtyas, 2008).
Larva masuk ke dalam jaringan tanaman dan bergerak ke arah silinder
pusat, seringkali berada di daerah pertumbuhan akar samping. Di daerah dekat
silinder pusat tersebut larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang
menjadi makanannya. Larva selanjutnya menggelembung dan melakukan
pergantian kulit untuk kedua dan ketiga kalinya tanpa makan, selanjutnya larva
akan menjadi jantan dewasa atau betina dewasa. Penentuan jenis kelamin ini
ditentukan oleh faktor lingkungan. Pada kondisi tertekan atau stres misalnya
kepadatan tinggi dan suhu tinggi, cadangan makanan sedikit atau ketidaksesuaian
tanaman inang maka presentase jantan lebih besar. Nematoda jantan akan lebih
banyak terbentuk jika akar terserang berat dan zat makanan tidak mencukupi
untuk perkembangan nematoda. Nematoda jantan berbentuk memanjang di dalam
kutikula stadium larva ke empat selanjutnya keluar dari jaringan akar. Sedangkan
nematoda betina masih berada di dalam jaringan tanaman dengan bagian posterior
tubuhnya berada pada permukaaan akar (Dropkin, 1992).
Gambar 2. Tahapan siklus hidup nematoda bengkak akar; A. Telur nematoda yang
juvenil II, b. Juvenil II yang menetrasi ke jaringan tanaman, C.
Nematoda bengkak akar betina pada akar tanaman yang menyebabkan
pembentukan dan memakan “giant cells”, D. Bagian longitudinal
Meloidgyne betina memakan giant cells, E. nematoda bengkak akar
betina bertelur di luar akar (Agrios, 2005)
Gambar 3. Siklus penyakit nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp.) (Agrios,
2005)
f. Gejala serangan
NBA dikenal sebagai parasit akar berbagai jenis tumbuhan, terutama di
daerah tropis dan subtropik. Tumbuhan yang terserang biasanya menunjukkan
gejala yang tidak normal seperti kerdil, cenderung layu pada hari panas sedangkan
akarnya akan mengalami pembengkakan. Serangan pada tanaman tomat terutama
terjadi pada tanah yang berstektur kasar atau berpasir, disamping memperlemah
tanaman nematoda juga dapat menyebabkan kehilangan hasil (Sastrahidayat,
1990). Tanaman yang diserang ditandai adanya terbentuknya puru atau gall pada
sistem perakarannya, daunnya mengalami klorosis, tanaman kerdil, daunnya layu
dan banyak gugur, sedangkan akar lebih sedikit, bila tanaman yang terserang
hebat/parah, maka tanaman tersebut akan mati (Taylor dan Sasser, 1978).
Mekanisme penyerangan oleh Meloidogyne spp. dimulai dengan
masuknya nematoda ke dalam akar tumbuhan melalui bagian-bagian epidermis
yang terletak dekat tudung akar. Nematoda ini mengeluarkan enzim yang dapat
menguraikan dinding sel tumbuhan terutama terdiri dari protein, polisakarida
seperti pektin sellulase dan hemisellulase serta patin sukrosa dan glikosid menjadi
bahan-bahan lain. Meloidogyne spp. Mengeluarkan enzim sellulase yang dapat
menghidrolisis selulosa enzim endopektin metal transeliminase yang dapat
menguraikan pektin. Dengan terurainya bahan-bahan penyusun dinding sel ini
maka dinding sel akan rusak dan terjadilah luka. Selanjutnya nematoda ini
bergerak diantara sel-sel atau menembus sel-sel menuju jaringan sel yang
terdapat cukup cairan makanan, kemudian menetap dan berkembangbiak
kemudian nematoda tersebut masih mengeluarkan enzim proteolitik dengan
melepaskan IAA (Asam indol asetat) yang merupakan heteroauksin tritopan yang
diduga membantu terbentuknya puru ( Lamberti, 1979).
Pada akar tanaman yang terserang menjadi bisul bulat atau memanjang
dengan besar bervariasi. Di dalam bisul ini terdapat nematoda betina, telur dan
juvenil. Bisul akar yang membusuk akan membebaskan nematoda dan telurnya ke
dalam tanah kemudian masuk ke dalam akar tanaman lain. Ukuran dan bentuk
puru tergantung pada spesies, jumlah nematoda di dalam jaringan, inang dan umur
tanaman. Pada akar-akar tanaman Cucurbitaceae, akar-akarnya bereaksi terhadap
kehadiran Meloidogyne dengan membentuk puru besar dan lunak sedangkan pada
kebanyakan tanamam sayuran lainnya purunya besar dan keras. Apabila tanaman
terinfeksi berat oleh Meloidogyne sistem akar yang normal berkurang sampai
pada batas jumlah akar yang berpuru berat dan menyebabkan sistem
pengangkutan mengalami disorganisasi secara total. Sistem akar fungsinya benar-
benar terhambat dalam menyerap dan menyalurkan air maupun unsur hara.
Tanaman mudah layu, khususnya dalam keadaan kering dan tanaman sering
menjadi kerdil (Luc et al., 1995).
Di dalam akar yang terinfeksi oleh Meloidogyne spp. Diferensiasi secara
normal pada xilem dan floem terganggu. Sel-sel periskel mengganti beberapa
pembuluh kayu dan tapis di dalam puru akar dan fungsi akar berkurang, oleh
karena akar yang terinfeksi mengalami pertumbuhan baru dan pengangkutan dari
akar kebagian permukaan atas tanaman makin berkurang (Dropkin, 1992).
Gejala serangan lainnya yang terjadi di bawah tanah antara lain adalah
bintil-bintil akar, luka pada akar, nekrosis pada permukaan akar, percabangan
yang berlebihan, dan ujung akar yang tidak tumbuh. Setelah Meloidogyne makan
pada ujung akar tersebut sering kali berhenti tumbuh, namun demikian akar belum
tentu mati (Mustika, 1992). Tanaman gandum yang terserang M. incognita dan
M. javanica ini akan mengalami kekerdilan dan klorosis daun dan pada akar
terbentuk puru akar (Idowu, 1981).
Serangan pada tanaman tomat terutama terjadi pada tanah yang bertekstur
kasar atau berpasir. Disamping memperlemah tanaman, nematoda ini dapat juga
menurunkan produksi. Pada populasi yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan
hasil sebanyak 25-50% (Rahayu dan Mukidjo, 1977).
Tanaman tomat yang terserang oleh Meloidogyne spp. menimbulkan gall
pada akarnya. Ukuran dan bentuk gall tergantung pada spesies nematoda, jumlah
nematoda di dalam akar, dan umur tanaman. Serangan berat pada akar
menyebabkan pengangkutan air dan unsur hara terhambat, tanaman mudah layu,
khususnya dalam keadaan panas dan kering, pertumbuhan tanaman terhambat atau
kerdil, dan daun mengalami klorosis akibat defisiensi unsur hara. Infeksi pada
akar oleh nematoda pada tanaman stadia generatif menyebabkan produksi bunga
dan buah tomat berkurang (Toto et al., 2003).
Pada gejala tanaman di atas permukaan tanah menyebabkan tanaman
menjadi kerdil, daunnya pucat dan layu. Pada musim panas tanaman yang
terserang nematoda akan mengalami kekurangan mineral. Akibat penyakit puru
akar ini bunga dan buah akan berkurang atau mutunya menjadi rendah. Tingkat
serangan nematoda yang tinggi menyebabkan kerusakan perakaran dan
terganggunya penyerapan unsur hara, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat
dan berat tanaman menjadi kecil (Dadan, 1991).
Serangan nematoda dapat mempengaruhi proses fotosintesis dan
transpirasi serta status hara tanaman. Akibatnya pertumbuhan tanaman
terhambat, warna daun kuning klorosis dan akhirnya tanaman mati. Selain itu
serangan nematoda dapat menyebabkan tanaman lebih mudah terserang patogen
atau OPT lainnya seperti jamur, bakteri dan virus. Akibat serangan nematoda
dapat menghambat pertumbuhan tanaman, mengurangi produktivitas, dan kualitas
produksi (Melakeberhan et al., 1987).
Efek yang terjadi pada tanaman tertentu yang resisten terhadap
meloidogyne yaitu nekrosis sel yang terdapat disekitar tempat serangan larva
dapat merusak akar-akar tanaman inang dan nematoda mati tanpa menimbulkan
kerusakan lain. Perlakuan dengan menggunakan nematisida dapat mengurangi
populasi nematoda dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, baik pada tanaman
inang yang resisten maupun pada yang rentan (Dropkin, 1992).
g. Pengendalian
- Pengandalian yang bersifat prefentif
Usaha pengendalian ini bertujuan untuk mencegah agar tanaman tidak
terserang nematoda puru akar. Hal ini dilakukan dengan mengupayakan tanaman
yang sehat. Meliputi pengolahan tanah yang baik, pengairan, pemupukan
berimbang, pemilihan benih yang sehat, pergiliran tanaman dengan menanam
tanaman perangkap atau tanaman bukan inang. Hal ini bertujuan untuk memutus
siklus hidup dari nematoda. Menanam tanaman perangkap bersebelahan dengan
tanaman inang. Penggunaan seresah plastik untuk memanaskan tanah guna
mengendalikan ematoda dan patogen lain (Dropkin, 1992).
- Pengendalian yang bersifat kuratif
Pengendalian ini dilakukan setelah diketahui bahwa tanaman tersebut
positif terserang nematoda puru akar. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan,
antara lain: Pencabutan serta pemusnahan tanaman yang terserang nematoda,
serta penggunaan nematisida.
KESIMPULAN
Abdel A., M.E. Ramadan, H.H. Salem, F.M., and Osman G.Y. 1981. The
susceptibility of different field crops to infestation by Meloidogyne
javanica and M. incognita acrita. Umwltsschutz. 54: 81-82.
Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. Fifth ed. Elsevier Academic Press. New
York.
Dropkin, V.H. 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Edisi Kedua. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
luc, M., Sikora, R.A., dan Bridge, J. 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan, di
Pertanian Subtropik dan Tropik. Terjemahan Supraptoyo. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Rahayu, B., dan Mukijo, A. 1997. Survey Populasi Nematoda Puru Akar
Meloidogyne spp. pada Pertanaman Solanaceae di Daerah Istimewa
Yogyakarta. [Jurnal]. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Roberto, P.A., Van Gundy, S.D., and McKinney. 1981. Effects of soil temperature
and planting date of wheat on Meloidogyne incognita, reproduction, soil
population, and grain yield. Journal of Nematology. 13: 338-345.
Sunarto, T., L. Djaja., dan Hersanti. 2002. Pengujian Serbuk Daun Aglaia odorata
Lour., Melia azedarach Linn.,dan Chromolaena odorata Linn. Terhadap
Penyakit Bengkak Akar (Meloidogyne spp.) Pada Tanaman Tomat.
[Jurnal] Universitas Padjadjaran. Bandung.
Taylor, A.L. and J.N. Sasser. 1978. Biology Identification on Control of Root-
knot Nematodes (Meloidogyne spp.). Dept. of Pathology N.C. Releigh.
111p.