Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KULIAH

IDENTIFIKASI PATOGEN TUMBUHAN

“Nematoda Parasit Tanaman: Nematoda Bengkak Akar (Meloidogyne spp.)”

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Eri Sulyanti, MSc

Oleh :
MONITA PUSPITASARI
NIM. 1320282004

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
Nematoda Bengkak Akar (Meloidogyne spp.)

a. Nematoda Meloidogyne spp.


Nematoda Meloidogyne spp. adalah nematoda parasit yang menyerang
akar. Nematoda puru akar atau bengkak akar (Meloidogyne spp.) merupakan
parasit penting dan banyak menyerang tanaman di lahan pengembangan maupun
pembenihan, sehingga banyak menimbulkan kerugian bagi petani karena terjadi
penurunan produktivitasnya. Nematoda ini masuk kedalam akar dan menginfeksi
akar, sehingga akar akan membengkak dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Pada bagian akar yang membengkak ini terdapat nematoda yang bersarang di
dalamnya.
Menurut Dropkin (1992), endoparasitik yang bersifat obligat tersebut
tersebar luas baik di daerah iklim tropis maupun iklim sedang. Nematoda parasit
yang umumnya bersifat menetap (sedentary) adalah Meloidogyne spp.,
Rotylenchulus reniformis dan Globodera spp. Jenis/spesies ini ditemukan dalam
jaringan akar dalam keadaan sudah berubah bentuk dari cacing menjadi membulat
(seperti bentuk botol).
Gambar 1. Gejala bengkak dan lainnya yang disebabkan oleh nematoda bengkak
akar pada; a. tomat, b. wortel, c. kentang, d. Kacang, f. ubi rambat, g.
Dogwood tree, e. ubi rambat yang sehat (Agrios, 2005)

Nematoda Bengkak Akar (NBA) pertama kali ditemukan oleh Berkeley di


Inggris pada tahun 1855 menyebabkan bengkak akar mentimun (Winarto, 2008).
Nematoda bengkak akar merupakan jenis fitonematoda yang terpenting di dunia.
Nama nematoda bengkak akar berasal dari bengkak yang berasosiasi dengan
nematoda tersebut (Dropkin, 1992). Menurut Winarto (2008), kehilangan hasil
akibat nematoda sudah banyak dilaporkan terutama dari negara yang sudah maju.
Di daerah tropik kehilangan hasil pada tanaman tomat 29%, pada terong 23%,
kacang-kacangan 28%, cabe 15%, kubis 26% dan kentang 24%.
M. javanica dan M. incognita merupakan nematoda puru akar yang umum
ditemukan pada pertanaman gandum. Namun demikian tanaman gandum lebih
rentan terhadap M. incognita daripada M. javanica (Roberto et al., 1981;
Sharma, 1981; Abdel Ahmed et al., 1981). Penyebaran M. javanica dan M.
incognita telah tersebar dibeberapa negara. Tabel 1 berikut ini mencantum
penyebaran kedua nematoda puru akar ini.
Tabel 1. Daerah penyebaran nematoda parasit tanaman gandum
Benua Negara Wilayah
Eropa Bulgaria -
Jerman -
Yunani -
Italia -
Malta -
Portugis -
Spanyol -
Asia Cina Fujian
Guangdong
Henan
Jiangsu
Jiangxi
Taiwan
Yunnan
India P. Andaman dan Nicobar
Bihar
Delhi
Indian Punjab
Kamataka
Haryana
West Bengal
Afrika Angola -
Ghana -
Kenya -
Nigeria -
Afrika Selatan -
Sudan -
Zambia -
Amerika Brazil Bahia
Maranhao
Matto
Minas
Para
USA Louisiana
Australia Australia

b. Klasifikasi
Nematoda bengkak akar diklasifikasikan pada filum Nematoda, Ordo
Tylenchida, Subordo Tylencina, Superfamili Tylenchoidea, Famili Heteroderidae,
Genus Meloidogyne, dan Spesies Meloidogyne spp. (Agrios, 2005).
Ordo Tylenchida: 1. Stilet berbentuk ramping, lancip, biasanya pada
pangkal stilet terdapat knob yang terdiri dari tiga bagian sebagai tempat
melekatnya otot-otot, 2. Farink dibagi menjadi empat bagian yang berturut-turut
dari depan adalah prokorpus, metakorpus (berupa lembaran berbentuk seperti
bulan sabit, sebagai tempat melekatnya otot-otot radial), isthmus (ramping
memanjang yang dilingkari oleh sebuah cincin syaraf), dan bagian bawah adalah
basal bulbus atau lobus, 3. Kutikula kelompok nematoda ini memiliki anulasi jelas
(Dropkin, 1992).
Famili Heteroderidae: tubuh betina menggelembung (seperti buah pir,
jeruk), jantan vermiform dan aktif bergerak. Kerangka kepala betina lembek, tidak
mengeras sedangkan yang jantan berkembang dengan baik. Tidak mempunyai
sayap ekor. Pada betina Heterodera dan Globodera mempunyai kista, sedang
pada Meloidogyne tetap lunak. Mempunyai dua buah ovarium. Vulva terdapat
pada bagian ujung belakang tubuh bagian tengah Globodera, Heterodera dan
Meloidogyne (Dropkin, 1992).
Nematoda Meloidogyne spp. ini mempunyai beberapa spesies. Antar
spesies dapat dibedakan dengan melihat ciri fisik dari nematoda tersebut. Selain
itu antar spesies dari genus Meloidogyne spp. ini dapat dibedakan dengan melihat
sidik pantat dari nematoda tersebut. Dengan melihat sidik pantat ini dapat
dibedakan spesiesnya. Sidik pantat dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian dorsal
dan bagian lateral. Pada sidik pantat bagian dorsal diantaranya garis lateral,
lengkung dorsal, plasmid, sedangkan bagian ventral terdapat lubang vulva, lubang
anus, dan striae.
Contohnya sidik pantat Meloidogyne incognita mempunyai ciri utama
lengkung dorsal yang persegi (bersudut 90o). Pada sidik pantat Meloidogyne
arenaria mempunyai ciri utama pertemuan lengkung dorsal dan ventral
membentuk seperti bahu dengan tonjolan kutikula dan becabang seperti garpu.
Pada sidik pantat Meloidogyne javanica mempunyai ciri utama terdapat garis
lateral yang memisahkan lengkung dorsal dan lengkung ventral. Pada sidik pantat
Meloidogyne hapla mempunyai ciri khusus terdapat tonjolan-tonjolan seperti duri
pada zona ujung ekor.

c. Morfologi
Menurut Dropkin (1992), nematoda betina berbentuk seperti botol bersifat
endoparsit yang tidak terpisah (sedentary), mempunyai leher pendek, dan tanpa
ekor. Panjangnya lebih dari 0,5 mm dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm. Daerah bibir
kecil dan mempunyai tiga anulus. Stiletnya lemah, panjangnya 12-15 µm,
melengkung kearah dorsal, dan memiliki pangkal knop yang jelas. Yang betina
mempunyai esofagus dengan metakorpus bulat dan sangat jelas serta mempunyai
lembaran berbentuk bulan sabit. Kelenjar esofagusnya besar, kompak dan dekat
dengan metakorpus, dan tumpang tindih dengan usus. Saluran kelenjar esofagus
dorsal membesar ke dalam ampula sedikit di belakang sambungan lumen
esofagus. Saluran ekskresi bermuara pada bagian eksterior jauh ke depan, dan
kadang-kadang sedikit di belakang pangkal stilet. Pada nematoda betina ususnya
tidak jelas bentuknya dan tidak dihubungkan dengan rektum. Uterus kedua
gonadnya bertemu pada suatu tempat sedikit di depan vulva. Telur-telurnya
diletakkan di dalam kantung telur yang terdapat di luar tubuh betina dan
disekresikan oleh sel-sel kelenjar rektum. Pada beberapa jenis kutikula yang
betina tebalnya dapat mencapai 30 µm. Adanya pola yang jelas yang terdapat di
sekitas vulva dan anus disebut pola perineal yang dapat dipergunakan untuk
identifikasi jenis.
Larvanya mirip seperti pada Heterodera, tetapi lebih kecil, mempunyai
stilet lebih pendek dan lebih kecil (Dropkin, 1992).
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam
tanah. Panjangnya bervariasi maksimum 2 mm, sedangkan perbandingan antara
panjang tubuh dan lebarnya mendekati 45. Kepalanya tidak berlekuk, panjang
stiletnya hampir dua kali panjang stilet betina. Bagian posterior berputar 180º
memiliki 1-2 testis (Dropkin, 1992).

d. Bioekologi
Siklus hidup nematoda pada lingkungan optimum yaitu 25 hari pada suhu
27°C, tetapi bisa lebih lama hidup pada suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi
(Agrios, 2005). Telur-telurnya diletakkan di dalam kantung telur yang gelatinus
yang mungkin untuk melindungi telur tersebut dari kekeringan dan jasad renik
(Dropkin, 1992).
Lamanya siklus hidup dari telur hingga dewasa berlangsung tiga minggu
sampai beberapa bulan, tergantung kepada kondisi lingkungan dan tumbuhan
inangnya (Dropkin, 1992). Jumlah telur yang dihasilkan oleh nematoda dalam
satu kelompok telur mencapai 400-1000 telur atau lebih, bahkan apabila tanaman
inang dan lingkungan cocok bisa mencapai 2800 telur. Telur berbentuk elip
dengan ukuran 67-128 µm x 30–35 µm (Winarto, 2008).
Dari telur hingga menjadi larva instar kedua berlangsung selama 7-10 hari.
Di Filipina pada suhu 25-29ºC Meloidogyne incognita memerlukan waktu 15 hari
untuk bertelur setelah inokulasi dari larva stadia kedua pada tanaman tomat.
Tetapi umumnya M. incognita memproduksi massa telur setelah inokulasi dalam
waktu 18-20 hari. Pada temperatur antara 22ºC-26ºC sejumlah besar larva
Meloidogyne spp., memasuki perakaran dalam waktu 24 jam dan menetap di
dalam posisi memakan antara 2 atau 3 hari. Tubuh berkembang sekitar 6 hari
setelah masuk dan perbedaan jenis kelamin tampak setelah 12 hari. Pergantian
kulit kedua dalam waktu 18 hari diikuti dengan pergantian kulit ketiga dan
keempat antara 18-24 hari. Nematoda betina tumbuh dengan cepat antara hari ke-
24 hingga hari ke-30. Massa telur tampak setelah hari ke-27 sampai hari ke-30.
Telur-telur ini mulai tersimpan pada hari ke-30 sampai pada hari ke-40 (Taylor
dan Sasser, 1978).
Pada tanaman tomat siklus hidup nematoda bengkak akar lebih cepat yaitu
24,30 hari sedangkan pada kobis dan bayam berturut-turut yaitu 27,70 dan 28,70
hari. Pada tanaman tomat lebih cepat disebabkan tomat lebih rentan dibandingkan
tanaman kobis dan bayam (Winarto, 2008). Bengkak akar pada tanaman tomat
akan terjadi dalam waktu 24-48 jam setelah larva masuk ke dalam tanaman,
kemudian setelah 4-5 hari terbentuk sel raksasa (Dropkin, 1992). Infeksi pada
akar oleh nematoda pada tanaman stadia generatif menyebabkan produksi bunga
dan buah tomat berkurang (Luc et al., 1995).
Pada umumnya Meloidogyne spp., berkembangbiak secara partenogenesis
dengan fase telur yang terdiri dari 4 stadium larva dan dewasa. Pergantian kulit
pertama kali terjadi didalam telur, sedangkan tiga pergantian berikutnya terjadi
didalam jaringan tanaman (Sastrahidyat, 1990). Fase telur ini mengalami
pergantian kulit jadi juvenile I. Setelah itu, telur menetas, ganti kulit kedua jadi
memasuki fase juvenile II. Kemudian bekembang anti kulit ketiga lagi masuk ke
fase juvenile III, tumbuh masuk fase juvenile IV setelah ganti kulit keempat. Dari
fase juvenile IV memasuki fase dewasa jantan dan betina. Meloidogyne spp.
jantan dan betina dewasa kemudian membengkak tubuhnya sehingga aktivitas
geraknya terbatasi, betina akan mengandung telur yang jumlahnya banyak, ukuran
tubuh betina akan tetap membengkak terus, tetapi jantan dewasa akan kembali ke
ukuran ramping semula lagi. Pada fase hidup bebas, larva stadium kedua infektif
melakukan migrasi melalui tanah untuk menemukan akar tanaman yang sesuai,
kecuali kalau telur-telur dihasilkan didalam puru atau didalam umbi tanaman,
dimana saat telur telah menetas dan berpindah ke sisi makanan yang lain tanpa
harus muncul ke atas permukaan tanah (Franklin cit Southey, 1982 cit
Ayuningtyas, 2008).
Larva masuk ke dalam jaringan tanaman dan bergerak ke arah silinder
pusat, seringkali berada di daerah pertumbuhan akar samping. Di daerah dekat
silinder pusat tersebut larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang
menjadi makanannya. Larva selanjutnya menggelembung dan melakukan
pergantian kulit untuk kedua dan ketiga kalinya tanpa makan, selanjutnya larva
akan menjadi jantan dewasa atau betina dewasa. Penentuan jenis kelamin ini
ditentukan oleh faktor lingkungan. Pada kondisi tertekan atau stres misalnya
kepadatan tinggi dan suhu tinggi, cadangan makanan sedikit atau ketidaksesuaian
tanaman inang maka presentase jantan lebih besar. Nematoda jantan akan lebih
banyak terbentuk jika akar terserang berat dan zat makanan tidak mencukupi
untuk perkembangan nematoda. Nematoda jantan berbentuk memanjang di dalam
kutikula stadium larva ke empat selanjutnya keluar dari jaringan akar. Sedangkan
nematoda betina masih berada di dalam jaringan tanaman dengan bagian posterior
tubuhnya berada pada permukaaan akar (Dropkin, 1992).

Gambar 2. Tahapan siklus hidup nematoda bengkak akar; A. Telur nematoda yang
juvenil II, b. Juvenil II yang menetrasi ke jaringan tanaman, C.
Nematoda bengkak akar betina pada akar tanaman yang menyebabkan
pembentukan dan memakan “giant cells”, D. Bagian longitudinal
Meloidgyne betina memakan giant cells, E. nematoda bengkak akar
betina bertelur di luar akar (Agrios, 2005)
Gambar 3. Siklus penyakit nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp.) (Agrios,
2005)

Menurut Taylor dan Sasser (1978), menyatakan bahwa dari hasil


observasi lapang menunjukan adanya nematoda betina yang terus-menerus
menghasilkan telur selama 2-3 bulan tanpa kawin dan terus hidup untuk beberapa
waktu lamanya setelah berhenti menghasilkan telur. Tingkatan oksigen yang
rendah disekitar akar tanaman dapat menurunkan pertumbuhan dan daya
reproduksi nematoda. Menurut hasil penelitian Mulyadi dan triman (1997)
menunjukan bahwa pengenangan terus-menerus pada tanaman padi dapat
menurunkan populasi Meloidogyne graminicola dan jumlah puru akar yang akibat
serangan nematoda tersebut. Hal ini terjadi karena jumlah oksigen yang tersedia
dalam tanah berkurang.
Imago betina M. javanica memproduksi telur yang ditempatkan pada
kantong telur gelatin yang dapat berada dalam akar atau di permukaan akar dan
difungsikan sebagai pelindung telur dan pencegah kehilangan air. Reproduksinya
selalu partenogenesis dan dalam kondisi yang tidak mendukung seperti populasi
yang tinggi, makanan dalam jumlah sedikit, suhu tinggi, dan tanaman inang yang
tidak sesuai, jantan akan diproduksi dalam persentase yang tinggi (Triantaphyllou,
1973).
Siklus hidup M. javanica berlangsung selama 30 hari (Shepherd, 1981).
Pola kutikular posterior dari betina M. javanica dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pola kutikula posterior betina M. javanica (CAB International, 2005)
Karakteristik perkembangan dan reproduksi M. incognita sama dengan M.
javanica. Perbedaannya hanya terletak pada siklus hidup dimana M. incognita
melengkapi siklus hidupnya selama 37 hari (CAB International, 2005). Pola
kutikular posterior dari betina M. javanica dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pola kutikula posterior betina M. incognita (CAB International, 2005)

e. Arti ekonomis nematoda dan hubungannya dengan tanaman inang


Menurut Sastrhidayat (1990), Meloidogyne merupakan nematoda
penyebab penyakit puru akar. Nematoda ini memiliki arti penting dalam bidang
pertanian. Hal ini disebabkan Meloidogyne memiliki daya parasitisme yang tinggi,
penyebarannya luas dan memilik banyak tanaman inang. Selain itu nematoda ini
juga mampu bekerjasama dengan jamur Fusarium, Phytopthora, Pythium,
Rhizoctonia, Sclerotium, Verticilium, bakteri Xanthomonas serta virus untuk
menimbulkan penyakit. Tanaman inang Meloidogyne spp. meliputi sayur-
sayuran, tanaman berjajar, pohon buah-buahan, dan gulma. Marga tersebut sangat
penting terutama untuk pertanian di daerah tropis.
Menurut Shew dan Lucas (1991 cit Ayuningtyas, 2008), nematoda puru
akar Meloidogyne spp. bersifat parasit terhadap sekitar 300 spesies tanaman yang
menyebabkan pembentukan puru akar dimana tanaman yang tumbuh dengan hasil
panen yang besar tereduksi akibat infeksi nematoda puru akar. Bahkan dapat pula
menyebabkan kematian tanaman inangnya. Menurut Luc et al., 1995 beberapa
tanaman yang menonjol antara lain kopi pisang, pepaya, padi-padian, seledri, dan
ketimun atau lebih khusus lagi seperti kapas, kacang tanah, umbi kentang,
tembakau, tomat, sebagai inang yang sesuai.
Meloidogyne spp., merupakan jenis parasit obligat. Reproduksi hanya
terjadi ketika larva stadia dua infektif masuk ke akar atau bagian lain yang berada
di bawah tanah tanaman inang rentan membentuk giant cell yang bertujuan untuk
menyediakan makanan dan membantu nematoda betina untuk bertelur. Tanaman
yang menjadi makanan nematoda merupakan tanaman inang. Apabila nematoda
dapat bereproduksi dalam tanaman tersebut maka tanaman tersebut merupakan
tanmanan inang yang rentan (Taylor dan Sasser, 1978).
Untuk sebagian besar dari tanaman yang mayoritas kerentanannya tinggi,
biasanya akan terlihat jelas gejalanya, karena Meloidogyne spp., yang ada dalam
akar perbesarannya jelas disebut sebagai gall (puru akar). Pada akar-akar yang
sangat kecil ini mungkin ukuran puru berdiameter 1 atau 2 mm, sedangkan pada
akar yang besar yaitu 1 cm atau lebih. Gall besar biasanya berisi beberapa betina
dan gall kecil hanya berisi satu betina. Gall merupakan gejala dari nematoda.
Spesies dari nematoda lain yang dapat membentuk gall yaitu Nacobus,
Meloidodera, Ditylenchus. Bengkak akar juga disebabkan oleh organisme seperti
Plasmodiophora brassicae (Taylor dan Sasser, 1978).
Inang yang rentan terhadap M. arenaria, M. hapla, M. incognita dan M.
javanica adalah banyak dan termasuk beberapa famili tanaman. Inang yang paling
banyak untuk M. naasi dan M. graminis adalah Gramineae. M. exigua adalah
hama penting pada kopi Arabika di Africa selatan dan Amerika tengah dan hanya
sedikit inang lain yang dilaporkan (Taylor dan Sasser, 1978).
Sebagian besar yang paling menarik pada tanaman inang adalah hubungan
dengan famili atau genus tumbuh-tumbuhan yang sama dan kadang kultivar
dengan spesies yang sama. Setiap akhir hubungan tanaman memiliki sumber gen
tahan untuk pemeliharaan kultivar tahan (Taylor dan Sasser, 1978).

f. Gejala serangan
NBA dikenal sebagai parasit akar berbagai jenis tumbuhan, terutama di
daerah tropis dan subtropik. Tumbuhan yang terserang biasanya menunjukkan
gejala yang tidak normal seperti kerdil, cenderung layu pada hari panas sedangkan
akarnya akan mengalami pembengkakan. Serangan pada tanaman tomat terutama
terjadi pada tanah yang berstektur kasar atau berpasir, disamping memperlemah
tanaman nematoda juga dapat menyebabkan kehilangan hasil (Sastrahidayat,
1990). Tanaman yang diserang ditandai adanya terbentuknya puru atau gall pada
sistem perakarannya, daunnya mengalami klorosis, tanaman kerdil, daunnya layu
dan banyak gugur, sedangkan akar lebih sedikit, bila tanaman yang terserang
hebat/parah, maka tanaman tersebut akan mati (Taylor dan Sasser, 1978).
Mekanisme penyerangan oleh Meloidogyne spp. dimulai dengan
masuknya nematoda ke dalam akar tumbuhan melalui bagian-bagian epidermis
yang terletak dekat tudung akar. Nematoda ini mengeluarkan enzim yang dapat
menguraikan dinding sel tumbuhan terutama terdiri dari protein, polisakarida
seperti pektin sellulase dan hemisellulase serta patin sukrosa dan glikosid menjadi
bahan-bahan lain. Meloidogyne spp. Mengeluarkan enzim sellulase yang dapat
menghidrolisis selulosa enzim endopektin metal transeliminase yang dapat
menguraikan pektin. Dengan terurainya bahan-bahan penyusun dinding sel ini
maka dinding sel akan rusak dan terjadilah luka. Selanjutnya nematoda ini
bergerak diantara sel-sel atau menembus sel-sel menuju jaringan sel yang
terdapat cukup cairan makanan, kemudian menetap dan berkembangbiak
kemudian nematoda tersebut masih mengeluarkan enzim proteolitik dengan
melepaskan IAA (Asam indol asetat) yang merupakan heteroauksin tritopan yang
diduga membantu terbentuknya puru ( Lamberti, 1979).
Pada akar tanaman yang terserang menjadi bisul bulat atau memanjang
dengan besar bervariasi. Di dalam bisul ini terdapat nematoda betina, telur dan
juvenil. Bisul akar yang membusuk akan membebaskan nematoda dan telurnya ke
dalam tanah kemudian masuk ke dalam akar tanaman lain. Ukuran dan bentuk
puru tergantung pada spesies, jumlah nematoda di dalam jaringan, inang dan umur
tanaman. Pada akar-akar tanaman Cucurbitaceae, akar-akarnya bereaksi terhadap
kehadiran Meloidogyne dengan membentuk puru besar dan lunak sedangkan pada
kebanyakan tanamam sayuran lainnya purunya besar dan keras. Apabila tanaman
terinfeksi berat oleh Meloidogyne sistem akar yang normal berkurang sampai
pada batas jumlah akar yang berpuru berat dan menyebabkan sistem
pengangkutan mengalami disorganisasi secara total. Sistem akar fungsinya benar-
benar terhambat dalam menyerap dan menyalurkan air maupun unsur hara.
Tanaman mudah layu, khususnya dalam keadaan kering dan tanaman sering
menjadi kerdil (Luc et al., 1995).
Di dalam akar yang terinfeksi oleh Meloidogyne spp. Diferensiasi secara
normal pada xilem dan floem terganggu. Sel-sel periskel mengganti beberapa
pembuluh kayu dan tapis di dalam puru akar dan fungsi akar berkurang, oleh
karena akar yang terinfeksi mengalami pertumbuhan baru dan pengangkutan dari
akar kebagian permukaan atas tanaman makin berkurang (Dropkin, 1992).
Gejala serangan lainnya yang terjadi di bawah tanah antara lain adalah
bintil-bintil akar, luka pada akar, nekrosis pada permukaan akar, percabangan
yang berlebihan, dan ujung akar yang tidak tumbuh. Setelah Meloidogyne makan
pada ujung akar tersebut sering kali berhenti tumbuh, namun demikian akar belum
tentu mati (Mustika, 1992). Tanaman gandum yang terserang M. incognita dan
M. javanica ini akan mengalami kekerdilan dan klorosis daun dan pada akar
terbentuk puru akar (Idowu, 1981).
Serangan pada tanaman tomat terutama terjadi pada tanah yang bertekstur
kasar atau berpasir. Disamping memperlemah tanaman, nematoda ini dapat juga
menurunkan produksi. Pada populasi yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan
hasil sebanyak 25-50% (Rahayu dan Mukidjo, 1977).
Tanaman tomat yang terserang oleh Meloidogyne spp. menimbulkan gall
pada akarnya. Ukuran dan bentuk gall tergantung pada spesies nematoda, jumlah
nematoda di dalam akar, dan umur tanaman. Serangan berat pada akar
menyebabkan pengangkutan air dan unsur hara terhambat, tanaman mudah layu,
khususnya dalam keadaan panas dan kering, pertumbuhan tanaman terhambat atau
kerdil, dan daun mengalami klorosis akibat defisiensi unsur hara. Infeksi pada
akar oleh nematoda pada tanaman stadia generatif menyebabkan produksi bunga
dan buah tomat berkurang (Toto et al., 2003).
Pada gejala tanaman di atas permukaan tanah menyebabkan tanaman
menjadi kerdil, daunnya pucat dan layu. Pada musim panas tanaman yang
terserang nematoda akan mengalami kekurangan mineral. Akibat penyakit puru
akar ini bunga dan buah akan berkurang atau mutunya menjadi rendah. Tingkat
serangan nematoda yang tinggi menyebabkan kerusakan perakaran dan
terganggunya penyerapan unsur hara, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat
dan berat tanaman menjadi kecil (Dadan, 1991).
Serangan nematoda dapat mempengaruhi proses fotosintesis dan
transpirasi serta status hara tanaman. Akibatnya pertumbuhan tanaman
terhambat, warna daun kuning klorosis dan akhirnya tanaman mati. Selain itu
serangan nematoda dapat menyebabkan tanaman lebih mudah terserang patogen
atau OPT lainnya seperti jamur, bakteri dan virus. Akibat serangan nematoda
dapat menghambat pertumbuhan tanaman, mengurangi produktivitas, dan kualitas
produksi (Melakeberhan et al., 1987).
Efek yang terjadi pada tanaman tertentu yang resisten terhadap
meloidogyne yaitu nekrosis sel yang terdapat disekitar tempat serangan larva
dapat merusak akar-akar tanaman inang dan nematoda mati tanpa menimbulkan
kerusakan lain. Perlakuan dengan menggunakan nematisida dapat mengurangi
populasi nematoda dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, baik pada tanaman
inang yang resisten maupun pada yang rentan (Dropkin, 1992).

g. Pengendalian
- Pengandalian yang bersifat prefentif
Usaha pengendalian ini bertujuan untuk mencegah agar tanaman tidak
terserang nematoda puru akar. Hal ini dilakukan dengan mengupayakan tanaman
yang sehat. Meliputi pengolahan tanah yang baik, pengairan, pemupukan
berimbang, pemilihan benih yang sehat, pergiliran tanaman dengan menanam
tanaman perangkap atau tanaman bukan inang. Hal ini bertujuan untuk memutus
siklus hidup dari nematoda. Menanam tanaman perangkap bersebelahan dengan
tanaman inang. Penggunaan seresah plastik untuk memanaskan tanah guna
mengendalikan ematoda dan patogen lain (Dropkin, 1992).
- Pengendalian yang bersifat kuratif
Pengendalian ini dilakukan setelah diketahui bahwa tanaman tersebut
positif terserang nematoda puru akar. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan,
antara lain: Pencabutan serta pemusnahan tanaman yang terserang nematoda,
serta penggunaan nematisida.
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Nematoda Meloidogyne spp. adalah nematoda parasit yang menyerang akar
yang bersifat obligat, endoparasit, dan sedentary.
2. Nematoda Meloidogyne spp. ini mempunyai beberapa spesies.
3. Antar spesies dapat dibedakan dengan melihat ciri fisik dari nematoda tersebut.
Selain itu antar spesies dari genus Meloidogyne spp. ini dapat dibedakan
dengan melihat sidik pantat dari nematoda tersebut. Dengan melihat sidik
pantat ini dapat dibedakan spesiesnya.
4. Siklus hidup nematoda pada lingkungan optimum yaitu 25 hari pada suhu
27°C, tetapi bisa lebih lama hidup pada suhu yang lebih rendah atau lebih
tinggi.
5. Pada umumnya Meloidogyne spp., berkembangbiak secara partenogenesis
dengan fase telur yang terdiri dari 4 stadium larva dan dewasa. Pergantian kulit
pertama kali terjadi didalam telur, sedangkan tiga pergantian berikutnya terjadi
didalam jaringan tanaman.
6. Fase telur ini mengalami pergantian kulit jadi juvenile I. Setelah itu, telur
menetas, ganti kulit kedua jadi memasuki fase juvenile II. Kemudian
bekembang anti kulit ketiga lagi masuk ke fase juvenile III, tumbuh masuk fase
juvenile IV setelah ganti kulit keempat. Dari fase juvenile IV memasuki fase
dewasa jantan dan betina.
7. Meloidogyne memiliki daya parasitisme yang tinggi, penyebarannya luas dan
memilik banyak tanaman inang. Selain itu nematoda ini juga mampu
bekerjasama dengan patogen lainnya.
8. Tanaman yang diserang ditandai adanya terbentuknya puru atau gall pada
sistem perakarannya, daunnya mengalami klorosis, tanaman kerdil, daunnya
layu dan banyak gugur, bunga dan buah akan berkurang atau mutunya menjadi
rendah sedangkan akar lebih sedikit, bila tanaman yang terserang hebat/parah,
maka tanaman tersebut akan mati.
9. Pengendalian dengan melakukan pengolahan tanah yang baik, pengairan,
pemupukan berimbang, pemilihan benih yang sehat, pergiliran tanaman dengan
menanam tanaman perangkap atau tanaman bukan inang, pencabutan serta
pemusnahan tanaman yang terserang nematoda, serta penggunaan nematisida.
DAFTAR PUSTAKA

Abdel A., M.E. Ramadan, H.H. Salem, F.M., and Osman G.Y. 1981. The
susceptibility of different field crops to infestation by Meloidogyne
javanica and M. incognita acrita. Umwltsschutz. 54: 81-82.

Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. Fifth ed. Elsevier Academic Press. New
York.

Ayuningtyas, R. 2008. Kepekaan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne sp.)


Terhadap Ekstrak Umbi Gadung (Dioscorea hispida), Biji Orok-orok
(Clotalaria anagyroides), dan Biji Bengkuang (Pachyrhizus erosus).
[skripsi]. Universitas Brawijaya. Malang.

C.A.B. International. 2005. Crop Protection Compendium.

Dropkin, V.H. 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Edisi Kedua. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.

Idowu, A.A. 1981. A review of root-knot nematode work on maize at National


Cereal Research Institute, Abadn and prospect for future studies.
Proceedings of the third research Planning Conference on root-knot
nematodes. Meloidogyne spp. Ibadan. Nigeria.

luc, M., Sikora, R.A., dan Bridge, J. 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan, di
Pertanian Subtropik dan Tropik. Terjemahan Supraptoyo. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.

Mulyadi dan B. Triman. 1997. Pengaruh Pengenangan dan Pengeringan terhadap


Populasi dan Siklus Hidup Nematoda Puru Akar Padi (M. grminicola).
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia. Jurusan HPT. FP UGM.
Yogyakarta.

Rahayu, B., dan Mukijo, A. 1997. Survey Populasi Nematoda Puru Akar
Meloidogyne spp. pada Pertanaman Solanaceae di Daerah Istimewa
Yogyakarta. [Jurnal]. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.

Roberto, P.A., Van Gundy, S.D., and McKinney. 1981. Effects of soil temperature
and planting date of wheat on Meloidogyne incognita, reproduction, soil
population, and grain yield. Journal of Nematology. 13: 338-345.

Sastrahidayat, I.R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.

Sharma, R.D. 1981. Pahatogenecity of Meloidogyne javanica to wheat. In:


Trahabalhes Apresentados V. Reunas Brasileira de Nematologia. 9B.
Shepherd, J.A. 1981. Report to the third regional conference on root-knot
nematode held at the International Institute of Tropical Agriculture,
Ibadan, Nigeria. Proceedings of the third research Planning Conference on
root-knot nematodes. Meloidogyne spp. Region IV and Region V. Ibadan,
Nigeria. 21-27 pp.

Sunarto, T., L. Djaja., dan Hersanti. 2002. Pengujian Serbuk Daun Aglaia odorata
Lour., Melia azedarach Linn.,dan Chromolaena odorata Linn. Terhadap
Penyakit Bengkak Akar (Meloidogyne spp.) Pada Tanaman Tomat.
[Jurnal] Universitas Padjadjaran. Bandung.

Taylor, A.L. and J.N. Sasser. 1978. Biology Identification on Control of Root-
knot Nematodes (Meloidogyne spp.). Dept. of Pathology N.C. Releigh.
111p.

Triantaphyllou, A.C. 1973. Environmental sex differentiation of nematodes in


relation to pest management. Annual Review of Phytopathology, 11:441-
462.

Thuy, T.T.T. 2010. Incidence And Effect Of Meloidogyne incognita (Nematoda:


Meloidogyninae) On Black Pepper Plants In Vietnam. [disertation].
Katholieke Universiteit Leuven, Groep Wetenschap & Technologie,
Arenberg Doctoraatsschool, W. de Croylaan 6, 3001 Heverlee, België.

Winarto. 2008. Nematologi Tumbuhan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan


Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.

Anda mungkin juga menyukai