Anda di halaman 1dari 6

1.

Uraikan isi dari UU di bawah ini disertai pasal-pasal penting yang berhubungan dengan
kebijakan perlindungan tanaman ;

- UU No. 12 Tahun 1992,

- UU No. 16 Tahun 1992,

- PP No. 6 tahun 1995,

- PP No. 14 tahun 2002,

- PP No. 7 Tahun 1973,

- Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian Nomor:

881/MENKES/SKB/VIII/1996711/Kpts/TP.270/8/96

2. Jelaskan fungsi peraturan perundang-undangan dalam kebijakan perlindungan tanaman.


NAMA : KEVIN ALESANDRO BULLU
NIM : 1904020098
KELAS/SEMESTER : AGRIBISNIS 4/3
MATA KULIAH : DASAR – DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
DOSEN PA : DR.IR.MUSTAFA ABDURRAHMAN,MP

1. – UU No.12 Tahun 1992


Unndang-undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman,
sebagaimana namanya, bukan merupakan peraturan perundang-undangan yang
mengatur khusus perlindungan tanaman, melainkan mengatur budidaya tanaman. UU
ini mengatur perlindungan tanaman pada Bagian Keenam, mulai dari Pasal 20 sampai
Pasal 27, setelah pada Pasal 1 butir 7 didefinisikan istilah perlindungan tanaman
sebagai "Segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang
diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan" dan pada Pasal 1 butir 8
didefinisikan istilah organisme pengganggu tumbuhan sebagai "semua organisme
yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian
tumbuhan". Kemudian pada Pasal 20 diatur pengendalian hama terpadu sebagai
sistem perlindungan tanaman serta masyarakat dan pemerintah sebagai yang
bertanggung jawab melaksanakan perlindungan tanaman. Selanjutnya pada Pasal 21
diatur tiga kegiatan perlindungan tanaman, yaitu pencegahan masuk, pengendalian,
dan eradikasi organisme pengganggu tumbuhan yang dilakukan, sebagaimana diatur
pada Pasal 22, tanpa menimbulkan gangguan terhadap manusia, sumberdaya alam,
dan lingkungan hidup. Berikutnya, Pasal 23 sampai 26 berturut-turut mengatur
palsakanaan pencegahan masuk (karantina), pengendalian, dan eradikasi organisme
pengganggu tumbuhan. Pasal terakhir, Pasal 27, mengatur ketentuan mengenai
kompensasi.

- UU No. 16 Tahun 1992


UU No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan terdiri atas 11 bab
yang mencakup 34 pasal:

1. Bab I Ketentuan Umum yang mencakup Pasal 1 sampai Pasal 4, memuat definisi
istilah (Pasal 1), azas (Pasal 2), tujuan (Pasal 3), dan ruang lingkup (Pasal 4).
2. Bab II Persyaratan Karantina yang mencakup Pasal 5 sampai Pasal 8, memuat
ketentuan pemasukan media pembawa ke wilayah RI (Pasal 5), pemindahan media
pembawa antar area karantina (Pasal 6), pengeluaran media pembawa dari wilayah RI
(Pasal 7), dan kewajiban tambahan (Pasal 8).
3. Bab III Tindakan Karantina yang mencakup Pasal 9 sampai Pasal 22, memuat
ketentuan mengenai pengenaan tindakan karantina (Pasal 9), jenis tindakan karantina
(Pasal 10), ketentuan mengenai setiap jenis tindakan karantina (Pasal 11-Pasal 19),
pelaksanaan tindakan karantina (Pasal 20), tindakan karantina terhadap obyek di luar
media pembawa (Pasal 21), dan pungutan jasa karantina (Pasal 22).
4. Bab IV Kawasan Karantina yang mencakup Pasal 23, memuat penetapan suatu
kawasan sebagai kawasan karantina.
5. Bab V Jenis Hama dan Penyakit, Organisme Pengganggu, dan Media Pembawa yang
mencakup Pasal 24 dan Pasal 25, memuat penetapan jenis hama dan penyakit serta
organisme pengganggu karantina dan jenis media pembawa yang dilarang (Pasal 24)
serta ketentuan mengenai media pembawa lain (Pasal 25).
6. Bab VI Tempat Pemasukan dan Pengeluaran yang mencakup Pasal 26 dan Pasal 27,
memuat penetapan tempat-tempat pemasukan dan ketentuan mengenai alat angkut
transit (Pasal 28).
7. Bab VII Pembinaan yang mencakup Pasal 28 dan Pasal 29, memuat pembinaan
kesadaran masyarakat (Pasal 28) dan penggalangan peranserta masyarakat (Pasal 29).
8. Bab VIII Penyidikan yang mencakup hanya Pasal 30, memuat ketentuan mengenai
penyidikan oleh petugas karantina.
9. Bab IX Ketentuan Pidana yang mencakup hanya Pasal 31, memuat ketentuan
mengenai sanksi pidana terhadap pelanggaran ketentuan karantina.
10. Bab X Ketentuan Peralihan yang mencakup hanya Pasal 32, memuat ketentuan
mengenai berlakunya peraturan perundang-undangan lain yang tidak bertentangan.
11. Bab VI Ketentuan Penutup yang mencakup Pasal 33 dan Pasal 34, memuat peraturan
perundang-undangan yang dinyatakan tidak berlaku lagi (Pasal 33) dan mulainya
berlaku undang-undang ini (Pasal 34).

- PP No. 6 tahun 1995

PP No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman terdiri atas 6 bab yang mencakup 29
pasal. Bab-bab dalam peraturan pemerintah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bab I Ketentuan Umum yang mencakup Pasal 1 sampai Pasal 4, memuat definisi
mengenai istilah yang digunakan di dalam peraturan pemerintah ini (Pasal 1), waktu
pelaksanaan kegiatan/tindakan perlindungan tanaman (Pasal 2), sistem dan tindakan
perlindungan tanaman (Pasal 3), serta sarana dan cara perlindungan tanaman (Pasal
4).
2. Bab II Pencegahan Penyebaran OPT yang mencakup Pasal 5 sampai Pasal 7, memuat
ketentuan mengenai tindakan karantina (Pasal 5), jenis tindakan karantina (Pasal 6),
dan penentuan area karantina (Pasal 7).
3. Bab III Pengendalian OPT yang mencakup Pasal 8 sampai Pasal 22, memuat
pemaduan teknik pengendalian (Pasal 8), pemantauan dan prakiraan OPT (Pasal 9),
cara pengendalian OPT (Pasal 10), pelaksanaan pengendalian OPT (Pasal 11), sarana
pengendalian OPT (Pasal 12-Pasal 16), pelaporan pelaksanaan pengendalian OPT
(Pasal 17), kewajiban memantau, mencegah, dan mengendalikan dampak negatif
pelaksanaan pengendalian OPT (Pasal 18), pestisida sebagai alternatif terakhir (Pasal
19), pengawasan pestisida (Pasal 20), pengendalian OPT yang berupa satwa liar
(Pasal 21), dan petunjuk teknis pengendalian OPT (Pasal 22).
4. Bab IV Eradikasi yang mencakup Pasal 23 sampai Pasal 26, memuat ketentuan
mengenai eradikasi OPT (Pasal 23), ketentuan mengenai sasaran eradikasi selain OPT
(Pasal 24), pelaksanaan eradikasi (Pasal 25), dan ketentuan mengenai kompensasi
atau bantuan (Pasal 26)
5. Bab V Ketentuan Peralihan yang mencakup Pasal 27 dan Pasal28.
6. Bab VI Ketentuan Penutup yang mencakup Pasal 29.
- PP No. 14 tahun 2002

PP No. 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan terdiri atas 13 bab yang mencakup 95
pasal. PP ini pada dasarnya merupakan pengulangan dari pasal-pasal dalam UU No. 16
Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan dengan ketentuan yang lebih
rinci:

1. Bab I Ketentuan umum, mencakup Pasal 1 yang menguraikan definisi istilah


2. Bab II Persyaratan karantina tumbuhan yang mengatur persyaratan media pembawa
yang dibawa masuk ke wilayah Indonesia (Pasal 2), persyaratan media pembawa yang
dibawa antar area dalam wilayah Indonesia (pasal 3), persyaratan media pembawa
yang dibawa keluar dari wilayah Indonesia (pasal 4), dan ketentuan mengenai
persyaratan tambahan media pembawa (pasal 5).
3. Bab III Tindakan karantina tumbuhan, mengatur mengenai ketentuan umum (Pasal 6-
Pasal 14), pemasukan media pembawa dari luar negeri (Pasal 15-Pasal 27),
pengeluaran dan pemasukan media pembawa dari suatu area ke area lain (Pasal 28-
Pasal 38), pengeluaran media pembawa dari wilayan Indonesia (Pasal 39-Pasal 45),
instalasi karantina (Pasal 46-Pasal 47), tindakan karantina tumbuhan di luar tempat
pemasukan dan pengeluaran (Pasal 48-Pasal 50), tindakan karantina tumbuhan
terhadap orang, alat angkut, peralatan, dan pembungkus (Pasal 51-Pasal 61), transit
media pembawa (Pasal 62-Pasal 66), transit alat angkut (Pasal 67-Pasal 69), tindakan
karantina tumbuhan dalam keadaan darurat (Pasal 70), tindakan karantina tumbuhan
terhadap barang diplomatik (Pasal 71), tindakan karantina tumbuhan oleh pihak ketiga
(Pasal 72), media pembawa dalam penguasaan instansi lain (pasal 73), pemasukan
media pembawa yang ditolak negara atau area tujuan (Pasal 74), tindakan karantina
terhadap media pembawa OPT penting (Pasal 75), dan dokumen tindakan karantina
tumbuhan (Pasal 76).
4. Bab IV Pungutan jasa karantina tumbuhan yang mengatur ketentuan mengenai
pengenaan jasa karantina tumbuhan (Pasal 77) dan ketentuan mengenai penerimaan
dari pengenaan jasa karantina tumbuhan sebagai PNBP (Pasal 78).
5. Bab V Kawasan karantina tumbuhan yang mengatur mengenai kewenangan
penetapan kawasan karantina tumbuhan (Pasal 79), kewenangan pencegahan
penyebaran dan pemberantasan OPT dalam kawasan karantina tumbuhan (Pasal 80),
status kawasan karantina tumbuhan (Pasal 81), dan ketentuan lebih lanjut (Pasal 82).
6. Bab VI Jenis OPT dan media pembawa yang mengatur mengenai kewenangan
menteri menetapkan jenis-jenis OPT Karantina Golongan I, OPT Karantina Golongan
II, OPT Penting serta media pembawanya (Pasal 83), kewenangan menteri
menetapkan jenis-jenis media pembawa OPT Karantina yang dimasukkan ke atau
dikeluarkan dari wilayah Indonesia dan dimasukkan ke atau dikeluarkan dari area
karantina (Pasal 84), dan kegiatan pemantauan OPT karantina (Pasal 85)
7. Bab VII Media pembawa lain, yang mengatur mengenai pemusnahan media pembawa
lain (Pasal 86) dan sarana penampungan dan pemusnahan media pembawa lain (Pasal
87).
8. Bab VIII Tempat pemasukan dan pengeluaran, yang mengatur mengenai kewenangan
menteri menetapkan tempat pemasukan dan pengeluaran (Pasal 88).
9. Bab IX Pembinaan, yang mengatur mengenai kewenangan menteri melakukan
pembinaan untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam bidang
perkarantinaan tumbuhan (Pasal 89)
10. Bab X Kerja sama antar negara di bidang karantina tumbuhan, mengatur mengenai
kewenangan menteri melakukan kerja sama antar negara di bidang karantina
tumbuhan (Pasal 90)
11. Bab XI Petugas karantina tumbuhan, mengatur mengenai pelaksanaan tindakan
karantina tumbuhan oleh petugas karantina tumbuhan (Pasal 91), lingkup kewenangan
petugas karantina tumbuhan dalam melakukan tindakan karantina tumbuhan (Pasal
92), dan kewenangan penyidikan tindak pidana bidang karantina tumbuhan (Pasal 93).
12. Bab XII Ketentuan peralihan, diatur dalam Pasal 94
13. Bab XIII, Ketentuan penutup, diatur dalam Pasal 95.

- PP No. 7 Tahun 1973

PP No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Pemyimpanan dan Penggunaan
Pestisida, terdiri atas:

1. Pasal 1 mengenai definisi pestisida, 


2. Pasal 2 mengenai pelarangan atas penggunaan pestisida yang tidak terdaftar, 
3. Pasal 3 mengenai kategori perijinan, 
4. Pasal 4 mengenai persyaratan perijinan, 
5. Pasal 5 mengenai biaya pendaftaran dan pemberian ijin, 
6. Pasal 6 mengenai larangan mengedarkan, menyimpan atau menggunakan pestisida
yang telah memperoleh izin, 
7. Pasal 7 mengenai pemberian kewenangan untuk mengadakan pemeriksaan, 
8. Pasal 8 dan Pasal 9 mengenai sanksi pidana, 
9. Pasal 10 dan Pasal 11 mengenai kewenangan pengaturan lebih lanjut, dan 
10. Pasal 12 mengenai mulai berlakunya PP ini.

- Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian Nomor:

881/MENKES/SKB/VIII/1996711/Kpts/TP.270/8/96

Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian Nomor:


(881/MENKES/SKB/VIII/1996)/(711/Kpts/TP.270/8/1996) tentang Batas Maksimum
Residu Pestisida pada Hasil Pertanian. Keputusan bersama ini pada dasarnya merupakan
ratifikasi terhadap Codex Maximum Residue Limits for Pesticides and Extraneous
Maximum Residue Limits yang diadopsi oleh the Codex Alimentarius Commission dari
WHO/FAO.

Anda mungkin juga menyukai