Disusun oleh:
1.2 Tujuan
1. Untuk mendapatkan patogen serangga dari beberapa lokasi sehingga bisa digunakan
sebagai agen pengendali hayati.
2. Mendapatkan agensia hayati dari tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
METODELOGI
4.1 Hasil
Hasil Eksplorasi
No. Gambar Keterangan
Tanah tanaman jeruk yg
diisolasi dengan tujuan untuk
mendapatkan agen hayati
1.
2.
Hasil Isolasi
No. Gambar Keterangan
Hasil dari isolasi yg didapatkan
dari ulat hongkong
1.
2.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tanah tanaman jeruk kalamansi ada 30 ulat
hongkong yang terinfeksi cendawan entomopatogen, salah satunya adalah B.bassiana.
Agen pengendalian hayati merupakan organisme yang memiliki kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan dan menyebabkan pengurangan jumlah populasi patogen
penyebab penyakit. Agen hayati memiliki kemampuan untuk mengurangi kerapatan
inokulum patogen penyebab penyakit. Salah satu jenis agen hayati yaitu mikroorganisme
antagonis. Antagonis merupakan mikroorganisem yang memiliki kemampuan untuk melawan
atau merusak patogen penyebab penyakit, sehingga keberadaan antagonis pada media
pertumbuhan tanaman diperlukan untuk mengendalikan patogen penyebab kerusakan pada
tumbuhan. Menurut Manurung dkk (2014)
Mikroorganisme antagonis dapat bekerja secara tidak efektif karena adanya pengaruh
antibiotik yang diproduksi. Antibiotik yang diproduksi oleh mikroorganisme antagonis terdiri
dari senyawa alkoloid, agroklavine, ergometrine dan sebagainya. Konsentrasi antibiotik yang
rendah dan terurai oleh mikroorgaisme lain dapat menyebabkan kurang efektifnya jamur
antagonis untuk menghambat patogen. Faktor lain yang dapat menghambat infeksi jamur
antagonis terhadap patogen adalah pH tanah, suhu, kelembaban, sifat fisik dan kimia tanah,
kurangnya nutrisi dalam tanah serta kurangya sinar matahari (Nurzannah dkk., 2014).
Berdasarkan praktikum diketahui bahwa agen hayati dapat diisolasi dari tanah
tanaman jeruk. Pengamatan menunjukkan bahwa tidak semua sumber (tanah yang digunakan
untuk isolasi) memiliki mikroorganisme yang dapat dijadikan sebagai agen hayati.
berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 2 perlakuan yang digunakan hanya 2 perlakuan
yang menunjukkan adanya mikroorganisme yang tergolong sebagai APH (agen pengendalian
hayati), yaitu pada perlakuan kelompok 1, dan 2.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari tanah tanaman jeruk kalamansi didapatkan 30 ulat hongkong yang terinfeksi
cendawan entomopatogen dan berhasil di isolasi, patogen serangga seperti B. bassiana, maka
tanah dari lahan tanaman jeruk kalamansi cukup banyak mengandung cendawan
entomopatogen atau patogen serangga.
5.2 Saran
Ketika pelaksanaan praktikum sedang berlangsung diharapkan semua praktikan untuk
lebih kondusif sehingga jalannya praktikum dapat tertib dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, S., Mukhtar, I. S. P., dan Yuswani, P. 2013. Uji Efikasi Agens Hayati Terhadap
Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. Oryzae) Pada Beberapa
Varietas Padi Sawah (Oryza sativa). Agroteknologi, 1(4) : 1402-1412.
Daud, S. M., H. J. Jozani., and F. Arab. 2013. A Review on Predicting Outbreak of Tungro
Disease in Rice Fields Based on Epidiomological and Biophysycal Factors. Innovation,
Manageement and Technology, 4(4) : 447-450.
Manurung, I. R., M. I. Pinem, dan L. Lubis. 2014. Uji Antagonis Jamur Endofit terhadap
Cercospora oryzae Miyake dan Culvularia lunata (Wakk) Boed. dari Tanaman Padi di
Laboratorium. Agroekoteknologi, 2(4): 1563-1571.
Moningka, M., D. Tarore dan J. Krisen. 2012. Keragaman Jenis Musuh Alami Pada Serangga
Hama Padi Sawah di Kabupaten Minahasa Selatan. Eugenia. 18(2): 89-97.
Nurzanah, S. E., Lisnawita dan D. Bakti. 2014. Potensi Jamur Endofit Asala Cabai sebagai
Agens Hayati untuk Mengendalikan Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) pada Cabai
dan Interaksinya. Agroekoteknologi. 2 (3): 1230-1238.
Wilia, W., Widodo, dan S. Wiyono. 2013. Eksplorasi Cendawan Endofit dari Tanaman Cabai
yangBerpotensi sebagai Agens Biokontrol Penyakit Antraknosa(Colletotrichum
Acutatum L.). 2(1) : 9-15.