Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN HAYATI

“UJI PATOGENESIS beuveria basiana TERHADAP sitophilus oryzae”

Disusun oleh:

Nama : Harun Al Rasyid (E1K020030)


Shift : 2 Dua
Dosen Pembimbing : 1. Ir. Nadrawati, MP
2. Dr. Ir. Hendri Bustamam, MS.
Coass : 1. Chairul Ade (E1K019024)
2. Welti Elian Jaya (E1K019022)

LABORATORIUM PROTEKSI TANAMAN


JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Kebutuhan beras di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Menurut data


badan pusat statistika Indonesia (BPS) produksi beras di Indonesia sejak tahun 2011 hingga 2017
mengalami kenaikan yakni sebesar 65,75 juta ton pada tahun 2011 dan 82,38 juta ton pada tahun
2017 (BPS 2018).
Proses penyimpanan beras pada gudang salah satu langkah terpenting setelah panen. Dalam
penyimpanan beras tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu terutama dari golongan
serangga (Manueke dan Pelealu, 2015). Kumbang beras (Sitophilus oryzae) merupakan serangan
hama yang dapat merusak beras serta menurunkan kualitasnya selama penyimpanan beras pada
gudang. Kerusakan tersebut berupa kerusakan fisik, kimiawi dan mikrobiologis yang
mengakibatkan penurunan kualitas hasil pertanian (Febrianti dan Suharto, 2019). Kerugian dari
segi ekologi yang diakibatkan dari serangga hama kumbang beras yaitu dapat menyebabkan
terjadinya ledakan populasi serangga yang tidak dapat terkontrol (Rizal et al., 2019).
Pengendalian kumbang beras masih banyak menggunakan insektisida sintetik yang
dilakukan secara intensif yang mengakibatkan berbagai dampak negatif, terutama terbunuhnya
musuh alami dan akumulasi residu pestisida (Hasnah et al., 2012). Sakul et al., (2012)
pengendalian kumbang beras sampai saat ini masih menggunakan pestisida dan fumigasi yang
digunakan dalam gudang - gudang Bulog yakni Phosphine dan Metyl bromide. Rizal et al, (2010)
penggunaan secara alami juga dapat digunakan dalam melakukan pengendalian kumbang beras.
Sopialena (2018), pengendalian hayati aman bagi lingkungan karena tidak merugikan organisme
non target dan tidak menyebabkan ledakan hama kedua maupun resurgensi hama. Salah satu cara
alternatif yang cukup potensial dengan menggunakan jamur entomopatogen yaitu Beauveria
bassiana. Mandasari et al., (2015)

1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari pengaplikasian
isolat Bioa sengak dan kombinasi isolat Bioa Sengak + Tebat Monok dan mengamati tanda tanda
kumbang beras yang terinfeksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Seiring dengan pertambahan


jumlah penduduk yang mengakibatkan permintaan pasokan beras di Indonesia semakin meningkat
setiap tahun (Hardison dan Angga, 2020). Menurut BPS (2019), kebutuhan konsumsi beras di
tahun 2020 sebesar 31,63 juta ton, mengalami kenaikan sebanyak 314,10 ribu ton dibandingkan
pada tahun 2019 sebesar 31,31 juta ton.
Faktor gudang mempunyai peran yang penting untuk ketersediaan beras. Menjaga agar
gudang terbebas dari hama gudang merupakan hal yang penting. Hama Sitophilus oryzae
merupakan hama primer yang menyerang beras, sorgum, gandum, dan jagung di tempat
penyimpanan (Longstaff 1981). Akibat serangan hama, beras yang disimpan dalam gudang dapat
mencapai kerusakan sebesar 10-20% dari keseluruhan produksi (Phillips dan Throne 2010).
Penggunaan agen hayati cendawan entomopatogen merupakan suatu upaya untuk
mengurangi penggunaan pestisida sintetik yang selama ini banyak menyebabkan permasalahan
lingkungan, dan diharapkan menjadi solusi sekaligus dapat menggali potensi dasar hayati yang
telah ada (Desyanti et al. 2007). Beberapa spesies cendawan entomopatogen yang dapat
dipertimbangkan menjadi insektisida biologis adalah Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae,
Verticillium lecanii, dan Hirsutella thompsonii (Wahyono dan Tarigan 2007). Jamur Metarhizium
anisopliae dapat menginfeksi serangga dari kelompok ordo Orthoptera, Coleoptera, Hemiptera,
Lepidoptera dan Hymenoptera (Lee dan Hou 2003).
Cendawan entomopatogen digunakan untuk pengendalian hama karena reproduksinya yang
tinggi, siklus hidupnya yang pendek, dan kemampuannya untuk membentuk spora yang tahan
lama dalam segala kondisi. Penggunaan cendawan entomopatogen juga relatif aman, selektif,
toleran, relatif mudah diproduksi, dan sangat kecil kemungkinannya menimbulkan resistensi hama
(Wardati dan Erawati, 2015).
Selain itu efektivitas cendawan entomopatogen Beuveria bassiana dapat di pengaruhi oleh
metode aplikasi. Metode aplikasi yang sering digunakan dalam penelitian yaitu metode pakan dan
metode kontak. Penelitian yang telah dilakukan (Lubis, 2016).
BAB III
METODOLGI
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Toples/cup kecil 6 buah
2. Erlenmeyer
3. Kuas kecil
4. Rak dan tabung reaksi
5. Pipet mikro
6. Pipet tetes
7. Vortex
8. Gelas ukur
9. Kumbang beras (Sitophilus oryzae)
10. Beras
11. Biakan Beauveria bassiana

3.2 Cara Kerja


Adapun cara kerja praktikum ini adalah:
1. Menyiapkan toples/cup sebanyak 6 buah lalu diisi kumbang beras masing-masing 20
ekor.
2. Melakukan pengenceran biakan Beauvaria dengan aquades, kemudian dihomogenkan
3. Setelah dihomogenkan dilakukan pengenceran lagi sebanyak 3 kali untuk menghitung
sporanya.
4. Toples/cup diisi beras sebanyak 250 gr.
5. Kemudian melakukan perlakuan masing-masing isolat untuk merendamkan kumbang
beras sebanyak 3 ulangan setiap perlakuan.
6. Memasukkan kembali kumbang beras kedalam wadah toples/cup yang telah berisi
beras.
7. Mengamati kematian serta gejala serangga yang terinfeksi setiap hari, selama 13 hari.
8. Kumbang beras yang mati dipindahkan pada wadah lain yang berisi kapas dalam
keadaan lembab agar kumbang beras tidak kering sehingga miseliumnya muncul.
9. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No. Asal Konidia/ml U Jumlah kumbang mati per hari
isolat/desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Bioa Sengak 1 0 0 19 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0
2 0 0 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 18 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
2. Bioa Sengak + 1 0 0 14 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tebat Monok 2 0 0 18 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0
3 0 0 17 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0

4.2 Pembahasan
Pada tabel hasil pengamatan terlihat bahwa setelah aplikasi B.bassiana pada hari
pertama antara isolat Bioa Sengak dan kombinasi isolat Bioa Sengak + Tebat Monok jumlah
kumbang beras yang mati disetiap ulangan sama. Miselium pada kumbang beras yang telah
mati muncul pada hari ke 7 dengan tingkat kematian lebih dari 80%.
Hal ini disebabkan karena B.bassiana membutuhkan waktu untuk dapat menginfeksi
dan mematikan serangga uji, karena konidia jamur yang menempel pada kutikula akan
terlebih dahulu berkecambah membentuk hifa sehingga baru dapat menembus kutikula. Hal
ini didukung oleh Ardiyati et al., (2015)
Serangga yang terinfeksi jamur B. bassiana ditandai dengan gejala fisiknya lemah,
kurang aktif, dan pada kutikula ditemui bercak hitam yang menunjukkan tempat penetrasi
jamur. Tubuh serangga selanjutnya mengalami perubahan warna menjadi coklat kehitaman
dan mengeras seperti mumi. Hifa cendawan B. bassiana yang berwarna putih akan tumbuh
pada tubuh serangga jika kondisi suhu dan kelembaban lingkungan sesuai. Mekanisme infeksi
B.bassiana memerlukan waktu untuk dapat menembus integumen hingga
menimbulkan infeksi dan kematian. Penetrasi berlangsung dalam waktu 12-24 jam dan hal
tersebut memiliki proses untuk masuk kedalam tubuh dengan keadaan lingkungan yang
mendukung (Simanjuntak, 2017).
oleh jamur entomopatogen pada serangga, diawali dengan menempelnya propagul jamur
pada tubuh serangga, lalu propagul berkecambah pada integumen, selanjutnya tabung
kecambah melakukan penetrasi masuk ke tubuh serangga.
Mekanisme penetrasi dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula dan
selanjutnya hifa mengeluarkan enzim kitinase, lipase, dan protenase untuk menguraikan
kutikula serangga. Setelah melakukan penetrasi, hifa berkembang memasuki pembuluh
darah dan menghasilkan toksin seperti beauvericin, beauverolit, isoralit, dan asam aksalat
yang dapat menaikkan pH dan penggumpalan darah serta terhentinya peredaran darah. B.
bassian juga merusak haemocoel secara mekanis, seperti saluran pencernaan, otot sistem
saraf, dan sistem pernafasan. Semua proses tersebut menyebabkan mandul, lumpuh dan
kematian serangga yang terinfeksi.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari data yang didapati yaitu B.bassiana memerlukan waktu
untuk dapat menembus integumen hingga menimbulkan infeksi dan kematian. Penetrasi
berlangsung dalam waktu 12-24 jam dan hal tersebut memiliki proses untuk masuk
kedalam tubuh dengan keadaan lingkungan yang mendukung. Pengaruh B.bassiana pada
setiap perlakuan mengalami kematian setelah pengamatan hari ke-7 kumbang beras yang
mati meningkat drastis daripada hari pertama dan kedua.

5.2 Saran
Semoga praktikum berikutnya praktikan lebih disiplin dalam mengikuti
praktikum serta lebih memperhatikan arahaan dari dosen maupun co-ass.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Luas Panen dan Produksi Padi Indonesia. BPS RI,
Jakarta.
BPS [Badan Pusat Statistik] 2018. Survei Sosial Ekonomi Nasional. [Online]
http://www.bps.go.id [Di akses 06 Desember 2018].
Desyanti, Hadi YS, Yusuf S, Santoso T. 2007. Keefektifan beberapa spesies cendawan
entomopatogen untuk mengendalikan rayap tanah Coptotermes gestroi WASMANN
(Isoptera: Rhinotermiditae) dengan metode kontak dan umpan. J. Ilmu dan Teknologi
Kayu Tropis. 5(2): 68-77.
Febrianti, S. Z., dan Suharto. 2019. Pengaruh Fosfin (PH3) Terhadap Mortalitas Hama
Gudang Sitophilus oryzae Pada Komoditas Gandum. Jurnal Bioindustri. 2(1): 274-
284.
Hardison., dan A. Pramana. 2020. Analisis Perubahan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras di
Provinsi Riau. Jurnal Administrasi Politik dan Sosial. 1(2): 76-83.
Hasnah., Susanna., dan H. Sably. 2012. Keefektifan Jamur Jamur Beauveria bassiana Vuill
Terhadap Mortalitas Kepik Hijau Nezara viridula L. Pada Stadia Nimfa Dan Imago.
Jurnal Floratek. 7: 13 – 24.
Lee PC, Hou RF. 2003. Phatogenesis of Metarhizium anisopliae van anisopliae in the smaller
brown plant hopper Laodelphax striatelus. Chinese J. Entomol. (9):3-19.
Longstaff BC. 1981. Biology of the grain pest species of the genus Sitophilus (Coleoptera:
Curculionidae): a crirical review. Protection Ecology. 2: 82-130.
Lubis, M. (2016). Pengaruh Penambahan Nutrisi Terhadap Patogenitas Cendawan Beauveria
bassiana Pada Hypothenenus hampei Di Perkebunan Kopi Rakyat. Skripsi Digital
Repository Universitas Jember Learners.
Mandasari, L. F., R. Hasibuan., A. M. Hariri., dan Purnomo. 2015. Pengaruh Frekuensi
Aplikasi Isolat Jamur Entomopatogen Jamur Beauveria bassiana Terhadap Kutu daun
(Aphis glycines Matsumura) dan Organisme Non-Target Pada Pertanaman Kedelai.
Jurnal Agrotek Tropika. 3(3): 384-392.
Manueke, J., dan J. Pelealu. 2015. Ketertarikan Hama Sitophilus oryzae Pada Beras, Jagung
Pipilan Kacang Tanah, Kacang Kedelai, Dan Kopra. Jurnal Eugenia. 21(2): 70-79.
Phillips TW, Throne JE. 2010. Bio-rational approaches to managing stored product. Annual
Review of Entomology. 55:375-397.
Rizal, S., D. Mutiara., dan D. Agustina. 2019. Preferensi Konsumsi Kumbang Beras
(Sitophilus oryzae) Pada Beberapa Varietas Beras. Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. 16(2): 157- 165.
Sakul, E. H., J. S. S. Manoppo., D. Taroreh., R. I. F. Gerungan., dan S. Gugule. 2012.
Pengendalian Hama Kumbang Logong (Sitophylus oryzae L.) Dengan Menggunakan
Ekstrak Biji Pangi (Pangium edule Reinw.). Jurnal Eugenia. 18(3): 186-197.
Sopialena. 2018. Pengendalian Hayati Dengan Memberdayakan Potensi Mikroba.
Mulawarman University Press. Samarinda.
Wahyono TE, Tarrigan, N. 2007. Uji patogenisitas agen hayati Beauveria bassiana dan
Metarhizium anisopliae terhadap ulat serendang (Xystrocera festiva). Buletin Teknik
Pertanian. 12(1):22-29.
Wardati, I., & Erawati, D. N. (2015). Uji Formulasi Beauveria bassiana Isolat Lokal sebagai
Pengendali Hayati Hama Utama Kapas. Jurnal Ilmiah Inovasi, 15(1).

Anda mungkin juga menyukai