Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PANGAN

ACARA II
PENGAMATAN BAKTERI PADA BAHAN PANGAN DENGAN METODE TPC,
SPEKTROFOTOMETER, DAN BAKTERI PATOGEN

Disusun oleh:
Nama : Septiani Nurcahyanti
NIM : 24020221140090
Kelas : Bioteknologi B
Kelompok :3
Nama Asisten : T.A Tyas Kilulud

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
ACARA II

PENGAMATAN BAKTERI PADA BAHAN PANGAN DENGAN METODE TPC,


SPEKTROFOTOMETER, DAN BAKTERI PATOGEN

I. Tujuan
1.1 Mengetahui jumlah sel mikroorganisme dengan metode spektrofotometri
1.2 Mendeteksi bakteri patogen pada bahan pangan
1.3 Mengetahui jumlah sel mikroorganisme menggunakan cara TPC (Total Plate Count)
II. Tinjauan Pustaka
II.1 Analisis Kuantitatif dan Penghitungan Mikroba
Kuantitas mikroba menunjukkan jumlah koloni yang mampu dibentuk oleh
mikroba tertentu. Beberapa koloni bakteri bagi tubuh manusia akan menyebabkan
penyakit. Untuk mengetahui jumlah sel (bakteri) dan massa sel (golongan
berfilamen seperti kapang) dapat dilakukan dengan perhitungan secara langsung dan
tidak langsung. Enumerasi mikroba secara langsung merupakan perhitungan
mikroba yang dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroba menggunakan
mikroskop. Perhitungan dilakukan dengan menghitung koloni setelah pertumbuhan
dalam media nutrisi ataupun dapat digunakan untuk menghitung sel yang diwarnai
secara mikroskopis. Perhitungan sel akan dilakukan di bawah mikroskop. Enumerasi
langsung memberikan perkiraan jumlah total sel dalam sampel (Wijaya et al., 2015).
Teknik menghitung jumlah sel bakteri adalah dikenal juga dengan nama
Enumerasi. Teknik enumerasi digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam
suatu media tanpa mengidentifikasi jenis mikroba (bakteri, jamur, yeast). Teknik ini
bertujuan untuk menentukan jumlah sel dari suatu kultur bakteri secara kuantitatif
Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk
mengetahui mutu bahan pangan tersebut. Beberapa cara dapat digunakan untuk
menghitung atau mengukur jumlah jasad renik didalam suatu suspensi atau bahan,
salah satunya yaitu perhitungan jumlah sel dengan metode hitung cawan. Prinsip
dari metode ini adalah jika sel mikroba masih hidup ditumbuhkan pada medium agar
maka sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung tanpa menggunakan mikroskop. Cara pemupukan kultur dalam hitungan
cawan yaitu dengan metode tuang (pour plate) Jika sudah didapatkan hasil jumlah
koloninya, kemudian disesuaikan berdasarkan SPC (Standard Plate Count) (Yunita
et al., 2015).
II.1.1 Total Plate Count
Total Plate Count (TPC) merupakan metode yang telah dikembangkan
oleh Association of Official Analytical Chemists (AOAC) dan American
Public Health Association (APHA). Total Plate Count adalah semua koloni
yang tumbuh pada media NA Jumlah koloni bakteri yang dihitung pada cawan
petri adalah berjumlah antara 25-250 koloni. Pengujian Total Plate Count
(TPC) berguna untuk menunjukkan jumlah mikroba yang terdapat dalam suatu
produk dengan cara menghitung koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media
agar. Produk makanan dapat dikategorikan aman jika total koloni bakteri tidak
melebihi 1x108 CFU/ml. Prinsip dari metode ini adalah jika sel mikroba masih
hidup ditumbuhkan pada medium agar maka sel tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung tanpa menggunakan
mikroskop. Cara pemupukan kultur dalam hitungan cawan yaitu dengan
metode tuang (pour plate). Jika sudah didapatkan hasil jumlah koloninya,
hasilnya dikalikan dengan pengencerannya. Dari perhitungan TPC (Total
Plate Count ) ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut: Koloni per ml atau
per gram = jumlah koloni pada cawan x 1 faktor pengenceran (Rizki et al.,
2021).

Colony Forming Units (CFU) = jumlah koloni terhitung


1
×
faktor pengenceran(10 ˟)
II.1.2 Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut dengan kuvet.
Sebagian cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan diteruskan. Nilai
absorbansi dari cahaya yang di serap sebanding dengan konsentrasi larutan di
dalam kuvet. Prinsip kerja Spektrofotometer adalah bila cahaya
(monokrommatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen,
sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan sebagian diserap dalam medium
itu dan sisanya diteruskan. Spektrum elektromagnetik meliputi suatu daerah
panjang gelombang yang luas dari sinar gamma gelombang pendek berenergi
tinggi sampai pada panjang gelombang mikro (Yohan et al., 2018).
II.2 Deteksi Bakteri Patogen Pada Pangan
Mikroorganisme patogen yang sering ditemukan pada produk pangan dapat
digolongkan sebagai mikroorganisme indikator keamanan pangan. Mikroorganisme
patogen tersebut merupakan penyebab keracunan makanan (intoksikasi) (Kartika et
al., 2014). Kualitas dan keamanan bahan pangan sangat penting dalam mendukung
kualitas kesehatan masyarakat. Namun, banyak jenis mikroorganisme patogen yang
dapat mengkontaminasi bahan pangan dan mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Mikroba dapat mencemari pangan melalui air, debu, udara, tanah, alat-alat
pengolah (selama proses produksi atau penyiapan) juga sekresi dari usus manusia
dan hewan. Penyakit akibat pangan (food borne disease) yang terjadi segera setelah
mengkonsumsi pangan, umumnya disebut dengan keracunan (Ekawati et al., 2017).
Mikroorganisme patogen yang mengkontaminasi bahan pangan dapat berupa
bakteri, virus, fungi maupun parasit lainnya. Beberapa jenis bakteri kontaminan
pada bahan pangan yang dapat pula menginfeksi manusia adalah Echerichia coli,
Salmonella enterica, Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes,
Campylobacter jejuni, Bacillus cereus, Escherichia coli produsen toksin Shiga
lainnya, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio cholera O1, Vibrio cholera O139,
Salmonella enteritidis, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella
paratyphi B, Salmonella paratyphi C, dan S. Choleraesuis (Zhao et al., 2016).
II.2.1 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat
dengan diameter 0,7-1,2 µm, berkelompok tidak teratur seperti buah anggur,
tidak membetuk spora, fakultatif anaerob, dan tidak bergerak. Suhu optimum
untuk pertumbuhannya adalah 37oC, namun pada suhu kamar (20 0C - 25ºC)
akan membentuk pigmen. Warna pigmen yang terbentuk mulai dari abu-abu
hingga kuning keemasan dengan koloni berbentuk bundar, halus, menonjol,
dan berkilau. Lebih dari 90 % isolat klinik menunjukkan morfologi S. aureus
dengan kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi
bakteri. Infeksi S. aureus merupakan salah satu penyebab meningkatnya
jumlah penyakit dan kematian. Pada hidung dan kulit manusia, terdapat
bakteri yang berkolonisasi sehingga dapat menyebabkan beberapa penyakit
seperti infeksi kulit, endocarditis, bakteremia, pneumonia, meningitis,
osteomyelitis, sepsis dan toxic shock syndrome. Salah satu tantangan dalam
pengobatan infeksi oleh S. aureus adalah adanya Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) dan Vankomisin Resintant Staphylococcus
aureus (VRSA) yaitu resistensi S. aureus terhadap antibiotik. Selain itu,
munculnya strain baru S. aureus juga menambah masalah kesehatan di
masyarakat. Oleh karena itu, strategi baru diperlukan untuk menghindari
meluasnya resisten (Rianti et al,. 2021).
II.2.2 Salmonella sp.
Salmonella sp. merupakan salah satu bakteri gram negatif yang bersifat
pathogen dan merupakan agen yang paling sering menyebabkan food borne
disease di dunia. Infeksi Salmonella sp. pada hewan maupun manusia dapat
menyebabkan salmonellosis yang mengganggu saluran cerna dan banyak
diantaramya dapat mengakibatkan kematian. Salmonellosis pada manusia
dapat ditularkan melalui makanan asal hewan yang terkontaminasi oleh
Salmonella sp. Salmonellosis bersifat endemis hampir di seluruh kota besar
di Indonesia. Diperkirakan salmonellosis terjadi sebanyak 60.000 hingga
1.300.000 kasus dengan sedikitnya 20.000 kematian per tahun (Santika et al,.
2016).
II.2.3 Klebsiella sp
Klebsiella sp. merupakan bakteri patogen potensial dan patogen
oportunistik yang sangat penting. Bakteri ini menyebabkan infeksi pada
saluran pernapasan atas yaitu pada mukosa hidung dan farings, serta
menyebabkan pneumonia dan infeksi saluran kencing akibat infeksi yang
meluas. Klebsiella sp. mampu menyebabkan penyakit akibat adanya
perubahan cuaca, defisiensi nutrisi, kelelahan, kelaparan, dan adanya infeksi
parasite. Klebsiella sp. termasuk dalam bakteri famili Enterobacteriaceae,
terdiri dari empat spesies yaitu K. pneumoniae, K. oxytoca, K. ozaenae, K.
rhinoscleromatis. Klebsiella sp. bersifat Gram negatif, berbentuk batang
pendek, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, non motil dan
mempunyai kapsul. kapsul berperan penting untuk virulensi Klebsiella sp.
karena melindungi bakteri dari fagositosis oleh granulosit polimorfonuklear.
Secara makroskopis koloni Klebsiella sp. memiliki diameter sebesar 2-5 mm,
berwarna merah muda pada media selektif, mukoid dan cenderung bersatu
apabila diinkubasikan (Bolla et al., 2021).
II.2.4 Proteus sp.
Bakteri Proteus sp. merupakan bakteri aerob/anaerob fakultatif yang
dapat menunjukan pertumbuhan pada suhu 37oC. Proteus sp. membentuk
asam dan gas dari glukosa, dan dapat mengubah fenil alanine menjadi asam
fenil alanine pirufat serta menghidrolisa urea dengan cepat karena adanya
enzim urase pada TSIA yang bersifat alkali asam dengan membentuk H2S.
Proteus sp. disebut juga bakteri proteolitik karena bakteri ini dapat
menguraikan dan dapat memecah protein secara aerob/ anaerob sehinggah
menghasilkan komponen berbau busuk seperti hidrogen, sulfit, amin, indol,
dan asam lemak. Proteus sp. dapat menghidrolisis urea menjadi CO3 dan
NH3 serta melepas amoniak. Proteus sp. juga termasuk dalam famili
Enterobacteriaceae. Bakteri ini sering ditemukan di tanah dan air serta
merupakan flora normal pada saluran pencernaan manusia dan mamalia.
Bakteri ini bersifat motil, Gram negatif, berbentuk batang, mempunyai flagel
peritrik serta memiliki kemampuan untuk menghidrolisis urea (Afriani,
2014).
II.2.5 Escherichia coli
Bakteri Escheriachia coli adalah kelompok Coliform yang termasuk
dalam Enterobacteriaceae. Enterobacteriaceae adalah bakteri usus atau
bakteri yang mampu bertahan hidup di saluran pencernaan. Bakteri
Escheriachia coli merupakan jenis bakteri berbentuk batang, gram negatif,
bersifat anaerob fakultatif, dapat bertahan hidup dikondisi yang kurang
nutrisi dan lingkungan yang ekstrim, tidak membentuk spora, dan merupakan
flora alami di saluran usus mamalia. Bakteri Escheriachia coli dapat tumbuh
dengan baik di air tawar, air laut, dan air tanah. Karakteristik biokimia yang
dimiliki bakteri Escheriachia coli mampu menghasilkan indol, tidak efektif
dalam memfermentasi sitrat, dan analisis urease bersifat negative. Bakteri
Escheriachia coli menjadi salah satu indikator kualitas air minum, karena
kebaradaannya dalam air menunjukkan bahwa air tersebut terkontaminasi
dengan mengandung mikroorganisme patogen lainnya. Bakteri Escheriachia
coli dalam air ada yang bersifat non-patogen, tetapi kadang ditemukan strain
patogen yang menghasilkan toksin shiga (enterhaemorrhagic), seperti
penghasil enterotoksin dan E.col (Anwarudin et al., 2019).
III. Metode Penelitian
3.1 Total Plate Count
3.1.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Cawan petri
4. Spreader
5. Mortar
6. Erlenmeyer
7. Lampu spiritus
8. Label
9. Alat tulis
10. Alat dokumentasi
3.1.2 Bahan
1. Sampel air minum isi ulang, jamu gendong, ikan, ayam, cilok bumbu (10g)
2. Media NA (Natrium Agar)
3. Aquades steril
3.1.3 Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Mortar disterilkan dengan penyemprotan alcohol
3. Sampel diambil sebanyak 10 g kemudian dihaluskan dan dimasukkan
kedalam erlenmeyer berisi 90ml akuades
4. Sampel diambil sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan ke tabung reaksi
pertama yang telah berisi 9 ml akuades untuk menghasilkan pengenceran
tingkat 1 (10-1)
5. Sebanyak 1 ml dari pengenceran 10-1 diambil kemudian dimasukkan pada
tabung reaksi kedua untuk menghasilkan pengenceran 10-2 , begitu
seterusnya hingga tingkat pengenceran yang dibutuhkan.
6. Tingkat pengenceran setiap sampel: air isi ulang (10-4), jamu gendong (10-4),
ayam (10-6), ikan (10-6), cilok (10-6).
7. Diambil masing-masing 1 ml dari 3 pengenceran terakhir kemudian
diinokulasikan pada cawan petri berisi NA dengan metode spread plate.
8. Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam, lalu dilakukan penghitungan
koloni dengan metode TPC.
3.2 Isolasi dan Identifikasi Bakteri Patogen dari Pangan
3.2.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Cawan petri
3. Ose bulat
4. Mortar
4. Lampu spiritus
5. Alat tulis
6. Alat dokumentasi
3.2.2 Bahan
1. Sampel ayam/ikan 10g
2. BPW 5ml
3. Media BSA (Bismuth Sulfit Agar)
3.2.3 Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel sebanyak 5 g diinkubasikan selama 24 jam pada 5 ml BPW
3. Diambil 1 ose sampel yang telah diinkubasi
4. Lalu digoreskan ke permukaan media Bismuth Sulfite Agar (BSA)
5. Media diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C
6. Dilakukan dokumentasi dan pengamatan pada koloni yang terbentuk
IV. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Hasil Koloni Bakteri Menggunakan Metode TPC
No Asal Gambar Koloni Bakteri Jumlah per ml (CFU)
Makanan
1. Ikan Segar Berbentuk irregular, Tidak memenuhi
pinggiran filiform, dan Syarat karena total
berwarna putih koloni 340 dari jumlah
2,2 x 107 cfu/ml
Pengenceran 10 -4

(Dokumentasi Pribadi,
2023)
Memenuhi Syarat
karena total koloni
Berbentuk irregular,
217 dari jumlah dari
pinggiran filiform, dan
berwarna putih
jumlah 2,2 x 107
cfu/ml
Pengenceran 10 -5

(Dokumentasi Pribadi,
2023)
Memenuhi Syarat
karena total koloni 49
Berbentuk irregular,
dari jumlah dari
pinggiran filiform, dan
jumlah 2,2x 107 cfu/ml
berwarna putih

Pengenceran 10 -6

(Dokumentasi Pribadi,
2023)

Tabel 2. Hasil Koloni Bakteri Patogen


No Bahan Pangan Gambar Koloni Keterangan (Ciri Koloni Bakteri)

1. Ayam Segar Negatif, dari Salmonella sp. tidak


ada koloni yang terbentuk sesuai
dengan cirinya. Terbentuk bakteri
gram negatif
(Dokumentasi Pribadi,
2022)

Praktikum Bioteknologi Pangan Acara II yang berjudul “Pengamatan Bakteri Pada


Bahan Pangan Dengan Metode TPC, Spektrofotometer, Dan Bakteri Patogen”
dilaksanakan pada hari Kamis, 14 September 2023 pukul 13:00-15:50 WIB. Praktikum
ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui jumlah sel mikroorganisme dengan metode
Spektrofotometri, dapat mendeteksi bakteri patogen pada bahan pangan, dan mengetahui
jumlah sel mikroorganisme menggunakan cara TPC (Total Plate Count). Praktikum
dilaksanakan secara offline di Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Sains Dan
Matematika, Universitas Diponegoro. Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah tabung reaksi, rak tabung, cawan petri, erlenmeyer, mortar, lampu spiritus, ose
bulat, label, alat tulis, dan alat dokumentasi. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
meliputi sampel air minum, ayam, ikan, cilok bumbu, jamu gendong, media NA (Nutrient
Agar), aquades steril, BPW 5 ml, dan media BSA (Bismuth Sulfit Agar).

IV.1 Total Plate Count (TPC)


TPC merupakan mengaplikasikan metode pengenceran bertingkat untuk
menghindari penumpukan koloni mikroba yang menyebabkan kesulitan dalam
menghitung koloni mikroba. TPC berfokus kepada perhitungan koloni mikroba yang
masih hidup melalui kultivasi pada media agar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Devi
(2019) bahwa Total Plate Count (TPC) merupakan salah satu cara untuk
mempermudah dalam pengujian mikroorganisme dari suatu sampel dan dapat
menunjukkan adanya mikroorganisme pathogen ataupun non pathogen dengan
pengamatan secara visual yang kemudian dihitung berdasarkan TPC untuk strandart
tes pada bakteri. Total Plate Count yaitu dengan mengencerkan sampel yang
digunakan seri dengan begitu satu bakteri akan membentuk koloni terisolasi, sehingga
jumlah koloni yang terbentuk dapat digunakan sebagai suatu ukuran jumlah sel yang
hidup dalam pengenceran itu, namun jika organism secara normal membentuk multi
sel seperti rantai maka colony forming unit bias terdiri dari satu rantai bakteri pada sel
bakteri tunggal. Bakteri ditumbuhkan dengan pengenceran faktor 10, setelah inkubasi
jumlah koloni pada sampel tertentu harus menunjukan 30-300 koloni untuk
perhitungan, sampel yang bakterinya tumbuh kurang dari 30 atau lebih dari 300 tidak
dapat diterima karena adanya kesalahan dalam penumbuhan bakteri.
Cara perhitungan metode TPC dengan menggunakan cawan yang dipilih dan
dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300, beberapa
koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan koloni yang besar,
dimana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni dan satu
deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu
koloni. Dalam SPC ditentukan perhitungan koloni yaitu pertama apabila yang
dilaporkan hanya terdiri dari dua angka pertama (satuan) dan angka kedua (desimal)
dan jika angka ketiga sama dengan atau lebih besar dari 5 maka harus dibulatkan.
Kedua apabila jika semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni maka yang
dihitung hanya jumlah koloni pada pengenceran terendah. Hasilnya dilaporkan
sebagai <30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, jumlah yang sebenarnya ditulis
dalam kurung. Ketiga jika semua cawan petri menunjukkan pertumbuhan koloni
>300, maka diambil nilai pengenceran tertinggi. Hasilnya dilaporkan. Hasilnya
dilaporkan sebagai > 300 dikalikan dengan besarnya pengenceran, jumlah yang
sebenarnya ditulis dalam kurung. Keempat Jika cawan petri dari 2 tingkat
pengenceran yang berurutan jumlah koloninya antara 30-300, maka dilakukan
perbandingan hasil tertinggi dan terendah, bila: hasil perbandingan ≤ 2, maka hasil
ditentukan dengan menghitung rata-rata hasil dari kedua nilai tersebut dan hasil
perbandingan ≥ 2, maka diambil nilai yang terkecil. Serta kelima, Jika setiap
pengenceran dibuat duplo (rangkap 2), maka kedua data dari pengenceran yang sama
harus diambil, walaupun salah satu data tidak memenuhi syarat 30-300 koloni. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soesetyaningsih (2020) bahwa cara perhitungan jumlah sel
dengan Total Plate Count ialah cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang
mengandung jumlah koloni antara 30-300 CFU/g . Jika jumlah koloni tiap sampel
lebih dari 300 CFU/g dikategorikan sebagai terlalu banyak untuk dihitung (TBUD)
atau too numerous to count (TNTC). Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu
atau satu deret rantai koloni yang terikat sebagai suatu garis dihitung sebagai satu
koloni. Koloni yang tumbuh menutup lebih besar dari setengan luas cawan petri, tidak
disebut sebagai koloni melainkan spreader. Jika hasil perbandingan jumlah bakteri
dari hasil pengenceran berturut-turut antara pengenceran yang lebih besar dengan
pengenceran sebelumnya adalah < 2 maka hasilnya dirata-rata. Namun jika hasilnya ≥
2, maka menggunakan jumlah mikroba dari hasil pengenceran sebelumnya
(pengenceran terkecil).
IV.2 Perhitungan Bakteri Patogen Dengan Spektrofotometer
Salah satu contoh perhitungan mikroorganisme secara langsung adalah dengan
menggunakan metode spektrofotometer. Perhitungan bakteri pathogen dengan
spektrofotometer didasari dengan prinsip cahaya yang masuk dan akan dipantulkan
sebagian diserap dalam medium juga sisanya diteruskan atau memanfaatkan
kekeruhan dari setiap larutan media yang telah berisi bakteri pathogen. Metode
perhitungan bakteri dengan spektrofotometer dijelaskan oleh pernyataan dari Seniati
(2019) yang menjelaskan bahwa, sampel dimasukkan ke dalam cuvet hingga volume
minimal ¾ dari tinggi cuvet. Pastikan bagian luar cuvet besih. Memasukkan cuvet ke
dalam cell holder, tutup sample chamber. Pilih panjang gelombang yang akan
digunakan untuk mengukur sampel 550-600 nm. Membaca absorbansi-nya lalu
mencatat datanya setelah selesai ambil kuvet dan membersihkan semua alat dan bahan
yang digunakan. Perhitungan menggunakan spektrofotometer dilakukan sebanyak 3
kali ulangan supaya memastikan hasil yang diperoleh.
Berdasarkan hasil penelitian Seniati (2019) tentang perhitungan jumlah sel
bakteri dengan mengukur nilai absorbansi pada kultur biakkan Vibrio harveyi,
diperoleh data sebagai berikut:
Dengan menggunakan spektrofotometer panjang gelombang yang digunakan
adalah 620 nm untuk melihat tingkat kekeruhan yang terbaca melalui nilai absorbansi
yang dihasilkan, sebab dengan panjang gelombang 600-625 dapat digunakan untuk
melihat tingkat kekeruhan untuk larutan yang berwarna kuning sampai coklat. Kurva
standar merupakan suatu kurva untuk menghitung jumlah sel bakteri secara tidak
langsung, yaitu dengan meregresikan nilai OD dan jumlah bakteri kedalam persamaan
garis kurva standar y = ax + b, dimana y = jumlah koloni, dan x = besarnya nilai OD.
Sehingga, perhitungan populasi bakteri V. harveyi dapat dilakukan dengan
meregresikan nilai OD dan jumlah bakteri kedalam persamaan garis kurva standar y=
6,2818x + 1,7026, dimana y = jumlah kepadatan bakteri, dan x = besarnya nilai OD.
IV.3 Bakteri Patogen Dari Bahan Pangan (Pilih 1 dari tinpus)
Salmonella adalah kelompok bakteri pemicu diare dan infeksi di saluran usus
manusia. Bakteri ini dapat hidup di saluran usus hewan yang ditularkan ke manusia
melalui makanan yang terkontaminasi kotoran hewan. Selain itu, konsumsi makanan
yang kurang matang dan tidak dicuci juga dapat meningkatkan risiko terkontaminasi.
Hal ini sependapat dengan Nugroho (2015) bahwa Salmonelosis adalah penyakit yang
disebabkan bakteri Salmonella spp. Penyakit ini dapat menyerang unggas, hewan
mamalia dan manusia sehingga memiliki arti penting bagi manusia karena penyakit
ini dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan dan minuman yang tercemar
Salmonella spp. Salmonella bersumber atau berasal dari daging sapi, unggas
(termasuk ayam broiler) atau makanan laut yang masih mentah atau setengah matang.
Susu atau produk susu olahan yang tidak dipasteurisasi atau telur mentah atau
setengah matang. Kemudian penyakit akibat infeksi Salmonella dapat menimbulkan
gejala berupa sakit perut, demam, diare, kram pada perut, hingga kematian. Hal ini
sependapat dengan Annisa (2020) bahwa gejala infeksi akibat Salmonella sp.
(Salmonellosis) umumnya berupa gastroenteritis yang disertai demam enterik (demam
tifoid dan demam paratifoid) dan infeksi local.
V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan mengenai “Pengamatan Bakteri
Pada Bahan Pangan Dengan Metode TPC, Spektrofotometer, Dan Bakteri Patogen”
maka dapat disimpulkan bahwa:
V.1Jumlah mikroba dapat dihitung secara tidak langsung menggunakan spektrofotometri
berdasarkan turbiditas dengan prinsip kerja menghitung nilai absorbansi cahaya yang
ditembakkan melewati media atau sampel.
V.2Identifikasi Deteksi patogen dapat dilakukan sebagai indikator pada sebuah pangan
yang menandakan bahwa pangan tersebut aman dari bakteri patogen (Salmonella,
Staphylococcus aureus, escherichia, shigella) yang mampu membuat manusia
mengalami penyakit seperti diare, demam, dll.
V.3Jumlah mikroba juga dapat dihitung dengan metode Total Plate Count (TPC) melalui
pengenceran pada media Nutrient Agar dengan metode pour plate. Dari perhitungan
TPC (Total Plate Count ) ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut: Koloni per ml
atau per gram = jumlah koloni pada cawan x 1 faktor pengenceran
1
Colony Forming Units (CFU) = jumlah koloni terhitung ×
faktor pengenceran(10 ˟)
DAFTAR PUSTAKA
Afriani Rachmi. 2014. Karakterisasi Fag Litik Proteus Mirabilis Resisten Antibiotik Asal
Feses Penderita Diare. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian. Jurnal Institut
Pertanian Bogor, 1(2): 1-10.

Annisa, U. A., Sudarwanto, M. B., Soviana, S., & Pisestyani, H. 2020. Keberadaan
Salmonella sp. Pada Susu Olahan Asal Kedai Susu di Sekitar Permukiman Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor. Jurnal Kajian Veteriner, 8(1): 34-42.

Anwarudin, W., Suhendi, D., & Azizah, N. 2019. Analisis Kualitatif Bakteri Coliform Pada
Air Bak Penampungan Umum Desa Taraju Kabupaten Kuningan. Jurnal Farmaku
(Farmasi Muhammadiyah Kuningan), 4(1): 1-7.

Devi, Anna Roosiana. 2020. Enumerasi Dan Uji Patogenitas Vibrio Sp. Yang Terdapat Pada
Kerang Darah (Anadara Granosa) Di Kawasan Pantai Wisata Yogyakarta. Jurnal
Buletin Veteriner Udayana, 15(3) : 337-361.

Ekawati, E. R., Yusmiati, S. N. H., & Hamidi, F. R. 2017. Deteksi Escherichia coli patogen
pada pangan menggunakan metode konvensional dan metode multiplex PCR. Jurnal
SainHealth, 1(2): 75-82.

Kartika, E., Khotimah, S., & Yanti, A. H. 2014. Deteksi bakteri indikator keamanan pangan
pada sosis daging ayam di pasar Flamboyan Pontianak. Jurnal Protobiont, 3(2): 111-119.

Nugroho, S., Purnawarman, T., & Indrawati, A. 2015. Deteksi Salmonella sp. pada telur
ayam konsumsi yang dilalulintaskan melalui Pelabuhan Tenau Kupang. Journal Acta
Veterinaria Indonesiana, 3(1): 16-22.

Putra, M. D. D., Suarjana, I. G. K., & PG, K. T. 2023. Isolasi dan Identifikasi Klebsiella sp.
pada Anjing Kintamani Diare. Buletin Veteriner Udayana Volume, 15(3): 377-382.
Rianti, E. D. D., Tania, P. O. A., & Listyawati, A. F. 2022. Kuat Medan Listrik Ac Dalam
Menghambat Pertumbuhan Koloni Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli. Bioma:
Jurnal Ilmiah Biologi, 11(1): 79-88.

Rizki, Z., Fitriana, F., & Jumadewi, A. 2022. Identifikasi Jumlah Angka Kuman Pada
Dispenser Metode Tpc (Total Plate Count). Jurnal Sago Gizi Dan Kesehatan, 4(1): 38-
43.

Sartika, Dewi., Susilawati, S., & Arfani, G. 2016. Identifikasi Cemaran Salmonella Sp. Pada
Ayam Potong Dengan Metode Kuantifikasi Di Tiga Pasar Tradisional Dan Dua Pasar
Modern Di Kota Bandar Lampung [Identification Of Salmonella Sp. Contamination On
Broilers With Quantification Method At Three Traditional Markets And Two Modern
Markets In Bandar Lampung. Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian, 21(2): 89-96.

Seniati, S., Marbiah, M., & Irham, A. 2019. Pengukuran kepadatan bakteri Vibrio harveyi
secara cepat dengan menggunakan spectrofotometer. Jurnal Agrokompleks, 19(2): 12-19.

Soesetyaningsih, Endang. 2020. Akurasi Perhitungan Bakteri pada Daging Sapi


Menggunakan Metode Hitung Cawan. Jurnal Berkala Sainstek. 8(3) : 75-79.

Wijaya, R. C., Utari, E. L., & Yudianingsih. 2015. Perancangan Alat Penghitung Bakteri.
Jurnal Teknologi Informasi, 10(29): 1-9.

Yohan, Astuti, Fifit, Wicaksana, Adimas. 2018. Pembuatan Spektrofotometer Edukasi Untuk
Analisis Senyawa Pewarna Makanan. Jurnal Chimica Et Natura Acta, 6(3): 111-115.

Yunita, Merisa. 2015. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan


(Aerofood ACS) Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate Count) Dengan Metode
Pour Plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 3(3): 237-248.

Zhao, Y., H. Wang, P. Zhang, C. Sun, X. Wang, X. Wang, R. Yang, C. Wang, And L. Zhou.
2016. Rapid Multiplex Detection Of 10 Foodborne Pathogens Wiyh An Up-Converting
Phosphor Technology-Based 10-Channel Lateral Flow Assay. Journal Of Scientific
Reports (6): 1-8.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 22 September 2023

Mengetahui,

Asisten Praktikan

T.A Tyas Kilulud Septiani Nurcahyanti

NIM. 2402021913006 NIM. 24020221140090

Anda mungkin juga menyukai