0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
70 tayangan27 halaman
Laporan ini membahas uji sensitivitas dan penghitungan jumlah mikroba pada praktikum mikrobiologi laut. Terdapat berbagai metode untuk mengetahui resistensi bakteri terhadap zat penghambat pertumbuhan dan menghitung jumlah mikroba secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan praktikum adalah memahami teknik uji sensitivitas dan ketrampilan menghitung koloni bakteri.
Laporan ini membahas uji sensitivitas dan penghitungan jumlah mikroba pada praktikum mikrobiologi laut. Terdapat berbagai metode untuk mengetahui resistensi bakteri terhadap zat penghambat pertumbuhan dan menghitung jumlah mikroba secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan praktikum adalah memahami teknik uji sensitivitas dan ketrampilan menghitung koloni bakteri.
Laporan ini membahas uji sensitivitas dan penghitungan jumlah mikroba pada praktikum mikrobiologi laut. Terdapat berbagai metode untuk mengetahui resistensi bakteri terhadap zat penghambat pertumbuhan dan menghitung jumlah mikroba secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan praktikum adalah memahami teknik uji sensitivitas dan ketrampilan menghitung koloni bakteri.
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Uji dalam praktikum mikrobiologi sangatlah bervariasi, namun disini praktikan hanya mempelajari praktikum uji sensitivitas serta pemahaman dalam proses perhitungan bakteri setelah diinokulasi. Hanya dengan uji sensitivitas ini kita sebagai praktikan dapat mengetahui resistensi bakteri dalam melawan berbagai zat penghalang fase pertumbuhan bakteri tersebut. Pertumbuhan mikroba umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan reespon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrien serta faktor lingkungan yang sesuai (Dwidjoseputro, 1994). Perubahan faktor lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, dan untuk menunjang pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba, tentunya diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Dwidjoseputro, 1994). Faktor kimiawi yang mempengaruhi antara lain senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya. Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida atau bakterisida. Untuk menentukan batas-batas antara kedua pengertian bakteriostatik dan bakterisida itu sangatlah sukar, dan kedua aseperti Mycobacterium tuberculosis. Faktor biotik mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme (Dwidjoseputro, 1994). Berapa cara menetukan jumlah mikrobia secara tidak langsung yaitu menghitung jumlah mikrobia menggunakan sentrifuge, berdasarkan kekeruhan, menggunakan perhitungan elektronik (elektronik counter), berdasarkan analisis kimia, bedasarkan berat kering, menggunakan cara pengenceran, menggunakan cara Most Probable Number (MPN) dan menghitung bakteria berdasarkan jumlah koloni (Soetarto dkk, 2008) . Ada beberapa cara penghitungan jumlah mikrobia yaitu cara penghitungan pada lempeng pembiakan, cara menghitung langsung (metode kaca objek), metode ukur kekeruhan, metode turbidimetri dan nefelometri serta dengan jumlah perkiraan terdekat (JPT). Cara penghitungan pada lempeng pembiaakan disebut juga metode penghitungan bakteri hidup atau metode penghitungan koloni. Penghitungan koloni dilakukan penyimpanan pada suhu yang sesuai. Oleh karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh menjadi satu koloni yang terhitung mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap volum pengenceran yang digunakan. Dalam hal ini pun, bahan pemeriksaan jika perlu harus diencerkan untuk menghindari jumlah koloni terlalu banyak sehingga tidak dapat dihitung. Hasil hitungan yang dapat diandalkan adalah antara 30-300 koloni pada tiap lempeng pembiakan ( Irianto 2007). Pengamatan menggunakan mikroskop secara langsung sering membingungkan karena hadirnya protei-protein asing yang serupa dengan mikrobia yang diamati. Oleh karena itu dalam pengukuran jumlah mikrobia secara langsung digunakan teknik pengecatan. Ini bertujuan untuk memudahkan mengamati mikrobia yang akan dihitung dan membedakannya dengan benda- benda asing lain (Penn,1991). Uji sensitivitas bakteri terhadap beberapa antibiotika di luar negeri sudah lazim dilakukan sebagai pemeriksaan rutin terhadap isolat bakteri berasal dari material klinis. Disamping itu telah banyak dilakukan penelitian tentang sensitivitas dan resistensi bakteri terhadap bermacam-macam antibiotika telah banyak dilakukan (Corcoran dan Shulman, 1994). Sensitivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan bahwa mikroorganisme sensitif terhadap kerja antibiotik pada konsentrasi tertentu (Schelegel, H.G. dan K. Schmidt. 1994). Penurunan sensitivas bakteri terhadap antibiotik menjadi masalah global yang mengancam keberhasilan terapi penyakit infeksi karena menyebabkan infeksi lebih berat sehingga infeksi hanya dapat diobati antibiotik alternatif yang terbatas dan cenderung lebih mahal. Penurunan sensitivitas bakteri menjadi resisten dapat disebabkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional seperti pemberian antibiotik pada keadaan tanpa infeksi bakteri, kesalahan pemilihan antibiotik, dosis yang tidak tepat, penggunaan antibiotik berlebih untuk profilaksis (Schelegel, H.G. dan K. Schmidt. 1994). Dengan demikian,maka dalam praktikum mikrobiologi ini diharapkan dilakukan dengan serius agar semua acara dapat terlaksana dengan baik dan aman.Karena tidak semua bakteri yang akan kita amati itu aman, ada juga bakteri patogen yang akan menggangu kesehatan praktikan. Dan perlu dipehatikan sterilisasi cara untuk mematikan mikroba dengan pemanasan dan tekanan tinggi agar kesehatan dalam mengikuti raktikum ini dapat terjaga.
1.2 Tujuan praktikum 1. Praktikan memahami berbagai macam teknik uji sensitifitas bakteri. 2. Praktikan mempunyai ketrampilan melakukan uji sensitifitas bakteri. 3. Praktikan memahami berbagai macam metode perhitungan jumlah mikroba 4. Praktikan mempunyai ketrampilan menghitunh koloni bakteri secara langsung. 1.3 Manfaat praktikum Setelah praktikan melaksanakan praktikum ini, maka praktikan dapat melakukan tujuan praktikum dengan baik. Sehingga praktikan telah memperoleh bekal untuk melakukan penelitian mereka tentang mikroorganisme
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri Patogen Berbagai macam penyakit ditularkan oleh bakteri patogen (khususnya bakteri Gram negatif) dan dapat menginfeksi inang. Patogen adalah material maupun organisme penyebab penyakit. Sebelum membicarakan patogen, perlu membahas sistem pertahanan inang. Sistem pertahanan inang dimulai dari lapisan permukaan kulit, saluran pencernaan, respirasi, dan urogenital. Patogen harus bersaing dengan mikroflora (mikroba normal) agar bisa berkoloni di permukaan kulit dan saluran pencernaan. Saluran pencernaan, pernapasan, dan urogenital memiliki lapisan mukosa yang berupa polisakarida dan protein sebagai pelumas dan untuk menahan patogen. Patogen yang terjerat dalam mukosa dapat dikeluarkan dari saluran pencernaan dengan gerak peristaltik atau di saluran pernapasan melalui bersin (Campbell and Reece, 2005). Jika patogen dapat menembus pertahanan permukaan, maka patogen akan menuju jaringan yang lebih dalam dan sistem peredaran darah. Inang memiliki sistem pertahanan non-spesifik seperti transferin, fagosit, komplemen, dan protein pengikat manosa. Sistem pertahanan spesifik meliputi antibodi, makrofag teraktivasi dan sel T. Faktor utama untuk meningkatkan sistem pertahanan inang adalah nutrisi yang baik untk mendukung sel-sel aktif dari sistem kekebalan tubuh yang terus membelah diri. Penurunan sistem kekbalan tubuh dapat dipengaruhi oleh stress dan usia (usia rawan infeksi yaitu anak di bawah 3 tahun dan usia lebih dari 50 tahun). Ekskresi dari organ tubuh yang terinfeksi selalu mengandung mikrobia yang menyebabkan infeksi. Jalan keluar bagi mikroba penyebab penyakit biasanya sama dengan jalan masuknya pada tubuh inang (Campbell and Reece, 2005). Menurut Madigan (2010), mikroba patogen diketahui memasuki inang melalui organ-organ tubuh antara lain : a) Saluran pernapasan, melalui hidung dan mulut menyebabkan penyakit saluran pernapasan seperti salesma, pneumonia, tuberculosis. b) Saluran pencernaan melalui mulut menyebabkan penyakit tifus, paratifus, disentri, kolera, hepatitis, keracunan makanan. c) Kulit dan selaput lendir. Adanya luka meskipun kecil memungkinkan mikroba seperti Staphylococcus yang menyebabkan bisul. d) saluran urogenital e) darah Banyak bakteri patogen yang dapat menyerang seluruh bagian tubuh inang, meskipun pada akhirnya akan berkoloni di suatu tempat saja. Bakteri mengeluarkan toksin berupa eksotoksin dan endotoksin. Eksotoksin merupakan protein bakteri yang diproduksi dan dikeluarkan ke lingkungan selama pertumbuhan bakteri patogen. Ada beberapa cara eksotoksin untuk dapat menimbulkan penyakit. Pertama eksotoksin dikeluarkan ke makanan, akibatnya manusia terserang penyakit asal makanan. Kedua, eksotoksin dikeluarkan ke permukaan mukosa menyerang sel inang atau dapat terbawa ke sistem peredaran darah untuk menyerang jaringan yang rentan. Ketiga, bakteri patogen membentuk abses (luka) dan mengeluarkan eksotoksin untuk merusak jaringan sehingga mempermudah pertumbuhan bakteri. Endotoksin merupakan lipid A sebagai bagian dari lipoposakarida membran luar bakteri Gram negatif. Ketika bakteri patogen terbenam dalam permukaan sel inang, akan menyebabkan pelepasan senyawa protein seperti komplemen dan sitokin berlebih yang dapat ikut merusak sel atau jaringan inang di sekitarnya. Bakteri patogen harus dapat menemukan tempat yang cocok untuk melekatkan diri ke sel inang salah satunya dengan menggunakan pili. Pada Escherechia coli memiliki pili tipe 1 untuk dapat melekat pada lapisan mukosa saluran urogenital. Pseudomonas aeruginosa memproduksi biofilm, juga memiliki flagel untuk bergerak menghindari tangkapan mukosa. Pembentukan kapsul (polimer polisakarida) yang membungkus permukaan bakteri patogen untuk melindungi diri dari sel-sel fagosit inang (Prescott, 2002).
2.2 Antibiotik Antibiotik ialah suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh jasad renik atau hasil sintesis atau semisintesis yang mempunyai struktur yang sama dan zat ini dapat merintangi atau memusnahkan jasad renik yang lainnya. Antibiotik dibagi menjadi dua golongan berdasar kegiatannya,yaitu antibiotik yang memiliki kegiatan luas (Broad Spectrum), yaitu antibiotik yang dapat mematikan Gram positif dan bakteri Gram negatif. Antibiotik jenis ini diharapkan dapat mematikan sebagian besar bakteri, termasuk virus tertentu dan protozoa. Tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol serta Ampisillin merupakan golongan broad spectrum. Golongan kedua adalah antibiotik yang memiliki kegiatan sempit (narrow spectrum). Antibiotik golongan ini hanya aktif terhadap beberapa jenis bakteri. penicillin, streptomisin, neomisin, basitrasina. Polimisin B merupakan obat golongan narrow spectrum (Widjajanti, 1989). Antibiotik pada mulanya berupa zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Sejak ditemukan penisilin sampai saat ini sudah beribu antibiotik yang ditemukan dan hanya sebagian kecil yang dapat dipakai untuk terapeutik. Mekanisme kerja dari antibiotik ini antara lain menghambat biosintesis dalam dinding sel (misal penisilin), menaikkan permeabilitas membran sitoplasma (misal sefalosphorin), mengganggu sintesis protein normal bakteri (tetrasiklin, aminoglikosida). Bakterisid merupakan antibiotika yang mempengaruhi pembentukan dinding sel atau permeabilitas membran, sedang bakteriostatik adalah antibiotik yang bekerja pada sintesa protein (Mutschler, 1991). Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibiotik dapat bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan mikroba lain). Antimikroba tertentu dapat meningkatkan aktivitasnya dari bakteriostatik ditingkatkan melebihi kadar hambat minimal (Gran, 1983). Menurut Franklin dan Snow (1985), antibiotik dibagi menjadi 5 kelompok berdasar mekanisme kerjanya yaitu: Mengganggu metabolisme sel bakteri Menghambat sintesis dinding sel mikroba Merusak keutuhan membran sel mikroba Menghambat sintesis protein mikroba Menghambat atau merusak sintesis asam nukleat sel mikroba. Antibiotik digolongkan menjadi beberapa golongan. Penggolongan ini didasarkan pada mekanisme kerjanya dan masa kerja antibiotik. Antibiotik yang mempunyai masa kerja yang lama inilah yang mempunyai waktu paruh yang lebih lama (Mutschler, 1991). Beberapa golongan antibiotik tersebut antara lain : a. Ampisilin Ampisilin adalah antibiotik yang termasuk golongan penisilin. Penisilin merupakan salah satu bakterisid yang mekanisme kerjanya menghambat pembentukan dinding dan permeabilitas membran sel. Penggunaan penisilin tergantung pada berat ringannya penyakit dan preparat yang digunakan. Daerah kerjanya yaitu mencakup kokus Gram positif serta Staphylococcus, Streptococcus sedang basil Gram negatif yakni, basil Clostridium, basil anthrak (Mutschler, 1991). Ampisilin merupakan penisilin semisintetik yang stabil terhadap asam atau amidase tetapi tidak tahan terhadap enzim - laktamase (Goodman dan Gilman, 1965). Ampisilin mempunyai keaktifan melawan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dan merupakan antibiotika spektrum luas (Brander et al., 1991). Ampisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi aktivitasnya terhadap Gram positif kurang daripada penisilin G. Semua penisilin golongan ini dirusak oleh laktamase yang diproduksi kuman Gram positif maupun Gram negatif. Bakteri E. coli dan Proteus mirabilis merupakan kuman Gram negatif yang sensitif, tetapi dewasa ini telah dilaporkan adanya kuman yang resisten diantara kuman yang semula sangat sensitif tersebut. Umumnya Pseudomonas, Klebsiella, Serratia, Asinobakter, dan proteus indol positif resisten terhadap ampisilin dan aminopenisilin lainnya (Istiantoro, 1995). Ampisilin stabil terhadap asam karena itu dapat digunakan secara oral. Absorpsi relatif lambat, laju absorpsi sekitar 50%. Kadar darah maksimum dicapai setelah kira-kira dua jam. Waktu paruh plasma sekitar satu sampai dua jam, kurang lebih dua kali lebih lama daripada benzilpenisilin. Ampisilin terutama digunakan pada infeksi saluran nafas, saluran urin dan empedu, pada otitis media, pertusis dan septiliemia yang peka terhadap ampisilin (Mutschler, 1991).
b. Tetrasiklin Tetrasiklin mempunyai spektrum antibakteri yang luas, efektif terhadap kuman Gram positif maupun Gram negatif, mencakup spektrum penisilin, streptomisin dan kloramfenikol. Selain itu juga dapat menghambat pertumbuhan riketsia, amuba, mikroplasma dan klamidia. Tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja dari tetrasiklin yaitu dengan cara menghambat sintesis protein ribosom sub unit 70s dan ribosom subunit 80s. Efek tetrasiklin mempengaruhi tRNA-ribosom terlihat dengan terhambatnya ikatan aminosial-tRNA pada reseptor penerima pada ribosom. Tetrasiklin tidak langsung menghambat penyusunan peptida atau tahap translokasi, tetapi menghambat terminasi rantai peptida pada kodon terminasi. Mekanisme penembusan tetrasiklin untuk masuk kedalam sel bakteri, kemungkinan sama dengan cara menghambat sintesis protein ditambah modifikasi struktur guna penghambatan sintesis protein. Bakteri yang sensitif terhadap tetrasiklin antara lain ; Hemolitik Streptolocci, non hemolytic Streptolocci, Clostridia, Brucella dan Haemophylus. Sedangkan untuk Escherichia coli, pasteurella, Salmonella dan Corynebacterium bersifat agak atau cukup sensitif terhadap tetrasiklin (Gran, 1983; Nicholas dan Mc Donald, 1988). Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil jadi berkurang potensinya (Setyabudy dan Gan, 1995). Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Tetrasiklin memperlihatkan spektrum antibakteri luas meliputi kuman Gram positif dan Gram negatif, aerobik dan anerobik. Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang Gram negatif seperti Brucella, Franciella tulanensis, Pseudomonas mullei, Pseudomonas pseudo mullei, Compylobacter fetus, Haemophylusducreyi dan Calymmatobacterium granulomastis, Yersinia pestis, Pasteurellamullocida, Spirillum minor, Leptotricjia buccatis, Bordeteela pertusis, Acinetobacter dan fusobacterium. Strain tertentu H. Influenza mungkin sensitif, tetapi Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus Indol positif dan Pseudomonas umumnya resisten. Beberapa spesies kuman, terutama Streptokokus tata lemolitikus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Str. Pneumoniae, N. Gonnorhoeae, Bacteoides, Shigella dan Staphylococcus aureus makin meningkat resistensinya terhadap tetrasiklin. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya, kecuali minosiklin pada resistensi Staphylococcus aureus dan doksisiklin pada resistensi. Fragilis (Setyabudy dan Gan, 1995).
2.3 Mekanisme Resistensi Antibiotika Bakteri dapat menjadi resisten terhadap antibiotika karena bakteri dapat menghasilkan suatu enzim yang dapat menghancurkan antibiotika itu. Beberapa enzim yang dihasilkan adalah -laktamase dan asetilase. Bakteri mutan yang menghasilkan enzim ini dapat hidup tanpa gangguan. Selain enzim yang dihasilkan oleh bakteri yang mutasi, dapat juga timbul enzim yang sama akibat kontak sel dengan obat, yang dikenal sebagai adaptif (induksi) (Sartono dan Mubarak, 1984). Resistensi terhadap antibiotika dapat juga dipindahkan dari organisme yang resisten kepada organisme yang sensitif. Jika organisme yang resisten obat dicampur dengan organisme yang rentan, maka semua organisme akan menjadi resistensi terhadap obat yang sama. Resistensi obat biasanya ditransfer secara bebas dari kromosom bakteri inang. Faktor resistensi obat yang dipindahkan tidak berlokasi pada kromosom, melainkan berupa satuan bebas dalam sitoplasma dari organisme yang resistensi. Faktor ini disebut faktor pemindah resisten. Banyak bakteri Gram negatif mengandung faktor resisten ini dan memindahkannya kebakteri Gram negatif lain (Volk dan Wheeler, 1988). Faktor pemindah resisten mencakup semua gen yang bertanggung jawab terhadap pemindahan faktor resisten dari satu sel ke sel lain yang pada umumnya berlangsung secara konjugasi. Faktor R ini bersifat infektif, faktor ini juga dapat dipindahkan antara beberapa spesies bakteri yang berbeda, pemindahan faktor R disertai dengan pemindahan gen kromosom yang mobilisasi oleh faktor R (Schelegel dan Schmidt, 1994). Menurut Gan (1981) mekanisme resistensi timbul terhadap antimikroba dapat terjadi berdasarkan mekanisme sebagai berikut; a) Mikroba mensistensi suatu enzim penghancur antimikroba, misalnya - laktamase dari Staphylococcus sp. b) Mikroba meningkatkan sintesis metabolit yang bersifat antagonis- kompetitif terhadap antimikroba, sehingga dapat mempertahankan metabolisme untuk keperluan hidupnya, misalnya pada peningkatkan sintensi PABA (para aminobenzoid acid). c) Mikroba membentuk jalan metabolisme yang baru dengan menghindari reaksi metabolisme yang dihambat oleh antimikroba. d) Permeabilitas dinding atau membran sel mikroba menurun untuk antimikroba. Akibat peristiwa ini, antimikroba sulit untuk menembus masuk kedalam mikroba, karena terjadinya perubahan struktur kimia dinding/membran sel dari mikroba. e) Perubahan struktur atau komposisi ribosom sel mikroba dengan akibat ribosom kurang dapat mengikat antimikroba.
2.4 Zona Hambat Zona hambat adalah zona dimana menunjukan aktif dan resisten tidaknya suatu bakteri terhadap suatu senyawa atau zat. zona hambat juga merupakan senyawa metabolisme skunder yang dikeluarkan oleh bakteri untuk bertahan hidup. Zona hambat ini dapat dilihat ketika menggunakan metode uji sensitifitas dengan menggunakan metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer. Dimana pada hasilnya akan terlihat zona hambat sebagai daerah jernih disekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Dimana diameter dari zona hambat ini menunjukan sensitivitas bakteri terhadap zat anti bakteri yang dapat dikatakan apabila semakin lebar zona hambatan yang terbentuk maka bakteri tersebut semakin sensitif (Koeswartono, 1982).
2.5 Metode Perhitungan Jumlah Bakteri Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode cawan petri (metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel) seperti yang dilakukan dalam percobaan ini (Penn, 1991). Beratus-ratus species dapat menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan dan kulit (Pelczar & Chan, 1986). Koliform merupakan kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan dan produkproduk susu. Bakteri koliform dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu koliform fecal (Escherichia Coli) dan Koliform non fecal (Fardiaz, 1996). Bakteri koliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri koliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Dengan kata lain, merupakan bakteri indikator sebagai tanda bahwa adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan koliform fecal menjadi indikator pencemaran, dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaa bakteri patogen. Keuntungan mendeteksi koliform adalah jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogen lain. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik (Hadioetomo, 1993). E. Coli adalah bakteri koliform yang ada pada kotoran manusia, maka E. Coli sering disebut sebagai koliform fecal. Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk berbagai macam penelaahan mikrobiologis. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk menghitung jumlah mikroorganisme, akan tetapi secara mendasar ada dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari austu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan secara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang masih hidup pada suatu bahan (viable count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : 1. Perhitungan pada cawan petri (Total Plate Count) 2. Pengenceran 3. Metode MPN atau perhitungan jumlah terkecil atau terdekat 4. Kalorimeter (Sutedjo, 1991). Jumlah masing-masing cawan diamati setelah inkubasi, cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni ialah yang mengandung antara 30-300 koloni, karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut maka harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan (Penn, 1991). Metode perhitungan MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat di dalam tanah seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter. Kedua jenis bakteri ini memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Sutedjo, 1991). Pada saat perhitungan koloni, apabila jumlah koloni yang di temukan pada lempengan kurang dari standart yang telah di tetapkan, maka suatu sample bisa di katakana murni (Dilliello, 2002). Terkadang untuk menghitung kuantitas mikroorganisme pada sample dapat di uji dengan cara menghitung jumlah koloni pada agar. Agar lempengan yang telah ditetapkan, disingkat jumlah penjumlahan pada lempengan (Standart plate count) (Dwisaputro, 2002). Standart plate count (perhitungan jumlah pada lempengan) sangat berguna dalam hal mengetahui kuantitas mikroorganisme pada suatu tempat atau sampel sehingga bisa di ketahui apakah sampel tersebut murni atau tidak murni. (Stanier, 2001). Plate count / viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah diiinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFUs) per ml. koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya. Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut : - Satu koloni dihitung 1 koloni. - Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni. - Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni. - Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni. - Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak dihitung. - Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni (Pradhika, 2008). Pendekatan lain untuk enumerasi bakteri hidup adalah dengan metode MPN. MPN didasarkan pada metode statistik (teori kemungkinan). Metode MPN ini umumnya digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada air khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri koliform yang merupakan kontaminan utama sumber air minum. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram negatif, batang pendek, tidak membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37 C. Sampel ditumbuhkan pada seri tabung sebanyak 3 atau 5 buah tabung untuk setiap kelompok. Apabila dipakai 3 tabung maka disebut seri 3, dan jika dipakai 5 tabung maka disebut 5 seri. Media pada tabung adalah Lactose Broth yang diberi indikator perubahan pH dan ditambah tabung durham. Pemberian sampel pada tiap seri tabung berbeda- beda. Untuk sampel sebanyak 10 ml ditumbuhkan pada media LBDS (Lactose Broth Double Stegth) yang memiliki komposisi Beef extract (3 gr), peptone (5 gr), lactose (10 gr) dan Bromthymol Blue (0,2 %) per liternya. Untuk sampel 1 ml dan 0,1 ml dimasukkan pada media LBSS (Lactose Broth Single Stegth) yang berkomposisi sama tapi hanya kadar laktosa setengah dari LBDS yaitu 5 gr (Pradhika, 2008).
2.6 Phyllidiella nigra Morfologi eksternal Phyllidiella nigra yaitu spesimen hidup panjang berkisar 22-63 mm dan ukuran rata-rata adalah 36 mm. Phyllidiella nigra yang luas dan oval, dan cembung dorsoventrally (lih rata.). Pewarnaan dorsal terdiri dari latar belakang hitam dan pink gelap untuk tuberkel merah. Tuberkel notal yang paling sering tunggal dan terisolasi (meskipun kadang-kadang dua atau tiga menyatu), memiliki basis hitam dan, sisi mereka dan menuju gelap merah muda menjadi merah. Mereka merata di atas dorsum. Tuberkel individu cukup tinggi (hingga 3 mm tinggi) dengan sisi relatif lurus dan pertemuan puncak bulat.Tuberkel sekitar margin mantel yang lebih kecil. Tidak ada ujung pucat terus menerus ke mantel. Rhinophores lapangan hitam bulat apikal dan masing- masing memiliki 19-21 clavus rhinophoral lamellae (spesimen lebih besar dari 30 mm). Ventrally, yang hyponotum dan insang berwarna abu-abu gelap. Telapak kaki seragam abu-abu. Sisi kaki memiliki sebuah band abu-abu gelap. Tentakel oral luas, hitam dan silinder dengan tips bulat Anatomi khas untuk Phyllidiella genus yaitu bagian anterior foregut adalah hitam. Bola faring cukup luas saat ditarik. Usus juga luas dan memiliki striations memanjang hitam pada permukaannya. Organ reproduksi krim dalam warna kecuali untuk copulatrix bursa yang oranye coklat. Vas deferens prostat panjang. Penis yang pendek dan sedikit bulat. Para Duri penial yang besar (35-40 pM dalam ketinggian vertikal) dan memiliki dasar diadu luas dan batang ramping panjang dengan permukaan kasar. Duri berdiri tegak, yang lembut recurved distal, dan tip mereka sedikit ketagihan. Distribusi Phyllidiella nigra sering dijumpai pada daerah terumbu intertidal. Hal ini diketahui dari seluruh wilayah Indo Pasifik barat. Tampaknya menjadi kurang umum di Samudera Hindia bagian timur. Phyllidiella nigra mudah dibedakan dari conspecifics oleh tinggi nya, merah muda bulat, gelap untuk tuberkel merah yang merata (tidak bergerombol) atas dorsum. Basis dari tuberkel berwarna hitam. Fitur karakteristik lain meliputi:, seluruhnya hitam tentakel mulut membulat, bagian anterior hitam foregut tersebut; itu, luas hitam, usus lurik, dan besar, tegak, Duri penial berbasis luas yang memiliki puncak ketagihan.
2.7 Bakteri MDR Bakteri MDR atau bakteri Multi Drug Resistance merupakan kondisi yang memungkinkan organism/ bakteri menyebabkan penyakit yang berbeda untuk melawan obat atau bahan kimia dari berbagai struktur dan fungsi yang ditargetkan pada berantas organisme. Organisme yang menampilkan resistensi multidrug dapat sel patologis, termasuk bakteri dan neoplastik (tumor ) sel (Label, 2008). Berbagai mikroorganisme telah bertahan selama ribuan tahun oleh mereka yang mampu beradaptasi dengan agen-agen antimikroba . Mereka melakukannya melalui mutasi spontan atau dengan mentransfer DNA . Proses ini memungkinkan beberapa bakteri untuk menentang serangan antibiotik tertentu, rendering antibiotik tidak efektif. Mikroorganisme ini menggunakan beberapa mekanisme resistensi multidrug dalam mencapai: Tidak lagi bergantung pada glikoprotein dinding sel Enzimatik deaktivasi antibiotik Penurunan permeabilitas dinding sel terhadap antibiotik Diubah menargetkan situs antibiotik Penghabisan mekanisme untuk menghapus antibiotik [ 3 ] Peningkatan laju mutasi sebagai respon stres [ 4 ] Banyak bakteri yang berbeda sekarang menunjukkan ketahanan multidrug, termasuk staphylococci, enterococci, gonokokus, streptococci, Salmonella, Mycobacterium tuberculosis , dan lain-lain. Selain itu, beberapa bakteri resisten mampu mentransfer salinan DNA yang kode untuk mekanisme resistensi terhadap bakteri lain, sehingga resistensi berunding dengan tetangga mereka, yang kemudian juga mampu lulus pada gen resisten. Proses ini disebut transfer gen horizontal . Untuk membatasi pengembangan resistensi antibiotik, seseorang harus: Gunakan antibiotik hanya untuk infeksi bakteri Mengidentifikasi organisme penyebab jika mungkin Gunakan antibiotik yang tepat, jangan bergantung pada luas jangkauan antibiotik Tidak berhenti antibiotik sesegera gejala membaik; menyelesaikan kursus penuh Tidak menggunakan antibiotik untuk flu kebanyakan, batuk, bronkitis, infeksi sinus, dan infeksi mata, yang disebabkan oleh virus . Hal ini berpendapat bahwa undang-undang pemerintah akan membantu dalam mendidik masyarakat tentang pentingnya membatasi penggunaan antibiotik, tidak hanya untuk penggunaan klinis manusia tetapi juga untuk mengobati hewan yang dibesarkan untuk konsumsi manusia (Label,2008). Sebagai alternatif untuk antibiotik, menghancurkan bakteri resisten sering masih bisa archeived dengan menggunakan khusus bakteriofag (virus yang membunuh bakteri).
2.8 Metode MPN (Most Probable Number) Pada metode ini digunakan medium cair dalam tabung reaksi, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan, atau terbentuknya gas didalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Untuk setiap pengenceran pada umumnya digunakan tiga atau lima seri tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas yang digunakan juga lebih banyak (Fardiaz, 1989). Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi dari pada pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung berisi medium cair yang diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung lebih dari satu sel, sedangkan tabung lainnya tidak mengandung sel (Fardiaz, 1989). Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah jasad renik didalam contoh yang berbentuk cair. Meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padatan dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Dari setiap pengenceran dimasukkan 1 ml masing-masing kedalam tabung yang berisi medium, dimana untuk setiap pengenceran digunakan tiga seri tabung atau lima seri tabung. Setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu, dihitung jumlah tabung yang positif, misalkan pada pengenceran yang pertama ketiga tabung positif dan pada pengenceran yang kedua terdapat dua tabung yang positif, pada pengenceran yang ketiga didapatkan 1 tabung yang positif dan padapengenceran yang ke empat tidak didapatkan tabung yang positif, maka kombinasinyamenjadi 3,2,1,0 dan jika diambil tiga pengenceran yang pertama kombinasinya menjadi 3,2,1 Angka kombinasi ini kemudian dicocokkan dengan table MPN dan nilai MPN dapat dihitung dengan rumus:
MPN contoh = Nilai MPN tabel X
Pengenceran tabung tengah Tabel yang digunakan untuk menentukan nilai MPN dari tiga seri tabung berbeda dengan tabel lima seri tabung. Kombinasi yang dipilih mulai dari pengenceran tertinggi yagn masih menghasilkan semua tabung positif, sedangakan pada pengenceran yang berikutnya ada tabung yang negatif. Kombinasi yang diambil terdiri dari tiga pengenceran. Jika pada pengenceran yang keempat atau seterusnya masih diketemukan tabung yang hasilnya positif, maka jumlah tabung yang positif tersebut harus ditambahkan pada angka kombinasi yang ketiga sampai mencapai jumlah maksimum (Fardiaz, 1989).
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan tempat Waktu : Kamis, 08 Desember 2011 Pukul : 17.00 WIB s.d. Selesai Tempat : Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Lantai 2 Gedung E Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Tembalang- Semarang 3.2 Materi 3.2.1 Uji sensitivitas bakteri Alat dan Bahan Kegunaan Paper disk Sebagai pembuat zona hambat Cawan petri Tempat pembuatan media Zobell Pinset Untuk Mengambil Paper disk media zobell Media pertumbuhan bakteri alkohol 70% Untuk mensterilkan alat praktikum mikrobiologi bakteri NX4 Sebagai bakteri yang membuat zona hambat
3.2.2 perhitungan Jumlah Bakteri Alat dan Bahan Kegunaan Colony counter Alat penghitung jumlah bakteri Cawan petri Tempat pertumbuhan bakteri Bakteri Lobophyton Sebagai bakteri yang ditumbuhkan
3.3 Cara kerja 3.3.1 Uji sensitifitas bakteri 1. Buat media zobell padat tawar sebagai uji sensitifitas 2. Menspread bakteri pathogen sebesar 50 kedalam media padat lalu ratakan. 3. Tunggu 1 menit kemudian letakkan paperdisk. 4. Tetesi bakteri NX4 diats paperdisk sebanyak 30 . 5. Sebelum ditetesi ke paperdisk,tanam bakteri laut ke media zobell air laut. 6. Inkubasi selama 4 hari. 7. H + 1 tanam bakteri pathogen ke zobell air tawar.
3.3.2 Perhitungan koloni bakteri 1. Bakteri ditanam di cawan petri. 2. Media bakteri dimasukkan ke inkubator selama 2 x 24 jam. 3. Hari pertama diamati jumlah koloni bakteri dan zona hambat yang terbentuk, dokumentasi dari media pertumbuhan bakteri. 4. Hari kedua diamati jumlah koloni bakteri dan zona hambat yang terbentuk, dokumentasi dari media pertumbuhan bakteri.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Uji sensitifitas Gambar Keterangan
Hari I: tidak terdapat zona hambat
Hari II: tidak terdapat zona hambat
Tabel perbandingan uji sensitifitas dengan Kelompok lain Kelompok Zona hambat 11 Tidak ada (-) 12 Tidak Ada (-) 13 Tidak ada (-) 14 Tidak ada (-) 15 Tidak ada (-)
4.1.2 Perhitungan jumlah bakteri
Pengamatan hari kedua koloni bakteri yang tumbuh sebanyak 114
- Tabel perbandingan dengan kelompok lain - Konsentrasi pada tabung reaksi Jumlah koloni bakteri 10 0
493 10 -1 64 10 -2 320 10 -3 284 10 -4 114
4.2 Pembahasan 4.2.1 Uji sensitifitas bakteri Uji sensitifitas bakteri ini dilakukan dengan menggunakan bakteri NX4(bakteri yang bersimbiosis dengan nudibranch) dan bakteri patogen Phyllidiela nigra. Dalam praktikum ini diamati selama 2 hari untuk dapat mengetahui zona hambat bakteri tersebut. Zona hambat adalah zona dimana menunjukan aktif dan resisten tidaknya suatu bakteri terhadap suatu senyawa atau zat. Dimana zona hambat merupakan senyawa metabolisme sekunder yang dikeluarkan oleh bakteri untuk bertahan hidup.Setelah diamati, ternyata dari semua kelompok yang menggunakan bakteri phyllidiela nigra tidak terdapat zona hambat. Kemungkinan lainnya yaitu media kurang steril sehingga bakteri yang berada di dalam media mati sehingga tidak terjadi zona hambat. Terbentuk atau tidaknya zona hambat menunjukan kultur bakteri resisten atau tidak terhadap larutan MDR. Apabila zona hambat terbentuk maka bakteri tidak resisten terhadap larutan MDR dan bakteri tersebut tidak aktif. Dan apabila bakteri tidak membentuk zona hambat berarti bakteri resisten terhadap larutan MDR. Pada konsentrasi yang zona hambatnya belum terbentuk secara penuh (bening) menunjukan bahwa bakteri sedang melawan konsentrasi larutan MDR yang masuk. Dalam masa inkubasi yang lebih lama, dapat terjadi perubahan dalam kondisi tersebut, yaitu bisa menunjukan terbentuknya zona hambat secara penuh, atau tidak terbentuknya zona hambat dan namun pada umumnya bekas zona hambat terlihat. Hal tersebut tergantung dengan daya tahan bakteri terhadap larutan MDR.
4.2.2 Perhitungan jumlah bakteri Penanaman bakteri pada media padat dalam cawan petri mulai tumbuh pada pengamatan hari kedua yaitu sebanyak 114 koloni, jumlah ini berada pada kisaran normal pada konsentrasi 10 -4 yaitu dari 50 100 koloni. Tumbuhnya bakteri pada media menunjukkan bahwa teknik penanaman yang dilakukan benar dan tidak terjadi kontaminasi dengan organisme lainnya. Jika spread yang digunakan untuk meratakan bakteri terlalu panas dapat menyebabkan bakteri mati. Bakteri yang tumbuh berbentuk bulat,berwarna putih sehingga dapat digolongkan ke dalam bakteri kokus. Perhitungan koloni bakteri menggunakan alat colony counter sehingga dapat membantu dan memudahkan dalam menghitung koloni bakteri. Cawan yang digunakan untuk menanam bakteri dilapisi oleh parafilm.Parafilm adalah plastik berbahan wax yang diciptakan untuk penggunaan laboratorium(Lay,1994). Parafilm biasa digunakan untuk membungkus atau melindungi bejana (seperti flask atau kuvet).Parafilm dapat direntangkan, dapat dibentuk, tahan air, antibau, termoplastik, semitransparan, dan dapat melekat sendiri.parafilm juga dapat digunakan untuk membungkus kontainer untuk menjaga kelembaban pada penyimpanan jangka panjang. Karena sifatnya yang termoplastik maka parafilm tidak dapat dipakai di dalam autoklaf.Penggunaan parafilm bisa menimbulkan dampak buruk bagi bakteri karena parafilm ini terlalu melekat sehingga lembab dan dapat menimbulkan tumbuhnya jamur dan merusak bakteri.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 1. Teknik uji sensitifitas memiliki bermacam-macam cara antara lain metode difusi agar dan metode overlay tetapi yang digunakan dalam praktikum adalah metode difusi agar. 2. Uji sensitivitas merupakan suatu cara untuk mengetahui kemapuan bakteri terhadap pengaruh dari luar baik itu dari unsur cair maupun padat 3. Perhitungan Jumlah bakteri bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu secara langsung maupun tidak langsung. 4. Dengan melakukan prosedur penghitungan jumlah mikroba, praktikan dapat melakukan penghitungan jumlah mikroba.
5.2 Saran Dalam praktikum uji sensitifitasa dan penghitungan jumlah mikroba hendaknya dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar supaya hasilnya akan sesuai harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunckhorst, D.J. 1993. The systematics and phylogeny of Phyllidiid Nudibranchs (Doridoidea). Records of the Australian Museum, Supplement 16: 1-107. Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Jakarta. Fardiaz, S. (1989). Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antara. Universitas Pangan dan Gizi.IPB, Bogor. Gan, V.H.S. (1981). Antimkroba. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi kedua. Editor Sulistia Gan. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia, Jakarta Hadietomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia, Jakarta. Irianto, K. 2007.Mikrobiologi. Yrama Widya, Bandung Jawetz, E. (1984). Obat-obat Antimikroba. Dalam Terapi Medik. Edisi keempat belas. David Watts. Diterjemahkan oleh Lukmanto, P. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Katz, P.S., D.J. Fickbohm & C.P. Lynn-Bullock. 2001.Evidence that the Central Pattern Generator for Swimming in Tritonia arose from a Nonrhythmic Neuromodulatory Arousal System: Implications for the Evolution of SpecializedBehavior. American Zoologist 41 (4): 962-975. Label, Caray.,2008, http//Caray label makalah dan skripsi pembuatan-media- agar dan-sterilisasi/htm .diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pukul 21.22 WIB) Pelczar ,M.J . 2007 . Dasar-Dasar Mikrobiologi . Universitas Indonesia Press : Jakarta Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. (1988). Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta Penn, C. 1991. Handling Laboratory Microorganism. Open University, Milton Keynes. Sartono, K.R. dan Z. Mubarak. (1984). Mikrobiologi Umum. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh. Schelegel, H.G. dan K. Schmidt. (1994). Mikrobiologi Umum. Edisi keenam. Terjemahan R.M. Tedjo Baskoro. Gadjah Mada University ; Jogyakarta. Schunack, W., K. Mayer, and M. Haake. (1990). Senyawa Obat. Buku Pelajaran Kimia Farmasi. Edisi kedua, Diterjemahkaan oleh Wattimena, J.R. dan S. Soebito. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Soetarto, E.S., Suharni. T.T, Nastiti.S.Y dan Sembiring, L. 2008.Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Fakultas Biologi. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Sutedjo, M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta. Volk, W.A. and M.F. Wheeler. (1988). Mikrobiologi Dasar. Edisi kelima. Diterjemahkan oleh Adisoemarto, S. Universitas Airlangga, Surabaya.