Dosen :
Sih Wahyuni Rahajeng, M.Si
Disusun oleh :
1. Afifah Ariyah Muthi (01)
2. Aris Sugianto (05)
3. Delvia Yulia Sari (12)
4. Eria Anggraeni (15)
5. Ella Kusuma Dewi (16)
6. Fanny Nahwa Firdausi (17)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakteri
Jenis microorganisme ini biasanya sering di temukan pada jenis basi Gram positif baik
berspora maupun tidak, bakteri ini biasanya terdapat pada mulut dan kerongkongan orang
nomor contoh nya bakteri staphylococcus sp. Bakteri staphylococcus sp ini biasanya dapat
di jumpai di udara melalui seseorang yang sedang batuk,bersin dan berbicara.
Staphylococcus sp
a. Fase pertumbuhan bakteri staphylococcus sp
Fase ini dia bagi menjadi 4 bagian yakni:
1. Fase lag ( fase penyesuaian )
Yang di mana bakteri ini menyesuaikan dengan tempat atau lingkungan yang baru
fase ini sangat bergantung pada komposis pH, suhu, serasi dan jumlah bakteri.
2. Fase logaritma / exsponensial
Yakni fase yang di tandai dengan terjadinya periode pertumbuhan bakteri secara
cepat, sel bakateru yang membelah menjadi 2 sel. Fase ini sangat di pengaruhi oleh
sifat genetik yang di turunkan.
3. Fase stasioner
Fase ini adalah dimana terjadinya laju pertumbuhan bakteri sama dengan laju
kematian nya. Keseimbangan jumlah seluruh bakateru ini terjadi karena adanya
pengurangan derajat pembelahan sel.
4. Fase kematian
Fase ini merupakan fase terakhir dalam perkembanganbiakan sel.
2. Suhu
Suhu optimal untuk pertumbuhan bagi bakteri sangat bervariasi tergantung pada jenis
bakteri itu sendiri. Pada suhu yang tepat (optimal), sel bakteri dapat memperbanyak diri
dan tumbuh sangat cepat. Sedangkan pada suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi,
masih dapat memperbanyak diri, tetapi dalam jumlah yang lebih kecil dan tidak secepat
jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada suhu optimalnya. Berdasarkan rentang
suhu dimana dapat terjadi pertumbuhan,
3. Kelembaban
Kelembaban sangat penting untuk pertumbuhan bakteri bakteri membutuhkan
kelembaban tinggi, pada umumya untuk pertumbuhan bakteri yang baik dibutuhkan
kelembaban diatas 85%. Udara yang sangat kering dapat membunuh bakteri, tetapi
kadar kelembaban minimum yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan bakteri
bukanlah merupakan nilai pasti. Kandungan air atau kelembaban yang terjadi dan
tersedia, bukan total kelembaban yang ada juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
bakteri.
4. Pencahayaan
Cahaya yang berasal dari sinar matahari dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
Bakteri lebih menyukai kondisi gelap, karena terdapatnya sinar matahari secara
langsung dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
5 Oksigen
Kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu mencerminkan mekanisme yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan energinya. Berdasarkan kebutuhan oksigen tersebut,
bakteri.
B. Jamur
Jamur dapat membahayakan kesehatan manusia dengan penyebaran spora di udara dan
terhirup melalui proses inhalasi. Beberapa jenis jamur dapat bersifat patogen dan
menimbulkan efek toksik pada manusia dan vertebrata lainnya .Paparan material berjamur
yang berulang sampai kuantitas tertentu dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan atau
alergi pada beberapa individu.
Kelembaban pada substrat termasuk di udara adalah merupakan salah satu faktor utama
dalam pertumbuhan jamur. Pada umumnya, sebagian besar jamur dapat tumbuh pada
kondisi lingkungan yang lembab. Selain itu, air juga menjadi faktor penting lainnya. Air
membantu proses difusi dan pencernaan. Selain itu, air juga mempengaruhi substrat pH
dan osmolaritas dan merupakan sumber dari hidrogen dan oksigen, yang dibutuhkan
selama proses metabolisme. Pertumbuhan suatu jamur ditentukan oleh kandungan air dari
suatu subrat.
B. Kepekaan Bakteri dan Jamur terhadap Antibiotik
Uji kepekaan/resistensi antibiotik adalah perlawanan atau daya tahan bakteri terhadap antibiotik
yang awalnya efektif untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri terebut.
Resistensi antibiotik dapat terjadi secara alami atau didapat. Resistensi alami adalah bagian dari
karakteristik fisik mikroorganisme yang normal. Bakteri akan berkembang biak memperbanyak
diri menghasilkan banyak generasi baru dalam waktu yang singkat. Dalam proses ini selalu ada
potensi terjadinya resistensi antibiotik melalui adanya perubahan genetik (mutasi) pada bakteri
tersebut. Peroses ini dapat memberi bakteri sifat "mempertahankan diri" dan sifat ini akan
diturunkan ke generasi selanjutnya.
Selain secara alami, resistensi antibiotik diperoleh bakteri melalui proses seleksi (resistensi
didapat). Jika seseorang diobati dengan antibiotik, bakteri yang paling peka akan mati pertama
kali. Jika pengobatan dihentikan sebelum semua bakteri penyebab penyakit infeksi (patogen) itu
mati, maka patogen yang bertahan hidup akan mengembangkan sifat resistensi terhadap obat
tersebut. Di lain waktu, jika patogen tersebut terpapar dengan obat yang sama, maka obat
tersebut tidak akan efektif lagi karena patogen dan keturunannya kemungkinan mempertahankan
sifat resistensi terhadap obat tersebut.
Resistensi antibiotik adalah perlawanan/daya tahan bakteri terhadap antibiotik yang awalnya
efektif untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Resistensi
antibiotik dapat terjadi secara alami atau didapat. Resistensi alami adalah bagian dari
karakteristik fisik mikroorganisme yang normal. Bakteri akan berkembang biak memperbanyak
diri menghasilkan banyak generasi baru dalam waktu yang singkat. Dalam proses ini selalu ada
potensi terjadinya resistensi antibiotik melalui adanya perubahan genetik (mutasi) pada bakteri
tersebut. Peroses ini dapat memberi bakteri sifat "mempertahankan diri" dan sifat ini akan
diturunkan ke generasi selanjutnya.
Selain secara alami, resistensi antibiotik diperoleh bakteri melalui proses seleksi (resistensi
didapat). Jika seseorang diobati dengan antibiotik, bakteri yang paling peka akan mati pertama
kali. Jika pengobatan dihentikan sebelum semua bakteri penyebab penyakit infeksi (patogen)
itu mati, maka patogen yang bertahan hidup akan mengembangkan sifat resistensi terhadap obat
tersebut. Di lain waktu, jika patogen tersebut terpapar dengan obat yang sama, maka obat
tersebut tidak akan efektif lagi karena patogen dan keturunannya kemungkinan
mempertahankan sifat resistensi terhadap obat tersebut.
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menekan angka resistensi antibiotik, salah satunya
dengan mengontrol penggunaannya. Penggunaan antibiotik yang tepat untuk suatu infeksi
bakteri tertentu dapat dilakukan melalui pemeriksaan kultur, yaitu pemeriksaan untuk
mengetahui jenis bakteri penyebab penyakit infeksi dan kemudian menentukan jenis antibiotik
apa yang paling tepat yang dapat digunakan melalui tes/uji kepekaan antibiotik.
Tes uji kepekaan antibiotik digunakan untuk menentukan antibiotik mana yang akan
menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit infeksi. Hasil pemeriksaan ini akan
membantu praktisi kesehatan untuk menentukan jenis antibiotik yang kemungkinan paling
efektif dalam mengobati penyakit infeksi seseorang.Tes uji kepekaan antibiotik ini biasanya
diminta pada saat yang bersamaan dengan pemeriksaan kultur. Namun, pemeriksaan biasanya
hanya akan dilakukan jika hasil kultur positif untuk satu atau lebih bakteri patogen.
Pemeriksaan kultur dilakukan dengan cara menumbuhkan bakteri penyebab penyakit pada
suatu media pertumbuhan tertentu menggunakan sampel yang didapat dari tempat infeksi,
contohnya sampel darah, urine, luka, tinja, apus tenggorok, dll.
Uji kepekaan antibiotik juga dapat diminta oleh dokter ketika suatu infeksi tidak merespon
terhadap pengobatan, dengan tujuan untuk melihat apakah bakteri patogen telah memiliki
resistensi terhadap obat antibiotik yang diberikan dan lebih lanjut menentukan antibiotik mana
yang tepat dan akan efektif dalam mengobati penyakit infeksi bakteri tersebut.Hasil
pemeriksaan
Untuk setiap antibiotik yang diuji, hasil pemeriksaan kepekaan antibiotik biasanya dilaporkan
sebagai berikut:
Ada cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui resistensi antibiotik yaitu menggunakan
metode molekuler. Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya perubahan (mutasi) pada
materi genetik bakteri yang menyebabkan bakteri tetap tumbuh (resisten) walaupun diberikan
antibiotik. Pemeriksaan berbasis molekular memungkinkan deteksi cepat tanpa harus
menumbuhkan bakteri terlebih dahulu.
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
PERCOBAAN 1.
INOKULASI BAKTERI / PENANAMAN BAKTERI
A. Penanaman bakteri/jamur tanpa antibiotik Ampicillin
Alat dan bahan :
Kawat ose
Tisu/kapas
Alkohol 70%
Lampu bunsen
Media agar NA,PDA,PCA pada cawan petri
Bakteri dan jamur
Cara kerja :
1. Bersihkan enkas menggunakan alkohol dan tisu bersih
2. Letakkan lampu bunsen kedalam enkas lalu tutup
3. Masukkan jamur dan bakteri ke dalam enkas dengan memberi jarak ahak jauh dari
lampu bunsen
4. Ambil media agar yang masih steril
5. Masukkan dalam enkas lalu buka kertas pembungkus media agar
6. Lap cawan petri menggunakan tisu
7. Panaskan tepi cawan petri dengan melewatkan sekilas melalui api bunsen
8. Lalu bakar kawat ose sampai berpijar lalu tunggu dingin
9. Ambil bakteri/jamur menggunakan kawat ose
10. Goreskan di media dalam bentuk zig-zag
11. Panaskan kembali kawat ose yang sudah digunakan
12. Tutup kembali cawan petri
13. Bungkus kembali menggunakan kertas dan tali kasur
14. Masukkan dalam inkubator
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan :
1. Inokulasi bakteri merupakan teknik pemindahan bakteri kedalam media dengan
perlakuan khusus untuk mempertahankan kemurnian biakan bakteri.
2. Proses inokulasi harus benar-benar aseptic atau steril agar tidak terjadi kontaminasioleh
organisme lain.
3. Bahwasanya resistensi jamur candidis terhadap antibiotik sangat berpengaruh akan tetapi
membutuhkan waktu yang lumayan lama sedikit.
4. Media agar yang digunakan dalam pembuatan penanaman bakteri harus dalam keadaan
steril dan media tersebut tidak di tumbuhi oleh mikroba.
5. Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukannya membuktikan bahwasanya penggunaan
antibiotik sangat penting untuk menghambat laju perkembangan bakteri dan jamur.
5.2 Saran