MIKROBIOLOGI I
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROB
Disusun Oleh :
Nama : Resli Siboro
Npm : F1D016031
Diketahui Praktikan
Asisten Praktikum
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMI PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
2. Pengaruh pH
Setiap organisme memiliki pH hidup yang berbeda-beda. Kebanyakan
organisme dapat tumbuh pada kisaran pH 5-8. Berdasarkan pH yang ada, mikroba
dibagi menjadi tiga kelompok mikroba yaitu asidofil, neutrofil, dan alkalifil.
Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh dengan kisaran pH 2-5. Nutrofil adalah
bakteri yang hidup pada pH 5,5-8,0. Sementara alkalifil dapat tumbuh pada kisaran
pH 8,4-9,5. Bakteri meiliki pH minimum, optimum dan maksimum. pH optimum
bakteri adalah kisaran 6,5-7,5, sedangkan jamur memiliki kisaran pH yang lebih
luas (Suriawiria, 2003).
Sewaktu perumbuhan mikroorganisme sering kali terjadi perubahan pH
media. Mikroorganisme yang melakukan fermentasi menghasilkan asam sehingga
pH dapat turun menjadi 3.5. sebaliknya, sewaktu metabolism protein dan asam
amino dilepaskan ion ammonium sehingga pH mendia menjadi basa. Perubahan pH
terjadi dengan cepat dalam lingkungan tertutup seperti isalnya kaldu nutrient dalam
tabung, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Untuk mencegah
perubahan pH seringkali ditambah larutan penyangga dalam media. Pada umumnya
bakteri tumbuh dengan baik pada pH sekitar 7,0 meskipun dapat tumbuh pada
kisaran pH 5,0 – 8,0. Untuk melihat pengaruh pH, bakteri ditumbuhkan pada
berbagai pH (Lay, 1994).
3. Pengaruh Oksigen
Mikroorganisme seringkali dipilah menjadi 5 kelompok berdasarkan
kebutuhanya akan oksigen (O2) yaitu: aerob obligat, anaerob obligat, anaerob
fakultatif, anaerob aerotoleran, dan mikroarofil.
Mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk hidupnya disenut aerob
obligat atau aerob. Kelompok mikroorganisme yang tidak dapat hidup bila ada
oksigen disebut anarob obligat atau anaerob. Beberapa mikroorganisme mampu
tumbuh dalam lingkungan dengan ataupun tanpa oksigen, kelompok ini disebut
anaerob fakultatif (Lay, 1994).
1.1 Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Kelompok Bakteri Dingin Sedang Panas
Kelompok 1 E. coli - + -
Kelompok 2 E. coli + + +
Kelompok 3 E. coli - + +
Kelompok 4 Staphylococcus aureus - + +
Kelompok 5 S. typii - + (1) + (2)
Kelompok 6 S. typii - + +
Kelompok 7 Candida - + +
Kelompok 8 Candida - + +
Kelompok 9 Candida - + +
Sebelum Sesudah
Gambar 1: Hasil uji pengamatan suhu dengan menggunakan isolate bakteri Salmonella
typhi pada suhu dingin, suhu sedang dan suhu panas.
Sebelum Sesudah
Gambar 3: Hasil uji pengamatan pH dengan menggunakan isolate bakteri Salmonella typhi
pada NaCl 1%, NaCl 5% dan NaCl 10%.
Tabel 4. Pengaruh desinfektan terhadap penghambatan pertumbuhan mikroorganisme.
perlakuan
kelompok Bakteri
H2O Wipol soklin Super pel
Kelompok 1 E. coli - - 2,85 3,25
Kelompok 2 E. coli - 0,42 0,7 -
Kelompok 3 E. coli - 0,75 0,75 1,58
Kelompok 4 Staphylococcus aureus - 3,44 4,72 3,16
Kelompok 5 S. typii - 2,08 4,41 3,25
Kelompok 6 S. typii 0,35 0,26 3,03 1,43
Kelompok 7 Candida 0,25 - 1,17 2
Kelompok 8 Candida - 0,58 0,58 0,16
Kelompok 9 Candida - - - -
Sebelum Sesudah
Gambar 4: Hasil uji pengamatan desinfektan dengan menggunakan isolate bakteri
Salmonella typhi pada H2O, wipol, soklin, dan super pel.
Sebelum Sesudah
Gambar 6: Hasil uji pengamatan antiseptik dengan menggunakan isolate bakteri
Salmonella typhi pada H2O, dettol, lifebuoy, dan anthis.
Tabel 7. Pengaruh oligodinamik terhadap penghambatan pertumbuhan mikroorganisme.
perlakuan
kelompok Bakteri Koin Koin emas
kontrol Koin perak
emas putih
Kelompok 1 E. coli - - - -
Kelompok 2 E. coli - - - -
Kelompok 3 E. coli - - - -
Kelompok 4 Staphylococcus aureus - - - -
Kelompok 5 S. typii - 0,30 - -
Kelompok 6 S. typii - - - 4
Kelompok 7 Candida - - - -
Kelompok 8 Candida - - - -
Kelompok 9 Candida - - - -
Sebelum Sesudah
Gambar 6: Hasil uji pengamatan oligodinamik dengan menggunakan isolate bakteri
Salmonella typhi pada koin kontrol, koin emas, koin emas putih, dan koin
perak.
4.2 Perhitungan
Dari hasil yang didapatkan, maka dilakukukan perhitungan untuk mengetahui
diameter dari zona bening yang dibentuk sebagai berikut:
4.2.1 Desinfektan
1. Super pel 2. Wifol
Dik: A1: 2,5 cm Dit: zona bening? Dik: A1: 1,8 cm Dit: zona bening?
A2: 2,6 cm A2: 1,9 cm
db: 0,6 cm db: 0,6 cm
jawab: jawab:
𝐴1+𝐴2 𝐴1+𝐴2
−𝑑𝑏 −𝑑𝑏
2 2
d zona bening = d zona bening =
𝑑𝑏 𝑑𝑏
2,5+2,6 1,8+1,9
−0,6 −0,6
2 2
= =3,25 cm = =2,08 cm
0,6 0,6
𝐴1+𝐴2+𝐴3
3. Soklin 2
−𝑑𝑏
d zona bening =
Dik: A1: 3,5 cm Dit: zona bening? 𝑑𝑏
3+2,8+2
A2: 3 cm −0,6
3
= = 3,3 cm
db: 0,6 cm 0,6
jawab:
𝐴1+𝐴2
−𝑑𝑏
2
d zona bening = 𝑑𝑏
1,3+1,4
−0,6
2
= = 1,25 cm
0,6
2. Chloro fenicol
Dik: A1: 3,6 cm Dit: zona bening?
A2: 3,8 cm
db: 0,6 cm
jawab:
𝐴1+𝐴2
−𝑑𝑏
2
d zona bening = 𝑑𝑏
3,6+3,8
−0,6
2
= = 5,16 cm
0,6
3.Streptomycin
Dik: A1: 3,6 cm Dit: zona bening?
A2: 3,5 cm
db: 0,6 cm
jawab:
𝐴1+𝐴2
−𝑑𝑏
2
d zona bening = 𝑑𝑏
3,6+3,5
−0,6
2
= = 4,91 cm
0,6
4.2.3 Antiseptik
1. Dettol
Dik: A1: 3 cm Dit: zona bening?
A2: 2,8 cm
A3: 2 cm
db: 0,6 cm
jawab:
4.3 Pembahasasn
Praktikum mikrobiologi yang berjudul penaruh lingkunan terhadap pertumbuhan
mikrob ini dilakukan untuk melihat bagaimana faktor lingkungan mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme pada media setelah dilakukan inkubasi selama 2 x 24 jam.
Pada praktikum ini dlakukan beberapa percoaan yaitu, menguji faktor lingkunan seperti
suu, tekanan osmotik, dan pH terhadap pertumbuhan bakteri. Selain itu dilakukan juga uji
antiseptik, antibiotik, desinfektan, dan daya oligodinamika untuk menghambat
pertumbuhan bakteri. Bakteri yang digunakan pada percobaan ini secara lebih spesifik
yaitu bakteri S. typii.
Pada percobaan pengaruh suhu dilakukan 3 perlakuan yaitu meletakan biakan
bakteri pada suhu dingin, pada suhu ruang dan pada suhu panas. Setelah inkubasi selama 2
x 24 jam maka didapat hasil, pada media yang diletakan di suhu dingin bakteri tidak dapat
tumbuh, sedangkan pada suhu ruang dan pada suhu panas bakteri S. typii dapat tumbuh
dengan baik, hal ini dapat dilihat dari tingkat kekeruhan media yang digunakan.
Menurut Suriawiria (2003), Berdasarkan kisaran suhunya, mikroba dibagi menjadi
tiga kelompok:
1. Psikofilik adalah kelompok mikroba yang dapat hidup dan tumbuh pada daerah
dengan suhu 00C sampai 300C dengan temperature optimumnya 150C.
2. Mesofilik adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh dan bertahan hidup pada
keadaan dengan suhu optimum antara 250C – 370C, minimum 150C, dan
maksimum di sekitar 550C.
3. Termofilik adalah kelompok mikroba yang hidup pada suhu yang tinggi. Suhu
optimum untuk mikroba kelompok ini adalah 550C – 600C, minimum 400C, dan
maksimum 750C. bakteri ini biasanya terdapat pada sumber air panas dan tempat-
tempat denga keadaan suhu tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan bakteri S. typii dapat digolongkn kedalam bakteri
mesoflik dan juga termofilik karena bakteri S. typii juga dapat tumbuh pada suhu panas,
dimana suhu panas yang digunakan pada percobaan ini yaitu sebesar 500C.
Pada percobaan pengujian tekanan osmosis digunakan NaCl dengan konsentrasi
1%, 5%, dan 10%. Setelah diinkubasi selama 2 x 24 jam di peroleh hasil pada NaCl 1%
terlihat media sangat keruh, dan pada NaCl 5% keruh sedangkan pada NaCl 10%
perubahan media tidak sekeruh pada 1% dan 5%. Hal ini menunjukan bahwa bakteri S.
typii memiliki kemampuan untuk tumbuh pada media yang memiliki tekanan osmotik,
namun meningkatnya konsentrasi NaCl maka kemampuan tumbuh bakteri semakin
berkurang.
Pada percobaan pengujian faktor pH digunakan media denga pH 5, 7 dan 10.
Setelah dilakukan inkubasi selama 2 x 24 jam maka didapat hasil media dengan pH 5
menalami kekeruhan namun tidak sekeruh media dengan pH 7, sementara media dengan
pH 10 tidak terjadi kekeruhan yang artinya bahwa bakteri S. typii tidak mampu tumbuh
pada pH basa. Menurut Lay (1994), Pada umumnya bakteri tumbuh dengan baik pada pH
sekitar 7,0 meskipun dapat tumbuh pada kisaran pH 5,0 – 8,0.
Pada uji pengaruh antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri S. typii digunakan beberapa
jenis antibiotik yaitu streptomycin, nistatin dan chloramfenicol, dan H2O sebagai kontrol.
Setelah diinkubasi maka dapat dilihat bahwa chloramfenicol memiliki daya hambat
tertinggi terlihat dari luas zona bening yang dibentuk yaitu 5,16 cm, pada streptomycin
membentuk zona bening dengan luas 4,91 cm dan pada nistatin 1,25 cm. Menurut (Lay,
1994) bahwa pada metode MIC (Minimum Inhibitory Concentration) salah satu
penghambatan pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan antibiotik dapat dilihat
dengan adanya wilayah jernih disekitar pertumbuhan mikroorganisme, semakin besar atau
lebar diameter dari wilayah jernih maka semakin cepat kemampuan antibiotic untuk
menghambat atau mematikan pertumbuhan mikroorganisme.
Pada uji pengaruh antiseptik terhadap pertumbuhan bakteri S. typii digunakan
beberapa jenis antiseptik yaitu antis, detol, lifeboy, dan H2O sebagai kontrol. Setelah
diinkubasi maka dapat dilihat bahwa hanya detol yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri S. typii karena hanya detol yang membentuk zona bening dengan luas zona bening
yaitu 3,3 cm.
Pada uji pengaruh antiseptik terhadap pertumbuhan bakteri S. typii digunakan
beberapa jenis antiseptik yaitu antis, detol, lifeboy, dan H2O sebagai kontrol. Setelah
diinkubasi maka dapat dilihat bahwa hanya detol yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri S. typii karena hanya detol yang membentuk zona bening dengan luas zona bening
yaitu 3,3 cm.
Pada uji pengaruh desinfektan terhadap pertumbuhan bakteri S. typii digunakan
beberapa jenis desinfektan yaitu wipol, so klin, super pel, dan H2O sebagai kontrol. Setelah
diinkubasi maka dapat dilihat bahwa si klin memiliki daya hambat paling tingi untuk
mencegah pertumbuhan bakteri S, typii dengan luas zona bening yang terbentuk yaitu
sebesar 4,41 cm, sedangkan super pel membentuk zona bening sebesar 3,25 cm dan wipol
membentuk zona bening sebesar 2,08 cm. Dari ketiga desinfektan semuanya memiliki daya
hambat terhadap pertumbuhan bakteri S. typii namun so klin yang memiliki dya hambat
paling tinggi.
Pada percobaan daya oligodinamik digunakan koin yang sudah disepuh
menggunakan emas, emas putih, dan perak, serta koin yang tidak disepuh sebagai kontrol.
Setelah diinkubasi, pada media yang diberi koin emas terbentuk zona bening yang artinya
kandungan emas dapat menghambat peetumbuhan bakteri S. typii, sedangkan pada koin
yang disepuh emas putih dan koin yang di sepuh perak tidak terjadi pembentukan zona
bening.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpilkan bahwa :
1. Pertumbuhan bakteri dapat dikendalikan oleh faktor lingkungan seperti
pengaruh suhu, pH, dan tekanan osmotik.
2. Selain menggunakan faktor lingkungan di atas pengendalian bakteri juga dapat
dilakuka dengan menambahkan antiseptik, antibiotik, desinfektan, dan daya
oligodinamik.
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya disarankan mengunakan pengendalian lingkungan
menggunakan faktor fisika sebagai pembanding lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Colome, JS. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. New York: West Publishing
Company.
Cappuccino, JG dan Sherman N. 2013. Manual Laboratorium mikrobiologi. Jakarta: EGC.
Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambaran
Hadioetomo, R.S. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta:
Gramedia.
Lay, BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press
Volk and Wheleer. 1993. Analisis Praktikum Mikrobiologi Umum untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: UGM Press.
Suriawiria, U. 2003 . Mikrobiologi Air . Bandung: P.T. Alumni