Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI I
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROB
Disusun Oleh :
Nama : Resli Siboro
Npm : F1D016031

Diketahui Praktikan
Asisten Praktikum

Dr. Risky Hadi Wibowo, M.Si Resli Siboro/F1D016031

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMI PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme
ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta
memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal
sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat
memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif
sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti
mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot
dengan sel eukariot yang lebih kompleks (Colome, 2001).
Pengendalian mikroorganisme sangat penting, baik di rumah, industry, maupun bidang
medis untuk mencegah dan mengobati penyakit dan untuk mencegah keruakan makanan
dan produk – produk industry yang lain. Metode pengendalian yang umum digunakan atau
dilakukan mencakup pemakaian agen – agen kimia dan fisika yang memberikan efek
merugikan pada struktur dan fungsi mikroba sehingga menghasilkan efek mikrobisida atau
mikrobiostatis. Efek mikrobisida adalah suatu efek yang membunuh mikroorganisme
dengan segera; efek mikrobiostatik menghambat kapasitas reproduktif sel dan
mempertahankan populasi mikroorganisme dalam jumlah yang konstan (Cappuccino,
2013).
Dalam banyak kegiatan kita sehari – hari, agen – agen kimia digunakan untuk
mengendalikan mikroorganisme. Agen – agen ini digunakan baik dalam kedokteran,
pertanian, pengawetan makanan dan laboratorium bakteriologi, maupun dalam banyak
bidang lain. Beberapa diantara agen kimia ini digunakan pada jaringan manusia saja dan
beberapa benda mati, sedangkan yang lain mungkin berguna untuk keduanya (Volk dan
Wheeler, 1993).
Panas, konsentrasi ion hydrogen (pH), adanya air, oksigen dan cahaya mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme. Enzim yang dapat mempercepat reaksi kimiawi; suhu
dimana enzim berfungsi dengan sempurna disebut fase optimum. Bila suhu ini
menyimpang dari sugu optimum maka enzim tersebut akan menurun. Kisaran suhu untuk
aktivitas enzim menentukan sifat pertumbuhan mikroorganisme. Suhu tertinggi dimana
mikroorganisme masih dapat tumbuh disebut suhu muksimum, sedangkan minimum
adalah suhu dimana mikroorganisme masih dapat tumbuh (Lay, 1994).
1.2 Tujuan
Praktikum mikrobiologi yang berjudul pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan
mikrob ini bertujuan agar:
1. Mahasiswa mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan (faktor fisik dan kimia)
dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
2. Mahasiswa mengetahui metode - metode yang biasa dilakukan dalam pengendalian
/ kontrol mikroorganisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan mikrob


Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang
sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan
pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan
nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang menunjukkan respon yang berbeda-beda.
Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient
serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar & Chan, 1986).
Di dalam alam yang sewajarnya, bakteri jarang menemui zat-zat kimia yang
menyebabkan ia sampai mati karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya untuk
membebaskan diri dari kegiatan bakteri meramu zat-zat yang dapat meracuni bakteri, akan
tetapi tidak meracuni diri sendiri atau meracuni zat makanan yang diperlukannya. Zat-zat
yang hanya menghambat pembiakan bakteri dengan tidak membunuhnya disebut zat
antiseptik atau zat bakteriostatik(Dwidjoseputro,1994).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan
tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium
tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor
lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana,
faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup adanya asosiasi
atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme,
antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal:
suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan)
serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya
(Hadioetomo, 1993).

2.2 Faktor lingkungan


1. Pengaruh Temperatur
Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju
reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur, maka pola pertumbuhan bakteri dapat sangat
dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan
jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman temperatur dapat juga mengubah proses-
proses metabolik tertentu serta morfologi sel (Pelczar & Chan, 1986).
Kisaran suhu untuk aktivitas enzim menentukan sifat pertumbuhan
mikroorganisme. Suhu tertinggi dimana mikroorganisme masih dapat tumbuh disebut suhu
maksimum, sedangkan suhu minimum adalah suhu terendah dimana mikroorganisme
masih dapat tumbuh. Kisaran suhu tidak saja mempengaruhi aktivitas enzim tetapi juga
mempengaruhi sifat fisik membran sel.permeabilitas membran sel tergantung pada
kandungan dan jenis lipida. Peningkatan 50 – 100 C di atas suhu optimum dapat
menyebabkan proses lisis dan kematian sel mikroorganisme (Lay, 1994).
Suhu merupakan faktor penting dalam pertumbuhan mikroba. Pada umumnya batas
suhu pertumbuhan mikroba terletak antar 00C sampai 900C, sehingga dikenal suhu
minimum, optimum, dan maksimum (Suriawiria, 2003).
Menurut Suriawiria (2003), Berdasarkan kisaran suhunya, mikroba dibagi menjadi tiga
kelompok:
1. Psikofilik adalah kelompok mikroba yang dapat hidup dan tumbuh pada daerah
dengan suhu 00C sampai 300C dengan temperature optimumnya 150C.
2. Mesofilik adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh dan bertahan hidup pada
keadaan dengan suhu optimum antara 250C – 370C, minimum 150C, dan
maksimum di sekitar 550C.
3. Termofilik adalah kelompok mikroba yang hidup pada suhu yang tinggi. Suhu
optimum untuk mikroba kelompok ini adalah 550C – 600C, minimum 400C, dan
maksimum 750C. bakteri ini biasanya terdapat pada sumber air panas dan tempat-
tempat denga keadaan suhu tinggi.

2. Pengaruh pH
Setiap organisme memiliki pH hidup yang berbeda-beda. Kebanyakan
organisme dapat tumbuh pada kisaran pH 5-8. Berdasarkan pH yang ada, mikroba
dibagi menjadi tiga kelompok mikroba yaitu asidofil, neutrofil, dan alkalifil.
Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh dengan kisaran pH 2-5. Nutrofil adalah
bakteri yang hidup pada pH 5,5-8,0. Sementara alkalifil dapat tumbuh pada kisaran
pH 8,4-9,5. Bakteri meiliki pH minimum, optimum dan maksimum. pH optimum
bakteri adalah kisaran 6,5-7,5, sedangkan jamur memiliki kisaran pH yang lebih
luas (Suriawiria, 2003).
Sewaktu perumbuhan mikroorganisme sering kali terjadi perubahan pH
media. Mikroorganisme yang melakukan fermentasi menghasilkan asam sehingga
pH dapat turun menjadi 3.5. sebaliknya, sewaktu metabolism protein dan asam
amino dilepaskan ion ammonium sehingga pH mendia menjadi basa. Perubahan pH
terjadi dengan cepat dalam lingkungan tertutup seperti isalnya kaldu nutrient dalam
tabung, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Untuk mencegah
perubahan pH seringkali ditambah larutan penyangga dalam media. Pada umumnya
bakteri tumbuh dengan baik pada pH sekitar 7,0 meskipun dapat tumbuh pada
kisaran pH 5,0 – 8,0. Untuk melihat pengaruh pH, bakteri ditumbuhkan pada
berbagai pH (Lay, 1994).

3. Pengaruh Oksigen
Mikroorganisme seringkali dipilah menjadi 5 kelompok berdasarkan
kebutuhanya akan oksigen (O2) yaitu: aerob obligat, anaerob obligat, anaerob
fakultatif, anaerob aerotoleran, dan mikroarofil.
Mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk hidupnya disenut aerob
obligat atau aerob. Kelompok mikroorganisme yang tidak dapat hidup bila ada
oksigen disebut anarob obligat atau anaerob. Beberapa mikroorganisme mampu
tumbuh dalam lingkungan dengan ataupun tanpa oksigen, kelompok ini disebut
anaerob fakultatif (Lay, 1994).

4. Pengendalian Radiasi Elektromagnetik


Beberapa bentuk radiasi elektromagnetik dapat menimbulkan efek letal
pada sel sehingga dapat digunakan untuk pengendalian mikrob. Radiasi
elektromagnetik yang memiliki energy yang cukup untuk menghasilkan efek
mikrobisida adalah radiasi – radiasi yang memiliki panjang gelombang pendek,
yaitu 300 nm dan yang lebih rendah. Radiasi – radiasi tersebut meliputi sinar UV,
sinar gamma, dan sinar-X. Radiasi dengan panjang gelombang yang panjang diatas
300 nm, tidak memiliki energy yang cukup untuk menghancurkan sel.
Radiasi gamma, berasal dari inti atom yang tidak stabil, dan radiasi-X
berasal dari bagian luar atom, merupakan bentuk radiasi pengion. Kedua radiasi ini
memindahkan energinya melalui quanta (foton) ke benda/bahan yang dilalui
sehingga terjadi eksitasi dan kehilangan electron dari molekul – molekul yang
dilaluinya. Sinar ultraviolet, yang memiliki energilebih rendah daripada radiasi –
radiasi pengion, dapat menimbulkan efek letal terhadap sel – sel yang terpanjang
dengan panjang gelombang yang berpenetrasi rendah dalam rentan 210 nm sampai
300 nm (Cappuccino, 2013).

5. Pengendalian Secara Kimia: Senyawa – senyawa Kemoterapi


Senyawa – senyawa kemoterapi adalah senyawa kimia yang digunakan untuk
pengobatan penyakit infeksi. Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan
menggunakan metabolism mikrob sehingga menghasilkan efek bakteriostatik atau
bakteriosida pada mikroorganisme, tetapi tanpa menimbulkan efek yang sama pada
sel inang. Obat – obat ini dikategorikan menjadi dua kelompok:
1. Antibiotik, yaitu obat – obatan yang disintesis dan disekresikan oleh bakteri
sejati, aktinomisetes, dan fungi yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain.
2. Obat – obat sinetetik, yaitu obat – obat yang disentesis di laboratorium
(Cappuccino, 2013).

6. Pengendalian Agen – agen Kimia


1. Antiseptic adalah substansi kimia yang dipakai pada kulit atau selaput
lender untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi
atau merusaknya.
2. Desinfektan, pada dasarnya sama, namun istilah ini disediakan untuk
digunakan pada benda – benda mati.
3. Agen bakteriostatik, bertindak dengan menghambat pertumbuhan; agen ini
tidak harus mematikan organisme.
4. Bakteriosida, didefinisikan sebagai agen yang mematikan bakteri.
5. Sanitizer adalah agen apa saja yang mengurangi jumlah bakteri sampai taraf
aman menurut ketentuan kesehatan masyarakat (Volk dan Wheeler, 1993).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 27 Maret 2018 pukul 13.00
sampai dengan selesai di laboratorium Mikrobiologi, gedung basic science, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.
3.2 Alat dan bahan
a. Alat, alat yang digunakan adalah cawan petri, pipet tetes, tabung reaksi, lampu
spiritus dan jarum ose.
b. Bahan, bahan yang digunakan adalah media, kloromfenicol, basitrasin,
chepalosporin, nistatin, steptomysin, sabun detol, anthis, handly clean, lifeboy,
wipol, portex, superpel, so clean, logam sepuhan emas, perak dan temaga.
3.3 Prosedur kerja
a. Pengaruh tekanan osmotis
Disiapkan 4 buat tabung reaksi bersih. Dimasukan media NA yang masih cukup
panas masing – masing sebanyak 10 ml. Diberi label untuk kontrol NA, 5%, 10%,
DAN 15% NaCl. Pada tabung kedua (5% NaCl) ditambahkan 0,5 gr NaCl, pada
tabugn tiga ditambahkan 1 gr NaCl, pada tabung 4 ditambahkan 1,5 gr NaCl,
kemudian keempat tabung yang berisi media di sterilkan. Kemudian disiapkan
empat cawan petri steril. Media yang steril tersebut masing – masing dituangkan
pada cawan petri yang sudah disiapkan. Biarkan sampai terjadi polimerisasi, agar
mengeras. Kemudian dengan menggunakan spidol dibuat dua garis yang saling
bersilangan sehingga membagi petri menjadi empat bagian. Pada masing – masing
kuadran diinokulasi dengan keempat mikroorganisme diatas. Khusus untuk
inokulasi mold dengan cara sebagai berikut: diinokulasi koloni kapang di bagian
tengah dari kuadran. Kemudian di inkubasi pada suhu 35 0C selama 24 – 48 jam.
b. Pengaruuh pH
Disiapkan 12 tabung reaksi yang berisi media NB, lalu ditambahkan HCl atau
NaOH untuk menyesuaikan pH, antara lain:
a. Tiga tabung NB dengan pH 2,5
b. Tiga tabung NB dengan pH 5
c. Tiga tabung NB dengan pH 7,5
d. Tiga tabung NB dengan pH 9,5
Kemudian diinokulasi ke tiga tabung dari masing – masing Ph dengan ketiga
biakan diatas. Lalu diinkubasi pada suhu 35 0C selama 24 – 48 jam. Tabung di
kocok yang diinkubasi dan dibandingkan derajat kekeruhannya. Hasilnya dicatat,
tanda 3+ untuk biakan yang paling banyak pertumbuhannya, 3+ untuk biakan yang
tumbuh baik, 1 + untuk yang sedikit.
c. Pengaruh Suhu
Disiapkan 12 tabung yang berisi media NB, ditambahkan HCl atau NaOH untuk
menyesuaikan suhu, antara lain:
a. Tiga tabung NB untuk inkubasi 50 C.
b. Tiga tabung NB untuk inkubasi 270 C.
c. Tiga tabung NB untuk inkubasi 370 C.
d. Tiga tabung NB untuk inkubasi 440 C.
Diinokulasi ke 3 tabung untuk masing – masing suhu inkubasi dengan ketiga
biakan yang disediakan. Selanjutnya diinkubasi selama 48 jam di: dalam lemari
es untuk 50 C, dalam ruangan untuk 27 0C, dalam incubator untuk 37 0C, dan
dalam penangas air untuk 44 0C. setelah masa inkubasi tabung tersebut dikocok
dan dibandingkan derajat kekeruhannya. Hasilnya dicatat, tanda 5 + untuk
biakan yang paling banyak pertumbuhannya, 3 + untuk biakan yang tumbuh
baik, 1 + untuk yang sedikit.
d. Daya Kerja Desinfektan
Tabung berisi media PCA cair (15 ml) diinokulasi dengan 1 lup ose
suspense bakteri, dihomogenkan dengan vortex. Media tersebut dituangkan ke
dalam cawan petri yang telah dibagi menjadi 3 kuadran dan diberi label. Diambil
kertas cakram dengan pipet, lalu dicelupkan kedalam alkohol 70 % untuk kuadran
1, fenol 5 % (II) dan desinfektan komersial (III). Kemudian kertas cakram diletakan
pada permukaan media di bagian tengah masing – masing kuadran. Kemudian
diinkubasi dengan suhu 37 0C selama 24 – 48 jam. Diamati dan zona hambat
diukur.
e. Daya kerja Antibiotik Metode Kirby/Bawyer
Cawan petri dibagi menjadi 3 kuadran, media Mueller Hinton Agar (MHA)
di tuangkan ke dalam media dan dibiaarkan memadat. Dicelupkan tangkai cotton
swab steril ke dalam suspense biakan, diputar / ditekan bagian kapas ke sisi tabung
supaya suspense tidak menetes di kapas tersebut. Permukaan media diusap dengan
cotton swab tersebut secara merata dan biarkan mongering (5 menit). Dengan pipet,
diletakan kertas cakram berisi antibiotic yang berbeda pada kuadran I, II dan III.
Lalu diinkubasi dengan suhu 37 0C selama 24 – 48 jam. Diamati dan diukur zona
hambat untuk setiap antibiotic pada masing – masing kudran.
f. Daya Oligodinamik
Media PCA dituangkan dan dibiarkan padat. Koin perak atau tembaga yang telah
disterilkan (direndam dalam alkohol 70 %, dan dilewatkan diatas gas Bunsen untuk
menghilangkan alkohol) diletakan di perukaan media, koin diletakan dengan ose
untuk melekatkan koin dengan media. Diikubasi dengan suhu 37 0C selama 24 – 48
jam. Diperhatikan pola pertumbuhan koloni.
g. Pengaruh Radiasi
Disiapkan 3 media PCA yang telah diberi bakteri. dituangkan ke dalan cawan petri
dan dibiarkan memadat. Diberi perlakuan pada petri pertama penyinaran radiasi
sinar UV selama 60 menit dan petri ke dua 30 menit, masing – masing setengah
bagian petri ditutup alumunium foil. Petri ketiga sebagai kontrol. Inkubasi 24 – 48
jam. Diamati pola pertumbuhan bakteri.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Kelompok Bakteri Dingin Sedang Panas
Kelompok 1 E. coli - + -
Kelompok 2 E. coli + + +
Kelompok 3 E. coli - + +
Kelompok 4 Staphylococcus aureus - + +
Kelompok 5 S. typii - + (1) + (2)
Kelompok 6 S. typii - + +
Kelompok 7 Candida - + +
Kelompok 8 Candida - + +
Kelompok 9 Candida - + +

Sebelum Sesudah
Gambar 1: Hasil uji pengamatan suhu dengan menggunakan isolate bakteri Salmonella
typhi pada suhu dingin, suhu sedang dan suhu panas.

Tabel 2. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroorganisme.


Kelompok Bakteri pH 5 pH 7 pH 10
Kelompok 1 E. coli - + +
Kelompok 2 E. coli + + +
Kelompok 3 E. coli + + -
Kelompok 4 Staphylococcus aureus + + -
Kelompok 5 S. typii + (1) + (2) -
Kelompok 6 S. typii + + +
Kelompok 7 Candida + + -
Kelompok 8 Candida + + +
Kelompok 9 Candida + + -
Sebelum Sesudah
Gambar 2: Hasil uji pengamatan pH dengan menggunakan isolate bakteri Salmonella typhi
pada pH 5, pH 7 dan pH 10.

Tabel 3. Pengaruh NaCl terhadap pertumbuhan mikroorganisme.


kelompok Bakteri NaCl 1% NaCl 5% NaCl 10%
Kelompok 1 E. coli + + +
Kelompok 2 E. coli - + -
Kelompok 3 E. coli + + -
Kelompok 4 Staphylococcus aureus + + +
Kelompok 5 S. typii + (3) + (1) +
Kelompok 6 S. typii + + +
Kelompok 7 Candida + + -
Kelompok 8 Candida + + -
Kelompok 9 Candida + + -

Sebelum Sesudah
Gambar 3: Hasil uji pengamatan pH dengan menggunakan isolate bakteri Salmonella typhi
pada NaCl 1%, NaCl 5% dan NaCl 10%.
Tabel 4. Pengaruh desinfektan terhadap penghambatan pertumbuhan mikroorganisme.
perlakuan
kelompok Bakteri
H2O Wipol soklin Super pel
Kelompok 1 E. coli - - 2,85 3,25
Kelompok 2 E. coli - 0,42 0,7 -
Kelompok 3 E. coli - 0,75 0,75 1,58
Kelompok 4 Staphylococcus aureus - 3,44 4,72 3,16
Kelompok 5 S. typii - 2,08 4,41 3,25
Kelompok 6 S. typii 0,35 0,26 3,03 1,43
Kelompok 7 Candida 0,25 - 1,17 2
Kelompok 8 Candida - 0,58 0,58 0,16
Kelompok 9 Candida - - - -

Sebelum Sesudah
Gambar 4: Hasil uji pengamatan desinfektan dengan menggunakan isolate bakteri
Salmonella typhi pada H2O, wipol, soklin, dan super pel.

Tabel 5. Pengaruh antibiotik terhadap penghambatan pertumbuhan mikroorganisme.


perlakuan
kelompok Bakteri Chloro
H2O nistatin streptomycin
fenicol
Kelompok 1 E. coli - - - -
Kelompok 2 E. coli - - 5,42 3,75
Kelompok 3 E. coli - - 2, 42 3,16
Kelompok 4 Staphylococcus aureus - 0,58 5,08 4,25
Kelompok 5 S. typii - 1,25 5,16 4,91
Kelompok 6 S. typii 1,16 - 6,92 3,66
Kelompok 7 Candida - - 0,17 -
Kelompok 8 Candida - 4,88 0,16 0,16
Kelompok 9 Candida - - - -
Sebelum Sesudah
Gambar 5: Hasil uji pengamatan antibiotic dengan menggunakan isolate bakteri
Salmonella typhi pada H2O, nistatin, chloro fenicol, dan streptomycin.

Tabel 6. Pengaruh antiseptik terhadap penghambatan pertumbuhan mikroorganisme.


perlakuan
kelompok Bakteri
H2O Dettol Lifebuoy Anthis
Kelompok 1 E. coli - - - -
Kelompok 2 E. coli - 0,33 1,42 0,5
Kelompok 3 E. coli - 1,38 1,5 0,93
Kelompok 4 Staphylococcus aureus - 6,22 0,5 -
Kelompok 5 S. typii - 3,3 - -
Kelompok 6 S. typii 1,16 4,66 - 0,08
Kelompok 7 Candida - 0,5 1,91 0,5
Kelompok 8 Candida - 0,93 1 0,17
Kelompok 9 Candida - - - -

Sebelum Sesudah
Gambar 6: Hasil uji pengamatan antiseptik dengan menggunakan isolate bakteri
Salmonella typhi pada H2O, dettol, lifebuoy, dan anthis.
Tabel 7. Pengaruh oligodinamik terhadap penghambatan pertumbuhan mikroorganisme.
perlakuan
kelompok Bakteri Koin Koin emas
kontrol Koin perak
emas putih
Kelompok 1 E. coli - - - -
Kelompok 2 E. coli - - - -
Kelompok 3 E. coli - - - -
Kelompok 4 Staphylococcus aureus - - - -
Kelompok 5 S. typii - 0,30 - -
Kelompok 6 S. typii - - - 4
Kelompok 7 Candida - - - -
Kelompok 8 Candida - - - -
Kelompok 9 Candida - - - -

Sebelum Sesudah
Gambar 6: Hasil uji pengamatan oligodinamik dengan menggunakan isolate bakteri
Salmonella typhi pada koin kontrol, koin emas, koin emas putih, dan koin
perak.

4.2 Perhitungan
Dari hasil yang didapatkan, maka dilakukukan perhitungan untuk mengetahui
diameter dari zona bening yang dibentuk sebagai berikut:
4.2.1 Desinfektan
1. Super pel 2. Wifol
Dik: A1: 2,5 cm Dit: zona bening? Dik: A1: 1,8 cm Dit: zona bening?
A2: 2,6 cm A2: 1,9 cm
db: 0,6 cm db: 0,6 cm
jawab: jawab:
𝐴1+𝐴2 𝐴1+𝐴2
−𝑑𝑏 −𝑑𝑏
2 2
d zona bening = d zona bening =
𝑑𝑏 𝑑𝑏
2,5+2,6 1,8+1,9
−0,6 −0,6
2 2
= =3,25 cm = =2,08 cm
0,6 0,6
𝐴1+𝐴2+𝐴3
3. Soklin 2
−𝑑𝑏
d zona bening =
Dik: A1: 3,5 cm Dit: zona bening? 𝑑𝑏
3+2,8+2
A2: 3 cm −0,6
3
= = 3,3 cm
db: 0,6 cm 0,6

jawab: 4.2.4 Oligodinamik


𝐴1+𝐴2 1. Koin emas
−𝑑𝑏
2
d zona bening = Dik: A1: 3 cm Dit: zona bening?
𝑑𝑏
3,5+3
−0,6 A2: 3 cm
2
= = 4,41 cm db: 2,3 cm
0,6
4.2.2 Antibiotik jawab:
𝐴1+𝐴2
1. Nistatin 2
−𝑑𝑏
d zona bening =
Dik: A1: 1,3 cm Dit: zona bening? 𝑑𝑏
3+3
A2: 1,4 cm −2,3
3
= = 0,30 cm
db: 0,6 cm 2,3

jawab:
𝐴1+𝐴2
−𝑑𝑏
2
d zona bening = 𝑑𝑏
1,3+1,4
−0,6
2
= = 1,25 cm
0,6
2. Chloro fenicol
Dik: A1: 3,6 cm Dit: zona bening?
A2: 3,8 cm
db: 0,6 cm
jawab:
𝐴1+𝐴2
−𝑑𝑏
2
d zona bening = 𝑑𝑏
3,6+3,8
−0,6
2
= = 5,16 cm
0,6
3.Streptomycin
Dik: A1: 3,6 cm Dit: zona bening?
A2: 3,5 cm
db: 0,6 cm
jawab:
𝐴1+𝐴2
−𝑑𝑏
2
d zona bening = 𝑑𝑏
3,6+3,5
−0,6
2
= = 4,91 cm
0,6

4.2.3 Antiseptik
1. Dettol
Dik: A1: 3 cm Dit: zona bening?
A2: 2,8 cm
A3: 2 cm
db: 0,6 cm
jawab:
4.3 Pembahasasn
Praktikum mikrobiologi yang berjudul penaruh lingkunan terhadap pertumbuhan
mikrob ini dilakukan untuk melihat bagaimana faktor lingkungan mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme pada media setelah dilakukan inkubasi selama 2 x 24 jam.
Pada praktikum ini dlakukan beberapa percoaan yaitu, menguji faktor lingkunan seperti
suu, tekanan osmotik, dan pH terhadap pertumbuhan bakteri. Selain itu dilakukan juga uji
antiseptik, antibiotik, desinfektan, dan daya oligodinamika untuk menghambat
pertumbuhan bakteri. Bakteri yang digunakan pada percobaan ini secara lebih spesifik
yaitu bakteri S. typii.
Pada percobaan pengaruh suhu dilakukan 3 perlakuan yaitu meletakan biakan
bakteri pada suhu dingin, pada suhu ruang dan pada suhu panas. Setelah inkubasi selama 2
x 24 jam maka didapat hasil, pada media yang diletakan di suhu dingin bakteri tidak dapat
tumbuh, sedangkan pada suhu ruang dan pada suhu panas bakteri S. typii dapat tumbuh
dengan baik, hal ini dapat dilihat dari tingkat kekeruhan media yang digunakan.
Menurut Suriawiria (2003), Berdasarkan kisaran suhunya, mikroba dibagi menjadi
tiga kelompok:
1. Psikofilik adalah kelompok mikroba yang dapat hidup dan tumbuh pada daerah
dengan suhu 00C sampai 300C dengan temperature optimumnya 150C.
2. Mesofilik adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh dan bertahan hidup pada
keadaan dengan suhu optimum antara 250C – 370C, minimum 150C, dan
maksimum di sekitar 550C.
3. Termofilik adalah kelompok mikroba yang hidup pada suhu yang tinggi. Suhu
optimum untuk mikroba kelompok ini adalah 550C – 600C, minimum 400C, dan
maksimum 750C. bakteri ini biasanya terdapat pada sumber air panas dan tempat-
tempat denga keadaan suhu tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan bakteri S. typii dapat digolongkn kedalam bakteri
mesoflik dan juga termofilik karena bakteri S. typii juga dapat tumbuh pada suhu panas,
dimana suhu panas yang digunakan pada percobaan ini yaitu sebesar 500C.
Pada percobaan pengujian tekanan osmosis digunakan NaCl dengan konsentrasi
1%, 5%, dan 10%. Setelah diinkubasi selama 2 x 24 jam di peroleh hasil pada NaCl 1%
terlihat media sangat keruh, dan pada NaCl 5% keruh sedangkan pada NaCl 10%
perubahan media tidak sekeruh pada 1% dan 5%. Hal ini menunjukan bahwa bakteri S.
typii memiliki kemampuan untuk tumbuh pada media yang memiliki tekanan osmotik,
namun meningkatnya konsentrasi NaCl maka kemampuan tumbuh bakteri semakin
berkurang.
Pada percobaan pengujian faktor pH digunakan media denga pH 5, 7 dan 10.
Setelah dilakukan inkubasi selama 2 x 24 jam maka didapat hasil media dengan pH 5
menalami kekeruhan namun tidak sekeruh media dengan pH 7, sementara media dengan
pH 10 tidak terjadi kekeruhan yang artinya bahwa bakteri S. typii tidak mampu tumbuh
pada pH basa. Menurut Lay (1994), Pada umumnya bakteri tumbuh dengan baik pada pH
sekitar 7,0 meskipun dapat tumbuh pada kisaran pH 5,0 – 8,0.
Pada uji pengaruh antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri S. typii digunakan beberapa
jenis antibiotik yaitu streptomycin, nistatin dan chloramfenicol, dan H2O sebagai kontrol.
Setelah diinkubasi maka dapat dilihat bahwa chloramfenicol memiliki daya hambat
tertinggi terlihat dari luas zona bening yang dibentuk yaitu 5,16 cm, pada streptomycin
membentuk zona bening dengan luas 4,91 cm dan pada nistatin 1,25 cm. Menurut (Lay,
1994) bahwa pada metode MIC (Minimum Inhibitory Concentration) salah satu
penghambatan pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan antibiotik dapat dilihat
dengan adanya wilayah jernih disekitar pertumbuhan mikroorganisme, semakin besar atau
lebar diameter dari wilayah jernih maka semakin cepat kemampuan antibiotic untuk
menghambat atau mematikan pertumbuhan mikroorganisme.
Pada uji pengaruh antiseptik terhadap pertumbuhan bakteri S. typii digunakan
beberapa jenis antiseptik yaitu antis, detol, lifeboy, dan H2O sebagai kontrol. Setelah
diinkubasi maka dapat dilihat bahwa hanya detol yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri S. typii karena hanya detol yang membentuk zona bening dengan luas zona bening
yaitu 3,3 cm.
Pada uji pengaruh antiseptik terhadap pertumbuhan bakteri S. typii digunakan
beberapa jenis antiseptik yaitu antis, detol, lifeboy, dan H2O sebagai kontrol. Setelah
diinkubasi maka dapat dilihat bahwa hanya detol yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri S. typii karena hanya detol yang membentuk zona bening dengan luas zona bening
yaitu 3,3 cm.
Pada uji pengaruh desinfektan terhadap pertumbuhan bakteri S. typii digunakan
beberapa jenis desinfektan yaitu wipol, so klin, super pel, dan H2O sebagai kontrol. Setelah
diinkubasi maka dapat dilihat bahwa si klin memiliki daya hambat paling tingi untuk
mencegah pertumbuhan bakteri S, typii dengan luas zona bening yang terbentuk yaitu
sebesar 4,41 cm, sedangkan super pel membentuk zona bening sebesar 3,25 cm dan wipol
membentuk zona bening sebesar 2,08 cm. Dari ketiga desinfektan semuanya memiliki daya
hambat terhadap pertumbuhan bakteri S. typii namun so klin yang memiliki dya hambat
paling tinggi.
Pada percobaan daya oligodinamik digunakan koin yang sudah disepuh
menggunakan emas, emas putih, dan perak, serta koin yang tidak disepuh sebagai kontrol.
Setelah diinkubasi, pada media yang diberi koin emas terbentuk zona bening yang artinya
kandungan emas dapat menghambat peetumbuhan bakteri S. typii, sedangkan pada koin
yang disepuh emas putih dan koin yang di sepuh perak tidak terjadi pembentukan zona
bening.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpilkan bahwa :
1. Pertumbuhan bakteri dapat dikendalikan oleh faktor lingkungan seperti
pengaruh suhu, pH, dan tekanan osmotik.
2. Selain menggunakan faktor lingkungan di atas pengendalian bakteri juga dapat
dilakuka dengan menambahkan antiseptik, antibiotik, desinfektan, dan daya
oligodinamik.

5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya disarankan mengunakan pengendalian lingkungan
menggunakan faktor fisika sebagai pembanding lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Colome, JS. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. New York: West Publishing
Company.
Cappuccino, JG dan Sherman N. 2013. Manual Laboratorium mikrobiologi. Jakarta: EGC.
Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambaran
Hadioetomo, R.S. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta:
Gramedia.
Lay, BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press
Volk and Wheleer. 1993. Analisis Praktikum Mikrobiologi Umum untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: UGM Press.
Suriawiria, U. 2003 . Mikrobiologi Air . Bandung: P.T. Alumni

Anda mungkin juga menyukai