Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai suatu profesi ahli, farmasi sangat dibutuhkan kehadirannya oleh
masyarakat, baik segi relasinya maupun bidang ahli yang ia geluti. Jika
didefinisikan farmasi merupakan profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. farmasi
dituntut untuk pengetahuannya dalam bidang farmakologi, mikroorganisme,
biokimia dan pengetahuan ilmiah mengenai penyediaan bahan obat yang berasal
dari alam. Maka dari itu seorang farmasi wajib memepelajari kajian tentang
makhluk hidup yaitu dalam ilmu Mikrobiologi (Shargel, 2005).
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari organisme hidup
yang kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Organisme yang dipelajari
dalam mikrobologi yaitu mikroorganisme, yang meliputi bajter, virus, jamur,
protozoa (Lay, 1994).
Pembiakan mikrobia di laboratorium memerlukan media yang berisi zat
hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroba. Media adalah suatu
bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang terdiri atas campuran
nutrisi atau zatzat makanan. Selain untuk menumbuhkan mikroba, media dapat
juga digunakan untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan
perhitungan jumlah mikroba (Lay, 1994; Jutono dkk, 1980).
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme
untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di dalam
mediaberupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel.
Dengan media, pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganis
memenjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya.Bahan dasar adalah air (H2O) sebagai pelarut dari agar-agar
(rumput laut) dimana agar-agar tersebut berfungsi sebagai pemadat media
(Suhardi, 2013).
1
Populasi mikroorganisme di alam sekitar kita banyak, mereka berasal dari
air, tanah,dan atmofer. Masing-masing mikroorganisme memiliki cara sendiri
untuk hidup mulai dari lingkungan maupun cara untuk hidup.
Kehidupan mikroorganisme pada umumnya sangat bergantung pada faktor
lingkungan. Faktor lingkungan itu meliputi faktor biotic dan abiotik, pada faktor
abiotik dimana dari faktor luar yakni suhu, pH, tekanan osmotik, dll. Faktor biotic
itu sendiri berasal dari mikroorganisme itu sendiri. Mikroba merespon kondisi
lingkungan dalam aktivitasnya dan jika terjadi perubahan keadaan lingkungan,
maka akan terjadi perubahan dalam bentuk morfologi dan fisiologi mikroba
tersebut.
Oleh karena itu, diadakanlah praktikum “pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan mikroba” ini guna memberikan pemahaman kepada kita tentang hal-
hal yang berkaitan dengan pertumbuhan suatu mikroba atau bakteri diakibatkan
oleh pengaruh lingkungan yang mana salah satunya ialah suhu .
1.2. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba
1.3. Manfaat Praktikum
Mahasiswa dapat mempelajari berapa banyak mikroba yang dihasilkan
dalam proses pertumbuhan apabila dipengaruhi oleh suhu

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Pertumbuhan mikrobia umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan adanya medium yang
dapat menyediakan nutrien bagi mikrobia dan ada juga faktor lingkungan yang
memungkinkan pertumbuhan mikrobia secara optimum (Pelczar dan Chan, 1986).
Beberapa golongan sangat tahan terhadap perubahan lingkungan sehingga cepat
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Ada pula golongan mikroba yang
sama sekali peka terhadap perubahan lingkungan sehingga tidak dapat
menyesuaikan diri (Suriawiria, 1985).
Menurut Jutono, dkk. (1980), kegiatan suatu mikrobia dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan atau unsur-unsur ekologi. Perubahan yang terjadi pada
faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan sifat morfologi dan sifat morfologi
dan juga fisiologi. Faktor lingkungan meliputi :
1. Faktor Abiotik
Merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan mikrobia, bersifat fisik
dan kimia. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
a. Temperatur
Masing-masing mikrobia memerlukan temperatur tertentu untuk hidupnya.
Temperatur pertumbuhan bakteri dapat dibedakan dalam temperatur
minimum, optimum, dan maksimum. Berdasarkan temperatur kardinalnya,
mikrobia dapat digolongkan kedalam 3 kelompok. Psikrofil, adalah bakteri
yang tumbuh optimal pada suhu 0-5°C. Mesofil, adalah bakteri yang
tumbuh optimal pada suhu 10-47°C. Termofil adalah bakteri yang tumbuh
optimal pada suhu >50°C (Benson, 2001).
b. pH
Mikrobia dapat tumbuh baik pada pH tertentu. Setiap mikrobia
mempunyai pH minimum, optimum dan maksimum. Dengan adanya

3
perbedaan tersebut, pertumbuhan pH mikrobia dapat dibedakan menjadi
yang asidofil, mesofil dan alkalofil. Untuk menahan perubahan pH maka
ditambahkan larutan buffer dalam medium
c. Tekanan Osmose
Mikrobia pertumbuhannya akan terhambat di dalam larutan yang
hipertonis karena selnya mengalami plasmolisis. Di dalam larutan yang
hipotonis, sel mengalami plasmoptisa sehingga sel dapat pecah.
d. Kelembaban
Tiap jenis mikrobia membutuhkan kelembaban optimum tertentu untuk
pertumbuhannya.
e. Sinar gelombang pendek
Misalnya sinar X, sinar UV, sinar gamma. Mempunyai daya germisida
yang cukup besar terhadap mikrobia dan dapat menyebabkan kematian,
perubahan genetik (mutasi) atau penghambatan pertumbuhan mikrobia.
f. Tegangan muka
Kebanyakan bakteri menyukai tegangan muka yang relatif tinggi tapi ada
yang hidup pada tegangan muka yang rendah.
g. Daya oligodinamik
Daya oligodinamik merupakan daya bunuh logam-logam berat pada kadar
yang sangat rendah. Ion-ion logam berat pada kadar yang sangat rendah
bersifat toksin terhadap mikrobia. Logam-logam berat merupakan salah
satu zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Logam-logam ini
dapat berikatan dengan berbagai enzim, sehingga mengubah konformasi
tiga dimesinya dan akibatnya protein menjadi inaktif atau terdenaturasi.
Oleh karena itu, logam berat digolongkan kedalam bakteriostatik atau
fungistatik, yaitu zat yang mampu menghambat pertumbuhan mikrobia.
Contoh logam berat antara lain arsenic, zinc, merkuri, silver, nikel dan
tembaga (Cu) (Benson, 2001).
2. Faktor Biotik

4
Merupakan faktor yang disebabkan oleh jasad (mikrobia) atau
kegiatannya, dapat mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau mikrobia
lainnya. Faktor tersebut adalah simbiose, sinergisme, antibiose, sintropisme.
Menurut Buckle dkk. (2010), suhu adalah salah satu faktor lingkungan terpenting
yang mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan organisme. Suhu dapat
mempengaruhi organisme dalam dua cara yang berlawanan, yaitu:
1. Apabila suhu naik, kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan
dipercepat. Sebaliknya, apabila suhu turun, kecepatan metabolisme juga turun dan
pertumbuhan diperlambat.
2. Apabila suhu naik atau turun, tingkat pertumbuhan mungkin terhenti,
komponen sel menjadi tidak aktif dan sel-sel dapat mati.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa hal sehubungan dengan suhu bagi
setiap organisme dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Suhu minimum, yaitu di bawah suhu ini pertumbuhan
mikroorganisme tidak terjadi.
2. Suhu optimum, adalah suhu dimana pertumbuhan paling cepat. Suhu
optimum berada diantara shu minimum dan suhu maksimum.
3. Suhu maksimum, yaitu di atas suhu ini pertumbuhan mikroorganisme
tak mungkin terjadi.
Menurut Madigan (2003), salah satu cara untuk mengetahui kemampuan
antimikrobia dengan metode difusi agar petridish yang berisi medium agar
diinokulasi dengan mikroorganisme yang akan dijadikan obyek pengujian.
Antimikrobia yang sudah diketahui konsentrasinya ditambahkan
pada paperdish lalu diletakkan pada permukaan agar. Hasilnya terlihat daerah
didekat paperdish tidak ada pertumbuhan bakteri. Difusi terjadi selama inkubasi
dari paperdish ke agar dan terbentuk zona hambatan sesuai dengan konsentrasi
dan sifat zona hambatan terjadi dari agen antimikrobia yang berdifusi keluar dan
membentuk diameter tertentu. Diameter zona sebanding dengan jumlah agen
antimikrobia, kelarutan agen, koefisien difusi dan efektivitas dari agen

5
antimikrobia. Metode ini sering dilakukan untuk pengujian sensitivitas bakteri
patogen terhadap antibiotik.
Logam merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan mikrobia. Hal ini dikarenakan logam memiliki daya oligodinamik
yaitu daya bunuh logam pada kadar yang sangat rendah. Daya ini timbul karena
logam dapat mempresipitasikan enzim-enzim atau protein potensial didalam sel.
Logam berat yang umum digunakan yaitu Hg, Ag, Zn dan Cu, salah satu
aplikasinya adalah tembaga sulfat yang digunakan sebagai agen sterilisasi pada
kolam renang (Dwidjoseputro, 1987).
Cu (tembaga) meruapakn salah satu unsur logam transisi yang berwarna
cokelat kemerahan dan merupakan konduktor panas dan listrik yang sangat baik.
Di alam, Cu terdapat dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk senyawa-
senyawa dan terdapat dalam biji tembaga seperti CuFeS2, Cu2O dan Cu2S.
Sedagkan HgCl2 merupakan salah satu persenyawaan logam berat yang dapat
menyebabkan kematian pada sel bakteri karena HgCl2 akan bereaksi dengan
bagian-bagian interseluler dari sel sehingga dapat menyebabkan denaturai bakteri
(Ibraheem, 2012).
Mekanisme penghambatan pertumbuhan mikrobia oleh
HgCl2 yaitu HgCl2 terionisasi dalam air menghasilkan Hg2+. Ion ini mempunyai
sifat racun, iritasi pada jaringan, korosi pada logam sehingga dapat menyebabkan
pertumbuhan terhambat karena menyebabkan presipitasi protein. Ion Hg2+ akan
berikatan dengan enzim sulfihidril. Saat berikatan dengan Hg2+, enzim ini akan
bersifat inaktif sedangkan enzim ini berperan dalam proses metabolisme mikrobia.
Sehingga proses metabolisme menjadi terganggu dan pertumbuhan mikrobia
menjadi terhambat bahkan mati (Moat, 1979).
Efektivitas antibiotik ditunjukkan oleh zona hambatan. Zona hambatan terlihat
sebagai area jernih atau bersih mengelilingi cakram tempat zat dengan aktivitas
antimikroba terdifusi. Diameter zona dapat diukur dengan penggaris dan hasil dari
eksperimen ini merupakan satu antibiogram. Ukuran zona hambatan dapat
dipengaruhi oleh kepadatan media biakan, kecepatan difusi antibiotik,konsentrasi

6
antibiotik pada cakram filter,sensitivitas organisme terhadap antibiotik, dan
interaksi antibiotik terhadap media.suatu zat yang mempunyai efek samping
signifikan tidak boleh digunakan (Harmita dan Radji, 2008).
Soemarno (2009), menyatakan bahwa pada filter paper method, jika
diameter zona hambat kurang dari 12 mm maka senyawa tersebut tidak memiliki
aktivitas antibakteri (resisten); jika diameternya 12-16 mm, maka termasuk
intermediet dan jika diameter zona hambatnya lebih dari 16 mm, maka senyawa
tersebut termasuk sensitive. faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter
zona hambat adalah kekeruhan suspensi bakteri, waktu pengeringan atau
peresapan suspensi bakteri ke dalam medium agar, temperatur inkubasi, waktu
inkubasi, tebalnya agar-agar, jarak antar dish dan komposisi media (Harmita dkk,
2008).
Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida, atau
bakteriosida (Dwidjoseputro, 1987). Bagian sel yang paling rentan terhadap cara
kerja desinfektan adalah membran sitoplasma, enzim tertentu dan protein
struktural seperti yang terdapat dalam dinding sel. Desinfektan dianggap sebagai
agen kimia yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
dengan menghalangi atau memusnahkannya, jenis desinfektan yang biasa
digunakan yaitu HgCl2 dan alkohol. Faktor utama yang menentukan bagaimana
desinfektan bekerja adalah kadar desinfektan, waktu yang diberikan desinfektan,
suhu desinfektan, jumlah dan tipe mikroorganisme. Desinfektan ini
mempengaruhi beberapa bagian sel yang vital seperti membran sitoplasma, enzim
tertentu, dan protein struktural yang terdapat di dalam dinding sel (Volk dan
Wheeler, 1993).
Menurut Pelczar dan Chan (1986), alkohol yang sering digunakan dalam
disinfeksi adalah etanol (80%), propanol (60%), dan isopropanol (70%). Alkohol
dengan konsentrasi 50-70% efektif terhadap mikroorgasnime vegetatif atau yang
tidak membentuk spora. Alkohol efektif untuk mengurangi flora mikroorganisme
pada kulit dan desinfektan termometer oral. Alkohol merupakan denaturan
protein, suatu sifat yang terutama memberikan aktivitas antimikrobia pada

7
alkohol. Selain itu alkohol merupakan pelarut lipid sehingga dapat merusak
membran sel.
Iodin dan zat halogen lainnya seperi klorida memiliki kemampuan
mengikat gugus asam amino bebas, dan mengurai gugus OH asam amino tersebut
menjadi ½O2 dan HI, sehingga memiliki efek oksidan yang kuat. Iodin umumnya
digunakan untuk mendisinfeksi luka kecil. HNO3 atau asam nitrat merupakan
asam kuat yang sangat korosif dan berdasarkan sifatnya dikelompokkan sebagai
salah satu bahan kimia yang berbahaya atau B3. Zat ini memiliki kemampuan
mendenaturasi protein, dan tidak pernah digunakan sebagai desinfektan karena
sifatnya yang korosif dan juga berbahaya bagi manusia, melainkan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan bahan peledak salah satunya TNT
(trinitrotoluena), serta digunakan dalam proses pemurnian logam yaitu platina,
emas dan perak (Kayser, 2005).
NaClO (natrium hipoklorit) merupakan bahan kimia yang terdapat dalam
cairan pemutih. NaClO digunakan sebagai penawar infeksi atau pemutih pakaian.
NaClO dapat menghambat pertumbuhan mirkobia dengan mengoksidasi dan
menghidrolisis protein sel hingga tingkat tertentu dan mengeluarkan cairan secara
osmotik dari sel untuk hipertonisnya. NaClO dapat menghambat pertumbuhan
mikrobia dalam waktu yang singkat semakin tinggi konsentrasi NaClO maka
semakin kuat daya antimikrobia yang dihasilkan namun menyebabkan semakin
esar iritasi pada jaringan (Ahira, 2011).
Menurut Volk dan Wheeler (1993), antibiotik merupakan senyawa kimia yang
diproduksi oleh mikroorganisme tertentu, yang menghambat atau membunuh
organisme lain. Antibiotik termasuk dalam kelompok kemoterapeutik. Antibiotik
dapat dikelompokkan berdasarkan mikrobia targetnya yaitu:
a. Broad spectrum antibiotik, berefek pada gram negatif dan positif
b. Narrow spectrum antibiotik, yang berefek pada mikrobia tertentu.
Contoh antibiotik adalah ampicilin dan streptomisin. Ampicilin termasuk
golongan penisilin, yaitu antibiotik yang awalnya berasal dari jamur Penicillium
sp. dan memiliki struktur khas yaitu adanya gugus β-laktam. Ampisilin adalah

8
inhibitor kompetitif dari enzim transpeptidase yang diperlukan untuk membuat
dinding sel bakteri. Amphisilin tergolong antibiotik broad range.
Antibiotik ampicilin menghambat sintesis dinding sel mikrobia dengan
menghambat sintesis enzim atau inaktivasi enzim terutama dengan mengganggu
sintesis peptidoglikan, sehingga menyebabkan hilangnya viabilitas dan sering
menyebabkan sel lisis. Bakteri gram positif struktur dinding selnya relatif
sederhana dan gram negatif relatif lebih komplek. Dinding sel bakteri gram positif
tersusun atas lapisan peptidoglikan relatif tebal, dikelilingi lapisan teichoic
acid dan pada beberapa spesies mempunyai lapisan polisakarida. Dinding
sel bakteri gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan relatif tipis, dikelilingi
lapisan lipoprotein, lipopolisakarida, fosfolipid dan beberapa protein.
Peptidoglikan pada kedua jenis bakteri merupakan komponen yang menentukan
rigiditas pada gram positif dan berperanan padaintegritas gram negatif. Oleh
karena itu gangguan pada sintesis komponen ini dapat menyebabkan sel lisis dan
kematian sel. Antibiotik yang menyebabkan gangguan sintesis lapisan ini
aktivitasnya akan lebih nyata pada bakteri gram positif (Gupte, 1990).
Metoda difusi agar adalah suatu prosedur yang bergantung pada difusi
senyawa antimikrobial ke dalam agar. Senyawa antimikrobial tersebut diserapkan
pada kertas cakram yang berdiameter 6 mm. Kertas cakram ditempatkan pada
permukaan media yang telah diinokulasikan dengan bakteri patogen atau jamur
yang akan diuji. Metode difusi agar – sumuran yaitu membuat lubang pada agar
padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan
dengan tujuan praktikum, kemudian lubang diijeksikan dengan zat atau senyawa
yang dikehendaki yang nantinya akan berdifusi dengan media agar (Kusmayanti
dan Agustini, 2007).
Setelah diinkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada
tidaknya daerah hambatan disekeliling lubang. Sedangkan metode paper disc yaitu
kertas tipis yang berisi agen antimikrobia pada media yang telah ditanami
mikrobia dan akan berdifusi pada media agar. Daerah jernih disekitar paper

9
disc merupakan hambatan mikrobia oleh antibiotik pada permukaan agar
(Kusmayanti dan Agustini, 2007).
Untuk menentukan cara yang paling efisien dalam mengendalikan
mikroba, para ilmuwan telah mempelajari perilaku populasi mikroba yang
dihadapkan pada berbagai zat pemusnah mikroba. Ada zat yang memiliki
spektrum luas dan ada pula yang memiliki spektrum sempit. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi efektivitas kerja zat pemusnah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas tersebut meliputi ukuran dan volume populasi mikroba,
kadar air, panas, konsentrasi antimikroba, pH, dan kandungan bahan organik.
Ukuran dan volume populasi mempengaruhi waktu pemusnahan mikrobia, panas
yang berlebihan akan mendenaturasi protein termasuk enzim-enzim ensensial,
konsentrasi antimikrobia semakin tinggi maka semakin cepat waktu yang
digunakan untuk membunuh mikrobia, pH asam dapat meningkatkan kecepatan
mekanisme kerja antibakteri dan adanya kandungan bahan organik dapat
menyebabkan penurunan keaktifan zat kimia dalam senyawa antimikrobia
(Hadioetomo, 1990).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Air Suling (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air suling, aquades
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak bewarna,tidak berbau, tidak


mempunyai rasa
Kelarutan : Bercampur dalam air dan praktis tidak bercampur
dengan pelarut organik
Kegunaan : Sebagai pembersih

10
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.2 Alkohol 70% (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, alcohol
Rumus molekul : C2H5OH
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
dan dalam eter
Khasiat : Antiseptik (untuk membunuh bakteri mikroba
berbahaya) dan desinfektan (membunuh bakteri
pada alat laboratorium)
Kegunaan : Membersihkan alat laboratorium
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
2.2.3 Agar (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Agar
Nama Lain : Agar-agar
Pemerian : Tidak berbau atau bau lemah, berasa musilago
pada lidah
Kelarutan : Larut dalam dalam air dingin, dan larut dalam air
mendidih
Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

11
BAB III
MEKANISME KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Dilaksanakannya praktikum dengan percobaan “pengaruh lingkungan
terhadap pertumbuhan mikroba” ini pada tanggal 14 November 2019, Pukul 13.00
WITA yang bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu; Autoklaf, Api Bunsen, Disposable,
Incubator, LAF/enkas, Ose lurus, Rak tabung, dan Tabung reaksi
3.3 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu; Alkohol 70%, Aquadest, Benang
godam, Kertas bekas, Kapas, Korek api, medium NB, suspense bakteri,
spritus, dan Tisu
3.4 Cara Kerja
1. Disiapkan tiga tabung reaksi yang telah diberi label, masing- masing
tabung reaksi diberi tanda 5℃, 25℃, dan 37℃ .
2. Dimasukkan pada masing – masing tabung reaksi medium NB sebanyak 5
ml.
3. Dimasukkan masing- masing 0,5 ml suspense bakteri kedalam masing –
masing tabung.
4. Dimasukkan kedalam inkubator yang suhu 37℃, pada suhu 25℃ didalam
enkas,dan 5℃ didalam kulkas.
5. Diinkubasi selama 1x24 jam.
6. Diamati kekeruhannya.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
No Pertumbuhan pada suhu
Mikroba 5℃ 25℃ 37℃
1. Suspensi
Salmonella

4.2 Pembahasan
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas
mikrobia. Perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi mikrobia. Mikrobia yang mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru mempunyai sifat sangat resisten dengan lingkungan baru.
Aktifitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor lingkunga tempat
hidupnya. Faktor lingkungan tersebut meliputi faktor biotik (adanya asosiasi atau
kehidupan bersama antar mikrobia). Faktor abiotik (suhu, kelembaban, pH,
tekanan osmosa, sinar gelombang pendek, daya oigodinamik) (Nazaruddin, 2011).
Dalam praktikum kali ini faktor yang kami lakukan yakni faktor suhu yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Suhu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dari mikrobia yaitu pada metabolisme mikrobia.
Pengaruh suhu yang terlalu ekstrim pada mikrobia dapat menghambat
pertumbuhan mikroba dengan menginaktifkan enzim dan sebagainya sedangkan
jika suhu lingkungan berada pada kondisi suhu optimum untuk pertumbuhan
mikrobia maka pertumbuhan mikrobia akan menjadi cepat.
Medium yang digunakan yakni medium NB (Nutrient Broth) dan suspense
bakteri dari salmonella. Nutrient Broth (NB) adalah medium yang terbentuk cair
13
dengan bahan dasar adalah ekstrak beef dan petone. Perbedaan konsentrasi antara
Nutrient Agar dengan Nutrient Broth yaitu Nutrient Agar berbentuk padat
sedangkan Nutrient Broth berbentuk cair, susunan kimi sama- sama sintetik.
Salmonella adalah genus bakteri enterobakteria gram negative berbentuk tongkat
yang menyebabkan demam tifoid, demam paratipus, dan keracunan makanan.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu memasukkan medium sebanyak 5
ml kedalam 3 tabung reaksi yang mana ke 3 tabung reaksi diberi label dengan 3
masing – masing suhu berebeda 5℃, 25℃, 37℃, kemudian dimasukkan suspense
bakteri salmonella kedalam 3 tabung reaksi tersebut masing- masing 0,5 ml.
Dihomogenkan dengan cara diputar seperti proses menggulung kue ditangan,
tujuannya agar bakteri tersebut dapat menyebar secara menyeluruh kedaerah
medium.
Dimasukkan pada masing – masing tempat sesuai suhu yang ditentukan,
untuk suhu 5℃ dimasukkan kedalam kulkas, 25℃ disuhu ruangan, dan 37℃
kedalam inkubator. Tujuan dimasukkan kedalam suhu berbeda yakni untuk
melihat pada suhu berapa bakteri akan mengalami proses pertumbuhan yang lebih
banyak.
Dibiarkan sampai 1x24 jam, setelah selesai di amati pada suhu keberapa bakteri
banyak mengalami pertumbuhan. Didapat hasilnya pada suhu 37℃ banyak
mengalami pertumbuhan mikroba yaitu mediumnya semakin mengkeruh.

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
Pada proses pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi suhu,dilihat pada
suhu 37℃ sangat banyak sekali mikroba yang tumbuh dan mediumnya semakin
mengkeruh,pada suhu 25℃ pada suhu ruangan yakni hanya terdapat pertumbuhan
banyak dan sedikit mengkeruh,dan pada suhu 5℃ pertumbuhan mikroba
didapatkan hanya sedikit dan larutannya mediumnya masih kelihatan jernih.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Asisten
Asisten lebih memperhatikan praktikan pada saat melakukan praktikum,
terutama saat melakukan setiap perlakuan pada suatu percobaan saat praktikum
berlangsung.
5.2.2 Saran Laboratorium
Lebih melengkapi sarana dan pra sarana dalam laboratorium untuk
memperlancar jalannya praktikum.
5.2.3 Saran Jurusan
Sarana dan prasarananya sebaiknya ditingkatkan kembali agar kualitas kerja
lebih baik lagi.
5.2.4 Saran Praktikan
Diharapkan agar praktikan lebih meningktkan kinerjanya sehingga dapat
memahami serta melakukan dengan baik praktikum yang akan dilaksanakan

15

Anda mungkin juga menyukai