Perubahan
faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikrobia. Mikrobia
yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mempunyai sifat sangat resisten dengan
lingkungan baru. Aktifitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor lingkunga tempat
hidupnya. Faktor lingkungan tersebut meliputi faktor biotik (adanya asosiasi atau kehidupan
bersama antar mikrobia). Faktor abiotik (suhu, kelembaban, pH, tekanan osmosa, sinar gelombang
digunakan untuk uji pertama yaitu apakah pengaruh suhu yang digunakan selama inkubasi
bakteri dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu mesofil, psikrofil dan termofil (Irianto,
2012). Golongan mesofil, bakteri yang tergolong mesofil dapat tumbuh pada suhu 10 oC sampai 47oC.
Tetapi suhu optimum pertumbuhannya adalah 30 oC sampai 45oC. Untuk golongan psikrofil
umumnya mikroorganisme yang dapat tumbuh pada suhu 0 oC. Organisme lain yang meradaptasi
dengan kehidupan dalam air laut atau tanah dapat tumbuh paling baik dibawah atau dekat titik beku
(10oC sampai -2oC). Yang terakhir adalah golongan termofil yang dapat tumbuh jika suhu diatas 45 oC
sampai 50oC dan mikrobia tumbuh dengan baik pada suhu 60 oC dan tidak dapat tumbuh pada suhu
30oC.
pertumbuhan optimumnya pada suhu 30 0C sampai 370C dan tumbuh baik pada NaCl 1-3 % dan
mempunyai morfologi yaitu warna koloni putih susu dan bentuk koloni bulat. Hal ini sesuai dengan
hasil pengamatan bahwa pada suhu -18 0C tidak terjadi pertumbuhan, dan pada suhu ruang terlihat
pertumbuhan bakteri ini banyak pada suhu ruang dan suhu 37 0C sesuai suhu optimumnya yang
dapat tumbuh pada suhu 300C sampai 370C. untuk bakteri Pseudomonas sp. termasuk golongan
bakteri yang bersifat psikrofilik atau dapat bersifat mesofilik dengan suhu optimimnya relatif rendah.
Pertumbuhan bakteri ini berjalan sangan cepat pada kondiso aerobik, hal ini sesuai dengan hasil
menunjukkan pada ketiga medium yang digunakan terlihat bahwa bakteri ini dapat tumbuh dan
merata. Pada suhu ruang hanya terdapat sedikit bakteri yang tumbuh dan ditandai dengan warna
yang sedikit keruh. Pada suhu 55 0C terdapat sedikit jumlah bakteri yang ditandai dengan tidak ada
warna atau tidak terlihat kekeruhan pada medium NB yang digunakan. Sedangkan pada suhu -18 0C
tidak terdapat pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan tidak terdapat warna keruh, karena suhu
pertumbuhan optimum Pseudomonas sp. 00C sampai 300C sehingga tidak adanya pertumbuhan pada
suhu -180C.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroorganisme ada dua, yaitu faktor biotik dan faktor
abiotik.
yaitu mesofil, psikrofil dan termofil.
http://tikagpravitri.blogspot.com/2015/09/laporan-praktikum-mikrobiologi-umum_29.html?m=1
https://www.academia.edu/16007152/Laporan_Praktikum_Mikrobiologi_Faktor_Lingkungan_Yang_
Berpengaruh_Terhadap_Pertumbuhan_Mikroorganisme_
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas kehidupan mikroba antara lain
factor abiotik yang meliputi temperature, kelembaban, tekanan osmosis, pengaruh pH,
pengaruh lpgam berat serta pengaruh zat kimia. Sedangkan faktor biotik meliputi bebas
yang berpengaruh. Maka adanya faktor lingkuan tersebut akan memberi jumlah
Bakteri sebenarnya makhluk yang suka akan basah, bahkan bisa hidup dalam air.
Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur. Hal ini disebabkan kerena
kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah lebih baik untuk kehidupan bakteri.
Kandungan air dalam likungan mikroorganisme juga mempengaruhi pertumbuhan itu sendiri.
Dalam praktikum yang dilakukan adalah pengaruh suhu, pengaruh pH, pengaruh
Pada percobaan pengaruh cahaya, pada daerah atau tempat yang kurang mendapatkan
cahaya (sinar matahari) biasanya pertumbuhan mikroorganismenya lebih baik dibandingkan
dengan daerah yang terkena langsung dengan sinar matahari. Karena cahaya umumnya
dapat merusak mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Cahaya mempunyai
pengaruh germisida, terutama cahaya bergelombang pendek dan bergelombang panjang.
Pengaruh germisida dari sinar bergelombang panjang disebabkan oleh panas yang
ditimbulkannya, misalnya sinar inframerah. Sinar x (0,005- 1,0 Ao), sinar ultra violet (4000-
2950 Ao), dan sinar radiasi lain dapat membunuh mikroba. Apabila tingkat radiasi yang
diterima sel mikroba rendah, maka dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba.
Pada percobaan ini dilakukan 4 perlakuan yang berbeda pada suspensi biakan
mikroba Escherichia coli. Pada cawan petri I dipaparkan pada sinar matahari dan dibungkus
karbon. Pada cawan petri II dipaparkan di bawah sinar matahari dan tidak dibungkus
dengan karbon. Cawan petri III tidak dipaparkan pada sinar matahari selama 15 menit tanpa
dibungkus karbon. Cawan petri IV tidak dipaparkan pada sinar matahari dan dibungkus
pada semua cawan sehingga termasuk golongan bakteri autotrof, Bakteri autotrof adalah
bakteri yang memperoleh energinya umumnya dari proses fotosintetis dengan kata lain
mengukur zona hambatan terhadap masing-masing zat kimia. Pada percobaan ini
digunakan antiseptik, antibiotik, disinfektan, dan pengawet. Antiseptik adalah zat-zat yang
khususnya diatas kulit atau selaput mukosa. Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan
oleh mikroba, terutama bakteri dan fungi, yang berkhasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan mikroba lain yang toksisitasnya bagi manusi relatif kecil. Desinfektan adalah
zat-zat yang digunakan untuk mencegah infeksi dengan jalan pemusnahan hama patogen
pada benda-benda tak hidup. Sementara pengawet yaitu bahan untuk memperlama
penyimpanan suatu sediaan. Pada percobaan ini di peroleh data bahwa cefadroxil lebih
Pada percobaan pengaruh logam, untuk pengaruh logam sampel yang digunakan
adalah uang logam 100 kuning. Sebelum dimasukkan dalam cawan petri uang logam
terlebih dahulu dicuci dengan asam nitrat untuk menghilangkan sifat alkali dari uang logam
Di dalam alam yang sewajarnya, bakteri jarang menemui zat-zat kimia yang menyebabkan ia sampai
mati karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya untuk membebaskan diri dari kegiatan bakteri
meramu zat-zat yang dapat meracuni bakteri, akan tetapi tidak meracuni diri sendiri atau meracuni
zat makanan yang diperlukannya. Zat-zat yang hanya menghambat pembiakan bakteri dengan tidak
membunuhnya disebut zat antiseptik atau zat bakteriostatik(Dwidjoseputro,1994).
Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Faktor utama yang menentukan bagaimana desinfektan bekerja adalah kadar dan
suhu desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, jumlah dan tipe
mikroorganisme yang ada, dan keadaan bahan yang didesinfeksi. Jadi terlihat sejumlah faktor harus
diperhatikan untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam perangkat suasana yang ada.
Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena tujuannya adalah perusakan
agen – agen patogen. Berbagai istilah digunakan sehubungan dengan agen – agen kimia sesuai
dengan kerjanya atau organisme khas yang terkena. Mekanisme kerja desinfektan mungkin
beraneka dari satu desinfektan ke yang lain. Akibatnya mungkin disebabkan oleh kerusakan pada
membran sel atau oleh tindakan pada protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat kematian
atau mutasi (Volk dan Wheeler, 1993).
Suhu merupakan faktor penting dalam pertumbuhan mikroba. Pada umumnya batas suhu
pertumbuhan mikroba terletak antar 0 0C sampai 900C, sehingga dikenal suhu minimum, optimum,
dan maksimum.
a) Psikofilik adalah kelompok mikroba yang dapat hidup dan tumbuh pada daerah dengan suhu 0 0C
sampai 300C dengan temperature optimumnya 150C.
b) Mesofilik adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh dan bertahan hidup pada keadaan dengan
suhu optimum antara 250C-370C, minimum 150C, dan maksimum di sekitar 550C.
c) Termofilik adalah kelompok mikroba yang hidup pada suhu yang tinggi. Suhu optimum untuk
mikroba kelompok ini adalah 55 0C-600C. minimum 400C, dan maksimum 750C. bakteri ini biasanya
terdapat pada sumber air panas dan tempat-tempat denga keadaan suhu tinggi.
1. Pengaruh cahaya
Pemaparan dilakukan selama 15 menit karena waktu penyerapan cahaya ini optimum
pada waktu ini, bila terlalu lama maka kemungkinan besar bakterinya akan mati karena
radiasi, sedangkan perlakuan III tidak dipaparkan matahari, tetapi dibungkus langsung
kertas karbon yang berwarna hitam dapat mencegah keluarnya hasil proses yang dilakukan
bakteri selama inkubasi sehingga dapat dilakukan pertumbuhan karena penggunaan
optimum dari hasil, alternativ untuk menyerap cahaya dari sumber lain tidak ada karena
kertas karbon yang hitam menahan sinar. Dalam hal ini, kertas karbon itu berfungsi untuk
menyerap cahaya (absorpsi). Dari hasil pengamatan dapat dilihat bakteri Basillus subtilis
dapat tumbuh dengan baik, pada cawan petri yang disinari oleh matahari dan ditutup
dengan kertas karbon, tetapi pada saat dikontrol dia hanya hidup sedikit. Kemudian pada
cawan petri yang hanya disinari tanpa dibungkus, bakteri juga dapat tumbuh bahkan pada
capet yang langsung ditutup kertas karbon tanpa disinari terlebih dahulu, bakteri ini hanya
sedikit yang tumbuh bahkan pada kontrol bakteri ini tidak tumbuh sama sekali.
2. Pengaruh kimia
Dalam percobaan ini digunakan beberapa jenis zat yaitu detol, hank clean, viwell, antis
untuk mengatur kemampuan semua bahan itu dapat dilihat dari luasnya diameter zona
hambat yang dihasilkan olehnya terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Zona hambat
adalah daerah di sekitar zat kimia yang tidak terdapat mikroba, karena bakteri menjauhi
daerah tersebut. Zona oligoolienamik adalah daerah disekeliling zat kimia karena
pergerakan bakteri.
Dettol merupakan antiseptik cair yang biasanya digunakan dengan dicampurkan pada
air untuk mencuci atau mandi. Mengandung kloroxilenol yang dapat merusak protein
bakteri yang ada.
Handy Clean merupakan antiseptik yang bisa membunuh kuman yang tidak mempan
oleh air sabun.
Antis dengan kandungan “ ethanol 62%” sangat efektif membunuh kuman dan virus
dengan cepat, Antis juga diperkaya dengan “moisturizer” yang menjaga tangan tetap lembut
(tidak kering) dan tidak lengket ditangan sehingga tidak mengganggu aktivitas.
Vewell merupakan antiseptik yang bisa membunuh kuman yang tidak mempan oleh air
sabun.
3. Pengaruh logam
Dalam percobaan ini di gunakan beberapa koin yaitu koin Rp.100, koin Rp.500, koin
Rp. 500 perak, koin Rp.1000. Untuk mengetahui kemampuan bakteri berkembang biak
pada koin tersebut.
http://cibekcarlota.blogspot.com/2015/07/pengaruh-lingkungan.html?m=1
Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor
abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu,
mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam
bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik
terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban,
sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau
senyawa kimia lainnya (Hadioetomo, 1985).
Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Faktor utama yang menentukan bagaimana desinfektan bekerja adalah
kadar dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja,
jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan bahan yang didesinfeksi. Jadi
terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin
dalam perangkat suasana yang ada. Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian
penyakit, karena tujuannya adalah perusakan agen–agen patogen. Berbagai istilah
digunakan sehubungan dengan agen–agen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme
khas yang terkena. Mekanisme kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan
ke yang lain. Akibatnya mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membran sel atau oleh
tindakan pada protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat kematian atau mutasi
(Volk dan Wheeler, 1993).
Bahan-bahan kimia yang bersifat bakteriostatik atau fungistatik adalah bahan-bahan kimia
yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau kapang, sedangkan
bakterisidal dan fungisidal adalah bahan-bahan kimia yang dapat membunuh bakteri atau
kapang. Berbagai logam, asam, halogen, alkohol, fenol, deterjen dan antibiotika
mempunyai efek antimikroba yang dipergunakan dalam industri pengolahan bahan pangan
atau desinfeksi dan sanitasi alat-alat pengolahan dan ruangan-ruangan pabrik atau kadang-
kadang sebagai bahan yang ditambahkan dalam bahan pangan sebagai zat pengawet. Kerja
dari bahan-bahan kimia antimikroba ini dapat bersifat khas yaitu hanya efektif pada jenis-
jenis mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh antibiotika jenis penisilin dan tetrasiklin
hanya dapat membunuh bakteri tetapi tidak membunuh khamir atau kapang. Beberapa
bahan yang bersifat spektrum luas seperti hipoklorit dapat mematikan lebih banyak
mikroorganisme. Evektivitas dari setiap bahan antimikroba ini tergantung pada jumlah
yang digunakan, waktu penggunaan dan faktor-faktor lingkungan lainnya seperti pH
(Buckle, 1985).
http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2011/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html?
m=1