Anda di halaman 1dari 118

BAB VII

FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN
YANG MEMPENGARUHI MIKROORGANISME

A. Pendahuluan
Deskripsi singkat
Bab ini akan menguraikan tentang faktor abiotik, faktor-faktor kimia da
faktor-faktor biotik yang mempengaruhi mikroorganisme.
Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan bab selanjutnya.
Mahasiswa akan mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi mikroorganisme
untuk pertumbuhannya, sehingga akan mudah untuk mengamati
pertumbuhannnya.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi mikroorganisme.
B. Penyajian
Uraian dan contoh
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar,
demikian juga mikroba. Adapun faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi mikroba adalah faktor abiotik (faktor alam), faktor kimia dan
faktor biotik (faktor biologi).

7.1 Faktor Abiotik Yang Mempengaruhi Mikroba


Yang termasuk dalam faktor abiotik adalah faktor-faktor alam. Adapun
faktor-faktor alam terdiri dari:
1. Pengaruh Temperatur
Pada umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikroba terletak
antara 0oC – 90oC, dan dikenal ada temperatur minimum, optimum dan
maksimum. Temperatur minimum adalah nilai paling rendah dimana kegiatan
mikroba masih dapat berlangsung. Temperatur maksimum adalah temperatur
tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroba. Sedangkan
temperatur yang paling baik bagi kegiatan hidup dinamakan temperatur optimum.
Untuk menentukan temperatur maut bagi mikroba, ada beberapa pedoman
seperti berikut ini:
a. Temperatur maut / Titik Kematian Termal (Thermal Death Point)
adalah temperatur serendah-rendahnya yang dapat membunuh mikroba yang
berada di medium standar selama 10 menit pada kondisi tertentu.
b. Laju Kematian Termal (Thermal Death Rate) adalah kecepatan
kematian mikroba akibat pemberian temperatur. Hal ini karena bahwa tidak
semua spesies mati bersama-sama pada suatu temperatur tertentu. Biasanya
spesies satu lebih tahan daripada spesies yang lain terhadap suatu pemanasan,
oleh karena itu masing-masing spesies itu ada angka kematian pada suatu
temperatur.
c. Waktu Kematian Termal (Thermal Death Time) merupakan waktu
yang diperlukan untuk membunuh suatu jenis mikroba pada suatu temperatur
yang tetap.
Berdasarkan pada daerah aktivitas temperatur, mikroba dapat dibagi
menjadi tiga golongan utama, yaitu:
a. Mikroba psikrofil / karyofil (oligotermik), yaitu golongan mikroba yang
dapat tumbuh pada 0 – 30oC, dengan temperatur optimum 10 – 15oC.
Kebanyakan dari golongan ini tumbuh di tempat-tempat dingin, baik di
daratan maupun di lautan.
b. Mikroba mesofil (mesotermik), adalah golongan mikroba yang dapat
hidup dengan baik temperatur 5 – 60oC, sedang temperatur optimumnya
25 – 40oC. Umumnya mikroba mesotermik hidup dalam alat pencernaan.
c. Mikroba termofil (politermik), yaitu golongan mikroba yang tumbuh pada
temperatur 40 – 80oC, dan temperatur optimumnya 55 – 65oC. Golongan
mikroba ini terutama terdapat di sumber-sumber air panas dan tempat-
tempat lain yang bertemperatur tinggi.
2. Pengaruh Kebasahan dan Kekeringan
Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%,
sedangkan untuk jamur dan aktinomisetes memerlukan kelembaban yang rendah
di bawah 80%.
Jumlah air yang tersedia bagi mikroba inilah yang disebut sebagai
aktivitas air (aw). Kadar air bebas di dalam larutan (aw) ini merupakan nilai
perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau
1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umunya terletak antara
0,90 – 0,99, sedangkan bakteri halofilik mendekati 0,75.
Bakteri sebenarnya makhluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat
hidup di dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup tak dapat hidup subur, hal ini
disebabkan karena kurangnya udara. Tanah yang cukup basah baik untuk
kehidupan bakteri.
Keadaan kekeringan menyebabkan proses pengeringan protoplasma, yang
berakibat berhentinya kegiatan metabolisme. Pengeringan secara perlahan-lahan
menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosis dan pengaruh
lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut. Adapun syarat-syarat yang menentukan
matinya bakteri karena kekeringan antara lain:
• Pengeringan dalam keadaan terang pengaruhnya lebih buruk daripada
dalam gelap.
• Pengeringan pada suhu tubuh (37oC) atau temperatur kamar (+ 26oC)
lebih jelek daripada pengeringan pada temperatur titik beku.
• Pengeringan pada udara efeknya lebih buruk daripada di dalam vakum
atau di tempat yang berisi nitrogen.
• Bakteri yang dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih
lama daripada gesekan pada kaca obyek.
3. Pengaruh Perubahan nilai Osmotik
Pada umunya larutan hipertonik menghambat pertumbuhan mikroba
karena dapat menyebabkan plasmolisis. Medium paling cocok bagi kehidupan
mikroba adalah medium yang isotonik terhadap isi sel mikroba. Larutan garam
atau larutan gula yang agak pekat mudah menyebabkan plasmolisis. Sebaliknya
mikroba yang ditempatkan di air suling (aquades) akan kemasukan air sehingga
dapat menyebabkan pecahnya sel mikroba tersebut, hal ini dinamakan
plasmoptisis. Berdasarkan hal ini, maka pembuatan suspensi bakteri dengan
menggunakan air murni tidak dapat digunakan.
Beberapa mikroba dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau
kadar gula yang tinggi, misal ragi yang osmofil (dapat tumbuh pada kadar garam
tinggi), bahkan beberapa mikroba dapat bertahan di dalam substrat dengan kadar
garam sampai 30%, golongan ini bersifat halodurik.

Gambar 7. Pengaruh Tekanan Osmotik terhadap sel Mikroba

Keterangan:
a. Sel mikroorganisme dalam keadaan lingkungan isotonik. Dalam
lingkungan isotonik, konsentrasi cairan lingkungan setara dengan sel
mikroorganisme. Dalam lingkungan ini, cairan dalam sel tidak mengalir
keluar, demikian pula cairan dari lingkungan tidak masuk ke dalam sel.
b. Sel mikroorganisme dalam keadaan lingkungan hipertonik. Dalam
lingkungan hipertonik, konsentrasi cairan lingkunan lebih tinggi dibandingkan
di dalam sel mikroorganisme. Perbedaan konsentrasi tersebut menyebabkan
cairan dalam sel mikroorganisme mengalir keluar, sehingga mengakibatkan
dehidrasi dan pengkerutan sel mikrooreganisme (plasmolisis).
c. Sel mikroorganisme dalam lingkungan hipotonik. Dalam lingkungan
hipotonik, konsentrasi cairan lingkungan lebih rendah dibandingkan di dalam
sel mikroorganisme. Perbedaan konsentrasi tersebut menyebabkan cairan dari
lingkungan mengalir ke dalam sel mikroorganisme. Cairan yang masuk ke
dalam sel mikroorganisme menyebabkan sel membengkak. Bila cairan yang
masuk terlampau banyak, sel mikroorganisme akan pecah (plasmoptisis). Sel
mikroorganisme dapat membengkak tanpa menjadi pecah, namun sel
mikroorganisme dengan dinding sel yang tidak kuat misalnya bakteri gram
negatif dapat pecah disebabkan masuknya cairan ke dalam sel.
4. Pengaruh pH
Batas pH untuk pertumbuhan jasad renik merupakan suatu gambaran dari
batas pH bagi kegiatan enzim. Setiap jasad renik dikenal nilai pH minimum, pH
optimum dan pH maksimum. Bakteri memerlukan pH antara 6,5 – 7,5, ragi antara
4,0 – 4,5, sedangkan jamur dan aktinomisetes mempunyai daerah pH yang luas.
Atas dasar daerah-daerah pH bagi kehidupan mikroba dibedakan adanya 3
golongan yang besar:
- Mikroba asidofilik, yaitu mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0 –
5,0.
- Mikroba mesofilik (netrofilik), yaitu mikroba dapat tumbuh pada pH
antara 5,5 – 8,8.
- Mikroba alkalifilik, yakni mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 8,4
– 9,5.
Bila bakteri dikultivasi di dalam suatu medium yang mula-mula
disesuaikan pHnya, misalnya 7, maka mungkin sekali pH ini akan berubah
sebagai akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama
pertumbuhannya. Pergeseran pH ini dapat sedemikian besar sehingga
menghambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat
dicegah dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium. Larutan
penyangga ialah senyawa atau pasangan senyawa yang dapat menahan perubahan
pH. Suatu kombinasi garam-garam fosfat seperti KH2PO4 dan K2HPO4,
digunakan secara luas dalam media bakteriologi untuk tujuan ini.
5. Pengaruh Sinar
Pada umumnya sel mikroorganisme rusak akibat cahaya, terutama pada
mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik. Sinar dengan gelombang
pendek akan berpengaruh buruk terhadap mikroba. Sedangkan sinar dengan
gelombang panjang mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik, misalnya
cahaya matahari.
Bila energi radiasi diabsorbsi oleh sel mikroorganisme akan menyebabkan
terjadinya ionisasi komponen sel. Ionisasi molekul tertentu dari protoplasma dapat
menyebabkan kematian, perubahan genetik atau dapat pula menghambat
pertumbuhan.. energi radiasi dari dari sinar X, sinar Y dan terutama sinar
ultraviolet banyak digunakan di dalam praktek sterilisasi, pengawetan bahan
makanan dan untuk mendapatkan mutan.
6. Pengaruh Penghancuran secara Mekanik
Pengaruh tekanan udara terhadap kehidupan bakteri sangat kecil. Untuk
menghentikan pembiakan bakteri diperlukan tekanan 600 atm, untuk mematikan
diperlukan tekanan 6000 atm dan untuk membunuh sporanya diperlukan tekanan
12000 atm. Mengguncang-guncangkan bakteri tidak membawa kematian, kecuali
kalau bakteri itu dicampur dengan benda keras, seperti pecahan kaca, tanah
radiolaria, tanah foraminifera dan sebagainya. Untuk memecahkan bakteri
diperlukan diperlukan pengguncangan 9000 kali perdetik. Proses-proses ini sering
digunakan untuk melepaskan enzim-enzim dan endotoksin yang terkandung di
dalam bakteri.

7.2 Faktor-faktor Kimia


Di alam jarang mikroorganisme yang mati akibat terkena zat-zat kimia.
Hanya manusia dalam usahanya untuk membebaskan diri dari kegiatan mikroba
meramu zat-zat yang dapat meracuni mikroorganisme, tetapi tidak meracuni bagi
dirinya sendiri atau meracuni makanan. Zat-zat yang hanya menghambat
pembiakan mikroorganisme dengan tiada membunuhnya dinamakan zat antiseptik
(disinfektan). Antiseptik dan disinfektan dapat merupakan zat yang sama tetapi
berbeda dalam cara penggunaannya. Antiseptik dipakai terhadap jaringan hidup,
sedangkan disinfektan dipakai untuk bahan-bahan tidak bernyawa.
7.2.1 Penggunaan Antiseptik dan Disinfektan
Hingga sekarang semakin banyak zat-zat kima yang dipakai untuk
membunuh atau mengurangi julah mikroorganisme, dan penemuan-penemuan
baru terus muncul di pasaran. Oleh karena itu, tidak ada bahan kimia yang ideal
atau yang dapat dipergunakan untuk segala macam keperluan, maka pilihan jatuh
pada bahan kimia yang mampu membunuh organisme yang ada, dalam waktu
yang tersingkat dan tanpa merusak bahan yang didisinfeksi. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada disinfeksi secara kimia:
- Rongga yang cukup di antara alat-alat yang didisinfeksi, sehingga seluruh
permukaan alat tersebut dapat berkontak dengan disinfektan.
- Sebaiknya disinfektan yang dipakai bersifat membunuh (germisida).
- Lamanya disinfeksi harus tepat, alat-alat yang disinfeksi jangan diangkat
sebelum waktunya.
- Bila untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat mudah menguap
sehingga ventilasi ruangan perlu diperhatikan.
- Pengenceran disinfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan, dan setiap
kali harus dibuat pengenceran baru. Disinfektan yang sudah menunjukkan
tanda-tanda pengeruhan atau pengendapan harus diganti dengan yang baru.
- Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah
berkontak dengan disinfektan.
7.1.2 Beberapa disinfektan dan Antiseptik.
a. Logam-logam berat
Logam berat berfungsi sebagai antimikroba oleh karena dapat
mempresiptasikan enzim-enzim atau protein esensial dalam sel. Logam-logam
berat yang umum dipakai adalah Hg, Ag, As, Zn dan Cu. Daya antimikroba dari
logam berat, pada konsentrasi yang kecil saja dapat membunuh mikroba
dinamakan daya oligodinamik. Tetapi garam dari logam berat ini mudah merusak
kulit, merusak alat-alat yang terbuat dari logam dan harganya mahal.
b. Fenol dan senyawa-senyawa sejenis
Fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya digunakan Lister di dalam
ruang bedah sebagai germisida, untuk mencegah timbulnya infeksi pasca bedah.
Pada konsentrasi yang rendah (2 – 4%), daya bunuhnya disebabkan karena fenol
mempresipitasikan protein secar aktif dan selain itu juga merusak membran sel
dengan cara menurunkan tegangan permukaannya.
Kresol (kreolin) lebih baik khasiatnya dari fenol. Lisol adalah disinfektan
yang berupa campuran sabun dengan kresol, lisol lebih banyak digunakan dari
pada disinfektan lainnya. Karbol adalah nama lain fenol.
c. Alkohol
Alkohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk
sterilisasi dan disinfeksi. Alkohol mendenaturasikan protein dengan jalan
dehidrasi, dan juga merupakan pelarut lemak. Oleh karena itu membran sel akan
rusak dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Alkohol 50 – 70% banyak
dipergunakan sebagian disinfektan.
d. Aldehid
Cara kerjanya adalah dengan membunuh sel mikroba dengan
mendenaturasikan protein. Larutan formaldehid (CH2O) 20% dalam 65 – 70%
alkohol merupakan cairan pensteril yang sangat baik apabila alat-alat direndam
selama 18 jam. Akan tetapi karena meninggalkan residu, maka alat-alat tersebut
harus dibilas dulu sebelum dipakai.
e. Yodium
Larutan yodium baik dalam air maupun dalam alkohol bersifat sangat
antiseptik dantelah lama dipakai sebagai antiseptik kulit sebelum proses
pembedahan. Yodium juga efektif terhadap berbagai protozoa seperti amuba yang
menyebabkan disentri.
f. Klor dan senyawa klor
Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang tajam. Sudah lama
klorin dikenal sebagai deodoran dan disinfektan yang sangat baik. Solusi (larutan)
hipoklorit paling banyak dipakai untuk maksud-maksud disinfeksi dan
menghilangkan bau, karena bersifat relatif tidak membahayakan jaringan manusia,
mudah ditangani, tidak berwarna dan tidak mewarnai, meskipun memudarkan
warna. Persenyawaan klor dengan kapur atau natrium merupakan disinfektan yang
banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum. Berbagai derivat
klorin organik juga dipakai untuk disinfeksi air. Ini terutama penting bagi
pekemah yang kadang-kadang harus mempergunakan air yang dikhawatirkan
tercemar. Senyawa yang sering digunakan adalah halazon (parasulfone
dichloramodobenzoic acid) yang pada konsentrasi 4 – 8 mg/ l dapat mendisinfeksi
air yang mengandung Salmonella typi dalam waktu 30 menit.
g. Perooksida
Peroksida hidrogen (H2O2) merupakan antiseptik yang efektif dan
nontoksik. Terdapat bukti bahwa H2O2 10% bersifat virusida dan sporosida.
Larutan H2O2 3% biasa dipakai untuk mencuci dan mendisinfeksi luka karena
kuman-kuman anaerob terutama sangat peka terhadap oksigen. Pasta Na2O2
dipakai untuk mengobati akne sedangkan ZnO2 untuk mengobati luka akibat
infeksi kulit karena kuman-kuman anaerob dan mikroaerofilik.
h. Zat warna
Beberapa zat warna dapat menghambat pertumbuhan kuman
(bakteriostatik), misalnya derivat akridin dan zat warna rosanilin. Akriflavin
(campuran derivat akridin dengan senyawa lain) mempunyai spektrum aktivitas
yang luas, dan telah lama digunakan untuk mengobati infeksi traktus urinarius.
i. Deterjen
Sabun biasa tidak banyak khasiatnya sebagai zat pembunuh bakteri
(bakterisida), tetapi kalau dicampur dengan heksalorofen daya bunuhnya menjadi
besar sekali. Deterjen tidak hanya bersifat bakteriostatik, melainkan juga
merupakan bakterisida, terutama bakteri yang bersifat gram positif.
j. Antibiotika
Antibiotika adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh dari atau
dibentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang
sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.
Antibiotika berbeda dalam susunan kimia dan cara kerjanya. Antibiotika yang kini
banyak digunakan, kebanyakan dari genus Bacillus, Penicilin dan Streptomyces.
Antibiotika ada yang mempunyai spectrum luas artinya antibiotika yang
efektif digunakan bagi banayak spesies bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril
contohnya tetrasiklin. Ada juga antibiotika yang berspektrum sempit, artinya
hanya efektif digunakan untuk spesies tertentu seperti penisilin yang hanya efektif
memberantas jenis kokus.
7.3 Faktor-faktor Biotik
Mikroba dari berbagai genus maupun dari berbagai spesies hidup
berkumpul di dalam suatu medium yang sama, misalnya di dalam tanah, pada
kotoran hewan, di sampah-sampah dan sebagainya. Tidak mudah meneliti
pengaruh atau hubungan hidup antar spesies, namun pengaruh timbal balik
niscaya ada. Hubungan antar spesies, termasuk pada mikroba dapat dibedakan:
a. Netralisme
Hubungan netralisme merupakan hubungan antar spesies yang saling tidak
mengganggu. Misalnya mikroba yang ada di dalam tanah atau di dalam kotoran
hewan banyak spesies yang dapat hidup bersama dengan saling tidak merugikan
tetapi juga tidak saling menguntungkan. Meskipun dalam medium yang sama,
namun masing-masing spesies memerlukan zat-zat yang tertentu bagi diri masing-
masing sehingga tidak perlu ada perebutan zat makanan.
b. Kompetisi
Kebutuhan akan zat makanan yang sama dapat menyebabkan terjadinya
persaingan antar spesies. Spesies yang dapat menyesuaikan diri paling baik, itulah
spesies yang akan mengalami pertumbuhan subur. Misalnya bila persediaan
oksigen dalam suatu medium berkurang, maka bakteri aerob akan dikalahkan oleh
bakteri anaerob faklutatif. Bila persediaan oksigen habis sama sekali, maka
pertumbuhan bakteri anaerob fakultatif tadi berhenti dan diganti oleh bakteri
anaerob.
c. Antagonisme
Antagonisme menyatakan hubungan yang berlawanan, dapat juga
dikatakan sebagai hubungan yang asosial. Spesies yang satu menghasilkan sesuatu
yang meracuni spesies yang lain, sehingga pertumbuhan spesies yang terakhir
sangat terganggu. Zat yang dihasilkan oleh spesies yang pertama mungkin berupa
suatu ekskret, sisa makanan, dan yang jelas zat itu menentang kehidupan
organisme lain. Zat penentang itu dinamakan antibiotika.
Beberapa bentuk dari antagonisme misalnya antara Streptococcus lactis
dan Bacillus subtilis atau Proteus vulgaris. Jika ketiga spesies ditumbuhkan pada
suatu medium, maka pertumbuhan Bacillus dan Proteus akan segera tercekik
karena adanya asam susu yang dihasilkan Streptococcus lactis.
d. Komensalisme
Asosiasi jenis ini terjadi bila dua spesies hidup bersama, kemudian spesies
yang satu mendapatkan keuntungan, sedangkan spesies yang lain tidak dirugikan
olehnya, maka hubungan hidup antara kedua spesies itu disebut komensalisme
(metabiosis). Spesies yang beruntung disebut komensal, sedangkan spesies yang
memberikan keuntungan disebut inang (hospes). Hubungan hidup antara
Saccharomyces dan Acetobacter merupakan suatu contoh komensalisme atau
metabiosis. Spesies pertama menghasilkan alkohol yang tidak diperlukan lagi,
sedangkan alkohol ini merupakan zat makanan yang mutlak bagi Acetobacter.
e. Mutualisme
Mutualisme merupakan suatu bentuk simbiosis antara dua spesies, dimana
masing-masing yang bersekutu mendapatkan keuntungan. Jika terpisah, masing-
masing tidak atau kurang dapat bertahan diri. Seringkali simbiosis dipakai untuk
menyatakan bentuk hubungan antara dua spesies yang mutualistik, tetapi sekarang
orang lebih banyak menggunakan istilah mutualisme.
Simbiosis antara genus Rhizobium dan Leguminosae, simbiosis antara
jamur dan ganggang (Lichenes) merupakan hubungan mutualisme. Rhizobium
mendapat tempat hidup dalam akar Leguminosae, sedangkan Leguminosae
mendapatkan ersenyawaan nitrogen yang diberikan oleh Rhizobium.
f. Sinergisme
Sinergisme adalah asosiasi (hubungan hidup) antara kedua spesies, bila
mengadakan kegiatan tidak saling mengganggu, akan tetapi kegiatan masing-
masing justru merupakan urut-urutan yang saling menguntungkan. Misalnya, ragi
untuk membuat tape terdiri atas kumpulan spesies Aspergillus, Saccharomyces,
Candida, Hansenula dan Acetobacter. Masing-masing spesies mempunyai
kegiatan-kegiatan sendiri, sehingga amilum berubah menjadi gula, dan gula
menjadi bermacam-macam asam arganik, alkohol dan lain-lain.
g. Parasitisme
Parasitisme merupakan suatu bentuk asosiasi di antara dua spesies, dimana
satu pihak dirugikan dan pihak lain diuntungkan. Spesies pertama disebut inang
(hospes/pejamu/induk semang) sedangkan spesies yang mengambil keuntungan
dinamakan parasit. Hubungan ini misalnya, antara virus (bakteriofage) dengan
bakteri. Virus tidak dapat hidup di luar bakteri atau sel hidup lainnya. Sebaliknya
bakteri atau sel lainnya yang menjadi hospes akan mati karenanya.
h. Predatorisme
hubungan antara Amoeba dengan bakteri disebut predatorisme. Amoeba
merupakan pemangsa (predator), sedangkan bakteri merupakan mangsa.
Kematian mangsa berarti kehidupan pemangsa. Berbeda dengan parasitisme
adalah dalam hal ukuran besar kecilnya saja, parasit lebih kecil daripada hospes,
sedangkan predator lebih besar daripada organisme yang dimangsa. Seperti
parasit, tidak dapat hidup tanpa hospes, maka predator pun tidak dapat hidup
tanpa mangsa.
i. Sintropisme
Sintropisme merupakan kegiatan bersama antara berbagai jasad renik
terhadap suatu nutrisi. Proses ini penting untuk peruraian bahan organic tanah dan
di dalam proses pengolahan air buangan. Misalnya, sintropisme antara
mikroorganisme A, B, C, D, dan E di dalam penguraian zat X. Zat ini hanya dapat
diuraikan sedikit oleh mikroba A, tetapi hasil pemecahannya dapat merangsang
perkembangan mikroba B, yang selanjutnya menghasilkan zat yang diperlukan
oleh mikroba C dan seterusnya hingga pada akhirnya mikroba E juga dirangsang
dengan menghasilkan senyawa yang sangat merangsang mikroba A.
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman anda tentang materi di atas, kerjakanlah
soal-soal latihan di bawah ini.
1. Sebutkan faktor abiotik yang mempengaruhi mikroba! Jelaskan masing-
masing faktor tersebut!
2. Sebutkan faktor kimia yang mempengaruhi mikroba! Jelaskan masing-
masing faktor tersebut!
3. Sebutkan faktor biotik yang mempengaruhi mikroba! Jelaskan masing-
masing faktor tersebut!
Rangkuman

1. Faktor Abiotik Yang Mempengaruhi Mikroba


Yang termasuk dalam faktor abiotik adalah faktor-faktor alam. Adapun
faktor-faktor alam terdiri dari:
a. Pengaruh Temperatur
Pada umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikroba terletak
antara 0oC – 90oC, dan dikenal ada temperatur minimum, optimum dan
maksimum. Temperatur minimum adalah nilai paling rendah dimana kegiatan
mikroba masih dapat berlangsung. Temperatur maksimum adalah temperatur
tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroba. Sedangkan
temperatur yang paling baik bagi kegiatan hidup dinamakan temperatur optimum.
b. Pengaruh Kebasahan dan Kekeringan
Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%,
sedangkan untuk jamur dan aktinomisetes memerlukan kelembaban yang rendah
di bawah 80%.
c. Pengaruh Perubahan nilai Osmotik
d. Pada umunya larutan hipertonik menghambat pertumbuhan
mikroba karena dapat menyebabkan plasmolisis. Medium paling cocok bagi
kehidupan mikroba adalah medium yang isotonik terhadap isi sel mikroba.
Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah menyebabkan
plasmolisis. Sebaliknya mikroba yang ditempatkan di air suling (aquades)
akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya sel mikroba
tersebut, hal ini dinamakan plasmoptisis.
d. Pengaruh pH
Batas pH untuk pertumbuhan jasad renik merupakan suatu
gambaran dari batas pH bagi kegiatan enzim. Setiap jasad renik dikenal nilai pH
minimum, pH optimum dan pH maksimum. Bakteri memerlukan pH antara 6,5 –
7,5, ragi antara 4,0 – 4,5, sedangkan jamur dan aktinomisetes mempunyai daerah
pH yang luas.
e. Pengaruh Sinar
Pada umumnya sel mikroorganisme rusak akibat cahaya, terutama pada
mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik. Sinar dengan gelombang
pendek akan berpengaruh buruk terhadap mikroba. Sedangkan sinar dengan
gelombang panjang mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik, misalnya
cahaya matahari.
f. Pengaruh Penghancuran secara Mekanik
Pengaruh tekanan udara terhadap kehidupan bakteri sangat kecil. Untuk
menghentikan pembiakan bakteri diperlukan tekanan 600 atm, untuk mematikan
diperlukan tekanan 6000 atm dan untuk membunuh sporanya diperlukan tekanan
12000 atm. Untuk memecahkan bakteri diperlukan diperlukan pengguncangan
9000 kali perdetik. Proses-proses ini sering digunakan untuk melepaskan enzim-
enzim dan endotoksin yang terkandung di dalam bakteri.

2. Faktor-faktor Kimia
Hingga sekarang semakin banyak zat-zat kima yang dipakai untuk
membunuh atau mengurangi julah mikroorganisme, dan penemuan-penemuan
baru terus muncul di pasaran. Beberapa disinfektan dan Antiseptik adalah logam-
logam berat, fenol dan senyawa-senyawa sejenis, alcohol, aldehid, yodium, klor
dan senyawa klor, perooksida, zat warna, deterjen, dan antibiotika.
3. Faktor-faktor Biotik
Hubungan antar spesies, termasuk pada mikroba dapat dibedakan:
a. Netralisme : hubungan netralisme merupakan hubungan antar spesies yang
saling tidak mengganggu.
b. Kompetisi : ebutuhan akan zat makanan yang sama dapat menyebabkan
terjadinya persaingan antar spesies. Spesies yang dapat menyesuaikan diri
paling baik, itulah spesies yang akan mengalami pertumbuhan subur.
c. Antagonisme : menyatakan hubungan yang berlawanan, dapat juga
dikatakan sebagai hubungan yang asosial. Spesies yang satu menghasilkan
sesuatu yang meracuni spesies yang lain, sehingga pertumbuhan spesies
yang terakhir sangat terganggu.
d. Komensalisme : asosiasi jenis ini terjadi bila dua spesies hidup bersama,
kemudian spesies yang satu mendapatkan keuntungan, sedangkan spesies
yang lain tidak dirugikan olehnya, maka hubungan hidup antara kedua
spesies itu disebut komensalisme (metabiosis).
e. Mutualisme : merupakan suatu bentuk simbiosis antara dua spesies,
dimana masing-masing yang bersekutu mendapatkan keuntungan.
f. Sinergisme : asosiasi (hubungan hidup) antara kedua spesies, bila
mengadakan kegiatan tidak saling mengganggu, akan tetapi kegiatan
masing-masing justru merupakan urut-urutan yang saling menguntungkan.
g. Parasitisme : merupakan suatu bentuk asosiasi di antara dua spesies,
dimana satu pihak dirugikan dan pihak lain diuntungkan. Spesies pertama
disebut inang (hospes/pejamu/induk semang) sedangkan spesies yang
mengambil keuntungan dinamakan parasit.
h. Predatorisme : hubungan antara Amoeba dengan bakteri disebut
predatorisme. Amoeba merupakan pemangsa (predator), sedangkan bakteri
merupakan mangsa.
i. Sintropisme : merupakan kegiatan bersama antara berbagai jasad renik
terhadap suatu nutrisi.
C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Sebutkan faktor abiotik yang mempengaruhi mikroba!
Jelaskan masing-masing faktor tersebut!
2. Sebutkan faktor kimia yang mempengaruhi mikroba!
Jelaskan masing-masing faktor tersebut.
3. Sebutkan faktor biotik yang mempengaruhi mikroba!
Jelaskan masing-masing faktor tersebut!
b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan
dibahas.
- Aktif dalam diskusi.
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka
mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80%
dianjurkan untuk:
• Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
• Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
- Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian
materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban

1. Faktor Abiotik Yang Mempengaruhi Mikroba


Yang termasuk dalam faktor abiotik adalah faktor-faktor alam. Adapun
faktor-faktor alam terdiri dari:
a. Pengaruh Temperatur
Pada umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikroba terletak
antara 0oC – 90oC, dan dikenal ada temperatur minimum, optimum dan
maksimum. Temperatur minimum adalah nilai paling rendah dimana kegiatan
mikroba masih dapat berlangsung. Temperatur maksimum adalah temperatur
tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroba. Sedangkan
temperatur yang paling baik bagi kegiatan hidup dinamakan temperatur optimum.
b. Pengaruh Kebasahan dan Kekeringan
Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%,
sedangkan untuk jamur dan aktinomisetes memerlukan kelembaban yang rendah
di bawah 80%.
c. Pengaruh Perubahan nilai Osmotik
Pada umunya larutan hipertonik menghambat pertumbuhan mikroba
karena dapat menyebabkan plasmolisis. Medium paling cocok bagi kehidupan
mikroba adalah medium yang isotonik terhadap isi sel mikroba. Larutan garam
atau larutan gula yang agak pekat mudah menyebabkan plasmolisis. Sebaliknya
mikroba yang ditempatkan di air suling (aquades) akan kemasukan air sehingga
dapat menyebabkan pecahnya sel mikroba tersebut, hal ini dinamakan
plasmoptisis.
d. Pengaruh pH
Batas pH untuk pertumbuhan jasad renik merupakan suatu gambaran dari
batas pH bagi kegiatan enzim. Setiap jasad renik dikenal nilai pH minimum, pH
optimum dan pH maksimum. Bakteri memerlukan pH antara 6,5 – 7,5, ragi antara
4,0 – 4,5, sedangkan jamur dan aktinomisetes mempunyai daerah pH yang luas.
e. Pengaruh Sinar
Pada umumnya sel mikroorganisme rusak akibat cahaya, terutama pada
mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik. Sinar dengan gelombang
pendek akan berpengaruh buruk terhadap mikroba. Sedangkan sinar dengan
gelombang panjang mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik, misalnya
cahaya matahari.
f. Pengaruh Penghancuran secara Mekanik
Pengaruh tekanan udara terhadap kehidupan bakteri sangat kecil. Untuk
menghentikan pembiakan bakteri diperlukan tekanan 600 atm, untuk mematikan
diperlukan tekanan 6000 atm dan untuk membunuh sporanya diperlukan tekanan
12000 atm. Untuk memecahkan bakteri diperlukan diperlukan pengguncangan
9000 kali perdetik. Proses-proses ini sering digunakan untuk melepaskan enzim-
enzim dan endotoksin yang terkandung di dalam bakteri.

2. Faktor-faktor Kimia
Hingga sekarang semakin banyak zat-zat kima yang dipakai untuk
membunuh atau mengurangi julah mikroorganisme, dan penemuan-penemuan
baru terus muncul di pasaran. Beberapa disinfektan dan Antiseptik adalah logam-
logam berat, fenol dan senyawa-senyawa sejenis, alcohol, aldehid, yodium, klor
dan senyawa klor, perooksida, zat warna, deterjen, dan antibiotika.
3. Faktor-faktor Biotik
Hubungan antar spesies, termasuk pada mikroba dapat dibedakan:
a. Netralisme : hubungan netralisme merupakan hubungan antar spesies yang
saling tidak mengganggu.
b. Kompetisi : ebutuhan akan zat makanan yang sama dapat menyebabkan
terjadinya persaingan antar spesies. Spesies yang dapat menyesuaikan diri
paling baik, itulah spesies yang akan mengalami pertumbuhan subur.
c. Antagonisme : menyatakan hubungan yang berlawanan, dapat juga
dikatakan sebagai hubungan yang asosial. Spesies yang satu menghasilkan
sesuatu yang meracuni spesies yang lain, sehingga pertumbuhan spesies
yang terakhir sangat terganggu.
d. Komensalisme : asosiasi jenis ini terjadi bila dua spesies hidup bersama,
kemudian spesies yang satu mendapatkan keuntungan, sedangkan spesies
yang lain tidak dirugikan olehnya, maka hubungan hidup antara kedua
spesies itu disebut komensalisme (metabiosis).
e. Mutualisme : merupakan suatu bentuk simbiosis antara dua spesies,
dimana masing-masing yang bersekutu mendapatkan keuntungan.
f. Sinergisme : asosiasi (hubungan hidup) antara kedua spesies, bila
mengadakan kegiatan tidak saling mengganggu, akan tetapi kegiatan
masing-masing justru merupakan urut-urutan yang saling menguntungkan.
g. Parasitisme : merupakan suatu bentuk asosiasi di antara dua spesies,
dimana satu pihak dirugikan dan pihak lain diuntungkan. Spesies pertama
disebut inang (hospes/pejamu/induk semang) sedangkan spesies yang
mengambil keuntungan dinamakan parasit.
h. Predatorisme : hubungan antara Amoeba dengan bakteri disebut
predatorisme. Amoeba merupakan pemangsa (predator), sedangkan bakteri
merupakan mangsa.
i. Sintropisme : merupakan kegiatan bersama antara berbagai jasad renik
terhadap suatu nutrisi.
e. Referensi
Uno, W. 2004. Diktat Mikrobiologi 1. FMIPA UNG.
Waluyo. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM
f. Senarai
- Asosiasi : hubungan hidup
- Hospes : inang
- Predator : pemangsa

BAB VIII
METABOLISME MIKROORGANISME
Deskripsi singkat
Bab ini akan menguraikan tentang anabolisme dan katabolisme.
Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan bab selanjutnya.
Mahasiswa akan mengetahui proses metabolisme pada mikroorganisme.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan metabolisme mikroorganisme
B. Penyajian
Uraian dan contoh
Setiap makhluk hidup mengadakan pertukaran zat atau metabolisme, yakni
mengambil atau mengasimilasikan zat makanan dan membuang sisa (sampah)
yang tidak diperlukan lagi. Metabolisme juga berarti serentetan reaksi kimia yang
terjadi di dalam sel hidup. Penyusunan atau pengambilan zat makanan atau
proses sintesis disebut anabolisme, sedangkan penggunaan atau pembongkaran
zat makanan atau reaksi penguraian bahan organik kompleks menjadi bahan
organik yang sederhana dinamakan katabolisme. Energi hasil katabolisme
sebagian digunakan untuk sintesis makromolekul, seperti misalnya asam nukleat,
lipida atau polisakarida. Sedangkan fungsi energi lainnya adalah:
1. Membangun bagian fisik dari sebuah sel (dinding sel)
2. Untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan biologis
3. Untuk memelihara tubuh sel
4. Untuk menahan agar zat-zat tertentu tidak masuk dalam tubuh
5. Untuk melakukan gerakan
8.1 Anabolisme
Proses ini disebut juga dengan biosintesis, hal ini berbeda dengan nutrisi,
karena di dalam proses biosintesis diperlukan sumber energi. Bahan baku proses
anabolisme adalah zat makanan.
8.1.1 Enzim dan Zat Makanan
Enzim merupakan substansi yang ada dalam sel dalam jumlah yang amat
kecil dan mampu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan
dengan proses seluler dari kehidupan. Nama lain dari enzim adalah fermen.
Enzim adalah katalis hayati, mempunyai kemampuan unik untuk mempercepat
berlangsungnya reaksi kimiawi tanpa enzim itu sendiri terkonsumsi atau berubah
setelah reaksi selesai.
Ada dua tipe enzim yaitu eksoenzim atau enzim ekstraseluler dan
endoenzim atau enzim intraseluler. Fungsi utama dari eksoenzim adalah
melangsungkan perubahan-perubahan pada nutrien disekitarnya sehingga
memungkinkan nutrien tersebut memasuki sel, misalnya enzim amilase.
Endoenzim mensintesis bahan seluler dan menguraikan nutrien untuk
menyediakan energi yang dibutuhkan oleh sel. Adapun sifat-sifat umum dari
enzim adalah sebagai berikut:
1. Mengiatkan atau kadang-kadang memulai suatu proses
2. Bekerja secara khusus
3. Merupakan protein dan dalam bentuk koloid
4. Dapat bekerja bolak-balik
5. Tidak tahan terhadap temperatur yang agak tinggi
6. Dipengaruhi oleh pH, konsentrasi, suhu, substrat dan oleh hasil akhir
7. Banyak enzim memerlukan pembantu yang disebut koenzim/kofaktor
(zat anorganik). Bagian proteinnya disebut apoenzim, bila bergabung
kedua enzim tersebut membentuk enzim yang lengkap dinamakan
haloenzim dan bersifat aktif.
8. Bersifat tidak stabil
8.1.2 Penamaan dan Klasifikasi Enzim
Tatanama enzim telah diresmikan menurut Persetujuan Internasional
dengan bantuan “Comission on Enzymes of Internasional Union Biochemistry”.
Untuk menamakan enzim digunakan akhiran – ase dan ini hanya digunakan untuk
enzim tungal. Berikut ini kelas-kelas utama enzim: Oksidoreduktase,
Transferase, Hidrolase, Liase, Isomerase dan Ligase.
8.2 Katabolisme
Katabolisme merupakan reaksi kimiawi yang membebaskan energi
melalui perombakan nutrien, disebut juga dengan reaksi disimilasi atau reaksi
peruraian. Bila sel merombak ikatan-ikatan kimiawi tertentu selama
metabolisme, energi yang dilepaskan menjadi tersedia untuk melangsungkan kerja
biologis.
Pernapasan (respirasi) merupakan proses disimilasi yang hanya
berlangsung di dalam sel hidup yang menghasilkan energi untuk keperluan
organisme tersebut. Jika oksigen yang diperlukan dalam proses ini berasal dari
udara bebas, maka peristiwa ini dinamakan pernapasan aerob.
8.2.1 Pernapasan Aerob
Dalam pernapasaa aerob, mikrobe menggunakan glukosa atau zat organik yan
lain sebagai substrat untuk dioksidasikan menjadi karbohidrat dan air, sedangkan
mikrobanya sendiri memperoleh energi.
Persamaan kimia pernapasan aerob yang sempurna dengan menggunakan
glukosa sebagai substrat adalah sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 CO2 + 6H2O + 675 kcal
Glukosa
Jika pengoksidasi substrat tidak sempurna, maka energi yang timbul tidak
akan sebanyak jumlah tersebut di atas. Pada pernapasa aerob yang dilakukan oleh
genus Acetobacter, substrat yang dioksidasi berupa alkohol (etanol), energi yang
diperoileh tidak begitu banyak.

CH3CH2 OH + O2 CH3COOH + H2O + 116 Kcal


Etanol asam cuka

Reaksi di atas pengoksidasian tidak sempurna hasil akhirnya bukan berupa


CO2 dan H2O, melainkan air dan suatu asam organik asam cuka. Asam tersebut
masih merupakan timbunan energi. Jika pengoksidasian etanol terjadi sempurna,
maka energi yang terlepas ialah 328 kcal.
Bakteri autrotof memperoleh energi dengan pengoksidasian zat-zat
anorganik senagai substrat. Contohnya adalah sebagai berikut:

H2S + 2 O2 H2SO4 + Energi


4HN3 + 9 O2 4 NO3 + 6 H2O

8.2.2 Pernapasan Anaerob


Beberapa mikroba dapat hidup tanpa menggunkan oksigen bebas, bahkan
ada mikroba yang malahan mati jika terkena udara bebas. Ada juga mikroba yang
tidak menggunakan oksigen bebas, meskipun gas ini tersedia baginya, contohnya
adalah Streptoccocus lactis, mikroba ini tidak dapat memanfaatkan oksigen bebas
karena tidak mempunyai enzim untuk mereduksi oksigen tersebut. Louis
Pasteur-lah orang pertamakali mengetahui adanya pernapasan aerob itu.
Pengetahuan ini dia dapatkan dengan percobaan fermentasi. Pernapasan anaerob
dapat terlaksana dengan dua cara yaitu:
1. Pernapasan Anaerob Antarmolekul
Pernapasan antarmolekul hampir sama dengan pernapasan aerob, bedanya
adalah bahwa pernapasan antarmolekul itu oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi substrat tidak diperoleh dari udara bebas, melainkan dari suatu
senyawa, sedangkan yang direduksi bukan oksigen, melainkan suatu senyawa
pula. Penerima hidrogen dapat berupa seperti nitrat, nitrit karbonat atau sulfat.
Energi yang ditimbulkan dalam prosese ini tidak banyak. Misalnya:

2H2O + 5S + 6HNO3 N2 + 5 H2SO4 + Energi


Dalam reksi di atas, S dioksidasi menjadi SO4 , sedangkan HNO3 direduksi
menjadi N2.

2. Pernapasan anaerob Intramolekul


Dalam pernapasan intramolekul terjadi pengubahan suatu molekul tanpa
mengalami oksidasi samasekali, bagian dari suatu molekul kehilangan atom-atom
H. Sebagai contoh proses alkoholisasi yang dilakukan oleh sel-sel Sacharomyces
dengan glukosa sebagai substrat.
C6H12O6 2CH3CH2 OH + 2CO2 + 31,2 kcal
Glukosa

Pernapasan intramolekul dikenal juga dengan nama fermentasi. Contoh


lain adalah laktasi yang dilakukan yang dilakukan sel-sel dari genus
Lactobacillus. Bakteri ini mengubah glukosa menjadi asam susu dan energi,
menurut rekasi kimia sebagai berikut:
C6H12O6 2CH3CHOHCOOH + Energi
Glukosa asam susu

Sebenarnya ada beberapa species bakteri dapat hidup seara aerob maupun
anaerob tetapi hidup secara aeorob lebih menguntungkan karena menghasilkan
energi yang lebih besar. Kejadian ini dikenal dengan efek Pasteur.

8.2.3 Fermentasi dan Pembusukan


Proses fermentasi sering difinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat
dan asam amino secara anaerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat
merupakan polisakarida terlebih dahulu akan dipecah menjadi unit-unit glukosa.
Fermentasi glukosa pada prinsipnya terdiri dari dua tahap, yaitu:
1. Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit dua
pasang atom hidrogen, menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih
teroksidasi daripada glukosa.
2. Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh atom hidrogen
yang dilepaskan dalam tahap pertama, membentuk senyawa-senyawa lain
sebagai hasil fermentasi.
Pada tahap pertama fermentasi glukosa selalu terbentuk asam piruvat. Pada
tahap kedua fermentasi asam piruvat akan diubah menjadi produk-produk akhir
yang spesifik.
Pembusukan digunakan untuk penguraian dan lain-lain senyawa yang
mengandung N, sedangkan dalam penguraian itu timbul bau yang sering kali tidak
sedap. Proses pembusukan itu akibat dari aktivitas bakteri, biasanya adalah bakteri
anaerob.

8.2.4 Zat-zat yang Dihasilkan Mikroba


Dalam proses metabolisme ada zat-zat yang masuk atau zat-zat yang
disusun dan ada pula zat-zat yang dibongkar dan kemudian dikeluarkan sisa-
sisanya. Zat-zat yang disusun maupun zat-zat yang dihasilkan dalam penguraian
disebut dengan metabolit (hasil metabolisme). Mikroorganisme mempunyai zat-
zat tertentu baik untuk mengambil zat-zat makanan maupun untuk
membongkarnya. Zat-zat ini secara umum dinamakan sekret (hasil sekresi).
Enzim-enzim terutama dari golongan hidrolase merupakan sekret yang banyak
dihasilkan bakteri.
Sisa-sisa zat makanan yang dibongkar yang kemudian dikeluarkan oleh
bakteri di sebut ekskret (hasil ekskresi). Ekskret dibuang belaka karena tidak lagi
berguna bagi mikroba, bahkan ekskret dapat mengganggu kehidupannya, jika
dibiarkan bertimbun-timbun.
Selain metabolit, sekret dan ekskret, seringkali ada kedapatan hasil
samping berupa zat-zat yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan
metabolisme. Misalnya dalam penyusutan nitrat oleh bakteri denitrifikan
terlepas nitrit, air dan energi. Energi diperlukan oleh bakteri tersebut, air dibuang,
sedangkan nitrit merupakan hasil samping.
Ekskret yang dihasilkan mikroorganisme dapat berupa gas atau zat-zat
organik. Jenis gas yang dihasilkan oleh suatu species mikrob merupakan ciri khas
bagi species itu. Kuantitas gas yang dikeluarkan olek mikroba dapat diselidiki
dengan respirator Warburg, alat ini mempunyai kepekaan cukup teliti untuk
mengetahui volume gas yang dikeluarkan oleh mikroba atau apabila menyelidiki
volume gas seacara kasar dapat dipergunakan tabung fermentasi buatan Smith.
Sedangkan untuk mengetahui apakah suatu species mikroba menghasilkan gas
atau tidak kita dapat mengunakan tabung durham (tabung reaksi berukuran
kecil) yang diletakkan terbalik pada tabung reaksi yang lebih besar dan kemudian
tabung reaksi tersebut diisi dengan medium cair. Bila mikroba yang kita
tumbuhkan dalam medium tersebut menghasilkan gas, maka gas akan nampak
sebagai gelembung pada dasar tabung Durham.
Zat-zat yang dihasilkan mikroba adalah sebagai berikut:
1. Gas-gas yang dihasilkan mikroba
Gas-gas yang timbul dari atau hasil pembongkaran (fermentasi, respirasi) oleh
mikroba dapat berupa:
- Karbondioksida
Senyawa golongan gula yang paling lekas terurai oleh bakteri dan
menghasilkan CO2 . Terlepas CO2 di udara bermanfaat bagi tanaman untuk
fotosintesis, berguna juga untuk penentuan keasaman tanah.
- Hidrogen
Gas ini biasanya timbul bersama-sama dengan gas CO2 sengai hasil
penguraian karbohidrat atau asam amino.
- Metana
Methanobacterium omelianskii dalam keadaan anaerob menghasilkan
gas metana, dengan menggunakan substrat asam cuka, dengan rekasi sebagai
berikut:
CO3COOH CO4 + CO2
Asam cuka metana
- Nitrogen
Gas nitogen sebagai hasil penguraian nitrat dan nitrit (denitrifikasi).
Proses tersebut menguragi kesuburan tanah. Contoh bakterinya adalah
Thiobacillus denitrificans
- Hidrogen Sulfida
Gas ini sebagai hasil penguraian protein dan senyawa-senyawa lain
yang mengandung belerang. Bakteri yang banyak menghasilkan hidrogen
sulfida adalah Desulfovibrio desulfuricans.
- Amoniak (NH3)
Hasil penguraian protein dan senyawa-senyawa lain yang mengandung
nitrogen itu dapat berupa amoniak. Dapat denga tiga cara yairu deaminasi,
enzim urease atau dengan mereduksi nitrat. Pereduksian nitrat dilakukan
oleh bakteri denitrifikan, nitrat direduksi menjadi nitrit dan nitrit direduksi
lagi sehingga menjadi amoniak.
Kemampuan mikroba untuk menghasilkan gas-gas tersebut merupakan
salah satu kriteria bagi kita untuk menentukan klasifikasi bakteri.

2. Asam-asam yang dihasilkan mikroba


Asam-asam yang timbul akiba
trit oleh bakteri Nitrosomonas atau oleh bakteri Nitrosococcus, kemudian
nitrit yang terbentuk dioksidasikan oleh bakteri Nitrosobacter hingga
berbentuk asam nitrat yang menambah kesuburan tanah, karena tanaman
tinggi umumnya mengambil unsur N dalam bentuk nitrat.
1. Asam Cuka
Bial alkohol dibiarkan terpapar diudara akam berubah menjadi asam.
Hal ini disebabkan oleh sam cuka yang timbul dar hasil kegiatan bakteri
Acetobacter.
2. Asam Susu
Asam susu termasuk asam organik. Fermentasi karbohidrat terutama
gula oleh bakteri asam susu menghasilkan asam susu. Gula laktosa
merupakan substrat yang baik bagi Streptococcus lactis dan Lactobacillus.
Asam susu yang timbul dimulut karena kegiatan bakteri dapat merusak gigi.
3. Asam Lemak
Asam propionat dihasilkan oleh bakteri Propionibacterium. Asam
propionat penting dalam membutan keju Swiss. Asam butirat dihasilkan
oleh beberapa species dari genus Clostridium. Asam ini penting untuk
menghasilkan butil alkohol, aseton, isopropil alkohol.

3. Toksin yang dihasilkan mikroba


Beberapa species mikroba menghasilkan zat yang merupakan racun bagi
kehidupan makhluk hidup di sekitarnya. Racun itu ada yang dikeluarkan dari sel
disebut dengan eksotoksin. Tetapi ada pula racun yang tidak dikeluarkan namun
tersimpan di dalam sel. Racun ini dinamakan endotoksin. Endotoksin ini tidak
berbahaya selama masih berada dalam sel mikroba.
Eksotoksin mudah dipisahkan dengan cara penyaringan. Eksotoksin yang
mengganggu kesehatan manusia ialah bakteri dipteri, bakteri tetanus, bakteri
botulinum.
Latihan
Untuk memperdalam materi di atas, kerjakanlah soal-soal latihan berikut:
1. Jelaskan proses anabolisme pada mikroorganisme.
2. Jelaskan proses katabolisme pada mikroorganisme.
Rangkuman
1. Anabolisme
Proses ini disebut juga dengan biosintesis, hal ini berbeda dengan nutrisi,
karena di dalam proses biosintesis diperlukan sumber energi. Bahan baku proses
anabolisme adalah zat makanan.
- Enzim dan Zat Makanan
Enzim merupakan substansi yang ada dalam sel dalam jumlah
yang amat kecil dan mampu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang
berkaitan dengan proses seluler dari kehidupan. Nama lain dari enzim adalah
fermen. Enzim adalah katalis hayati, mempunyai kemampuan unik untuk
mempercepat berlangsungnya reaksi kimiawi tanpa enzim itu sendiri terkonsumsi
atau berubah setelah reaksi selesai. Ada dua tipe enzim yaitu eksoenzim atau
enzim ekstraseluler dan endoenzim atau enzim intraseluler.
2. Katabolisme
Katabolisme merupakan reaksi kimiawi yang membebaskan energi
melalui perombakan nutrien, disebut juga dengan reaksi disimilasi atau reaksi
peruraian. Bila sel merombak ikatan-ikatan kimiawi tertentu selama
metabolisme, energi yang dilepaskan menjadi tersedia untuk melangsungkan kerja
biologis.
Pernapasan (respirasi) merupakan proses disimilasi yang hanya
berlangsung di dalam sel hidup yang menghasilkan energi untuk keperluan
organisme tersebut. Jika oksigen yang diperlukan dalam proses ini berasal dari
udara bebas, maka peristiwa ini dinamakan pernapasan aerob.
Beberapa mikroba dapat hidup tanpa menggunkan oksigen bebas, bahkan
ada mikroba yang malahan mati jika terkena udara bebas. Ada juga mikroba yang
tidak menggunakan oksigen bebas, meskipun gas ini tersedia baginya, contohnya
adalah Streptoccocus lactis, mikroba ini tidak dapat memanfaatkan oksigen bebas
karena tidak mempunyai enzim untuk mereduksi oksigen tersebut. Louis
Pasteur-lah orang pertamakali mengetahui adanya pernapasan aerob itu.
Pengetahuan ini dia dapatkan dengan percobaan fermentasi. Proses fermentasi
sering difinisikan sebagahan ksarboemecaahan ksar asam amino secara anaerobik,
yaitu tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat merupakan polisakarida terlebih
dahulu akan dipecah menjadi unit-unit glukosa. Pembusukan digunakan untuk
penguraian dan lain-lain senyawa yang mengandung N, sedangkan dalam
penguraian itu timbul bau yang sering kali tidak sedap. Proses pembusukan itu
akibat dari aktivitas bakteri, biasanya adalah bakteri anaerob.
C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Jelaskan proses anabolisme pada mikroorganisme.
2. Jelaskan proses katabolisme pada mikroorganismeoorganisme.
b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan
dibahas.
- Aktif dalam diskusi.
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka
mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80%
dianjurkan untuk:
• Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
• Berdiskusdengana teman tal yanmg belu-m dikyuasai.e
- Beritanyaa kepadBa Doseyn jikpa ada ohal-hail yandg tida-k jeyampaiaan
mapteri aptau d iskusri.

d.u Kuncki Jaw


aban
1u. AnaJbolisame
PrAoses iini disebut sjuga ddenga, halo ini bserbedaa dengian nuterisi,
nkarenna di dialam perosesi biosimntesise dipeorlukrgi. Bmahan bnaku p.roses
nanabol isme eadalahb zat meakanaln.
- Etnzim dnan Za-t Makamnan
akan siubstarnsi yanng adat dala m sel adalam ljumlaeh yanga amat lkecila
dan maampu mienyeinya aperubajhan-pearubahu 29˜29 0ª292929292929€ˆÏ
29˜29 0«292929292929€ˆÏ 29˜@2929029292929292929€ˆÏ 29˜29
0¬292929292929€ˆÏ 29˜29 0292929292929€ˆÏ 29˜ 029292929
30ˆÏ 30˜ 0 303030

30
31ˆÏ 31˜31 0®313131313131€ˆÏ 31˜313131031313131313131€ˆÏ
31˜313131031313131313131€ˆÏ 31˜313131031313131313131€ˆÏ
31˜313131031313131313131€ˆÏ 31˜313131031313131313131€ˆÏ
31˜313131031313131313131€ˆÏ 31˜313131031313131313131€ˆÏ
31˜313131031313131313131€ˆÏ 31˜313131031313131313131€ˆÏ
31˜313131031313131313131€ˆÏ 31˜313131031313131313131€ˆÏ
31˜313131031313131313131€ˆÏ 31˜313131031313131313131€ˆÏ
31˜313131031313131313131€ˆÏ 31˜313131031313131313131€ˆÏ 31˜31
0¯313131313131€ˆÏ 31˜31 0°313131313131€ˆÏ 31˜31 0±313131313131€ˆÏ
31˜313131031313131313131€ˆÏ 31˜313131031313131313131€ˆÏ 31˜3131310asi
atau reaksi peruraian. Bila sel merombak ikatan-ikatan kimiawi tertentu selama
metabolisme, energi yang dilepaskan menjadi tersedia untuk melangsungkan kerja
biologis.
Pernapasan (respirasi) merupakan proses disimilasi yang hanya
berlangsung di dalam sel hidup yang menghasilkan energi untuk keperluan
organisme tersebut. Jika oksigen yang diperlukan dalam proses ini berasal dari
udara bebas, maka peristiwa ini dinamakan pernapasan aerob.
Beberapa mikroba dapat hidup tanpa menggunkan oksigen bebas, bahkan
ada mikroba yang malahan mati jika terkena udara bebas. Ada juga mikroba yang
tidak menggunakan oksigen bebas, meskipun gas ini tersedia baginya, contohnya
adalah Streptoccocus lactis, mikroba ini tidak dapat memanfaatkan oksigen bebas
karena tidak mempunyai enzim untuk mereduksi oksigen tersebut. Louis
Pasteur-lah orang pertamakali mengetahui adanya pernapasan aerob itu.
Pengetahuan ini dia dapatkan dengan percobaan fermentasi. Proses fermentasi
sering difinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara
anaerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat merupakan polisakarida
terlebih dahulu akan dipecah menjadi unit-unit glukosa. Pembusukan digunakan
untuk penguraian dan lain-lain senyawa yang mengandung N, sedangkan dalam
penguraian itu timbul bau yang sering kali tidak sedap. Proses pembusukan itu
akibat dari aktivitas bakteri, biasanya adalah bakteri anaerob.
e. Referensi

31
Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta. Penerbit Buku
kedokteran EGC.
Waluyo. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM
f. Senarai
- fermen : enzim
- disimilasi : penguraian
- respirasi : pernapasan

BAB IX
GENETIKA MIKROORGANISME
Deskripsi singkat
Bab ini akan menguraikan tentang pewarisan ciri dan variasi, perubahan
fenotip akibat perubahan lingkungan, perubahan genotif pada mikroba dan
rekombinasi genetik pada mikroba.
Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan bab selanjutnya.
Mahasiswa akan mengetahui genetika mikroorganisme.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan genetika mikroorganisme
B. Penyajian
Uraian dan contoh
Genetika merupakan suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari sifat
kebakaan. Rekayasa genetika suatu segi baru studi genetika menjanjikan umat
manusia baik perkembangan yang menguntungkan maupun kemungkinan
timbulnya akibat-akibat yang membawa bencana.
Hukum kebakaan berlaku umum bagi semua bentuk kehidupan. Hukum-
hukum Mendel berlaku bagi manusia dan juga organisme percobaan yang dahulu
amat populer dalam genetika, yakni lalat buah Drosophila. Namun sekarang

32
percobaan-percobaan ilmu kebakaan demgan mengunakan bakteri Esherichia coli.
Bakteri ini dipilih karena paling mudah dipelajari pada taraf molekuler sehingga
merupakan pilihan bagi banyak ahli genetika. Hal ini membantu bidang getika
mikroba. Jasad renik yang dipelajari dalam bidang genetika mikroba meliputi
bakteri, khamir, kapang dan virus.
Kesimpulannya tetang heriditas terdiri dari dua konsep yaitu:
a. Heriditas bersifat stabil, dengan demikian, generasi berikutnya terbentuk dari
pembelahan satu sel yang mempunyai sifat identik dengan induknya.
b. Variasi genetik, terjadi sebagai akibat adanya perbedaan sifat dari generasi
berikut dengan sel induk, atau disebut juga mutasi, dan terbentuknya
perbedaan lingkungan tempat tinggal induk, walaupun hal tersebut tidak
mutlak diturunkan pada generasi berikutnya.
9.1 Pewarisan Ciri dan Variasi
Ciri khas semua bentuk kehidupan dari segi pandangan genetika adalah
kemantapan umum atau kesamaan ciri-ciri keteturunannya dan tetuanya.
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup juga meneruskan ciri-ciri kepada
keturununnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi species mikroba,
bahkan galur-galur mikroba yang menunjukkan bahwa mikroba tersebut mampu
meneruskan informasi genetik dari generasi ke generasi berikuat.
Deisampting pe
warisamn cir i-cirii yang imenyeibabkann sifaty tetakp, profgeni
mtempeengekaspresi kan) keeragaeman (v)ariasig). Pe rubahaan-peruPbahana ini
beerkaitaan deingansar sesl ataud orga nisme,t yaknig fenomtif dakn genontif.
Genotgif menfgacu npada kompososisi genetis sel (genom). Fenotif merupakan
ekspresi genotif dalam bentuk atau sifat-sifat yang dapat diamati bagi sel atau
organisme yang bersangkutan. Dengan kata lain genotif merupkan kemampuan
genetika jasad renik, sedamgkam fenotif merupakan sifat yang terlihat
sesungguhnya karena faktor lingkungan.
Genotif suatu biakan mikroba relatif konstan selama pertumbuhan tetapi
dapat berubah karena mutasi. Variasi genetik yang timbul di dalam suatu sel
mikroba dapat disebabkan karena mutasi. Mutasi adalah perubahan di dalam gen
sel jasad ribat paerubarhan motrfologbi dan biokilmiawidai daloam selw. Mutaasi

33
jassad reunik dajpat a spoantan actau depngan npember dian su atu meutagenn
(penuyebab gmutaspi).
9.a2 Pertubaha.n FenoPtifahan bLingkeungan
a Fenontif sguatu peopulafsi mitkroba udipen garuhoi olehp faktour
linlgkungakn, dani dapant dikroba tersebmut dibtumbuhskan padda bebrbagai
medi um yangg berbdeda. Saifat-esifat .fenot terlaihat alangsueng mistalnyag
perbemdaan ydalamr morfonlogi sael darn penaimpß`34˜

34
035353535353535€ß`35˜

35
0
363
636363636ۧ
`36˜363636036363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜3636360363
63636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß
`36˜363636036363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜3636360363
63636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß
`36˜363636036363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜
036363636¹ 36ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜ 0 363636¹
36ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜3636360
36363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜36363603636363636363
6€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜3636360
36363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜36363603636363636363
6€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜3636360
36363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜36363603636363636363
6€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜3636360
36363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜36363603636363636363
6€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜3636360
36363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜36363603636363636363
6€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜3636360
36363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜36363603636363636363
6€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜363636036363636363636€ß`36˜3636360
36363636363636€ß`36˜36363636036363636363636€ß`36˜363636360363636363
63636ۧ`36(363636036363636363636ۧ`36(363636036363636363636ۧ`36(363
636036363636363636€ß`36˜36363636036363636363636€À”36©363636360363
63636363636€À”36©36363636036363636363636€À”36™36363636036363636
363636€À”36©36363636036363636363636€À”36©36363636036363636363636
€À”36©36363636036363636363636€À”36©36363636036363636363636€À”36
™36363636036363636363636€À”36©36363636036363636363636€À”36©3636
3636036363636363636€À”36©36363636036363636363636€À”36©3636363603
6363636363636€À”36©36363636036363636363636€À”36©3636363603636363
6363636€À”36©36363636036363636363636€À”36©3636363603636363636363

36
7€À”37©37373737037373737373737€À”37©37373737037373737373737€À”3
7©37373737037373737373737€À”37©37373737037373737373737€À”37™373
73737037373737373737€À”37˜37373737037373737373737€À”37˜37373737037
373737373737€À”378373737037373737373737€À”37˜37373703737373737373
7€*—
378373737037373737373737€À”37˜37373737037373737373737€«˜37˜3737370
37373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜37373703737373737373
7€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜3737370
37373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜37373703737373737373
7€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜3737370
37373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜37373703737373737373
7€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜3737370
37373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜37373703737373737373
7€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜3737370
37373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜37373703737373737373
7€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜3737370
37373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜37373703737373737373
7€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜3737370
37373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜37373703737373737373
7€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜3737370
37373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜37373703737373737373
7€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜3737370
37373737373737€«˜37˜373737037373737373737€«˜37˜37373737037373737373
737€«˜37˜37373737037373737373737€«˜37˜37373737037373737373737€«˜37˜3
7373737037373737373737€«˜37˜37373737037373737373737€«˜37˜3737373703
7373737373737€«˜37˜37373737037373737373737€«˜37˜3737373703737373737
3737€«˜37˜37373737037373737373737€«˜37˜37373737037373737373737€«˜37˜
37373737037373737373737€«˜37˜37373737037373737373737€«˜37˜373737370
37373737373737€«˜378373737037373737373737€À”37˜3737373703737373737
3737€\ 37˜37373737037373737373737€\ 37˜ 37037373737µb37\ 37˜ 370
373737µb37\ 37˜ 370373737µb37\ 37˜
370373737µb37\ 37˜37373737037373737373737€\ 37˜3737373703

37
8383838383838€\ 38˜38383838038383838383838€\ 38383838038383838383838
€ß`38383838038383838383838€ß`38˜38383838038383838383838€ç¡38˜383838
38038383838383838€ç¡38˜38383838038383838383838€ç¡38˜383838380383838
38383838€ç¡38˜38383838038383838383838€ç¡38˜38383838038383838383838€
ç¡38˜38383838038383838383838€ç¡38˜ 380 383838µb38ç¡38˜
380383838µb38ç¡38˜ 380383838µb38ç¡38˜383838038383838383838€ç¡38˜
380383838µb38ç¡38˜ 380383838µb38ç¡38˜
380383838µb38ç¡38˜38383838038383838383838€ç¡38˜3838383803
8383838383838€ç¡38˜38383838038383838383838€ç¡38˜3838383803838383838
3838€ç¡38˜38383838038383838383838€ç¡38˜38 380383838383838€ç¡38˜38
380383838383838€ç¡38˜38 380383838383838€ç¡38˜38
380383838383838€ç¡38˜38383838038383838383838€ç¡38˜3838383803
8383838383838€ç¡38˜38383838038383838383838€ç¡38˜3838383803838→38383
838€ç¡38˜38383838038383838383838€ç¡38˜38383838038383838383838€ç¡38˜3
8383838038383838383838€ç¡38˜38383838038383838383838€ç¡38˜3838383803
8383838383838€ç¡38˜38383838038383838383838€ç¡3883838380383838383838
38€ç¡38˜38383838038383838383838€Jµ38˜38383838038383838383838€Jµ38˜3
8 380383838→383838€Jµ38˜38 380 383838383838€Jµ38˜38
380383838383838€Jµ38˜38383838038383838383838€Jµ38˜3838383803
8383838383838€Jµ38˜38 380
383838383838€Jµ38˜38 380

38
393939393939€Jµ39˜39 390
393
939393939€J
µ39˜39393939039393939393939€Jµ39˜39393939039393939393939€Jµ39˜3939
3939039393939393939€Jµ39˜39393939039393939393939€Jµ39˜393939390393
93939393939€Jµ39˜39393939039393939393939€Jµ39˜39393939039393939393
939€Jµ39˜39393939039393939393939€Jµ39˜39393939039393939393939€Jµ39˜
39393939039393939393939€Jµ39˜39 390

39
404040404040€Jµ40˜40 400¤404040404040€Jµ40˜40
400404040404040€Jµ40˜40 400404040404040€Jµ40˜40
400404040404040€Jµ40˜40
400404040404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜4
0404040040404040404040€Jµ40˜40404040040404040404040€
Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜404040400404040404
04040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜404040400404
04040404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜404040
40040404040404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜
40404040040404040404040€Jµ40˜40404040040404040404040
€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜40404040040404040
404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜40404040040
404040404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜40404
040040404040404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40
˜40404040040404040404040€Jµ40˜4040404004040404040404
0€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜4040404004040404
0404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜4040404004
0404040404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜40404
040040404040404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40
˜40404040040404040404040€Jµ40˜4040404004040404040404
0€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜4040404004040404
0404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜4040404004
0404040404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜4040
4040040404040404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ4
0˜40404040040404040404040€Jµ40˜404040400404040404040
40€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜404040400404040
40404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜4040404
0040404040404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40˜404
04040040404040404040€Jµ40˜40404040040404040404040€Jµ40
˜40- 40040404040404040€Jµ40˜40- 400 404040404040€Jµ40˜40-
400404040404040€Jµ40˜40-

40
410414141414141€Jµ41˜41414141041414141414141€Jµ41˜4
1414141041414141414141€Jµ41˜41414141041414141414141€J
µ41˜41414141041414141414141€Jµ41˜4141414104141414141
4141€Jµ41˜4141414104141414141α 41€Jµ41˜4141414104141414
14141β €Jµ41˜41414141041414141414141€Jµ41˜4141414104141
4141414141€Jµ41˜41 41041414141σ 4141€Jµ41˜41 410
414141414141€Jµ41˜41 410414141414141€Jµ41˜41
410414141414141€Jµ41˜41
410414141414141€Jµ41˜41414141041414141414141€Jµ41˜4
1414141041414141414141€Jµσ ˜41414141041414141414141€Jµ
41˜41414141041414141414141€Jµ41˜4141414104141414141414
1€Jµ41˜41414141041414141414141€Jµ41˜41
41041414141414141€Jµ41˜41 410 414141414141€Jµ41˜41
410414141414141€Jµ41˜41 410414141414141€Jµ41˜41
410414141414141€Jµ41˜41 410414141414141€Jµ41˜41
410414141414141€Jµ41˜41
410414141414141€Jµ41˜41414141041414141414141€Jµ41˜
4104
1414141/
þ41Jµ41˜41414141041414141414141€Jµ41˜41414141041414141
414141€Jµ41˜ 410
414
141/þ41Jµ41˜41414141041414141414141€Jµ41˜4141414104
1414141414141€Jµ41˜41414141041414141414141€Jµ41˜414141
¤041414141414141€Jµ41˜41414141041414141414141€Jµ414141
41 041414141414141€4
14141€
˜41414141041414141414141€H41˜41414141041414141414141€
H41414141041414141414141€H41˜41414141041414141414141€
·41˜41414141041414141414141€·41˜4141414104141414141414

41
2€·42˜4242σ 42042424242424242€·42424242042424242424242€
H42˜42424242042424242424242€â42˜424242420424242424242
42€â42˜42424242042424242424242€â42˜4242424204242424242
4242€â42˜42424242042424242424242€â42˜42424242042424242
4242nd yang ditranskripsikan disebut dengan sense strand, sedangkan yang
tidak ditanskripsikan disebut anti-sense strand. Setelah transkripsi dimulai,
faktor σ terlepas dari RNA polimerase (RNA polimerase tanpa faktor σ disebut
dengan core enzyme) dan transkripsi berlangsung terus sampai mencapai suatu
daerah pada akhir gen yang disebut terminator (mRNA terminal membentuk
stem loop). Urutan terminator menandai tempat akhir transkripsi (akhir suatu
gen). Terminator biasanya adalah urutan nukleotida yang membentuk pasangan
basa adenin dan urasil (A-U) yang lemah ikatannya (hanya 2 ikatan hidrogen)
sehingga RNA polimerase dapat lepas beserta RNAnya. Setiap organisme
mempunyai sinyal transkripsi (promotor dan terminator) yang spesifik.
Gen organisme prokariot bersifat kontinyu artinya seluruh nukleotida
menspesifikasikan asam amino. Sedangkan gen organisme eukariot bersifat tidak
kontintu artinya tidak seluruh urutan nukleotida menspesifikasikan asam amino.
Bagian gen yang menspesifikasikan asam amino disebut ekson, sedangkan yang
tidak menspesifikasikan asam amino disebut intron. Ekson dan intron letaknya
bergantian. Hasil transkripsi gen organisme prokariot dapat langsung di translasi
menjadi protein, sedangan gen organisme eukariot harus melakukan proses
splicing untuk menghilangkan intron, agar berfungsi sebagai mRNA yang
kemudian ditranslasi menjadi protein.

1. Translasi
Translasi ialah suatu proses di mana informasi urutan triplet basa nitrogen
pada mRNA (codon) dipakai untuk menentukan asam amino pada suatu protein
yang akan dibentuk. Proses translasi berlangsung pada ribosom. Ujung mRNA
yang telah masuk ke sitoplasma akan terikat dengan ribosom eukariot unit kecil
(40S), yang kemudian mengikat ribosom unit besar (60S), sedangkan pada
ribosom prokariot unit kecil (30S) dan unit besar (50S). Terdapat tiga situs pada
ribosom unit besar yaitu situs A (acil)/membawa satu asam amino, situs P

42
(peptidyl) dan situs E (exit). Setelah inisiasi translasi, codon pertama contohnya
UUA (mRNA) dibaca oleh komplementer anti-codonnya yaitu AAU pada tRNA1,
yang tRNAnya mengangkut asam amino leusin masuk pada situs P (peptidyl),
kemudian codon kedua yaitu CCC (mRNA) dibaca oleh komplementer anti-
codonnya yaitu GGG (tRNA2) yang mengangkut asam amino prolin masuk pada
situs A (acil), kemudian oleh enzim RNA katalitik terjadi ikatan peptida antara
leusin dan prolin. Codon pertama setelah terjadi ikatan peptida akan keluar
disebut dengan situs E (exit). Proses ini berlangsung terus menerus sampai
mencapai suatu codon yang tidak dikenali oleh anti-codon yang dibawa oleh
tRNA, hal tersebut memberikan sinyal bahwa proses translasi telah berhenti.
Kedua sub unit ribosom akan berdisosiasi dan polipeptida dibebaskan dari tRNA.

5 Anti-sense strand 3 DNA


3 promotor Sense strand terminal 5
Transkripsi
A T A G T C T T T

mRNA

Translasi
U A U C A G A A A Protein

Tirosin – Glutamin - Lisin

Gambar 2
Transkripsi dan Translasi

Gen dapat berubah atau bermutasi menjadi bentuk lain, sehingga berakibat
memerintahkan pembentukkan suatu protein berubah atau baru dari kekhasan
selnya. Mutasi dapat menimbulkan ciri genetik yang baru atau menyebabkan
genotif berubah. Suatu organisme yang memperlihatkan efek suatu mutasi
dinamakan mutan. Beberapa tipe utama mutan adalah sebagai berikut:
1. Mutan yang memperlihatkan toleransi yang meningkat terhadap unsur-
unsur penghambat, terutama antobiotika

43
2. Mutan yang menunjukkan kemampuan fermentasi yang berubah atau
meningkatnya atau berkurangnya kapasitas untuk menghasilkan produk akhir.
3. Mutan yang mempunyai defisiensi akan nutrisi, yakni membutuhkan
medium yang lebih komplek untuk tumbuhnyan daripada biakan aslinya.
4. Mutan yang memperlihatkan perubahan dalam bentuk koloni atau
kemampuan untuk menghasilkan pigmen.
5. Mutan yang memperlihatkan perubahan pada strutur permukaan dan
komposisi sel (mutan antegenik).
6. Mutan yang resisten terhadap aksi bakteriofage.
7. Mutan yang memperlihatkan beberapa perubahan pada ciri-ciri
morfologis, misalnya hilang kemampuan untuk menghasilkan spora, kapsul
dan flagel.

Mutasi terjadi pada bakteri sebagai akibat kekeliruan pada replikasi DNA.
Mutasi dapat dibedakan menjadi mutasi spontan yang terjadi di alam, dan mutasi
dibuat oleh manusia yang mengunakan agen-agen muntagen untuk meningkatkan
laju mutasi.
Mutasi juga dapat dibedakan karena akibat penghilangan pasangan basa
menjadi mutasi mikro yaitu basa pirimidin (cytosin-timin) yang terganti dengan
basa purin (adenin-guanin), dan mutasi makro yaitu basa pirimidin yang terganti
dengan basa pirimidin yang lain.
1. Mutasi Spontan
Mutasi spontan adalah perubahan yang terjadi selama pertumbuhan normal.
Skala waktu untuk laju mutasi tidak dinyatakan dalam satuan jam atau hari
melainkan generasi (evolusi).

2. Mutasi Buatan
Mutasi buatan dapat dibedakan menjadi:
(1) Mutasi misens
Mutasi misens (salah arti) terjadi karena subtitusi asam amino yang lain ke
dalam polipeptida. Contohnya apabila selama replikasi DNA triplet GAA (leusin)

44
karena kesalahan harus direplikasi sebagai GTA (histidin) sehingga pada sintesis
protein selanjutnya leusin akan digantikan oleh histidin.
(2) Mutasi pergeseran kerangka
Mutasi pergeseran kerangka terjadi karena penyisipan atau pengurangan satu
basa. Hal tersebut kelihatannya tidak akan menyebabkan perubahan besar dalam
komposisi protein yang dihasilkan padahal akan mengubah semuanya.
Contohnya: DNA : AAC GAA CGC TGA
RNA : UUG CUU GCG ACU
Pengurangan A pertama pada DNA mengeser kerangka “bacaan” sebagai berikut:
DNA : ACG AAC GCT GA
RNA : UGC UUG CGA CU
Pengurangan tersebut merubah asam amino yang dihasilkan yaitu dari leusin-
histidin-alanin-treonin ke sistein-leusin-arginin-leusin. Bila pengurangan
semacam ini diganti dengan penyisipan basa baru yang sangat mirip dengan basa
yang dikurangkan, maka jelas akan terjadi polipeptida yang sama sekali baru.
(3) Mutasi nonsens
Mutasi nonsens adalah mutasi yang terjadi karena terbentuknya codon
penghentian sintesis rantai polipeptida sehingga menyebabkan pelepasan
polipeptida yang tidak lengkap. Codon penghentian tersebut adalah bara (UAG),
koer (UAA) dan opal (UGA).

3. Kecepatan Mutasi
Kecepatan mutasi umumnya didefinisikan sebagai angka rata-rata mutasi per
sel, per generasi atau per divisi. Dari definisi tersebut, secara asensiil data yang
dicatat adalah: 1) jumlah/angka mutasi yang muncul, 2) jumlah generasi yang
terjadi mutasi dan 3) jumlah tara-rata bakteri yang muncul dalam interval waktu
tertentu.
Secara umum perhitungan kecepatan mutasi dalam kondisis ideal perlu
memenuhi kondisi sebagai berikut:
1. Harus digunakan populasi yang besar agar reliabilitynya tinggi
sehingga estimasi lebih tepat sebab memungkinkan pengamanan kecepatan
mutasi yang lebih baik.

45
2. Kecepatan yang tidak signifikan terhadap back mutation atau suatu
perkiraan yang tepat terhadap back mutation tersebut.
3. Mutan dan tipe parental harus muncul bersama-sama pada
lingkungan dimana mutasi itu terjadi dan peneliti dapat mendeteksi setiap
munculnya sel mutan.

9.3.2 Plasmid
Plasmid adalah materi genetik diluar kromosom. Sejumlah bakteri memiliki
plasmid yaitu berupa untaian DNA melingkar yang lebih kecil dari pada
kromosom (mengandung sekitar 100 kbp). Ukuran plasmid bervariasi, berat
molekulnya sekitar 5 x 10 daltons yang dapat mengkode 100 gen. Karena
ukurannya lebih kecil, replikasi plasmid lebih cepat daripada replikasi kromosom.
Molekul DNA-nya direplikasi oleh enzim-emzim yang berasal dari sel.
Gen yang berlokasi pada plasmid lebih mobil dibandingkan dengan yang
terdapat dalam kromosom karena plasmid terletak di sitoplasma dan ukurannya
lebih kecil. Oleh karena itu gen resistensi yang terdapat pada plasmid dapat
ditransfer dari satu sel ke sel lain. Transfer plasmid dapat terjadi melalui tiga cara
yaitu: tranformasi, transduksi dan konjugasi.
1. Sifat-sifat plasmid
Plasmid adalah molekul DNA yang bulat atau sirkuler, sifat-sifat plamid
adalah:
a. Kira-kira mempunyai berat 1-3% dari kromosom bakteri
b. Berada bebas dan bergerak dalam sitoplasma bakteri
c. Adalanya dapat bersatu ke dalam kromosom bakteri
d. Dapat melakukan replikasi sendiri secara otonom
e. Dapat berpindah atau dipindahkan dari satu species ke species lain

2. Jenis-jenis plasmid
Ada beberapa jenis-jenis plasmid yaitu:
(1) Faktor R
Faktor R adalah satu golongan plasmid yang membawa gen-gen untuk
resistensi terhadap satu atau lebih antibiotika dan logam berat. Gen dalam plasmid

46
yang menyebabkan resistensi obat seringkali memproduksi enzim-enzim yang
dapat merusak daya kerja obat. Contoh: plamid yang menentukan resistensi untuk
penecilin dan sefalosporin memproduksi enzim beta laktamase.
(2)Toksin
Ada beberapa toksin dari kuman yang merupakan produk dari plamid
misalnya Enterotoksigenik Escherichia coli memproduksi toksin yang
menyebabkan diare pada anak.
(3) Faktor F
Faktor F = fertility faktor memegang peranan dalam proses konjugasi bakteri.

3. Fungsi plasmid
Fungsi plasmid adalah menyandi. Contohnya plasmid menyandi resistensi
antibiotika, menyandi resistensi terhadap merkuri dan garam-garam perak,
menyandi fimbria yang terlihat pada perlekatan bakteri pada sel lain. Plasmid lain
menyandi kemampuan memetabolisasi gula-gula baru dan sumber karbon baru.
Beberapa fungsi tambahan yang disandi plasmid adalah enzim-enzim penambat
nitrogen pada Rhizobium, produksi tumor tumbuhan oleh Agrobacterium dan
kemampuan untuk metabolisasi hidrokarbon seperti yang terdapat pada ceceran
minyak bumi.

9.4 Rekombinasi Genetik pada Mikroba


Rekombinan genetis ialah pembentukan suatu genotif baru melalui pemilihan
kembali gen-gen setelah terjadi pertukaran bahan genetis antara dua kromosom
yang berbeda yang mempunyai gen-gen serupa pada situs-situs yang
bersangkutan.
Rekombinan dengan mutasi mekanismenya sama tetapi rekombinan lebih
mengarah keperbaikan sedangkan mutasi kearah keburukan.
Pada bakteri rekombinan genetis dihasikan dari tiga tipe pemindahan gen
yaitu:
1. Konjugasi
Konjugasi adalah proses pemindahan sebagian materi (gen) dari satu bakteri
ke bakteri lain melalui suatu kontak langsung/fisik dengan menggunakan pili.

47
Artinya terjadi transfer ADN dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima
melalui ujung pilus. Kemampuan sel donor memindahkan ADN dikontrol oleh
faktor pemindahan (faktor F).
2. Transformasi
Transformasi adalah proses pemindahan DNA bebas-sel atau “bugil” dari satu
sel ke sel yang lain, tetapi tidak terjadi melalui kontak langsung. Cara trasformasi
ini hanya terjadi pada beberapa species saja. Misalnya pada bakteri Pneumococci
yang menyebabkan pnemonia.
3. Transduksi
Transduksi adalah proses pemindahan gen dari satu sel ke sel yang lain
dengan perantara virus atau bakteriofage (virus bakteri). DNA virus masuk ke
DNA bakteri, kemudian mengadakan replikasi sesuai ADN bakteri. Bila vius-
virus baru sudah terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri,
bakteriofage yang nonvirulen (menimbulkan respon lisogen) memindahkan ADN
dan bersatu dengan ADN inangnya, peoses ini dinamakan transduksi.
Latihan
Untuk memperdalam materi di atas, kerjakanlah latihan soal-soal berikut:
1. Jelaskan secara singkat pewarisan cirri dan variasi
2. Jelaskan perubahan fenotip akibat perubahan lingkungan
3. Jelaskan perubahan genotif pada mikroba.
4. Jelaskan rekombinasi genetic pada mikroba
Rangkuman
1. Pewarisan Ciri dan Variasi
Ciri khas semua bentuk kehidupan dari segi pandangan genetika adalah
kemantapan umum atau kesamaan ciri-ciri keteturunannya dan tetuanya.
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup juga meneruskan ciri-ciri kepada
keturununnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi species mikroba,
bahkan galur-galur mikroba yang menunjukkan bahwa mikroba tersebut mampu
meneruskan informasi genetik dari generasi ke generasi berikutnya dengan tepat.
Disamping pewarisan ciri-ciri yang menyebabkan sifat tetap, progeni
memperlihatkan (mengekspresikan) keragaman (variasi). Perubahan-perubahan
ini berkaitan dengan dua sifat dasar sel atau organisme, yakni fenotif dan genotif.

48
Genotif mengacu pada komposisi genetis sel (genom). Fenotif merupakan
ekspresi genotif dalam bentuk atau sifat-sifat yang dapat diamati bagi sel atau
organisme yang bersangkutan. Dengan kata lain genotif merupkan kemampuan
genetika jasad renik, sedamgkam fenotif merupakan sifat yang terlihat
sesungguhnya karena faktor lingkungan.
Genotif suatu biakan mikroba relatif konstan selama pertumbuhan tetapi
dapat berubah karena mutasi. Variasi genetik yang timbul di dalam suatu sel
mikroba dapat disebabkan karena mutasi. Mutasi adalah perubahan di dalam gen
sel jasad renik yang berakibat perubahan morfologi dan biokimiawidi dalam sel.
Mutasi jasad renik dapat terjadi secara spontan atau dengan pemberian suatu
mutagen (penyebab mutasi).
2. Perubahan Fenotif Akibat Perubahan Lingkungan
Fenotif suatu populasi mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan
dapat diamati bila mikroba tersebut ditumbuhkan pada berbagai medium yang
berbeda. Sifat-sifat fenotif yang dapat terlihat langsung misalnya perbedaan
dalam morfologi sel dan penampakkan koloni. Sebagai contoh bakteri pembentuk
kapsul yang ditumbuhkan pada medium yang mengandung karbohidrat tinggi
akan membentuk kapsul lebih tebal dan membentuk koloni yang berlendir.
Pembentukkan spora dan flagel juga dapat dihambat oleh komponen-komponen
tertentu di dalam medium.
Sejauh mana informasi genetik (genotif) diekspresikan tergantung dari
faktor lingkungan. Contohnya suatu bakteri yang bersifat anaerob fakultatif akan
menghasilkan produk-produk akhir metabolisme, tergantung dari ada tidaknya
oksigen selama pertumbuhan.
Hal yang paling menonjol pada tipe perubahan fenotif adalah melibatkan
sebagian besar sel di dalam biakan. Perubahan fenotif macam ini tidak
diwariskan, melainkan terjadi bila beberapa keadaan dalam lingkungan berubah.
Kembalinya pada fenotif asli terjadi bila lingkungan semula pulih kembali. Faktor
lingkungan selain media, udara juga faktor suhu pertumbuhan. Contohnya
Staphylococcus aereus hanya dapat memproduksi pigmen pada suhu kamar.
3. Perubahan Genotip pada Mikroba

49
Genotif suatu sel bakteri ditentukan oleh informasi genetik yang dikandung
dalam kromosomnya. Kromosom terdiri dari gen-gen. Gen merupakan segmen
DNA dengan urutan nukleotida tertentu yang bertanggung jawab dalam
menurunkan informasi mengenai sifat biokimia atau fisiologik tertentu.
4. Rekombinasi Genetik pada Mikroba
Rekombinan genetis ialah pembentukan suatu genotif baru melalui pemilihan
kembali gen-gen setelah terjadi pertukaran bahan genetis antara dua kromosom
yang berbeda yang mempunyai gen-gen serupa pada situs-situs yang
bersangkutan. Rekombinan dengan mutasi mekanismenya sama tetapi rekombinan
lebih mengarah keperbaikan sedangkan mutasi kearah keburukan. Pada bakteri
rekombinan genetis dihasikan dari tiga tipe pemindahan gen yaitu: konjugasi,
transformasi dan transduksi.
C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Jelaskan secara singkat pewarisan cirri dan variasi
2. Jelaskan perubahan fenotip akibat perubahan lingkungan
3. Jelaskan perubahan genotif pada mikroba.
4. Jelaskan rekombinasi genetic pada mikroba
b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan
dibahas.
- Aktif dalam tanya jawab.
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka
mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80%
dianjurkan untuk:
• Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
• Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.

50
- Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian
materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban
1. Pewarisan Ciri dan Variasi
Ciri khas semua bentuk kehidupan dari segi pandangan genetika adalah
kemantapan umum atau kesamaan ciri-ciri keteturunannya dan tetuanya.
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup juga meneruskan ciri-ciri kepada
keturununnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi species mikroba,
bahkan galur-galur mikroba yang menunjukkan bahwa mikroba tersebut mampu
meneruskan informasi genetik dari generasi ke generasi berikutnya dengan tepat.
Disamping pewarisan ciri-ciri yang menyebabkan sifat tetap, progeni
memperlihatkan (mengekspresikan) keragaman (variasi). Perubahan-perubahan
ini berkaitan dengan dua sifat dasar sel atau organisme, yakni fenotif dan genotif.
Genotif mengacu pada komposisi genetis sel (genom). Fenotif merupakan
ekspresi genotif dalam bentuk atau sifat-sifat yang dapat diamati bagi sel atau
organisme yang bersangkutan. Dengan kata lain genotif merupkan kemampuan
genetika jasad renik, sedamgkam fenotif merupakan sifat yang terlihat
sesungguhnya karena faktor lingkungan.
Genotif suatu biakan mikroba relatif konstan selama pertumbuhan tetapi
dapat berubah karena mutasi. Variasi genetik yang timbul di dalam suatu sel
mikroba dapat disebabkan karena mutasi. Mutasi adalah perubahan di dalam gen
sel jasad renik yang berakibat perubahan morfologi dan biokimiawidi dalam sel.
Mutasi jasad renik dapat terjadi secara spontan atau dengan pemberian suatu
mutagen (penyebab mutasi).
2. Perubahan Fenotif Akibat Perubahan Lingkungan
Fenotif suatu populasi mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan
dapat diamati bila mikroba tersebut ditumbuhkan pada berbagai medium yang
berbeda. Sifat-sifat fenotif yang dapat terlihat langsung misalnya perbedaan
dalam morfologi sel dan penampakkan koloni. Sebagai contoh bakteri pembentuk
kapsul yang ditumbuhkan pada medium yang mengandung karbohidrat tinggi
akan membentuk kapsul lebih tebal dan membentuk koloni yang berlendir.

51
Pembentukkan spora dan flagel juga dapat dihambat oleh komponen-komponen
tertentu di dalam medium.
Sejauh mana informasi genetik (genotif) diekspresikan tergantung dari
faktor lingkungan. Contohnya suatu bakteri yang bersifat anaerob fakultatif akan
menghasilkan produk-produk akhir metabolisme, tergantung dari ada tidaknya
oksigen selama pertumbuhan.
Hal yang paling menonjol pada tipe perubahan fenotif adalah melibatkan
sebagian besar sel di dalam biakan. Perubahan fenotif macam ini tidak
diwariskan, melainkan terjadi bila beberapa keadaan dalam lingkungan berubah.
Kembalinya pada fenotif asli terjadi bila lingkungan semula pulih kembali. Faktor
lingkungan selain media, udara juga faktor suhu pertumbuhan. Contohnya
Staphylococcus aereus hanya dapat memproduksi pigmen pada suhu kamar.
3. Perubahan Genotip pada Mikroba
Genotif suatu sel bakteri ditentukan oleh informasi genetik yang dikandung
dalam kromosomnya. Kromosom terdiri dari gen-gen. Gen merupakan segmen
DNA dengan urutan nukleotida tertentu yang bertanggung jawab dalam
menurunkan informasi mengenai sifat biokimia atau fisiologik tertentu.
4. Rekombinasi Genetik pada Mikroba
Rekombinan genetis ialah pembentukan suatu genotif baru melalui pemilihan
kembali gen-gen setelah terjadi pertukaran bahan genetis antara dua kromosom
yang berbeda yang mempunyai gen-gen serupa pada situs-situs yang
bersangkutan. Rekombinan dengan mutasi mekanismenya sama tetapi rekombinan
lebih mengarah keperbaikan sedangkan mutasi kearah keburukan. Pada bakteri
rekombinan genetis dihasikan dari tiga tipe pemindahan gen yaitu: konjugasi,
transformasi dan transduksi.
e. Referensi
Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta. Penerbit Buku
kedokteran EGC.
Waluyo. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM
f. Senarai
- variasi : keragaman
- mutagen : penyebab mutasi

52
- bakteriofage : virus bakteri

BAB X
DISIPLIN ILMU DALAM MIKROBIOLOGI
Deskripsi singkat
Bab ini akan menguraikan tentang bakteriologi, virologi, miklogi, fikologi
da protozologi.
Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan bab selanjutnya.
Mahasiswa akan mengetahui berbagai disiplin ilmu dalam mikrobiologi.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan disiplin ilmu dalam mikrobiologi.
B. Penyajian
Uraian dan contoh
10.1 Bakteriologi
Nama bakteri berasal dari bahasa Yunani yaitu “ bacterion” yang berarti
batang atau tongkat. Bakteri berkembangbiak dengan membelah diri dan karena
begitu kecil hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri
walaupun bersel satu tetapi mempunyai beberapa organel yang dapat
melaksanakan beberapa fungsi hidup.
10.1.1 Morfologi Bakteri

Morfologi bakteri dibagi menjadi dua yaitu ukuran bakteri dan bentuk
bakteri:

1. Ukuran Bakteri

Satuan ukuran tubuh bakteri adalah mikrometer atau mikron. Satu mikron
sama dengan1/1.000 milimeter. Lebar tubuh umumnya antara 1-2 m, sedangkan

53
panjangnya atara 2-5 mikron. Bakteri berbentuk kokus ada yang berdiameter 0,5
mikron ada pula yang berdiameter sampai 2,5 mikron. Sedangkan bakteri
berbentuk basil ada yang lebarnya 0,2-2 mikron. Pada umumnya bakteri yang
berumur 3-6 jam lebih besar daripada bakteri yang umurnya lebih daripada 24
jam.
2. Bentuk Bakteri

Secara garis besar bentuk tubuh bakteri dapat dikelompokkan dalam 3


golongan yaitu:
(1) Basil (bacillus)
Basil dari bacillus, merupakan bakteri yang mempunyai bentuk tongkat
pendek/batang kecil dan silindris. Sebagian bakteri berbentuk basil. Basil dapat
bergandeng-gandengan panjang, bergandengan dua-dua atau terlepas satu sama
lainnya. Berdasarkan jumlah koloni, basil dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok yaitu:
• Monobasil, yaitu basil yang menyendiri atau tidak bergerombol
• Diplobasil, bila koloni basil terdiri dari dua basil
• Streptobasil, bila koloni bakteri berbentuk rantai
(2) Kokus (coccus)
Kokus adalah bakteri yang mempunyai bentuk bulat seperti bola-bola kecil.
Jumlah dari bakteri golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kelompok ini ada
yang bergerombol dan bergandeng-gandengan membentuk koloni. Berdasarkan
jumlah koloni, kokus dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu:
• Monolokus, nila kokus hidup menyendiri
• Diplokokus, bila kokus membentuk koloni dari dua kokus
• Steptokokus, bila koloni berbentuk seperti rantai
• Stafilokokus, bila koloni bakteri kokus membentuk untaian seperti
bauh anggur
• Sarsina, bila koloni bakteri mengelompok serupa kubus
• Tetrakokus, bila koloni terdiri dari empat kokus
(2) Spiril (spirillium)

54
Spiril merupakan bakteri yang berbentuk bengkok atau berbengkok-bengkok
seperti spiral. Bakteri yang berbentuk spiral sangat sedikit jenisnya, dibandingkan
dengan golongan basil dan golongan kokus.
10.1.2 Struktur Luar Sel Bakteri

1. Envelop Bakteri

Komponen permukaan yang terdapat pada envelop bakteri mempunyai


fungsi dalam mengambil nutrien, menghindari senyawa toksik tertentu dan
memperantarai transfer informasi genetik. Envelop bakteri terdiri atas: (a)
membran sitoplasma, (b) dinding sel, dan (c) membran luar pada bakteri tertentu.
Membran sel merupakan lapisan ganda fosfolipid yang mengandung lebih dari
200 protein berbeda. Lapisan ganda fosfolipid terbentuk karena bagian hidrofil
fosfolipid terpapar ke arah luar sedangkan bagian hidrofob mengarah ke dalam.
Protein yang terdapat dalam membran disebut dengan protein membran, dan
protein yang melintasi membran disebut dengan protein transmembran.
Membran sel bakteri mempunyai fungsi sebagai barier osmotik,
transport nutrien, tempat sintesis lipid membran termasuk LPS, tempat sintesis
dinding murein, perakitan dan sekresi protein ekstrasitoplasma (protein membran,
periplasma, membran luar, dan protein ekstraseluler), transport elektron yang
terlibat dalam respirasi, segregasi kromosom, dan khemotaksis.

(1) Dinding sel


Dinding sel atau lapisan murein memberi kekuatan pada sel, sehingga sel
sangat sulit dipecahkan dengan cara mekanik serta mempertahankan bentuk sel.
Dinding sel memberi pertahanan kimia dan fisika terhadap bahan kimia berbahaya
yang menyerang membran sel.
Pada bakteri Gram positif, peptidoglikan berlapis tebal dan
mengandung asam teichoat. Dinding sel ini tidak permeabel terhadap senyawa
hidrofob. Demikian juga gugus amino-gula, asam amino bermuatan dan fosfat
asam teichoat sangat polar sehingga asam teichoat juga memberi perlindungan
terhadap senyawa hidrofob. Keberadaan lapisan peptidoglikan dan asam teichoat
menyebabkan sel diselubungi oleh lapisan hidrofil. Beberapa asam teichoat
mempunyai lipid disebut asam lipotechoat (LTA). LTA menempel pada membran

55
sitoplasma melalui bagian lipidnya.. Lapisan peptidoglikan yang tebal pada
bakteri Gram positif menyebabkan kompleks dye-iodin yang bersifat hidrofob
setelah masuk ke dalam sel, sulit untuk meninggalkan sel. Dinding sel yang tebal
juga menyebabkan sel dapat bertahan pada media hipotonik. Pada bakteri Gram
positif, peptidoglikan mempunyai ketebalan sampai sekitar 25 lapisan.
Peptidoglikan mengandung ikatan β 1-4 glikosida yang dapat dikenali oleh
lisozim.

Dinding sel bakteri Gram negatif di bagian luarnya diselubungi oleh suatu
membran yang disebut dengan membran luar. Pada bakteri ini, lapisan
peptidoglikan tipis dan hanya terdiri atas dua lapisan. Di sebelah dalam lapisan
peptidoglikan terdapat satu membran yang disebut membran dalam atau membran
sitoplasma. Tidak seperti membran dalam, membran luar merupakan suatu
membran yang tidak simetri. Bagian luar membran ini terdiri atas
lipopolisakarida sedangkan bagian dalamnya adalah fosfolipid. Bagian luar LPS
adalah antigen O yang merupakan rantai karbohidrat. Struktur envelop bakteri
Gram negatif dapat dilihat pada Gambar. Oleh karena itu, baik membran sel
bakteri gram positif maupun gram negatif bagian luarnya bersifat hidrofil dan
resisten terhadap senyawa hidrofob dan hidrofil. Pada membran luar bakteri gram
negatif terdapat porin yang membentuk suatu saluran berisi air. Porin
menyebabkan senyawa hidrofil berukuran kecil dapat melintasi membran luar
melalui difusi pasif. Struktur porin serta lokasinya dapat dilihat pada gambar.
Senyawa hidrofil berukuran besar tentunya tidak dapat melintasi membran luar
secara difusi aktif, tetapi harus melalui suatu mekanisme tertentu. Keberadaan
membran luar mengakibatkan bakteri gram negatif sangat resisten terhadap
berbagai antibiotik. Jarak antara membran luar dan peptidoglikan dipertahankan
melalui suatu lipoprotein. Bagian lipid berinteraksi dengan membran luar,
sementara bagian proteinnya berinteraksi dengan peptidoglikan.

(2) Periplasma
Pada bakteri Gram negatif, diantara membran luar dan membran dalam
terdapat ruang yang disebut dengan periplasma. Didalam periplasma terdapat
berbagai protein dengan fungsi berbeda, yaitu protein pengikat asam amino, gula,
vitamin dan ion; enzim pendegradasi yang meliputi berbagai fosfatase, protease

56
dan endonuklease I; enzim detoksifikasi misalnya β -laktamase (enzim
penginaktivasi penisilin dan sefalosporin) dan enzim penfosforilasi
aminoglikosida.

(3) Fungsi envelop


Envelop bakteri sangat bervariasi dalam struktur dan komposisi kimianya.
Keragaman ini menggambarkan berbagai tantangan lingkungan yang dialami oleh
mikroorganisme. Berbagai strategi dan penggunaan komponen envelop bakteri
adalah sebagai berikut :
a. Kekuatan dan integritas dinding sel bermanfaat untuk mengatasi tekanan
osmosa internal yang tinggi dan kehidupan dalam lingkungan encer.

b. Untuk menghadapi berbagai enzim berbahaya di lingkungan, bakteri


dilengkapi oleh envelop dengan jala penghalang berpori ukuran kecil.

c. Envelop bakteri dilengkapi oleh enzim pendegradasi spesifik, penghalang


permeabilitas, mutasi target yang bermanfaat untuk menghadapi racun organik
dan antibiotik.

d. Keberadaan ion logam toksik untuk menghadapi kebutuhan trace metal,


envelop bakteri dilengkapi ligan tertentu untuk menangkap dan khelat selektif
untuk menahan ion essensial.

e. Untuk menghadapi pemangsa (misalnya virus, protozoa, fagosit), bakteri


dilengkapi dengan kemampuan untuk membuat atau mengubah reseptor,
lapisan penghalang (termasuk lapisan S), permukaan yang tidak menunjang
secara fisikokimia, kapsul dan lain sebagainya.

f. Nuklease tertentu digunakan untuk menghadapi serangan DNA asing; (7)


untuk menghadapi masalah substrat yang sulit berdifusi atau sulit diperoleh,
bakteri dilengkapi oleh mekanisme perlekatan, pergerakan dengan berenang
dan gliding, chemotaxis, dan fototaksis.

g. Untuk mengatasi lingkungan yang secara fisikokimia bervariasi, bakteri


dilengkapi dengan gas vesicle, penghalang difusi selektif dan lebih tepat
membran lipid.

57
2. Kapsul

Banyak bakteri gram positif dan gram negatif mensekresi suatu struktur
amorf. Seringkali, senyawa tersebut merupakan polisakarida berbobot molekul
tinggi, baik heteropolimer atau homopolimer. Sintesis senyawa ini tidak terjadi
setiap saat, tergantung pada medium pertumbuhan dan tidak penting untuk setiap
saat. Pertumbuhan dapat terjadi tanpa kapsul, paling tidak pada kondisi
laboratorium. Walaupun demikian, kapsul seringkali merupakan suatu determinan
kemampuan sel bakteri untuk berkolonisasi pada lingkungan tertentu (misalnya
Streptokokus mutants pada gigi). Kapsul juga merupakan pertahanan utama
terhadap fagositosis. Tidak mengherankan bahwa banyak bakteri harus melintasi
darah untuk mencapai organ dalam bentuk berkapsul. Contohnya adalah
Haemophilus influenzae.

3. Flagela atau Bulu Cambuk

Flagella adalah organ untuk pergerakan bakteri, Flagela merupakan


filamen berbentuk heliks dengan motor pada dasarnya dan berotasi relatif
terhadap permukaan bakteri. Flagela bakteri menyebabkan pergerakan dengan
rotasi, tidak dengan membengkokkan, seperti yang terjadi pada flagela eukariot.
Gerakan flagel dapat menyebabkan bakteri terdorong ke depan, sehingga flagel
mempunyai fungsi seperti baling-baling pada kapal laut.
Tidak semua bakteri bergerak, dan beberapa bakteri yang bergerak tidak
mempunyai flagela. Bentuk lain dari motilitas adalah gliding. Bakteri yang
berflagela dapat dibedakan pada jumlah dan organel ini. Beberapa spesies, seperti
anggota Pseudomonas, hanya mempunyai satu flagela dan berlokasi pada ujung.
Escherichia coli mempunyai sekitar 10 flagela. Proteus mempunyai ratusan
flagela dan lokasinya tersebar pada seluruh permukaan sel.

Setiap flagela terdiri atas tiga bagian yang berbeda pada kompleksitas
molekulnya. Di bagian luar, adalah filamen heliks yang panjang, yang menjorok
5-10 µ m ke medium – beberapa kali dari panjang sel. Filament dihubungkan
dengan hook ke basal body. Filamen terdiri atas protein yang disebut flagelin.
Pada beberapa spesies, flagela terdiri atas dua jenis flagelin (pada Caulobacter),
tetapi pada umumnya hanya satu jenis. Flagelin sangat antigenik.

58
Berdasarkan tempat kedudukan flagel, maka dapat diklasifikasi sebagai
berikut:

• Monotrik, jika flagel hanya satu dan melekat pada ujung sel.

• Lofotrik, jika banyak flagel yang melekat pada salah satu ujung sel

• Amfitrik, jika banyak flagel yang melekat pada kedua ujung sel

• Peritrik, jika flagel tersebar dari ujung samapi ke sisi-sisi sel

• Atrik, jika species tidak mempunyai flagel sama sekali

4. Pili atau Fimbriae

Pili adalah tipe kedua dari struktur protein yang menjorok keluar dari
permukaan bakteri. Pili merupakan suatu organ untuk perlekatan pada permukaan
dan bersifat sangat spesifik. E.coli mempunyai 100-300 pili. Panjang pili adalah
berkisar antara 0,2 – 2 µ m. pili terdiri atas pilin. Beberapa pilin mengandung satu
jenis pilin, tetapi yang lain mengandung, lebih dari satu. Protein minor, seringkali
berlokasi pada ujung pili dan bertanggung jawab pada sifat perlekatan. Molekul
pilin ditata dalam bentuk heliks untuk membentuk silinder lurus.

Pili tertentu, dinamakan pili seks, memainkan fungsi yang sangat penting
dalam konjugasi bakteri. Pili memperantarai perlekatan awal pada pasangan yang
berkonjugasi (lihat gambar). Pili jenis lain, dinamakan pili tipe 1 atau common
pili, terlibat dalam perlekatan bakteri pada permukaan, seringkali pada permukaan
sel eukariot. Sebagai contoh adalah Neisseria gonorrhoeae, E.coli dan patogen
lain melekat pada membran saluran kemih melalui pili. Perlekatan menyebabkan
pengikatan spesifik antara pili dan reseptor permukaan (suatu glikoprotein) pada
permukaan sel inang. Adesin digunakan untuk menyatakan protein minor pada
pili yang berperan dalam interaksi inang – parasit.

Pili dari bakteri berbeda mempunyai antigenisitas berbeda dan


menginduksi pembentukan antibodi dengan spesifitas berbeda. Antibodi terhadap
pili dari suatu spesies bakteri tidak mencegah perlekatan bakteri lain. Walaupun
dalam satu spesies, bakteri seperti gonokokus telah berevolusi sehingga

59
mempunyai kemampuan untuk membentuk pili dengan tipe antigenik yang
berbeda. Dengan merubah tipe pilinya, sel gonokokus masih tetap melekat pada
sel inang, setelah menginduksi respons antibodi yang kuat terhadap tipe pili asal.

10.1.3 Struktur Dalam Sel Bakteri

1. Membran Sitoplaslama

Bagian ini merupakan bungkus dari sitoplasma, terletak dibagian bawah


dinding sel tetapi tidak terikat. Nama lain dari membran sitoplasma adalah
plasmolema atau lapisan hialin. Membran sitoplasma tersusun oleh senyawa
protein, lipida dan asam nukleat. Bersifat selektif karena diperlukan sebagai
mekanisme pengangkutan nutrien dan sisa metabolisme, yang dilakukan dengan
bantuan enzim permease.

2. Protoplasma

Protoplasma merupakan isi sel yang disebut juga sitoplasma atau plasma sel.
Protoplasma merupakan koloid yang mengandung karbohidrat, protein, enzim,
belerang kalsium karbonat dan volutin (yaitu suatu zat yang banyak mengandung
asam ribonukleat (ARN). Volutin ini tampak sebagai titik-tik metakromatis
(berwarna) yang terdapat pada basil bakteri.

3. Inti atau Nukleus

Nukleus merupakan lokasi utama bahan genetik dan berfungsi sebagai pusat
pengendalian sel. Bakteri mempunyai inti yang teriri atas ADN dan RNA
DNA sel bakteri terdapat dalam suatu daerah yang disebut dengan
nukleoid. Istilah ini menekankan perbedaan struktur antara organisasi genom
prokariot (yang tidak diselubungi membran inti) dan eukariot yang mempunyai
nukleus yang diselubungi oleh membran sejati.

4. Polisom

Ribosom yang terdapat dalam sitosol merupakan organel kompleks yang


mengkatalisis proses translasi dari informasi yang terdapat dalam mRNA menjadi

60
protein. Beberapa ribosom mengikat beberapa mRNA secara simultan,
membentuk suatu struktur yang disebut dengan polisom. Sekitar 80-90% ribosom
pada sel bakteri yang tumbuh ditemukan dalam polisom dan secara aktif terlibat
dalam translasi.
5. Granul penyimpanan dan bahan inkusi lain

Seringkali, bahan inklusi bergranul terlihat dalam sel prokariot. Pada


E.coli, struktur ini merupakan badan yang elektron-dense, berdiameter 20 – 100
nm, dan terdiri atas glikogen. Mereka merupakan deposit penyimpanan yang
mengakumulasi akibat kelebihan karbon di dalam medium ketika sumber
nitrogen, sulfur atau fosfor terbatas atau bila pH rendah. Bila terjadi kekurangan
karbon, granul ini menghilang karena glikogen digunakan. Pada beberapa bakteri
seperti pseudomonad dan rhizoba, menyimpan karbon dalam bentuk poli-β -
hidroksialkan (lihat gambar). Bakteri fotosintesis mempunyai kemampuan untuk
menyimpan kedua bentuk tersebut. Pada beberapa bakteri, keberadaan badan
inklusi bukan untuk menyimpan senyawa berenergi tinggi tetapi untuk
memberikan peran tertentu. Beberapa bakteri magnetotatik yang memberikan
respons pada medan magnit disebabkan karena mempunyai butiran besi
intraselular yang kecil.

10.1.4 Spora Bakteri


Spora pada bakteri yaitu bentuk bakteri yang sedang dalam usaha
melindungi (mengamankan) diri dari pengaruh yang buruk dari luar. Spora pada
bakteri lazimnya adalah endospora karena spora dibentuk di dalam sel.
Menurut Knaysi, proses sporulasi (pembentukan atau terjadinya spora)
dibagi menjadi 4 tahap:
1. Tahap permulaan, dimana koloni menunjukkan pertumbuhan yang sangat
lambat.
2. Selama beberapa jam kelihatan adanya bahan-bahan lipoprotein yang
mengumpulkan ke salah satu ujung sel, sehingga ujung itu nampak memadat.
3. Timbul bungkus yang menyelubungi calon spora. Selubung terdiri atas
dua lapis yakni kulit luar (eksin) dan kulit dalam (intin). Pada beberapa
species intin menjadi dinding sel, bila spora melanjutkan pertumbuhan

61
menjadi bakteri biasa.Dinding spora bersifat impermeabel terhadap zat-zat
yang dapat menganggu kehidupan bakteri.
4. Pada tahap yang terakhir, maka spora tampak berubah bentuk dan volume.
Endospora dapat tetap tinggal disalah satu ujung atau ditengah-tengah sel. Sel
dapat pecah karena perkembangan endospora. Pecahan ini kemudian luluh
menjadi satu dengan medium.
Sel yang mengandung spora dinamakan sporangium (kotak spora).
Biasanya 1 sporangium berisi satu spora, kadang kala berisi lebih dari satu spora,
ini disebabkan pembelahan sel yang terlambat.
Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap disinfektan, sinar dan
terutama terhadap kekeringan, panas dan kedinginan. Hal ini karena dinding spora
lebih bersifat impermeabel dan spora mengandung sangat sedikit air, sehingga
menyebabkan spora tidak mudah mengalami perubahan temperatur. Hanya
beberapa genus bakteri saja yang membentuk spora, yang terpenting yaitu:
11 Genus Bacillus: bentuk batang, bersifat aerob atau anaerob
fakultatif, contohnya Bacillus anthracis yang menyebabkan penyakit antraks
dan Bacillus cereus yang menyebabkan keracunan makanan.
11 Genus Clostridium: bersifat anaerob, memproduksi toksin yang
mematikan manusia, contohnya Clostridium tetani, Clostridium perfringens
dan Clostridium botulinum. Botulisme adalah salah satu tipe keracunan
makanan yang sangat berbahaya.
10.1.5 Morfologi Koloni Pada Bakteri

Bila bakteri ditumbuhkan di dalam medium yang tidak cair, maka


terjadilah suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda
untuk setiap species dan bentuk ini merupakan ciri khas bagi suatu species
tertentu.
1. Sifat-sifat umum suatu koloni

Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh dipermukaan


medium adalah:
• Besar kecilnya koloni, ada yang berupa titik atau melebar sampai
menutup permukaan medium

62
• Bentuk, ada yang bulat, memanjang, tepi rata atau tidak merata.

• Kenaikan permukaan, ada yang rata dengan medium atau timbul


menjulang dari permukaan medium.

• Halus kasarnya permukaan, ada yang halus, kasar atau tidak


rata.

• Wajah permukaan, ada yang permukaan mengkilat atau suram

• Warna, kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau


kekuning-kuningan, tapi ada juga yang berwarna merah muda, coklat, hijau,
unggu atau biru.

• Kepekaan, ada yang lunak seperti lendir, seperti mentega, kering


atau keras.

2. Sifat-sifat khusus suatu koloni dalam medium padat

Sifat-sifat yang dibahas berikut ini adalah koloni yang tumbuh pada agar-agar
lempengan, agar miring dan tusukan dalam gelatin.
(1) Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan

• Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat,


berbenang, serupa akar, serupa kumparan.

• Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar,


timbul melengkung/mencembung/ membukit tau timbil berkawah.

• Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak,


berbelah-belah, bergerigi atau keriting.

(2) Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring

Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring berkisar pada bentuk dan tepi koloni.
Ada yang serupa pedang, duri, tasbih, titik-titik, batang atau akar.
(3) Sifat-sifat koloni pada tusukan dalam gelatin

Ada bakteri yang mampu mengencerkan gelatin atau tidak dapat


mengencerkan gelatin. Oleh karena itu bentuk koloninya berbeda-beda. Bila

63
dilihat dari samping yang tidak dapat mengencerkan gelatin dapat serupa pedang,
tasbih, bertonjol-tonjol, berjonjot atau serpa batang.
3. Sifat-sifat khusus suatu koloni dalam medium cair

Medium cair dapat diperoleh dengan tidak mencampurkan agar-agar


atau gelatin ke dalamnya. Di dalam medium cair, bakteri akan ketahuan
sikapnya terhadap udara. Demikian sifat-sifat koloninya akan berbeda-beda.
Permukaan medium dapat memperlihatkan adanya serabut, cincin atau
selaput.

10.2 Virologi
Virologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang virus. Kata virus berasal dari
bahasa latin yang berarti racun. Virus adalah organisme yang sangat kecil dan
jauh lebih kecil dari bakteri. Virus ini dapat menembus saringan bakteri dan hanya
dapat disaring dengan menggunakan saringan porselin.
Asal-asal virus belum diketahui. Ada 3 hipotesis mengenai asal-usul virus, yaitu:
1. Virus merupakan parasit sel-sel primitif, dan keduanya berevolusi
bersama.
2. Virus berevolusi dari kuman parasit
3. Virus mungkin merupakan komponen sel tuan rumah yang menjadi
otonom.
Virus pertamakali ditemukan oleh Adolf Meyer di Nederland pada tahun
1885. Penelitian tentang virus dilanjutkan ahli botani berkebangsaan Rusia yaitu
Dimitri Ivanowski (1892) dan Baijerinck (1899) berkebangsaan Jerman.
Keduanya menyebutkan bahwa penyakit mozaik pada tembakau disebabkan oleh
virus.
Reed tahun 1907 menemukan virus yang memyebabkan demam kuning
pada manusia. Virus ini menular dengan perantara nyamuk Aedes. Twort (1916)
dan d’Herelle (1917) menemukan virus yang menyebabkan lisis pada bakteri
yang disebut dengan bakteriofage (pemakan bakteri) atau fage saja. Penyakit lain
yang disebabkan oleh virus poliomyelitis, influenza, campak, cacar air, rabies,
herpes, AIDS (Acguired Immune Deficiency Sydrome).
Adapun sifat-sifat khusus virus menurut Lwoff, Horne dan Tournier
(1966) adalah:

64
• Bahan genetik virus terdiri dari ADN atau ARN, tetapi tidak terdiri dari
kedua jenis asam nukleat sekaligus.
• Struktur dari virus relatif sangat sederhana, yakni yang terdiri dari
pembungkus yang mengelilingi asam nukleat.
• Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup
(sitoplasma/nukleus).
• Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner, tapi dimulai
dari pemecahan suatu partikel virus infektif menjadi lapisan protein pelindung
dan komponen asam nukleat infektif.
• Virus menginfeksi sel mengunakan ribosom sel hospes untuk keperluan
metabolisme.
• Komponen-komponen utama virus dibentuk secara terpisah dan baru
digabung dalam sel hospes tidak lama sebelum dibebaskan.
• Beberapa partikel virus mendapatkan selubung luar yang mengandung
lipid protein dan bahan-bahan lain yang sebagian besar berasal dari sel
hospes.
• Partikel virus lengkap dinamakan virion, terdiri dari inti asam nukleat
yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik yang disebut kapsid.
10.2.1 Bentuk dan Ukuran Virus
Bentuk virus sangat bervariasi. Ada yang bebentuk bulat. Oval, memanjang,
silindris dan ada juga yangberbentuk T. Ukuran tubuh sangat kecil dan bervariasi
yaitu kira-kira antara 300 x 250 x 100 nm sampai Provirus yang kira-kira
berdiameter 20 nm. Morfologi virus dapat diketahui setelah dikembangkan
mikroskop elektron dan difraksi sinar X.
Susunan tubuh virus terdiri dari kapsid, isi, kepala dan ekor, lebih jelasnya adalah
sebagai berikut:
• Kapsid
Kapsid merupakan lapisan pembungkus tubuh virus, yang tersusun atas
protein. Kapsid terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikat satu sama lain
dengan ikatan nonkovalen. Fungsi kapsid adalah untuk memberi bentuk virus,
sebagai pe;indung virus, mempermudah proses penempelan pada proses
penembusan ke dalam sel.

65
• Isi
Terdapat disebelah dalam kapsid berupa materi genetik, yaitu suatu molekul
pembawa sifat keturunan, berupa ADN atau ARN. Virus tanaman berisi ADN
atau ARN, virus hewan mengandung ARN atau ADN, sedangkan fage berisi
ADN.
• Kepala dan Ekor
Ekor virus berfungsi melekatkan tubuh virus pada inang. Struktur virus ada 2
macam yaitu virus telanjang dan virus terselubung. Virus telanjang terdiri
dari 5 kelompok yaitu: Piconavirus, Reovirus, Adenovirus, Papovavirus dan
Parvovirus. Sedang virus lain diluar dari kapsid terdapat selubung luat
(envelope) yang terdiri dari protein dan lipid.
10.2.2 Replikasi Virus
Perkembangbiakan virus mempunyai arti penting, agar mengetahui bagaimana
virus masuk dan keluar dari sel, bagaimana virus bisa mematikan atau
mentransformasikan sel. Adapun tahap-ahap replikasi virus adalah sebagai
berikut:
• Adsorpsi
Merupakan tahap penempelan (attachment) virus pada dinding sel inang.
Virus menempelkan sisi tempel atau reseptor site ke dinding sel bakteri.
• Penetrasi sel inang
Setelah reseptor site, bagian ini kemudian mengeluarkan enzim untuk
membuka dinding sel bakteri. Molekul asam nukleat (ARN & ADN) virus
bergerak keluar melalui pipa ekor dan masuk ke dalam sitoplasma sel melalui
dinding sel yang terbuka tersebut. Pada virus telanjang, proses pentusupan ini
terjadi dengan cara fagositosis virion (viropexis), sedangkan pada virus
berselubung dapat terjadi dengan cara fusi yang diikuti masuknya
nukleokapsid ke sitoplasma.
• Eklipase
Asam nukleat virus menggunakan asam nukleat bakteri untuk membentuk
bagian-bagian tubuh virus, seperti protein, asam nukleat dan kapsid. Bahan
yang digunakan berasal dari protein, enzim dan asam nukleat sel bakteri.
• Pembentukan virus (bakteriofage)baru

66
Setelah bagian-bagian tubuh virus terbentuk, maka pada fase ini bagian-bagian
itu akan digabungkan untuk menjadi virus baru. Dari 1 sel bakteri akan
dihasilkan 100-300 virus baru.
• Pemecahan sel inang
Akhir dari siklus adalah pecahnya sel bakteri. Di dalam sel bakteri terbentuk
enzim lisoenzim yang mampu melarutkan ikatan kimia dinding sel bakteri.
Setelah dinding sel peah maka keluarlah virus-virus baru itu dan selanjutnya
menjadi sel bakteri lainnya.

10.2.3 Klasifikasi Virus


Dengan lebih diketahuinya penyakit yang ditimbulkan oeh virus dan cara
penularan serta ekologinya, maka penggolongan virus lebih dikembangkan. Tahun
1966 dibentuk Komite Internasional untuk Penamaan dan Penggolongan
Virus. Pada saat ini penggolongan virus meliputi pembagian atas famili,
subfamili, genus dan species.
Nama famili virus ditandai dengan viridae. Anggota famili mempunyai sifat
umum sama dan tidak banyak berubah. Nama subfamili diberi akhiran virinae.
Nama akhiran genus diberi akhiran virus.
Penamaan virus tidak mengikuti penamaan binomial seperti pada penamaan
bakteri Linnaeus. Lwoff, Horne dan Tournier merupakan ahli yang berjasa
dalam pengembangan taksonomi virus. Mereka mengajukan beberpa kriteria
sebagai dasar penggolongan virus. Ktiteria tersebut adalah:
• Jenis asam nukleat, ARN atau ADN berantai ganda atau tunggal
• Ukuran dan morfologi termasuk tipe simetri kapsid
• Adanya enzim spesifik, terutama polimerase ARN dan ADN yang penting
bagi replikasi genom
• Kepekaan terhadap zat kimia dan keadaan fisik
• Cara penyebaran alamiah
• Gejala-gejala yang timbul
• Ada tidaknya selubung
• Banyaknya kapsomer untuk virus ikosohedral atau diameter nukleokapsid
untuk virus helikoidal

67
Saat ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi. Dua puluh satu
diantaranya mempunyai anggota-anggota yang mampu menyerang manusia dan
binatang. Untuk memudahkan berikut ini virus digolongkan menjadi 2 bagian,
yaitu virus bergenom ARN dan bergenom ADN. Selain itu masih terdapat
sekelompok virus belum dapat diklasifikasikan dan sering disebut sebagai
unclassified virus.
Tabel 1
Virus dengan Genom ARN

Famili Sifat Penting


Picornaviridae • ARN: rantai tunggal
• Virion: tidak berselubung, bentuk ikosahedral, diameter
28-30 nm
• Replikasi dan morfogenesis terjadi di sitoplasma

Caliciviridae
• ARN: rantai tunggal
• Virion: tidak berselubung, bentuk ikosahedral, diameter
35-45 nm
• Replikasi dan morfogenesis terjadi di sitoplasma
Togaviridae

• ARN: rantai tungal


• Virion:berselubung, nukleokapsid berbentuk ikosahedral,
diameter 60-70 nm
• Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses
Flaviviridae
budding di membran sel

• ARN: rantai tunggal


• Virion: berselubung, simetris nukleokapsid belum jelas,
diameter 40-50 nm
• Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses
Bunyaviridae budding di membran sel

• ARN: rantai tungal


• Virion:berselubung, nukleokapsid berbentuk heliks,

68
diameter 90-120 nm
• Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses
Arenaviridae budding di membran sel

• ARN: rantai tungal


• Virion:berselubung, nukleokapsid berbentuk kapsid,
diameter 50-300 nm (rata-rata 110-130)
• Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses
Coronaviridae
budding di membran plasma

• ARN: rantai tungal


• Virion:berselubung, nukleokapsid berbentuk heliks,
diameter 80-160 nm
• Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses
Rhadoviridae
budding di membran intrasitoplasma

• ARN: rantai tungal


• Virion:berselubung, nukleokapsid berbentuk heliks,
diameter dan panjang virion 70-85 nm dan 130-180 nm
• Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis terjadi di
Filoviridae membran intrasitoplasma, tergantung species virus

• ARN: rantai tungal


• Virion:berselubung, nukleokapsid berbentuk heliks,

Paramyxoviridae diameter 80 nm, panjangnya dapat mencapai 14.000 nm, bentuk


virion pleomorfik.
• Replikasi di sitoplasma

• ARN: rantai tungal


• Virion:berselubung, nukleokapsid berbentuk heliks,
diameter 150-300 nm
Orthomyxoviridae
• Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses
budding di membran plasma

69
• ARN: rantai tungal
• Virion:berselubung, nukleokapsid berbentuk heliks,
Reoviridae diameter 90-120 nm
• Replikasi ARN terjadi di inti dan sitoplasma dan
morfogenesisnya terjadi melalui proses budding di membran
plasma

Retroviridae
• ARN: rantai ganda, segmen berganda
• Virion:tak berselubung, kapsidnya dua lapis bersimetri
ikosahedral, diameter 60-80 nm
• Replikasi dan morfogenesisnya terjadi sitoplasma

• ARN: rantai tungal


• Virion:berselubung, simetri kapsid ikosahedral, diameter
80-130 nm
• Morfogenesisnya terjadi melalui proses budding di
membran plasma

Tabel 2
Virus dengan Genom ADN

Famili Sifat Penting


Adenoviridae • ADN: rantai ganda, segmen tunggal
• Virion: tak berselubung, simetri kapsid ikosahedral,
diameter 70-90 nm
• Replikasi dan morfogenesisnya terjadi di inti sel

70
Herpesviridae • ADN: rantai ganda, segmen tunggal
• Virion: berselubung, simetri kapsid ikosahedral, diameter
15-200 nm
• Replikasi terjadi di inti sel, morfogenesisnya terjadi
melalui proses budding di membran inti

Hepadnaviridae
• ADN: rantai ganda (bagian terbesar), rantai tunggal
(bagian kecil, diujung molekul ADN), segmen tunggal
• Virion: berselubung (HbsAg), diameter 42 nm, tersusun
atas selubung (HbsAg) dan nukleokapsid. Dalam nukleokapsid
terdapat core (HbcAg) dan protein penting lain (HbeAg)
• Replikasi terjadi di hepatosid terjadi di inti sel,
seedangkan HbsAg dibuat di sitoplasma.
Papovaviridae
• ADN: rantai ganda, segmen tunggal sirkuler
• Virion: tak berselubung, diameter 45 nm (polyomavirus)
• Replikasi dan morfogenesisnya terjadi di inti sel
Parvoviridae
• ADN: rantai tunggal, segmen tunggal
• Virion: tak berselubung, simetri kapsid ikosahedral,
diameter 18-26 nm
• Replikasi dan morfogenesisnya terjadi di inti sel,
memerlukan bantuan sel hospes.

Poxviridae
• ADN: rantai ganda, segmen tunggal
• Virion: berselubung, bentuk seperti batu bata dan
merupkan virus dengan diameter terbesar.
• Replikasi dan morfogenesisnya terjadi di sitoplasma.
Hasil morfogenesis dapat berupa virial berselubung atau tidak

71
10.2.4 Penyakit-penyakit yang Disebabkan oleh Virus
Virus berbeda dengan mikroba yang lainnya. Virus berkembangbiak pada sel
hidup dan tidak pada lingkungan ekstraseluler. Virus bersifat patogen pada hospes
tertentu jika virus tersebut dapat menginfeksi dan menimbulkan penyakit pada
hospes tersebut.
Apabila hospes tidak mendukung perkembangbiakan virus, maka infeksi akan
abortif, tetapi sebaliknya bila sel hospes mendukung dan cocok untuk
perkembangbiakan virus, maka akan menyebabkan lisis dan kematian sel disebut
dengan infeksi sitolitik, bila menetap di dalam sel disebut dengan infeksi
persisten. Persistensi di bagi menjadi dua macam yaitu: 1) infeksi persisten
produktif, merupakan bentuk infeksi persisten dimana morfogenesis virus dapat
ditemukan dan 2) bentuk laten apabila tidak ditemukan pada saat morfogenesis
virus.
Proses infeksi virus dapat melalui berbagai macam jaringan tubuh seperti saluran
pernapasan, saluran pencernaan, kulit mukosa dan lain sebagainya. Di bawah ini
port d’ entree virus diberbagai jaringan tubuh.
1. port d’ entree Saluran Pernapasan
Virus yang menginfeksi melalui saluran pernapasan, maka penyakit yang
ditimbulkan dapat bersifat setempat, seperti pada virus influenza, virus
parainfluenza, virus rubeola dan coronavirus atau penyakit di tempat lain seperti
virus variola, virus varicella bahkan ada yang bersifat tumorigenik sperti virus
papilloma.
2. port d’ entree Saluran Pencernaan
Virus tak berselubung ternyata masih tetap infektif setelah lewat cairan
lambung dan empedu. Virus tersebut ada yang hanya menimbulkan penyakit
setempat seperti Rotavirus, Norwalk agent, pararotavirus. Ada pula yang
menyebar ketempat lain seperti hepatitis dan virus imunodefisiensi manusia.
3. port d’ entree Kulit dan Mukosa Genetalia
Virus masuk ke dalam sel-sel mukosa melalui (mikro) lesi. Pada kulit
dapat terjadi melalui gigitan Artropoda. Sebagian virus yang masuk melalui
mukosa menimbulkan kelainan setempat seperti virus herpes simplex, virus

72
papilloma, virus Orf dan sebagainya. Lebih umum terjadi kelainan kulit sebagai
akibat penyebab sistemik virus.
4. port d’ entree Plasenta
Virus dapat mencapai plasenta apabila ibu mengalami viremia. Virus
dapat berkembangbiak dahulu dalam jaringan plasenta atau langsung masuk ke
dalam jaringan janin. Kelainan yang terjadi tergantung pada jenis virus dan usia
kehamilan. Virus yang banyak dikaitkan dengan kelainan kongenital adalah virus
rubella,cytomegalovirus dan kadang-kadang virus varicella.
10.2.5 Virus dan Kanker
Virus dapat menyebabkan kanker tetapi tidak semua penyakit kanker disebabkan
oleh virus. Virus yang induksi kanker disebut dengan virus onkogenik. Pada
golongan virus ARN famili Retroviridae yang menyebabkan kanker pada hewan.

10.2.6 Zat-zat Kimia yang Menghambat Pertumbuhan Virus


Zat-zat kimia yang dapat menghambat (antivirus) antara lain adalah: Interferon,
Rifampisin, Cytarabine, Dactinimycin, Asam fosfoasetat, Acyclovir, Amantadine
dan Rimantadin
10.3 Mikologi
Diantara tumbuhan rendah, maka golongan ganggang (alga) dan golongan fungi
merupakan kelanjutan dari golongan bakteri. Tetapi ada juga menganggap bahwa
fungi sebenarntya ganggang yang kehilangan klorofilnya. Ilmu yang membahas
tentang fungi disebut dengan mikologi. Sedangkan fungi tingkat rendah
(mirofungi) masuk dalam mikrobiologi.
10.3.1 Morfologi Fungi
Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai ciri khas, yakni berupa
benang tunggal atau becabang-cabang yang disebut dengan hifa. Kumpulan dari
hifa-hifa akan membentuk misellium. Fungi merupakan organisme eukariotik,
yang mempunyai ciri-ciri senagai berikut:
1. Mempunyai spora
2. Memproduksi spora
3. Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak berfotosintesis
4. Dapat berkembangbiak secara seksual dan aseksual.

73
5. Tubuh berfilamen dan dinding sel mengandung kitin, glukosa, selulosa
dan manan.
Fungi dibagi menjadi dua golongan yakni kapang dan khamir. Kapang
merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir
merupakan funggi bersel tunggal dan tak berfilamen.
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula bersifat saprofit. Parasit apabila
dalam memenuhi kebutuhannya makannya dengan mengambil dari benda hidup
yang ditumpanginya, sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan
dari benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri.

10.3.2 Kapang
1. Morfologi Kapang
Fungi multiseluler atau kapang mempunyai misellium atau filamen.
Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifanya,
yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat yang
membagi hifa dalam mangan-mangan, dimana setiap mangan mempunyai inti
(nukleus) satu atau lebih. Dinding penyekat pada kapang disebut dengan septum
yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih dapat bebas bergerak dari
satu ruang ke ruang lainnya.
Kapang bersepta yaitu terutama kelas Ascomycetes, Basidiomycetes dan
Deuteromycetes. Sedangkan kapang tak berseptat yakni kelas Phycomycetes
(Zygomycetes dan Oomycetes). Kapang yang tak bersepta intinya tersebar
disepanjang septa.
2. Sistem Reproduksi Kapang
Secara alamiah kapang berkembangbiak dengan berbagai cara, baik
aseksual dengan pembelahan, penguncupan atau pembentukan spora, sedangkan
dengan seksual yaitu dengan peleburan nukleus dari kedua induknya.
Ada beberapa macam spora aseksual, yaitu:
• Spora yang berkelompok kecil, disebut dengan sporangium
• Spora yang terjadi dari ujung hifa yang terbelah-belah seperti
tasbih, disebut dengan konidia

74
• Klamidospora dari bagian misellium yang dapat membesar serta
berdinding tebal
• Oidospora spora yang serupa telur
Perkembangbiakan secara generatif atau seksual dilakukan dengan
isogamet atau heterogamet. Tapi pada beberapa species mempunyai perbedaab
gamet besar dan kecil sehingga disebut mikrogamet (sel kelamin jantan) dan
makrogamet (sel kelamin betina).

3. Sifat Fisiologi Kapang


Kapang dapat hidup dalam keadaan sekitar yang tak menguntungkan bila
dibanding dengan mikrobe lainnya. Adapun sifat fisiologis kapang antara lain:
• Kebutuhan Air
Kebanyakan kapang membutuhkan air (aw) minimal untuk pertumbuhan
dibandingkan dengan khamir atau bakteri.
• Suhu Pertumbuhan
Kebanyakan kapang bersifat mesofilik yaitu mampu tumbuh baik pada suhu
kamar. Suhu optimum kapang adalah sekitar 25o C samapi 30o C, tetapi ada
beberapa dapat tumbuh pada suhu 35o C sampai 37o C, misalnya Aspergillus.
• Kebutuhan Oksigen dan pH
Semua kapang aerobik yakni membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya
dan hidup pada pH yang luas berkisar 2 – 8,5, tapi akan lebih baik pada
kondisi pH rendah.
• Nutrisi
Kapang dapat menggunakan berbagai komponen makanan dari yang
sederhana sampai yang kompleks.
• Komponen Penghambat
Beberapa kapang mengeluarkan komponen yang dapat menghambat
pertumbuhan organisme lain, komponen ini disebut dengan antibiotik,
contohnya Penicillium.
4. Beberapa Jenis Kapang yang Penting
Ada berbagai macam yang penting untuk diketahui karena ada yang
penting untuk kehidupan sehari-hari, dan penting karena bersifat merugikan.

75
• Rhizopus
Disebut juga kapang roti karena sering tumbuh dan menyebabkan kerusakan
pada roti yaitu Rhizopus stolonifer, Rhizopus nigricans. Selain merusak
makanan Rhizopus dibuat juga untuk pembuatan beberapa makanan
fermentasi tradisional seperti Rhizopus oligisporus dan Rhizopus oryzae yang
digunakan dalam pembuatan berbagai macam tempe dan oncom hitam.
• Aspergillus
Kebanyakan species ini sering menyebabkan kerusakan makanan, contohnya
Aspergillus repens yang mampu tumbuh baik pada substrat dengan
konsentrasi gula dan garan tinggi. Tetapi beberapa species digunakan dalam
fermentasi makanan, contohnya Aspergillus oryzae digunakan dalam
fermentasi tahap pertama pada pembuatan kecap dan tauco.
• Penicillium
Kapang ini banyak tersebar di alam dan penting dalam mikrobiologi pangan.
Penicillium menyebabkan kerusakan pada bahan sayuran, buah-buahan
(Penicillium expanum :biru-hijau pada buah busuk) dan serealia, tetapi juga
digunakan untuk industri misalnya untuk antibiotik penisilin (Penicillium
notatum dan Penicillium chysogenum). Kegunaan lain untuk pematangan keju,
misalnya keju Camembert (Penicillium camemberti)
• Fusarium
Kapang dari golongan Fusarium sering tumbuh pada bahan pangan, dan sulit
untuk diidentifikasi karena penampakan pertumbuhannya bervariasi.
• Cladosporium
Cladosporium sering menimbulkan bintik-bintik hitam pada berbagai bahan
pangan, termasuk udang beku dan pada dinding dan langit-langit rumah.
5. Identifikasi Kapang
Identifikasi kapang biasanya dilakukan dengan melihat morfologi,
terutama secara mikroskopik. Sifat-sifat yang digunakan untuk identifikasi kapang
adalah:
• Hifa bersepta atau non septat
• Miselium terang atau keruh
• Miselium berwarna atau tidak berwarna

76
• Penampakan mikroskopik spora aseksual, terutama konidia:
bentuk, ukuran, warna, halus atau kasar, satu atau banyak sel.
6. Mikotoksin Kapang
Seperti halnya bakteri, fungi juga menimbulkan penyakit yang dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu: 1) mikotosis, infeksi kapang dan 2) mikotoksikosis
yaitu gejala keracunan yang disebabkan tertelannya suatu hasil metabolisme
beracun dari kapang atau jamur. Senyawa racun yang diproduksi oleh fungi
disebut dengan mikotoksin.
10.3.3 Khamir
Khamir termasuk cendawan, tetapi berbeda dengan kapang karena bentuknya
yang uniselular. Reproduksi vegetatif terjadi dengan cara pertunasan. Sebagai sel
tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih cepat dibanding kapang yang
tumbuh dengan pembentukan filamen. Khamir juga lebih efektif dalam memecah
komponen kimia dibanding kapang, karena mempunyai perbandingan luas
permukaan dengan volume yang lebih besar. Khamir lebih besar ukurannya dari
bakteri juga berbeda morfologinya.
1. Morfologi Khamir
Sel kamir mempunyai ukuran bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5 mm
sampai 20-50 mm dan lebar 1-10 mm. Bentuk khamir bermacam-macam, yaitu
bulat, oval (Saccharomyces), sillinder, ogival (bulat panjang dengan salah satu
ujung runcing), segitiga melengkung, berbentuk botol, apikulat atau lemon
(Hanseniaspora).
Ukuran dan bentuk sel khamir dalam kultur yang sama mungkin berbeda
karena pengaruh perbedaan umur dan kondisi lingkungan selama pertumbuhan.

2. Sitologi Khamir

Mikrostruktur dari khamir terdiri dari kapsul, dinding sel, membran


sitoplasma, nukleus, atu atau lebih vakuola, mitikondria, globula lipid, volutin dan
sitoplasma.
• Kapsul

77
Beberapa khamir ditutupi oleh komponen ekstraseluler yang berlendir
yang dinamakan kapsul yang menutupi bagian luar dinding sel terutama terdiri
dari polisakarida.
• Dinding Sel
Dinding sel khamir pada sel-sel yang masih muda sangat tipisdan semakin
lama semakin tebal jika sel semakin tua. Pada dinding sel terdapat struktur
yang disebut bekas lahir (birt scar) dan bekas tunas (bud scar). Bekas lahir
adalah sebuah tanda pada dinding sel yang timbul sebagai akibat pembentukan
sel dari sel induknya melalui pertunasan. Karena itu setiap anak sel hanya
mempunyai satu bekas lahir. Bekas tunas terbentuk jika sel tersebut telah
membentuk satu atau lebih anak sel melalui pertunasan. Dinding sel khamir
yang paling banyak diteliti adalah dinding sel Saccharomyces, terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut: Glukan atau selulosa, mannan, protein,
khitin dan lipid.
• Membran Sitoplasma
Membran sitoplama terdapat di sebelah dalam dinding sel, dengan tebal
kurang lebih 8 mm. Membran berperan penting dalam permeabilitas selektif dan
dalam trasport nutrien ke dalam sel dan dalam pelepasan hasil-hasi lmetabolisme
ke luar sel. Membran ini tersusun oleh protein, asam ribonukleat dan lipid.
• Nukleus
Inti sel dikelilingi membran inti yang berlapis ganda. Membran inti
mempuntai pori-pori yang berfungsi sebagai jalan pertukaran komponen-
komponen sitoplasma dengan komponen di dalam nukleus. Bila sel khamir
mengalami pembelahan atau pertunasan, kumpulan kromosom (kromatin) akan
menjadi dua.
• Vakuola
Biasanya berjumlah satu atau lebih dengan ukuran yang bervariasi.
Vakuola ini berupa kantung dari suatu cairan yang lebih bening dan lebih encer
dibandingkan dengan sitoplasma. Vakuola dapat diwarnai dengan merah netral
sehinga dapat berwarna merah muda dan mudah dibedakan dengan sitoplasma
yang tidak berwarna.
• Mitokondria

78
Organel ini panjangnya 0,4-0,6 mm dan diameternya 0,2-0,3 mm dan
berfungsi dalam proses respirasi khamir. Dilapisi oleh dua lapis membran
dimana membran bagian dalam dinamkan krista.
• Globula Lipid
Khamir mengandung sedikit lipid, dalam bentuk globula yang dapat dilihat
dengan mikroskop setelah diwarnai dengan pewarna lemak, pewarna hitam
Sudan atau merah Sudan. Khamir roti dan species Saccharomyces lainnya
mengandung lipid dalam jumlah yang sangat sedikit.
• Sitoplasma
Sitoplasma khamir mengandung berbagai komponen, yakni glikogen yang
merupakan bentuk penyimpanan karbohidrat, asam ribonukleat dan protein.

3. Sistem Reproduksi Khamir


Reproduksi dengan cara pertunasan, pembelahan, pembelahan tunas dan
pembentukan spora aseksual dinamakan reproduksi vegetatif sedangkan
pembentukan spora seksual disebut dengan reproduksi seksual.
• Pertunasan Sel
Pertunasan merupakan cara reproduksi paling umum dilakukan oleh khamir.
Proses pertunasan dimulai melalui suatu saluran yang terbentuk dari vakuola
di dekat nukleus menuju dinding sel yang terdekat dengan vakuola. Karena
adanya penipisan dinding sel, maka protoplasma akan menonjol keluar
kemudian membesar dan terisi komponen-komponen nukleus dan sitoplasma
dari inangnya melalui saluran yang terbentu tersebut. Tunas terus tumbuh dan
membentuk dinding sel baru dan juka ukuran tunas sudah hampir sama besar
dengan inangnya, komponen inti akan terpisah menjadi dua.
• Pembelahan Sel
Pembelahan sel atau pembelahan binner, mula-mula sel khamir
membengkak atau memanjang, kemudian nukleus terbagi menjadi dua dan
terbentuk septa atau dinding penyekat tanpa mengubah dinding sel. Setelah
nukleus terbagi menjadi dua, septa terbagi menjadi dua dinding dan kedua sel
melepaskan diri satu sama lain.
• Pembelahan Tunas

79
Reproduksi vegetatif dengan cara membelah tunas, yakni gabungan antara
pertunasan dengan pembelahan. Mula-mula terbentuk tunas, tetapi tempat
melekatnya tunas pada induk sel relatif besar, kemudian terbentuk septa yang
memisahkan tunas dari induknya.
• Pembentukan Spora Aseksual
Terjadi melalui pembentukan spora dibedakan atas beberapa macam yaitu:
1) Blastospora membentuk kumpulan tunas menempel pada sel yang memanjang,
2) Balliospora, tumbuh pada ujung sel yang meruncing satu demi satu dilepaskan
dengan tekanan, 3) Khlamidospora, bentuk spora istirahat yang mempunyai
dinding sel tebal.
• Pembentukan Spora Seksual
Spora seksual terdiri dari basidiospora dan askospora. Khamir dibedakan
atas dua kelompok berdasarkan jumlah kromosom di dalam inti sel yakni 1)
khamir diploid dan 2) khamir haploid. Inti sel pada khamir diploid terbentuk dari
pengabungan inti dua sel haploid atau dua askospora, karena itu mengandung
kromoson 2n.
4. Sifat Fisiologi Khamir
Khamir kebanyakan tumbuh paling baik dengan kondisi air yang cukup (0,88-
0,94 aw), tapi bisa juga dengan aktivitas air yang rendah (0,62-0,65 aw). Khamir
juga dapat tumbuh pada medium dengan gula atau garam yang tinggi. Kisaran
suhu untuk pertumbuhan kebanyakan khamir pada umumnya hampir sama dengan
kapang 25-30oC dan suhu maksimum 35-47o C, tetapi beberapa khamir dapat
tumbub pada suhu 0o C. Kebanyakan khamir dapat tumbuh pada pH 4-4,5 dan
tidak dapat tumbuh dengan baik pada medium alkali. Khamir tumbuh baik dalam
keadaan aerobik, tetapi yang bersifat fermentasi dapat tumbuh secara anaerobik
meskipun lambat.
5. Klasifikasi dan Identifikasi Khamir
Sifat-sifat penting yang digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi khamir
adalah sebagai berikut:
• Sifat-sifat fisiologi
• Sifat-sifat morfologi
• Sifat-sifat kultur

80
• Sifat Reproduksi seksual
6. Pengunaan Khamir dalam Kehidupan Sehari-hari
Penggunaan khamir dalam industri yaitu diantaranya adalah pembuatan
alkohol, bir, anggur, brem dengan cara proses fermentasi. Selain itu diperlukan
dalam industri roti dengan proses fermentasi yang menhasilkan CO2 secara cepat
sehingga membuat lubang-lubang pada roti dan mengembangkan roti.
10.4 Fikologi
Organisme ini mengandung klorofil serta pigmen lain untuk
melangsungkan fotosintesis, tersebar luas di alam terutama di lingkungan yang
terkena sinar matahari. Kebanyakan alga bersifat mikrokopis dan telaah mengenai
alga disebut dengan fikologi atau algologi.

10.4.1 Morfologi Alga


Banyak species alga dalam bentuk sebagai sel tunggal yang dapat
berbentuk bola, batang atau kumparan. Ada yang dapat bergerak ada juga yang
tidak, disamping itu ada species yang membentuk koloni. Alga mengandung inti
yang dibatasi oleh membran sehingga digolongkan Protista eukariotik.

10.4.2 Fisiologi Alga


Alga dalah organisme aerobik fotosintetik, ada yang hidup di salju atau
juga suhu tinggi sampai 70 derajat Celcius. Alga marin menyesuaikan diri
terhadap variasi konsentrasi garam di berbagai bagian laut. Alga marin dapat
dijumpai pada kedalaman 183 m.
Alga mempunyai 3 pigmen fotosintetik yakni klorofil (klorofil a, b, c, d
dan e) karotenoid (karotin dan xantofil) dan fikobilin (fikosianin dan fikoeritrin).
Sebagai hasil fotosintesis alga menyimpan berbagai produk makanan cadangan
sebagai granula atau globula dalam sel-selnya.
10.4.3 Reproduksi Alga
Alga berkembangbiak dengan cara aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual mencakup pembelahan binner sederhana. Semua bentuk reproduksi
seksual dijumpai pada semua alga. Dalam proses ini terjadi kojugasi gamet yang
akan menghasilkan zigot. Jika gamet-gamet itu morfologinya serupa disebut

81
dengan isogami, jika gamet-gamet itu berbeda ukurannya dinamakan heterogami.
Jika gamet jantan dan betina terdapat pada individu yang sama maka species itu
disebut dengan biseksual, jika gamet jantan dan betina dibentuk oleh individu
yang berlainan disebut uniseksual
.
10.4.4 Alga dalam Kehidupan Manusia
Banyak alga yang mengandung vitamin A dan D, bila dimakan oleh ikan
maka vitamin-vitamin itu disimpan di dalam organ (hati). Ganggang hijau
mengandung vitamin B1, vitamin C dan vitamin K yang cukup besar.
Alga dimanfaatkan sebagai makanan misalnya agar-agar. Sedangkan alga
coklat dapat diekstraksi alginat yang banyak di pakai dalam makanan dan produk-
produk farmasi.

10.5 Protozologi
Protozoa berasal dari bahasa Yunani yang berarti hewan pertama. Ilmu
yang menelaah tentang protozoa disebut dengan protozologi.
Protozoa berperan sebagai mata rantai penting dalam rantai makanan
untuk komunitas dalam lingkungan aquatik, misalnya perairan laut yang terdapat
zooplankton dan fitoplakton, pada gilirannya mereka menjadi makanan
organisme laut yang besar. Hal tersebut penting dalam keseimbangan ekologis.
10.5.1 Morfologi Protozoa
Ukuran dan bentuk protozoa sangat beragam, beberapa ada yang
berbentuk lonjong, bola atau polimorfik (mempunyai berbagai bentuk morfologi
pada tingkat-tingkat yang berbeda pada daur hidupnya). Beberapa protozoa
berdiameter lebih kurang 1-2 mm.
Sel protozoa terdiri dari membran sitoplasma yakni ektoplasma (lapisan
luar sitoplasma) dan endoplasma (bagian dalam sitoplasma). Setiap sel protozoa
memiliki satu inti. Tetapi banyak protozoa mempunyai inti rangkap disebagian
besar siklus hidupnya. Pada Ciliata terdapat satu makronukleus (yang berfungsi
mengawasi kegiatan metabolisme dan pertumbuhan juga proses regenerasi) dan
satu mikronukleus kecil yang mengendalikan kegiatan reproduksi.

82
Pelikel adalah lapisan yang meliputi membran sitoplasma sel, kemudian
ada lapisan di luar pelikel yang disebut dengan cangkang atau cangkerang yang
terdiri dari bahan organik dan diperkuat dengan bahan anorganik (kalsium
karbonat atau silikat).
10.5.2 Klasifikasi Protozoa
Filum Protozoa bisa dibagi menjadi empat kelas berdasarkan bentuk gerak
alihnya, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel ..
Kelas Utama Protozoa

Kelompo Cara Gerak Cara Berkembangbiak Ciri-ciri lain


k Utama
Sarcodina Pseudopodia Pembelahan binner Hidup bebas,
heterotropik
Flagelata Flagelata Pembelahan binner Fototropik,
membujur, beberapa seksual heterotropik
atau keduanya
Ciliata Silia Pembelahan binner Hidup bebas,
melintang, seksual dgn heterotropik
konjugasi
Sporozoa Dengan meluncur Pembelahan bahurangkap, Parasit
atau diam beberpa seksual

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman anda tentang materi di atas, kerjakanlah
soal-soal latihan berikut:
1. Apa yang anda ketahui tentang bakteriologi.
2. Apa yang anda ketahui tentang virologi.
3. Apa yang anda ketahui tentang mikologi.
4. Apa yang anda ketahui tentang fikologi.
5. Apa yang anda ketahui tentang protozologi.
Rangkuman
1. Bakteriologi

83
Nama bakteri berasal dari bahasa Yunani yaitu “ bacterion” yang berarti
batang atau tongkat. Bakteri berkembangbiak dengan membelah diri dan karena
begitu kecil hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri
walaupun bersel satu tetapi mempunyai beberapa organel yang dapat
melaksanakan beberapa fungsi hidup.
Satuan ukuran tubuh bakteri adalah mikrometer atau mikron. Lebar tubuh
umumnya antara 1-2 m, sedangkan panjangnya atara 2-5 mikron. Bakteri
berbentuk kokus ada yang berdiameter 0,5 mikron ada pula yang berdiameter
sampai 2,5 mikron. Sedangkan bakteri berbentuk basil ada yang lebarnya 0,2-2
mikron. Pada umumnya bakteri yang berumur 3-6 jam lebih besar daripada
bakteri yang umurnya lebih daripada 24 jam.
Secara garis besar bentuk tubuh bakteri dapat dikelompokkan dalam 3
golongan yaitu: basil (bacillus), kokus (coccus), spiril (spirillium).
2. Virologi
Virologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang virus. Kata virus
berasal dari bahasa latin yang berarti racun. Virus adalah organisme yang sangat
kecil dan jauh lebih kecil dari bakteri. Virus ini dapat menembus saringan bakteri
dan hanya dapat disaring dengan menggunakan saringan porselin.
- Bentuk dan Ukuran Virus
Bentuk virus sangat bervariasi. Ada yang bebentuk bulat. Oval,
memanjang, silindris dan ada juga yangberbentuk T. Ukuran tubuh sangat kecil
dan bervariasi yaitu kira-kira antara 300 x 250 x 100 nm sampai Provirus yang
kira-kira berdiameter 20 nm.
Nama famili virus ditandai dengan viridae. Anggota famili mempunyai
sifat umum sama dan tidak banyak berubah. Nama subfamili diberi akhiran
virinae. Nama akhiran genus diberi akhiran virus. Penamaan virus tidak
mengikuti penamaan binomial seperti pada penamaan bakteri Linnaeus.
3. Mikologi
Di antara tumbuhan rendah, maka golongan ganggang (alga) dan golongan
fungi merupakan kelanjutan dari golongan bakteri. Tetapi ada juga menganggap
bahwa fungi sebenarntya ganggang yang kehilangan klorofilnya. Ilmu yang
membahas tentang fungi disebut dengan mikologi. Sedangkan fungi tingkat

84
rendah (mirofungi) masuk dalam mikrobiologi.Fungi tingkat tinggi maupun
tingkat rendah mempunyai ciri khas, yakni berupa benang tunggal atau becabang-
cabang yang disebut dengan hifa. Kumpulan dari hifa-hifa akan membentuk
misellium. Fungi merupakan organisme eukariotik, yang mempunyai ciri-ciri
senagai berikut: mempunyai spora, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil
sehingga tidak berfotosintesis, dapat berkembangbiak secara seksual dan aseksual,
tubuh berfilamen dan dinding sel mengandung kitin, glukosa, selulosa dan manan.
Fungi dibagi menjadi dua golongan yakni kapang dan khamir. Kapang
merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir
merupakan funggi bersel tunggal dan tak berfilamen.
4. Fikologi
Organisme ini mengandung klorofil serta pigmen lain untuk
melangsungkan fotosintesis, tersebar luas di alam terutama di lingkungan yang
terkena sinar matahari. Kebanyakan alga bersifat mikrokopis dan telaah mengenai
alga disebut dengan fikologi atau algologi.
Banyak species alga dalam bentuk sebagai sel tunggal yang dapat
berbentuk bola, batang atau kumparan. Ada yang dapat bergerak ada juga yang
tidak, disamping itu ada species yang membentuk koloni. Alga mengandung inti
yang dibatasi oleh membran sehingga digolongkan Protista eukariotik.
Alga dalah organisme aerobik fotosintetik, ada yang hidup di salju atau
juga suhu tinggi sampai 70 derajat Celcius. Alga marin menyesuaikan diri
terhadap variasi konsentrasi garam di berbagai bagian laut. Alga marin dapat
dijumpai pada kedalaman 183 m.
Banyak alga yang mengandung vitamin A dan D, bila dimakan oleh ikan
maka vitamin-vitamin itu disimpan di dalam organ (hati). Ganggang hijau
mengandung vitamin B1, vitamin C dan vitamin K yang cukup besar.
Alga dimanfaatkan sebagai makanan misalnya agar-agar. Sedangkan alga
coklat dapat diekstraksi alginat yang banyak di pakai dalam makanan dan produk-
produk farmasi.
5. Protozologi
Protozoa berasal dari bahasa Yunani yang berarti hewan pertama. Ilmu
yang menelaah tentang protozoa disebut dengan protozologi.

85
Protozoa berperan sebagai mata rantai penting dalam rantai makanan
untuk komunitas dalam lingkungan aquatik, misalnya perairan laut yang terdapat
zooplankton dan fitoplakton, pada gilirannya mereka menjadi makanan
organisme laut yang besar. Hal tersebut penting dalam keseimbangan ekologis.
Ukuran dan bentuk protozoa sangat beragam, beberapa ada yang
berbentuk lonjong, bola atau polimorfik (mempunyai berbagai bentuk morfologi
pada tingkat-tingkat yang berbeda pada daur hidupnya). Beberapa protozoa
berdiameter lebih kurang 1-2 mm.
Sel protozoa terdiri dari membran sitoplasma yakni ektoplasma (lapisan
luar sitoplasma) dan endoplasma (bagian dalam sitoplasma). Setiap sel protozoa
memiliki satu inti. Tetapi banyak protozoa mempunyai inti rangkap disebagian
besar siklus hidupnya. Pada Ciliata terdapat satu makronukleus (yang berfungsi
mengawasi kegiatan metabolisme dan pertumbuhan juga proses regenerasi) dan
satu mikronukleus kecil yang mengendalikan kegiatan reproduksi.
Pelikel adalah lapisan yang meliputi membran sitoplasma sel, kemudian
ada lapisan di luar pelikel yang disebut dengan cangkang atau cangkerang yang
terdiri dari bahan organik dan diperkuat dengan bahan anorganik (kalsium
karbonat atau silikat).
C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Apa yang anda ketahui tentang bakteriologi.
2. Apa yang anda ketahui tentang virologi.
3. Apa yang anda ketahui tentang mikologi.
4. Apa yang anda ketahui tentang fikologi.
5. Apa yang anda ketahui tentang protozologi.
b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan
dibahas.
- Aktif dalam tanya jawab dan diskusi.
- Mengerjakan latihan.

86
c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka
mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80%
dianjurkan untuk:
• Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
• Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
- Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian
materi atau diskusi.

d. Kunci Jawaban
1. Bakteriologi
Nama bakteri berasal dari bahasa Yunani yaitu “ bacterion” yang berarti
batang atau tongkat. Bakteri berkembangbiak dengan membelah diri dan karena
begitu kecil hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri
walaupun bersel satu tetapi mempunyai beberapa organel yang dapat
melaksanakan beberapa fungsi hidup.
Satuan ukuran tubuh bakteri adalah mikrometer atau mikron. Lebar tubuh
umumnya antara 1-2 m, sedangkan panjangnya atara 2-5 mikron. Bakteri
berbentuk kokus ada yang berdiameter 0,5 mikron ada pula yang berdiameter
sampai 2,5 mikron. Sedangkan bakteri berbentuk basil ada yang lebarnya 0,2-2
mikron. Pada umumnya bakteri yang berumur 3-6 jam lebih besar daripada
bakteri yang umurnya lebih daripada 24 jam.
Secara garis besar bentuk tubuh bakteri dapat dikelompokkan dalam 3
golongan yaitu: basil (bacillus), kokus (coccus), spiril (spirillium).
2. Virologi
Virologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang virus. Kata virus
berasal dari bahasa latin yang berarti racun. Virus adalah organisme yang sangat
kecil dan jauh lebih kecil dari bakteri. Virus ini dapat menembus saringan bakteri
dan hanya dapat disaring dengan menggunakan saringan porselin.
- Bentuk dan Ukuran Virus

87
Bentuk virus sangat bervariasi. Ada yang bebentuk bulat. Oval,
memanjang, silindris dan ada juga yangberbentuk T. Ukuran tubuh sangat kecil
dan bervariasi yaitu kira-kira antara 300 x 250 x 100 nm sampai Provirus yang
kira-kira berdiameter 20 nm.
Nama famili virus ditandai dengan viridae. Anggota famili mempunyai
sifat umum sama dan tidak banyak berubah. Nama subfamili diberi akhiran
virinae. Nama akhiran genus diberi akhiran virus. Penamaan virus tidak
mengikuti penamaan binomial seperti pada penamaan bakteri Linnaeus.
3. Mikologi
Di antara tumbuhan rendah, maka golongan ganggang (alga) dan golongan
fungi merupakan kelanjutan dari golongan bakteri. Tetapi ada juga menganggap
bahwa fungi sebenarntya ganggang yang kehilangan klorofilnya. Ilmu yang
membahas tentang fungi disebut dengan mikologi. Sedangkan fungi tingkat
rendah (mirofungi) masuk dalam mikrobiologi.Fungi tingkat tinggi maupun
tingkat rendah mempunyai ciri khas, yakni berupa benang tunggal atau becabang-
cabang yang disebut dengan hifa. Kumpulan dari hifa-hifa akan membentuk
misellium. Fungi merupakan organisme eukariotik, yang mempunyai ciri-ciri
senagai berikut: mempunyai spora, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil
sehingga tidak berfotosintesis, dapat berkembangbiak secara seksual dan aseksual,
tubuh berfilamen dan dinding sel mengandung kitin, glukosa, selulosa dan manan.
Fungi dibagi menjadi dua golongan yakni kapang dan khamir. Kapang
merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir
merupakan funggi bersel tunggal dan tak berfilamen.
4. Fikologi
Organisme ini mengandung klorofil serta pigmen lain untuk
melangsungkan fotosintesis, tersebar luas di alam terutama di lingkungan yang
terkena sinar matahari. Kebanyakan alga bersifat mikrokopis dan telaah mengenai
alga disebut dengan fikologi atau algologi.
Banyak species alga dalam bentuk sebagai sel tunggal yang dapat
berbentuk bola, batang atau kumparan. Ada yang dapat bergerak ada juga yang
tidak, disamping itu ada species yang membentuk koloni. Alga mengandung inti
yang dibatasi oleh membran sehingga digolongkan Protista eukariotik.

88
Alga dalah organisme aerobik fotosintetik, ada yang hidup di salju atau
juga suhu tinggi sampai 70 derajat Celcius. Alga marin menyesuaikan diri
terhadap variasi konsentrasi garam di berbagai bagian laut. Alga marin dapat
dijumpai pada kedalaman 183 m.
Banyak alga yang mengandung vitamin A dan D, bila dimakan oleh ikan
maka vitamin-vitamin itu disimpan di dalam organ (hati). Ganggang hijau
mengandung vitamin B1, vitamin C dan vitamin K yang cukup besar.
Alga dimanfaatkan sebagai makanan misalnya agar-agar. Sedangkan alga
coklat dapat diekstraksi alginat yang banyak di pakai dalam makanan dan produk-
produk farmasi.
5. Protozologi
Protozoa berasal dari bahasa Yunani yang berarti hewan pertama. Ilmu
yang menelaah tentang protozoa disebut dengan protozologi.
Protozoa berperan sebagai mata rantai penting dalam rantai makanan
untuk komunitas dalam lingkungan aquatik, misalnya perairan laut yang terdapat
zooplankton dan fitoplakton, pada gilirannya mereka menjadi makanan
organisme laut yang besar. Hal tersebut penting dalam keseimbangan ekologis.
Ukuran dan bentuk protozoa sangat beragam, beberapa ada yang
berbentuk lonjong, bola atau polimorfik (mempunyai berbagai bentuk morfologi
pada tingkat-tingkat yang berbeda pada daur hidupnya). Beberapa protozoa
berdiameter lebih kurang 1-2 mm.
Sel protozoa terdiri dari membran sitoplasma yakni ektoplasma (lapisan
luar sitoplasma) dan endoplasma (bagian dalam sitoplasma). Setiap sel protozoa
memiliki satu inti. Tetapi banyak protozoa mempunyai inti rangkap disebagian
besar siklus hidupnya. Pada Ciliata terdapat satu makronukleus (yang berfungsi
mengawasi kegiatan metabolisme dan pertumbuhan juga proses regenerasi) dan
satu mikronukleus kecil yang mengendalikan kegiatan reproduksi.
Pelikel adalah lapisan yang meliputi membran sitoplasma sel, kemudian
ada lapisan di luar pelikel yang disebut dengan cangkang atau cangkerang yang
terdiri dari bahan organik dan diperkuat dengan bahan anorganik (kalsium
karbonat atau silikat).
e. Referensi

89
Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta. Penerbit Buku
kedokteran EGC.
Waluyo. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM
f. Senarai
- ektoplasma : lapisan luar sitoplasma
- endoplasma : bagian dalam sitoplasma

BAB XI
PENGANTAR MIKROBIOLOGI TERAPAN
Deskripsi singkat
Bab ini akan menguraikan tentang mikrobiologi kesehatan, mikrobiologi
lingkungan, dan mikrobiologi pangan serta mikrobiologi industri.
Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan mikrobiologi terapan.
Mahasiswa akan mengetahui berbagai macam mikrobiologi terapan.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan pengantar mikrobiologi terapan.
B. Penyajian
Uraian dan contoh
11.1 Mikrobiologi Kesehatan
Mikrobiologi kedokteran merupakan salah satu bidang mikrobiologi
terapan yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan nikroorganisme dibidang
kesehatan, yang meliputi antara lain penyakit, imunisasi dan lain sebagainya.
Penyakit menular pada umumnya disebabkan oleh mikrobe, baik bakteri,
virus, jamur atau protozoa. Cara pemindah sebaran penyakit dapat melalui udara,

90
makanan, air, infeksi nosokomial atau inkeksi asal artropoda. Beberapa istilah
yang sering dipakai pada penyakit yaitu:
• Patogenitas adalah kemampuan organisme untuk menimbulkan penyakit.
• Infeksi adalah saat mikroba menyerang hospes dengan memasuki jaringan
tubuh dan berkembangbiak dalam jaringan.
• Virulensi adalah derajat kemampuan suatu mikroba untuk menyebabkan
infeksi
11.1.1 Pemindahsebaran Melalui Udara
Pemindahansebaran mikroba melalui udara sering dinamakan infeksi asal
udara dan infeksinya ditularkan melalui udara. Wahana pemindahsebaran ini
adalah tetesan air liur, sekresi pernapasan lain, debu tercemar dam fomit (benda
mati yang tercemar oleh patogen dan membantu penyebarannya). Beberapa
mikroorganisme yang disebarkan melalui udara, yakni:
• Corybacterium diphteriae
Bakteri ini terlokalisasi di tengorokan yang menjadi meradang bila bakteri
tersebut tumbuh dan mengeluarkan eksotoksin yang ampuh. Hal ini menyebabkan
sel-sel jaringan mati, bersama dengan lekosit, sel darah merah dan bakteri
membentuk eksudat berwarna kelabu suram yang disebut dengan psudomembran.
Di dalam psudomembran bakteri berkembang dan serta menghasilkan racun. Bila
psudomembran meluas ke trakea, maka saluran napas penderita akan tersumbat
dan penderita mengalami kesulitan napas. Penyakit dipteri baru tampak biasanya
2-5 hari sesudah penularan dengan tanda-tanda serak di leher dan demam, disertai
dengan pembentukan selaput dan pembengkakaan kelenjar getah bening.
• Sreptococcus pyogenes
Disebarkan terutama melalui bersin dan batuk. Kuman ini dapat bertahan
berminggu-minggu di dalam dahak atau sekresi tubuh yang lain, sehingga
membantu penyebarannya. Kuman ini dapat menyebabkan penyakit misalnya
faringitis (tonsilitis) yang menyebabkan radang tenggorokan tanpa dahak, demam
rematik (peradangan jaringan penghubung pada persendian dan organ).
• Sreptococcus pneumoniae
Merupakan 95 % penyakit pneumonia, gejalanya adalah demam, rasa
menggigil, rasa sakit didaerah sekitar paru-paru.

91
• Mycobacterium tubercolusis
Penularan TBC terutama melalui dahak. TBC pada manusia menyerang
jaringan tubuh manapun, tetapi yang paling umum terinfeksi adalah paru-paru.
• Neisseria meningitidis
Kuman ini penyebab utama meningitis (radang selaput otak dan sumsum
tulang belakang). Pada manusia kuman dapat menular ke selaput otak lewat darah
dari nosofaring.
• Bordella pertussis
Penularan penyakit pertusis dengan terisap droplet yang terinfeksi, kuman
berkembangbik dalam saluran pernapasan, masa inkubasinya adalah 5-21 hari.
• Influenza virus
Virus ini hanya menyerang terbatas pada saluran pernapasan bagian atas, yang
disebit dengan penyakit influenza. Gejalanya adalah demamn mengigil, pusing
dan sakit pada otot-otot secara umum. Bila tidak ada komplikasi penderita
akan sembuh dalam 3-7 hari.
11.1.2 Pemindahsebaran Melalui Makanan
Pemindahansebaran melalui makanan terjadi dengan dua mekanisme
yaitu:
1. Mikroba yang terdapat dalam makanan menginfeksi hospes
2. Mikroba mengeluarkan eksotoksin dalam makanan kemudian
menyebabkan penyakit keracunan makanan (mabuk makanan).
Beberapa mikroorganisme yang disebarkan melalui makanan, yakni:
* Salmonella
Salmonelosis merupakan infeksi bakteri genus Salmonella yang menyerang
gastrointestinal mencakup perut dan usus halus dan usus besar. Hanya
beberapa species yang menyebabkan infeksi makanan, misalnya S. Enteridis,
S. Choleraesuis dan Salmonella typhi. Penderita sakit perut mendadak 8-48
jam setelah makan makanan yang tercemar Salmonella, timbul rasa sakit perut
dengan diare encer atau berair, kadang-kadang dengan lendir atau darah, mual,
muntah dan demam, hilang dalam waktu 2-5 hari.
* Staphylococcus

92
Peracunan makanan umumnya karena termakan toksin yang dikeluarkan oleh
galur toksigenik Staphylococcus aureus yang tumbuh pada makanan yang
tercemar. Jumlah enterotoksin yang termakan menentukan timbulnya gejala
(mual, pusing, muntah daire) dan parahnya tidaknya infeksi tersebut.
* Clostridium botolinum
Penyakitnya disebut dengan botulisme. Clostridium botolinum yang
menghasilkan neurotoksin yang tidak tahan panas. Penyakit ini terjadi karena
makan makanan yang diawetkan kurang sempurna, misalnya makanan kaleng.
Gejala penyakit terlihat sekitar 12-48 jam setelah makan makanan tercemar,
gejalanya yaitu kesulitan bercakap, biji mata melebar, mulut terasa kering,
mual, muntah dan tidak dapat menelan.
* Vibrio parahaemolyticus
Kuman ini penyebab gastroenteritis akibat memakan makanan laut (mentah).
Gejalanya sakit perut, mual dan muntah dan diare. Penyakit ini dapat sembuh
dalam 2-5 hari.
* Clostridium perfringens
Gelaja timbul 8-24 jam setelah makan makanan tercemar, yaitu mulas dan
diare. Cara mencegah yang terbaik adalah menghindarkan penyimpanan makanan
yang sudah matang apada suhu kamar dalam jangka waktu yang lama.
* Virus
Virus ini meliputi Adenovius, Reovirus, Echovirus dan virus hepatitis gejal
utama dalah diare mendadak, mual, muntah, lesu, sakit perut dan demam.
11.1.3 Pemindahsebaran Melalui Serangga
Selain manusia, serangga dapat merupakan sumber pemindahsebaran
mikroba pada manusia. Biasanya berfungsi sebagai inang intermediat bagi parasit
atau sebagai vektor mikroba patogenik. Vektor biologis adalah vektor tempat
patogen melewatkan masa inkubasi atau perkembangbiakannya.
Sebagian besar mikroorganisme yang menggunakan serangga sebagai
vektornya telah menyesuaikan diri dengan hospesnya, sehingga tidak
membahayakan serta tidak merusak jaringan inangnya.
11.1.4 Pemindahsebaran Melalui Infeksi Nosokomial

93
Infeksi nosokomial diartikan infeksi yang diperoleh selama dalam
perawatan di rumah sakit.Sumber infeksi nonokomial pada hakekatnya sama
dengan yang dimasyarakat, yakni benda, orang, aliran udara hewan terutama
serangga.
Sumber utama mikroba patogen bagi manusia adalah manusia yang lain.
Salah satu ancaman adalah dari mikrobiota normal kita sendiri. Misalnya infeksi
yang gawat yang banyak terjadi dirumahsakit disebabkan oleh E. coli, Klebsiella
pneumoniae, Candida albicans, Stapylococcus aereus, Proteus mirabilis.
Sumber infeksi nosokomial, dirangkum sebagai berikut:
 Sumber hidup: manusia dan hewan
 Sumber tak bernyawa: udara, tanah, makanan, ait dan fomit (benda mati)
11.2 Mikrobiologi Lingkungan
Mikroba ada dimana-mana disekitar kita di air, udara dan tanah, ada
mikroba yang merugikan dan juga menguntungkan. Studi tentang mikroba yang
ada dilingkungan alamiahnya disebut dengan ekologi mikroba.
11.2.1 Mikrobiologi Air
Air (H2O) di alam tidak pernah dalam keadaan murni. Air murni hanya ada
di di laboratorium dalam bentuk aquades. Air di alam selalu ditambahi dengan
faktor X, sehingga rumus kimianya menjadi: H2O + X di mana faktor X dapat
berbentuk faktor yang bisa hidup (biotik) dan faktor yang tidak hidup (abiotik).
1) Pemeriksaan Kualitas Air
Pemeriksaan kualitas air didasarkah oleh syarat-syarat kualitas air itu
sendiri. Syarat-syarat tersebut adalah (Slamet Ryadi: 1984):
 Persyaratan Fisik
Ditentukan oleh faktor-faktor kekekeruhan air biasanya disebabkan oleh
zat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat
anorganik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam sedangkan yang
organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan.
Rasa dan bau, antara keduanya tidak bisa dipisahkan secara kualitatif. Air
biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan
kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa logem, amis,
rasa pahit, asin, dan sebagainya.

94
Suhu, air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar: (a) tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran, pipa, yang dapat membahayakan
kesehatan, (b) menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran, pipa, (c)
mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, dan (d) bila diminum air
dapat menghilangkan dahaga.
Warna, air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna.
 Persyaratan Kimia
Karena bahan-bahan kimia itu pada umumnya mudah larut dalam air,
maka tercemarnya air oleh bahan-bahan kimia yang terlarut khususnya timbal
balik perlu dinilai kadarnya untuk mengetahui sejauh mana bahan-bahan terlarut
itu mulai dapat dikatakan membahayakan eksistensi organisme maupun
mengganggu bila digunakan untuk suatu keperluan.
Persyaratan kimia meliputi kimia anoranik dan organik. Parameter kimia
anorganik meliputi: zat kimia anorganik dan zat kimia organik
a. Zat Kimia Anorganik
Zat kimia anorganik meliputi: air raksa atau hydrogyrum (Hg), Aluminium
(Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe),Flourida (F), Cadmium (Cd), Klorida
adalah senyawa halogen (Cl), toksisitanya tergantung pada senyawanya, Kromium
(Cr), Mangan (Mn), Natrium (Na), Perak (Ag), Seng (Zn), Sianida (Cn), Sulfat
(SO4), Tembaga (Cu), dan Timbal (Pb).
b. Kimia Organik
Senyawa organik yang terdapat dalam air dapat menimbulkan ganguan
kesehatan adalah sebagai berikut: Aldrin dan dieldrin, benzen, Chlordane,
Chloroform, 2,4 di Chlorophenoxyl acetic acid, Dichlor diphenyl trichloroethane
(DDT), dan Detergen.
Menurur Fardiaz S, 1999 ialah ”zat organik merupakan indikator umum
bagi pencemaran air”. Apabila zat organik yang dapat dioksidasi (BOD) besar,
maka ia menunjukkan adanya pencemaran air.
 Persyaratan Biologis

95
Persyaratan biologis ditentukan baik oleh kehadiran mikroorganisme yang
patogen maupun yang non patogen, yang menjadi perhatian adalah yang patogen,
tetapi yang non patogen pun apabila dalam jumlah yang berlebihan akan
mempengaruhi rasa, bau dan lain-lain. Parameter mikrobiologik ada dua yaitu
koliform tinja dan koliform total yang merupakan indikator pencemaran air.
Jenis mikroorganisme yang berada di dalam air diantaranya adalah:
beberapa jenis kelompok virus, kelompok bakteri, kelompok protozoa, dan
kelompok metazoa.
2) Keuntungan dan Kerugian Mikroorganisme air
Mikroorganisme dalam air ini terhadap manusia ada yang menguntungkan
dan ada yang merugikan.
 Mikroorganisme Air yang Menguntungkan
Plankton, baik yang terdiri dari plankton tumbuh-tumbuhan, fitoplankton
ataupun plankton hewan/zooplankton, merupakan makanan utama ikan-ikan kecil,
sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan kolam ikan misalnya untuk
perikanan. Contoh; Chlorella, Seenedesmus, Hydrodictyon, Pinnularia,
Tabellaria, Sinedra, dan sebagainya.
Jasad dekomposer, mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk
menguraikan atau merombak senyawa yang berada dalam air, sehingga
kehadirannya selalu menguntungkan dalam rangka pengolahan buangan di dalam
air secara biologis.
Mikroalge, yang mempunyai khloropfil, dapat melakukan proses
fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis
tersebut akan menambah jumlah/kadar oksigen di dalamnya, sehingga nilai
kelarutan oksigen yang disebut Dissolved Oxygen = DOP akan naik atau
bertambah. Dalam hal ini jasad renik seperti mikroalgae tersebut dinamakan
produser karena mampu untuk menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh
kehidupan di dalam air.
 Mikroorganisme Air yang Merugikan
Mikroorganisme yang terdapat dalam air yang merugikan terhadap
lingkungan dan manusia dapat menimbulkan berubahnya karakteristik air, yakni:

96
1. Penurunanan turbiditas dan hambatan aliran, berbau, berubah warna, hal ini
disebabkan oleh kelompok bakteri besi, dimana bakteri ini dapat mengoksidasi
senyawa ferro menjadi ferri, contoh Crenothrix, Sphaerotilus. Mereduksi senyawa
sulfat menjadi asan sulfida, sehingga menimbulkan bau busuk, contoh
Chromatium dan Thiobacillus.
2. Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna dan blooming, terjadi
pertumbuhan massa alge yang banyak dan menutupi seluruh permukaan air;
contoh Anabaena flos-aquae dan Microcystis aerugynosa.
3. Kelompok patogen, Salmonella, Cholera, Shigella, Rotaviruis, Hepatitis A,
Poliomyelitis,Enterovirus.
4. Kelompok penghasil racun yaitu bakteri anaerob Clostridium spp, bakteri
aerob Pseudomonas, Salmonella, dan Staphylococcus, Mikropalge, Anabaena dan
Microcystis,
5. Kelompok bakteri pencemar Escherichia coli, Streptococcus fecalis,
Clostridium welchii karena berasal dari tinja manusia.
3) Mekanisme Penyebaran Air
Penyakit-penyakit asal air terjadi karena meminum air tercemar. Sebenarnya
sumber infeksi itu bukanlah airnya, melainkan tinja yang berasal dari manusia
atau hewan yang telah mencemari air tersebut. Tinja tersebut mengandung
patogen-patogen enterik bila berasal dari orang sakit atau pembawa penyakit.
11.2.2 Mikrobiologi Tanah
Tanah merupakan campuran yang terdiri dari bahan organik, anorganik,
air dan udara yang semuanya tercampur jadi satu, sehingga sulit dipisahkan antara
satu dengan yang lainnya.
Populasi mikroba di dalam tanah terbagi menjadi 3 golongan besar yaitu:
1) Golongan autohtonus yaitu mikroba yang tidak terpengaruh dengan
lingkungan luar (misalnya Arthrobacter dan Nocardia).
2) Golongan zimogenik yaitu mikroba yang terpengaruh dengan lingkungan
luar yang baru (misalnya penambahan senyawa organik), contohnya
Pseudomonas dan Bacillus.
3) Golongan transien yaitu mikroba yang kehadirannya bersamaan dengan
penambahan mikroba secara buatan.

97
1) Jenis-jenis Mikroorganisme Tanah
Kesuburan tanah tidak hanya ditentukan oleh susunan kimianya, tetapi
juga jumlah dan jenis biota yang terdapat di dalam tanah. Biota tanah dapat
dikelompokkan sebagai berikut: Protista eukariotik dan Protista prokariotik
Protista prokariotik yang berperan penting di dalam tanah meliputi
kelompok bakteri, ganggang biru dan actinomycetes, sedang protista eukariotik
meliputi jamur, protozoa, ganggang dan metazoa. Perbedaan antara prokariotik
dan eukariotik terutama pada struktur dan ultra strukturnya, pada jasad prokariotik
tidak mempunyai sistem membran inti, retikulum endoplasmik dan mitokondria,
sedang eukariotik memiliki ketiga badan tersebut.
 Bakteri
Di dalam tanah bakteri merupakan kelompok yang paling dominan dan
kurang lebih setengah dari biomasa mikrobia tanah. Bakteri terdapat pada semua
jenis tanah, yang makin ke dalam, populasinya makin sedikit. Bakteri berbentuk
batang, kokus dan spiral dan bakteri bentuk batang merupakan kelompok yang
dominan di dalam tanah.
Berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri dikelompokkan menjadi aerob,
anaerob dan fakultatif anaerob. Bakteri aerob memerlukan oksigen, bakteri
anaerob hanya dapat tumbuh jika tidak ada oksigen, sedangkan bakteri fakultatif
anaerob dapat tumbuh baik tanpa atau dengan adanya oksigen. Pada keadaan
anaerob bakteri dominan dan paling aktif, karena jamur dan actinomycetes
pertumbuhan dan aktivitasnya terganggu. Jumlah dan jenis bakteri dipengaruhi
oleh tekstur, kandungan air, aerasi, suhu, bahan organik, kemasaman dan
tersedianya nutrien anorganik.
Populasi bakteri di dalam tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan
organik, penambahan bahan organik ke dalam tanah, meningkatkan jumlah dan
kegiatan bakteri tanah misalnya penambahan sisa tanaman dan pupuk hijau.
Berdasarkan kebutuhan nutrisinya bakteri dikelompokkan menjadi ototrof
dan heterotrof. Jasad yang memerlukan sumber karbon senyawa anorganik
disebut jasad ototrof atau litotrof (misalnya CO2). Sedang jasad yang memerlukan
sumber karbon organik disebut heterotrof atau organotrof. Berdasarkan sumber
enersinya, maka jasad dikelompokkan menjadi fototrof jika sumber enersinya

98
cahaya dan organotrof, jika sumber enersinya senyawa kimia. Bakteri yang
bersifat kemoototrof obligat misalnya Nitrobacter menggunakan nitrat, dan
Nitrosomonas menggunakan nirat, dan amonium, dan bakteri foto-ototrof
misalnya bakteri fotosintetik.
 Actinomycetes
Actinomycetes bersifat heterotrof. Actinomycetes tidak toleran terhadap pH
tanah, dan pada immune mempunyai kisaran pH 6,5 - 8,0. Pengasaman tanah
sampai pH 5 digunakan untuk memberantas penyakit tanaman skabies pada
kentang, yang disebabkan oleh Streptomyces. Penggunaan pupuk amonium yang
terus menerus dapat menekan pertumbuhan Actinomycetes, karena amonium
dioksidasi menjadi nitrat yang dapat menurunkan pH. Pengapuran dapat
meningkatkan populasi Actinomycetes.
 Jamur
Jumlah dan kualitas bahan organik berpengaruh pada jumlah jamur dalam
tanah, karena jamur bersifat heterotrof. Pemberian bahan organik merubah
susunan jamur yang dominan dari genus Penicillium, Trichoderma, Aspergillus,
Fusarium dan Mucor. Jamur dominan pada tanah masam meskipun terdapat juga
pada tanah netral atau alkali, dan beberapa diantaranya toleran pada pH 9,0.
Kepekaan terhadap pH mempunyai arti penting di dalam usaha mengatasi
penyakit tanaman yang hidup di dalam tanah (soil-borne). Misalnya
Plasmodiophora brassicae paling banyak terdapat pada tanah masam, dan
penyakit ini tidak terdapat pada tanah dengan pH 7,5. Pemberian pupuk anorganik
dapat merubah jumlah jamur misalnya pemupukan dengan garam amonium jika
mengalami oksidasi menjadi nitrat akan menurunkan pH.
Jamur diklasifikasikan atas Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes
dan Fungi Imferfecti. Banyak jamur pembusuk kayu misalnya Polyporus dan
Ektomikorisa (misalnya Boletus) berperan penting pada tanaman hutan,
Endomikorisa berperan penting dalam penyerapan unsur P tanaman termasuk
Phycomycetes. Jamur penyebab penyakit tanaman termasuk keempat golongan
tersebut di atas.
Peranan utama jamur di dalam tanah ialah merombak bahan organik dan
membentuk agregat tanah. Jamur tertentu dari spesies Alternaria, Aspergillus,

99
Cladosporium, Dematium, Gliocladium, Helminthosporium, Humicola dan
Metarhizium menghasilkan bahan humat di dalam tanah. Beberapa jamur juga
dapat menghasilkan senyawa yang struktur kimianya sama dengan kebanyakan
senyawa karbohidrat yang diekstraksi dari bahan organik tanah. Beberapa jamur
dapat berassosiasi dengan akar tanaman hutan misalnya Ektomikorisa dari genus
Boletus dan Lactarius. Sedangkan Endomikorisa berassosiasi dengan tanaman
pertanian, misalnya genus Glomus dengan tanaman jagung, kedelai dan lain-lain.

 Ganggang (Algae)
Ganggang tanah berkembang baik jika kelembaban dan cahayanya cukup.
Ganggang membentuk masa berwarna hijau pada permukaan tanah, ganggang
termasuk ke dalam kingdom Protista, yang dibedakan atas beberapa divisio yaitu
Chlorophyta, Rhodophyta, Cyanophyta dan Phaeophyta. Karena mempunyai
khlorofil, maka bersifat foto-ototrof, yang termasuk ganggang hijau misalnya
Chlorella, Chlamydomonas, Chlorococcum dan lain-lain.
Ganggang biru mempunyai pigmen yang disebut fikosianin selain klorofil.
Yang termasuk Cyanophyta adalah misalnya Aphanocapsa, Lyngbya,
Ascillatoria, Anabaena, Nostoc dan lain-lain. Beberapa ganggang biru
mempunyai sel khusus yang disebut heterosis yang berperan dalam penambatan
nitrogen. Tanah sawah merupakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan
ganggang biru tertentu yang berperan pada penambatan nitrogen.
 Protozoa
Protozoa yang berflagella masuk ke dalam kelas Flagellata atau
Mastigophora yang predominan di dalam tanah. Genus-genus yang penting
diantaranya adalah Bodo, Carcobodo dan Tetramitus, yang termasuk kelas
Sarcodina misalnya Biomyxa, Naigleria dan Englypha sedang kelas Ciliata
beberapa diantaranya Colpoda, balantiophorus dan Uroleptus. Protozoa yang
hidup di dalam tanah memakan bakteri dari genus Aerobacter, Agrobacterium,
bacillus, Escherichia coli, Micrococcus dan Pseudomonas dengan mencernakan
di dalam protoplasmanya, tetapi hanya bakteri tertentu yang peka. Protozoa
banyak terdapat dipermukaan tanah dan jumlahnya dipengaruhi oleh populasi
bakteri dan bahan organik tanah.

10
 Virus
Suatu kelompok bakteriofaga yang penting dalam pertanian ialah yang
menyebabkan lisis bakteri bintil akar Rhizobium di dalam tanah. Bakteriofaga
spesifik lain yang terdapat di dalam tanah misalnya bakteriofaga untuk
Aerobacter, Agrobacterium, Arthrobacter, Pseudomonas, Rhizobium,
Streptomyces, Azotobacter dan Nocardia. Kelompok virus tertentu dapat
menyerang jamur (mycovirus) misalnya Penicillium chrysogenum, Aspergillus,
Periconia dan Ustilago. (Kabirun, 1994).

2) Peranan Mikroorganisme Tanah


Peranan penting, baik dibidang ilmu tanah, ilmu pertanian dan bidang-
bidang lain dari mikroba tanah adalah dalam siklus mineral, yang terdiri dari:
siklus nitrogen, siklus fosfor, siklus sulfur dan siklus karbon.
11.3 Mikrobiologi Udara
Mikroba yang berada di udara bersifat sementara, udara bukan merupakan
medium tempat mikroba tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat,
debu dan tetesan air yang semuanya sangat mungkin dimuati mikroba.
Mikroorganisme yang terdapat diudara ini dapat menyebabkan berbagai
penyakit kepada manusia seperti penyakit saluran pernapasan dan penyakit kulit.
Disamping itu juga bisa menyebabkan penyakit pada saluran pencernaan seperti
diare. Oleh sebab itu timbulah usaha manusia untuk mengendalikan/menekan
penyakit yang disebarkan melalui udara ini seperti adanya usaha untuk imunisasi,
tehnik desinfeksi udara dan lain-lain.

1) Jenis-Jenis Mikroorganisme Udara


Umumnya mikroorganisme yang terdapat diudara adalah mikroorganisme
kontaminan yang bisa bersifat patogen. Mikroorganisme tersebut dapat
dikelompokan seperti bakteri, virus dan jamur, yang bisa terdapat ditanah dan
disebarkan keudara oleh angin baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk
sporanya
Bakteri
1. Bacillus

10
Merupakan bakteri yang hidup saprofit ditanah, air, udara dan tumbuh-
tumbuhan. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit pada manusia dengan fungsi
imun terganggu.(Jawetz, 1998)
2. Streptococcus pyogenes
Merupakan bakteri yang bersifat aerotoleran dan hidup sebagai saprofit dn
parasit pada manusia. Dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas karena
penularannya melalui udara.(Unus S,1995 dan Jawetz,1998).
3. Staphylococcus aureus
Merupakan bakteri yang hidup sebagai flora normal pada kulit dan selaput
mukosa tetapi dapat juga bersifat patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia serta dapat ditularkan melalui udara. (Jawetz, 1998)
4. Bordetella pertusis
Merupakan bakteri yang dapat ditularkan melalui udara dan dapat
menyebabkan penyakit pertusis/ batuk rejan. (Jawetz,1998)
5. Corynebacterium diptheria
Merupakan bakteri patogen yang ditularkan melalui udara dan dapat
menyebabkan penyakit dipteri. (Jawetz, 1998).
6. Streptococcus pneumonia
Merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pneumonia dan
biasanya merupakan penyakit infeksi pernapasan yang lanjut. Sehingga dapat
menyebabkan kematian.(Sleigh DJ, 1994 dan Jawetz, 1998).
7. Mycobacterium tuberculosis
Merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tuberkulosis yang
dapat ditularkan melalui udara baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
8. Legionella pnemophili
Merupakan bakteri yang sering terdapat pada pendingin ruangan (AC),
pancuran mandi dan dapat ditularkan melalui udara. (Jawetz, 1998).
9. Psudomonas
Merupakan bakteri yang ditemukan secara luas ditanah, air, tumbuhan dan
hewan. Biasanya terdapat dilingkungan yang lembab dirumah sakit dan bersifat

10
sebagai flora normal dan saprofit pada manusi. Bakteri dapat menyebabkan
penyakit pada manusia bila keadaan imun menurun. (Jawetz, 1998).
 Virus
Umumnya virus yang terdapat diudara ditularkan melalui saluran
pernapasan contohnya adalah:
1. Adenovirus
Adenovirus menginfeksi sel-sel epitel faring, selaput mata, usus kecil, dan
kadang-kadang sistem organ lainnya. Biasanya virus ini tidak sampai menyebar di
luar daerah getah bening.
2. Rinovirus
Rinovirus adalah virus selesma. Virus ini biasanya diisolasi dari hidung
dan tenggorok, dan jarang sekali dari tinja. Virus-virus ini, serta koronavirus dan
beberapa reovirus, adenovirus, enterovirus, virus parainfluenza, dan virus
influenza, menyebabkan infeksi saluran napas bagian atas, termasuk selesma..
3. Ortomiksovirus (Virus Influenza)
Merupakan virus penyebab influenza yang berbentuk seperti partikel–
partikel bulat dan inri RNAnya memiliki simetris heliks, dapat menyebabkan
influenza.
4. Virus Sinsitium Pernapasan (RSV: Respiratory Syncitial Virus).
Merupakan virus yang dapat menyebabkan kasus bronkitis dan pneumoni
pada 6 bulan pertama kehidupan. Tetapi pada orang dewasa hanya mengakibatkan
infeksi ringan saluran pernapasan atas.
 Jamur
Banyak jenis jamur kontaminan udara yang bersifat termofilik, yaitu jamur
yang tahan pada pemanasan tinggi sampai diatas 800C. Biasanya tahan selama
suatu benda sedang disterilkan bila janur tersebut berada dalam bentuk spora.
Jamur tersebut antara lain:
1. Aspergillus
Merupakan jamur yang hidup ditanah dan dapat menyebabkan penyakit
Aspergilosis, tetapi dapat ditularkan melalui udara karena dalam bentuk spora
berada diudara.
2. Candida

10
Merupakan jamur yang hidup sebagai flora normal pada selaput mukosa
saluran pernapasan, saluran pencernaan dan saluran genitalia wanita dan juga
dapat bersifat sangat patogen. Jamur ini ditularkan dalama bentuk spora karena
bisa terdapat diudara.
3. Histoplasma
Merupakan penyakit jamur sistemik yang ditularkan melalui udara, tetapi
umumnya jamur ini terdapat ditanah yang mengandung kotoran ayam.
4. Cryptococcus neoformans
Merupakan jamur yang berbentuk khamir yang mempunyai simpai dan
dapat hidup dalam keadaan kering sehingga hidup diudara. Biasanya ditularkan
melalui inhalasi spora yang didalam paru dapat menimbulkan kelainan setempat
dengan gejala yang ringan.
5. Rhizopus
Merupakan jamur yang terdapat ditanah dan menghasilkan spora sehingga
sporanya bisa ditularkan melalui udara.
2) Mekanisme Penyebaran Infeksi Melalui Udara
1. Melalui Debu
Penyakit yang ditularkan melalui debu ini biasanya memasuki inang lewat
saluran pernapasan mulai dari hidung, faring, laring, trakea, bronki dan paru-paru.
Beberapa diantaranya dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan dan dapat
menyerang bagian tubuh yang lain.
2. Melalui Droplet/ Inti Tetesan
Penyebaran melalui inti tetesan ini biasanya dimulai dengan seseorang
yang batuk, bersin dan meludah, maka terhembuskan titik air baik yang besar
maupun yang kecil. Titik–titik air dapat mengandung mikroorganisme yang dapat
ditularkan melalui udara. Titik-titik air yang halus menguap dan akan membentuk
inti titik air yang dapat mengandung mikroorganisme dan dapat terhirup/ terhisap
langsung oleh orang lain.
11.3 Mikrobiologi Pangan
Kandungan mikroba di bahan pangan dapat memberikan keterangan yang
mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan pangan
tersebut serta keefektifan metode pengawetannya.

10
11.3.1 Keuntungan Mikroorganisme dalam Makanan
1. Berperan di Dalam Proses Pembuatan Pangan Khusus
Berbagai jenis makanan dan minuman hasil fermentasi seperti tempe,
kecap, tauco, sosis, keju, bier, anggur dan sebagainya telah sejak lama dikenal
melengkapi menu makanan atau minuman sehari-hari. Makanan dan minuman
tersebut diolah secara fermentasi dengan menggunakan kemampuan mikroba.
Proses fermentasi melibatkan kemampuan mikroba sesuai dengan kondisi
proses dan hasilnya, terbagi kedalam 2 bentuk:
1. Proses fermentasi secara alkoholis, kalau hasilnya didapatkan alkohol,
seperti misalnya dalam pembuatan beberapa jenis minuman : bir, anggur, tuak,
brem, dan sebagainya.
2. Proses fermentasi secara non alkoholis, kalau hasilnya tidak didapatkan
senyawa alkohol, tetapi berbentuk asam organik, vitamin, asam amino dan
sebagainya. Seperti misalnya di dalam pembuatan tempe, kecap, oncom, sosis,
yoghurt dan sebagainya.
Proses fermentasi, baik secara alkoholik maupun non-alkoholik,
merupakan proses yang unik dilakukan oleh mikroba; cepat, murah, aman, hemat
energi dan nilai organoleptiknya (nilai yang dirasakan oleh lidah) rata- rata sesuai
dengan selera.
Di dalam proses pembuatan tempe misalnya, tercatat dua jenis mikroba
yang berperan, yaitu Rhizopus oligosporus dan Rhizopus stoloniferus. Kedua
jamur ini mempunyai kemampuan untuk mengubah kedelai menjadi asam amino
dan protein lain yang cepat larut kalau memasuki perut pemakannya. Sehingga
secara ilmiah sudah dibuktikan bahwa kandungan protein yang dapat diserap oleh
pemakan, jumlahnya akan lebih tinggi apabila kedelai tersebut sudah berubah jadi
tempe kalau dibandingkan hanya kedelai tersebut direbus atau dimasak biasa saja.
2. Berperan di Dalam Peningkatan Nilai Gizi/Nutrisi Makanan
Ini terjadi seperti di dalam pembuatan tempe dari kedele, atau pembuatan
bahan makanan lain seperti oncom, tuco, terasi dan sebagainya, yang disamping
akan menghasilkan nilai gizi/ nutrisi yang jauh lebih baik dan lengkap, juga nilai
organoleptik makanan hasilnya akan lebih baik dan meningkat.
3. Berperan di Dalam Pengadaan Bau dan Rasa

10
Bau dan rasa kacang kedele yang langsung direbus, rata-rata kurang
menarik kalau dibandingkan dengan kacang kedele yang telah diproses melalui
proses fermentasi misalnya. Juga bau dan rasa susu segar misalnya, banyak yang
tidak menyukai kalau dibandingkan bila susu tersebut telah difermentasi menjadi
makanan lain, antara lain yoghurt.
4. Berperan di Dalam Perubahan Warna
Warna, seperti juga bau dan rasa, mempunyai arti yang sangat penting
untuk bahan makanan. Warna makanan yang menarik akan lebih banyak
mendatangkan peminat kalau dibandingkan makanan tersebut tidak mempunyai
warna tertentu. Warna hasil proses mikroba disamping sesui untuk tubuh, stabil,
juga aman (tidak ada kecenderungan bersifat karsinogenik).
11.3.2 Kerugian Mikroorganisme dalam Makanan
Maksudnya yaitu bila kehadiran mikroba tersebut di dalam bahan
makanan justru akan:
a. Mengubah bau, rasa dan warna yang tidak dikehendaki
b. Menurunkan berat atau volume.
c. Menurunkan nilai gizi/nutrisi.
d. Mengubah bentuk dan susunan senyawa.
e. Menghasilkan toksin (senyawa racun) yang membahayakan

Kelompok mikroba seperti bakteri, jamur dan ragi merupakan penyebab


terjadinya kerugian pada bahan makanan seperti diatas. Karenanya terhadap bahan
makanan, sejak bahan baku, selama proses, selama pengolahan dan penyimpanan,
selalu diusahakan untuk tidak dikenai dan ditumbuhi mikroba tersebut.
Kerusakan paling umum terjadi pada bahan makanan adalah pembusukan,
dan ini dapat disebabkan bakteri maupun jamur. Dipihak lain sering makanan
yang mengandung enterotoksin dalam jumlah cukup banyak untuk menimbulkan
penyakit biasanya mempunyai penampilan, bau dan rasa yang normal, sehingga
masih dikonsumsi sehingga menimbulkan keracunan.
11.3.3 Faktor Penyebab Pertumbuhan Mikroba Dalam Bahan Pangan
1. Faktor Intrinsik (Sifat Bahan Pangan)
Faktor–faktor intrinsik atau faktor dalam yang dapat mempengaruhi
populasi mikroorgannisme didalam makanan meliputi sifat-sifat kimia atau

10
komposisi, sifat fisik dan struktur makanan. Faktor ini meliputi nilai aktivitas
aira(Aw), komposisi nutrien, pH, potensial redoks, adanya bahan pengawet
alamiah atau tambahan dan sebagainya.
 Aktivitas Air (aw= water activity)
Nilai aktivitas air untuk beberapa bahan makanan dan jenis
mikrooganisme khusus yang terdapat didalamnya kan berbeda untuk setiap jenis
bahan makanan. Bahan makanan dengan kadar air tinggi ( nilai aw: 0,95 – 0,99)
umumnya dapat ditumbuhi oleh semua jenis mikroorganisme dan biasanya
kerusakan akan lebih banyak karena bakteri dapat tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan kapang dan khamir.
 Nilai pH
Umumnya nilai pH bahan makanan berkisar antara 3,0 sampai 8,0.
Kebanyakan mikroorganisme tumbuh pada pH sekitar 5,0 sampai 8,0 dan hanya
jenis-jenis tertentu saja mikroorganisme yang ditemukan pada bahan makanan
dengan pH yang lebih rendah.
 Potensial Redoks

Potensial redoks dari suatu sistem biologis adalah suatu sistem indeks dari
tingkat oksidasinya. Bahan makanan dengan potensial redoks yang tinggi akan
membantu pertumbuhan dari jenis-jenis mikroorganisme yang bersifat aerobik
seperti Pseudomonas.
 Zat-zat Gizi
Komposisi bahan makanan dapat menentukan jenis mikroorganisme yang
dominan didalamnya, karena hal ini akan menentukan jenis zat gizi yang penting
tersedia untuk perkembangan mikroorganisme. Bahan makanan dengan gizi yang
cukup akan membantu pertumbuhan mikrooragnisme seperti, Lactobacillus yang
membutuhkan banyak zat gizi.
 Bahan Anti Mikrobial Alamiah
Bahan anti mikroba dapat diperoleh secara alamiah pada bahan-bahan
makanan seperti minyak essensial dan tanin pada bahan makanan asal tumbuh-
tumbuhan dan lizozyme serta avidin pada bahan makanan dari hewani seperti
telur.

10
 Struktur Biologis
Strukutr biologis seperti lapisan kulit telur, kutikula dari bagian tanaman
berguna untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam bahan makanan.
2. Faktor Pengolahan
Faktor pengolahan ini akan mempengaruhi jumlah mikroorganisme yang
dominan dalam bahan makanan yang telah diolah atau diawetkan. Proses
pengolahan seperti pemanasan atau irradiasi dapat membunuh sebagian atau
seluruh mikroorganisme, terutama mikroorganisme yang tidak tahan terhadap
panas dan irradiasi.
Pengeringan dan pembekuan bahan makanan dapat mengakibatkan
kerusakan pada mikroorganisme yang terdapat didalamnya. Tetapi beberapa jenis
mikroorganisme yang tahan terhadap perlakuan tersebut akan tetap dapat hidup
dan dapat menyebabkan kerusakan bila bahan makanan tersebut dicairkan.
3. Faktor Ekstrinsik (Lingkungan)
Bahan pangan segar atau makanan olahan yang tidak langsung dikonsumsi
memerlukan tahap penyimpanan atau transpor/distribusi. Faktor-faktor yang
mempengaruhui penyimpanan dan transpor seperti suhu, kelembaban dan susunan
gas, merupakan faktor lingkungan (ekstrinsik) yang mempengaruhi populasi jasad
renik yang terdapat pada makanan.
4. Faktor Implisit
Berbagai mikroba yang terdapat pada bahan makanan kadang-kadang
mengakibatkan dua atau lebih jenis mikro organisme hidup bersama saling
menguntungkan (sinergisme) atau sebaliknya yang satu merugikan pertumbuhan
jenis mikrorganisme yang lain (antagonisme).
5. Faktor Makanan
1. Makanan yang mudah rusak, yaitu yang mempunyai aktivitas air (aw), dan
pH yang relatif tinggi (pH>5,3), misalnya : daging , daging ayam, ikan
,susu dan sebagainya.
2. Makanan yang agak awet, yaitu makanan yang mempunyai pH
pertengahan (antara 4,5 sampai 6,3 ) atau telah mengalami proses
pengawetan sehingga kadar airnya menjadi agak rendah, misalnya: jam, jeli,
susu kental manis, acar, sosis terfermentasi dan sebagainya.

10
3. Bahan makanan yang awet (tahan lama disimpan) yaitu makanan yang
telah diawetkan dengan pengeringan sehingga kadar airnya (aw) rendah,
misalnya dendeng, abon, ikan asin dan sebagainya.

11.3.4 Pengaruh Proses Pengolahan terhadap Mikroorganisme


1. Pengaruh Pemanasan Terhadap Mikroorganisme
Untuk mengendalikan pertumbuhan dan kegiatan mikroba dapat dilakukan
dengan menggunakan perlakuan suhu tinggi. Pada perlakuan suhu diatas suhu
maksimum pertumbuhan mikroba akan bersifat mematikan dan semakin tinggi
suhunya akan semakin tinggi laju kematiannya.
2. Pengaruh Pembekuan Terhadap Mikroorganisme
Mikroorganisme dapat diklasifikasikan atas dasar suhu optimum yang
berguna untuk pertumbuhannya. Umumnya mikroorganisme tidak dapat tumbuh
pada suhu dibawah 320F, tetapi ada beberapa jenis khamir yang masih bisa
tumbuh dalam substrat tidak beku pada suhu dibawah 150F. Pendinginan yang
lambat dapat merusak populasi mikroba dan bentuk mikrobia yang sangat peka
adalah sel-sel vegetatif, sedangkan spora biasanya tidak rusak oleh pembekuan.
3. Pengaruh Pengeringan Terhadap Mikroorganisme
Proses pengeringan dalam pengolahan bahan makanan merupakan proses
pembatasan air yang digunakan untuk pertumbuhan oleh mikroorganisme. Hal ini
akan menentukan jumlah dan jenis dari mikroorganisme untuk tumbuh dalam
bahan makanan tersebut.
4. Pengaruh Pengolahan dengan Garam, Asam, dan Bahan Kimia Pengawet
terhadap Mikroorganisme
1. Pengolahan dengan Garam dan Asam
Garam akan sangat berpengaruh bila dimasukan kedalam bahan makanan
karena garam akan dapat merobah rasa dari makanan dan juga dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pencemar pada bahan makanann terutama
mikroorganisme proteolitik dan pembentuk spora walaupu dengan kadar yang
sangat rendah (sampai 6%).
Pengolahan bahan makanan dengan pemberian garam/ NaCl konsentrasi
tinggi dapat mencegah kerusakan dari bahan tersebut. Mikroorganisme psikrofilik

10
dapat dicegah pertumbuhannya dengan pemberian NaCl pada konsetrasi 2-5 %
dan dikombinasikan dengan suhu rendah.
2. Pengolahan dengan Gula
Penggunaan gula dalam pengolahan bahan makanan akan mempengaruhi
mikroorganisme yang terdapat dalam bahan makanan tersebut, terutama bila
dalam konsentrasi yang tinggi(minimal 40% padatan terlarut).Hal ini akan
mengakibatkan air yang ada dalam bahan makanan tidak tersedia untuk
pertumbuhan mikroorganisme sehingga kadar airnya menjadi rendah dan keadaan
inilah yang menyebabkan mikroorganisme tidak mampu untuk melakukan
aktifitas hidupnya.
3. Pengolahan dengan Bahan Pengawet Kimia
Penggunaan bahan kimia pengawet dalam bahan makanan dapat
menghambat atau menghentikan aktivitas mikroorganisme baik bakteri, kapang
dan khamir. Biasanya bahan kimia pengawet yang digunakan bersifat
bakteriostatik karena hanya dipakai dalam jumlah kesil sehingga tidak
membahayakan bagi konsumennya.
4. Pengaruh Radiasi dalam Pengawetan Terhadap Mikroorganisme
Penggunaan radiasi dalam pengolahan bahan makanan bisa mempengaruhi
ketahahan dari mikroorganisme. Radiasi yang digunakan ada dua macam yaitu:
radiasi panas yang merupakan radiasi yang menggunakan sinar dengan
gelombang yang panjang dan radiasi ionisasi yang merupakan radiasi yang
menggunakan sinar gelombang yang pendek.
11.4 Mikrobiologi Industri
Mirobiologi industri adalah kegiatan industri yang melibatkan mikroba
sebagai jasad pemroses dalam keadaan terkendali bertujuan untuk menghasilkan
produk yang bernilai ekonomis dan bermanfaat.

11.4.1 Prasyarat Proses Mikrobiologi Industri


Dilihat dari sudut perindustrian mikroorganisme merupakan “pabrik zat
kimia” yang mampu melakukan perubahan yang dikehendaki. Mikroorganisme
merombak bahan mentah, dan mengubahnya menjadi suatu poroduk baru, dapat
digambarkan sebagai berikut:

11
Subtrat (bahan mentah) + mikroorganisme produk baru
Tetapi hal tersebut memerlukan persyaratan agar mudah dilakukan dan
ekonomis, prasyarat tersebut adalah (Pelczar, 1988):

1. Organisme
Organisme yang dipakai harus dapat menghasilkan produk yang
dikehendaki dalam jumlah yang cukup banyak; harus memiliki sifat yang stabil
dan mampu tumbuh pesat dan hebat, serta tidak patogenik. Organisme semacam
itu kini bahkan dapat diciptakan secara genetis untuk memenuhi tujuan-tujuan
tertentu dengan menggunakan teknologi mutahir.
2. Medium
Medium termasuk substrat yang digunakan oleh organisme itu untuk
membuat produk baru, harus murah (relatif terhadap produk yang dihasilkan) dan
tersedia dalam jumlah banyak. Misalnya limbah yang mengandung nutrien dari
industri persusuan (air dadih) dan industri kertas (cairan limbah dari pemasakan
kayu) digunakan utuk menghasilkan bahn-bahan yang bernilai.
3. Hasil
Produksi yang dibentuk melalui metabolisme mikroorganisme biasanya
merupakan campuran heterogen yang meliputi sel mikrobe dalam jumlah yang
luar biasa banyaknya dan komponen-komponen medium yang terpakai, disamping
juga produk-produk metabolisme lain selain yang tak dikehendaki. Karena itu
perlu dikembangkan metode-metode yang mudah dilaksanakan dalam slaka besar
untuk memisahkan dan memurnikan produk akhir yang diinginkan sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal.
11.4.2 Sektor Mikrobiologi Industri
Industri mikrobiologi digolongkan ke dalam bebetapa kategori, yang
paling penting diantaranya adalah:
1. Minuman beralkohol
2. Makanan tambahan
3. Bahan kimia farmasi
4. Bahan hayati (vaksin dan antiserum)
5. Bahan kimia industri

11
Latihan
Untuk memperdalam materi di atas, kerjakanlah soal-soal berikut:
1. Jelaskan secara singkat mikrobiologi kesehatan
2. Apa yang anda ketahui tentang mikrobilogi lingkungan
3. Jelaskan keuntungan dan kerugian mikroba dalam bahan pangan
4. Sebutkan produk-produk mikrobiologi industri
Rangkuman
1. Mikrobiologi Kesehatan
Mikrobiologi kedokteran merupakan salah satu bidang mikrobiologi
terapan yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan nikroorganisme dibidang
kesehatan, yang meliputi antara lain penyakit, imunisasi dan lain sebagainya.
Penyakit menular pada umumnya disebabkan oleh mikrobe, baik bakteri,
virus, jamur atau protozoa. Cara pemindah sebaran penyakit dapat melalui udara,
makanan, air, infeksi nosokomial atau inkeksi asal artropoda.
Pemindahansebaran mikroba melalui udara sering dinamakan infeksi asal
udara dan infeksinya ditularkan melalui udara. Wahana pemindahsebaran ini
adalah tetesan air liur, sekresi pernapasan lain, debu tercemar dam fomit (benda
mati yang tercemar oleh patogen dan membantu penyebarannya).
Pemindahansebaran melalui makanan terjadi dengan dua mekanisme
yaitu: mikroba yang terdapat dalam makanan menginfeksi hospes dan mikroba
mengeluarkan eksotoksin dalam makanan kemudian menyebabkan penyakit
keracunan makanan (mabuk makanan).
Selain manusia, serangga dapat merupakan sumber pemindahsebaran
mikroba pada manusia. Biasanya berfungsi sebagai inang intermediat bagi parasit
atau sebagai vektor mikroba patogenik. Vektor biologis adalah vektor tempat
patogen melewatkan masa inkubasi atau perkembangbiakannya.
Infeksi nosokomial diartikan infeksi yang diperoleh selama dalam
perawatan di rumah sakit.Sumber infeksi nonokomial pada hakekatnya sama
dengan yang dimasyarakat, yakni benda, orang, aliran udara hewan terutama
serangga.
Sumber utama mikroba patogen bagi manusia adalah manusia yang lain.
Salah satu ancaman adalah dari mikrobiota normal kita sendiri. Misalnya infeksi

11
yang gawat yang banyak terjadi dirumahsakit disebabkan oleh E. coli, Klebsiella
pneumoniae, Candida albicans, Stapylococcus aereus, Proteus mirabilis.
2. Mikrobiologi Lingkungan
Mikroba ada dimana-mana disekitar kita di air, udara dan tanah, ada
mikroba yang merugikan dan juga menguntungkan. Studi tentang mikroba yang
ada di lingkungan alamiahnya disebut dengan ekologi mikroba.
3. Mikrobiologi Pangan
a. Keuntungan Mikroorganisme dalam Makanan
- Berperan di Dalam Proses Pembuatan Pangan Khusus
Berbagai jenis makanan dan minuman hasil fermentasi seperti tempe,
kecap, tauco, sosis, keju, bier, anggur dan sebagainya telah sejak lama dikenal
melengkapi menu makanan atau minuman sehari-hari. Makanan dan minuman
tersebut diolah secara fermentasi dengan menggunakan kemampuan mikroba.
Proses fermentasi, baik secara alkoholik maupun non-alkoholik,
merupakan proses yang unik dilakukan oleh mikroba; cepat, murah, aman, hemat
energi dan nilai organoleptiknya (nilai yang dirasakan oleh lidah) rata- rata sesuai
dengan selera.
- Berperan di Dalam Peningkatan Nilai Gizi/Nutrisi Makanan
Ini terjadi seperti di dalam pembuatan tempe dari kedele, atau pembuatan
bahan makanan lain seperti oncom, tuco, terasi dan sebagainya, yang disamping
akan menghasilkan nilai gizi/ nutrisi yang jauh lebih baik dan lengkap, juga nilai
organoleptik makanan hasilnya akan lebih baik dan meningkat.
- Berperan di Dalam Pengadaan Bau dan Rasa
Bau dan rasa kacang kedele yang langsung direbus, rata-rata kurang
menarik kalau dibandingkan dengan kacang kedele yang telah diproses melalui
proses fermentasi misalnya. Juga bau dan rasa susu segar misalnya, banyak yang
tidak menyukai kalau dibandingkan bila susu tersebut telah difermentasi menjadi
makanan lain, antara lain yoghurt.
- Berperan di Dalam Perubahan Warna
Warna, seperti juga bau dan rasa, mempunyai arti yang sangat penting
untuk bahan makanan. Warna makanan yang menarik akan lebih banyak
mendatangkan peminat kalau dibandingkan makanan tersebut tidak mempunyai

11
warna tertentu. Warna hasil proses mikroba disamping sesui untuk tubuh, stabil,
juga aman (tidak ada kecenderungan bersifat karsinogenik).
b. Kerugian Mikroorganisme dalam Makanan
Maksudnya yaitu bila kehadiran mikroba tersebut di dalam bahan
makanan justru akan:
a. Mengubah bau, rasa dan warna yang tidak dikehendaki
b. Menurunkan berat atau volume.
c. Menurunkan nilai gizi/nutrisi.
d. Mengubah bentuk dan susunan senyawa.
e. Menghasilkan toksin (senyawa racun) yang membahayakan

Kelompok mikroba seperti bakteri, jamur dan ragi merupakan penyebab


terjadinya kerugian pada bahan makanan seperti diatas. Karenanya terhadap bahan
makanan, sejak bahan baku, selama proses, selama pengolahan dan penyimpanan,
selalu diusahakan untuk tidak dikenai dan ditumbuhi mikroba tersebut.
4. Mikrobiologi Industri
Mirobiologi industri adalah kegiatan industri yang melibatkan mikroba
sebagai jasad pemroses dalam keadaan terkendali bertujuan untuk menghasilkan
produk yang bernilai ekonomis dan bermanfaat.
- Sektor Mikrobiologi Industri
Industri mikrobiologi digolongkan ke dalam bebetapa kategori, yang
paling penting diantaranya adalah:
- Minuman beralkohol
- Makanan tambahan
- Bahan kimia farmasi
- Bahan hayati (vaksin dan antiserum)
- Bahan kimia industri
C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Jelaskan secara singkat mikrobiologi kesehatan
2. Apa yang anda ketahui tentang mikrobilogi lingkungan
3. Jelaskan keuntungan dan kerugian mikroba dalam bahan pangan
5. Sebutkan produk-produk mikrobiologi industri

11
b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan
dibahas.
- Aktif dalam tanya jawab.
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka
mahasiswa tersebut sudah boleh mengikuti UAS.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80%
dianjurkan untuk:
• Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
• Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
- Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian
materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban
1. Mikrobiologi Kesehatan
Mikrobiologi kedokteran merupakan salah satu bidang mikrobiologi
terapan yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan nikroorganisme dibidang
kesehatan, yang meliputi antara lain penyakit, imunisasi dan lain sebagainya.
Penyakit menular pada umumnya disebabkan oleh mikrobe, baik bakteri,
virus, jamur atau protozoa. Cara pemindah sebaran penyakit dapat melalui udara,
makanan, air, infeksi nosokomial atau inkeksi asal artropoda.
Pemindahansebaran mikroba melalui udara sering dinamakan infeksi asal
udara dan infeksinya ditularkan melalui udara. Wahana pemindahsebaran ini
adalah tetesan air liur, sekresi pernapasan lain, debu tercemar dam fomit (benda
mati yang tercemar oleh patogen dan membantu penyebarannya).
Pemindahansebaran melalui makanan terjadi dengan dua mekanisme
yaitu: mikroba yang terdapat dalam makanan menginfeksi hospes dan mikroba
mengeluarkan eksotoksin dalam makanan kemudian menyebabkan penyakit
keracunan makanan (mabuk makanan).

11
Selain manusia, serangga dapat merupakan sumber pemindahsebaran
mikroba pada manusia. Biasanya berfungsi sebagai inang intermediat bagi parasit
atau sebagai vektor mikroba patogenik. Vektor biologis adalah vektor tempat
patogen melewatkan masa inkubasi atau perkembangbiakannya.
Infeksi nosokomial diartikan infeksi yang diperoleh selama dalam
perawatan di rumah sakit.Sumber infeksi nonokomial pada hakekatnya sama
dengan yang dimasyarakat, yakni benda, orang, aliran udara hewan terutama
serangga.
Sumber utama mikroba patogen bagi manusia adalah manusia yang lain.
Salah satu ancaman adalah dari mikrobiota normal kita sendiri. Misalnya infeksi
yang gawat yang banyak terjadi dirumahsakit disebabkan oleh E. coli, Klebsiella
pneumoniae, Candida albicans, Stapylococcus aereus, Proteus mirabilis.
2. Mikrobiologi Lingkungan
Mikroba ada dimana-mana disekitar kita di air, udara dan tanah, ada
mikroba yang merugikan dan juga menguntungkan. Studi tentang mikroba yang
ada di lingkungan alamiahnya disebut dengan ekologi mikroba.
3. Mikrobiologi Pangan
a. Keuntungan Mikroorganisme dalam Makanan
- Berperan di Dalam Proses Pembuatan Pangan Khusus
Berbagai jenis makanan dan minuman hasil fermentasi seperti tempe,
kecap, tauco, sosis, keju, bier, anggur dan sebagainya telah sejak lama dikenal
melengkapi menu makanan atau minuman sehari-hari. Makanan dan minuman
tersebut diolah secara fermentasi dengan menggunakan kemampuan mikroba.
Proses fermentasi, baik secara alkoholik maupun non-alkoholik,
merupakan proses yang unik dilakukan oleh mikroba; cepat, murah, aman, hemat
energi dan nilai organoleptiknya (nilai yang dirasakan oleh lidah) rata- rata sesuai
dengan selera.
- Berperan di Dalam Peningkatan Nilai Gizi/Nutrisi Makanan
Ini terjadi seperti di dalam pembuatan tempe dari kedele, atau pembuatan
bahan makanan lain seperti oncom, tuco, terasi dan sebagainya, yang disamping
akan menghasilkan nilai gizi/ nutrisi yang jauh lebih baik dan lengkap, juga nilai
organoleptik makanan hasilnya akan lebih baik dan meningkat.

11
- Berperan di Dalam Pengadaan Bau dan Rasa
Bau dan rasa kacang kedele yang langsung direbus, rata-rata kurang
menarik kalau dibandingkan dengan kacang kedele yang telah diproses melalui
proses fermentasi misalnya. Juga bau dan rasa susu segar misalnya, banyak yang
tidak menyukai kalau dibandingkan bila susu tersebut telah difermentasi menjadi
makanan lain, antara lain yoghurt.
- Berperan di Dalam Perubahan Warna
Warna, seperti juga bau dan rasa, mempunyai arti yang sangat penting
untuk bahan makanan. Warna makanan yang menarik akan lebih banyak
mendatangkan peminat kalau dibandingkan makanan tersebut tidak mempunyai
warna tertentu. Warna hasil proses mikroba disamping sesui untuk tubuh, stabil,
juga aman (tidak ada kecenderungan bersifat karsinogenik).
b. Kerugian Mikroorganisme dalam Makanan
Maksudnya yaitu bila kehadiran mikroba tersebut di dalam bahan
makanan justru akan:
- Mengubah bau, rasa dan warna yang tidak dikehendaki
- Menurunkan berat atau volume.
- Menurunkan nilai gizi/nutrisi.
- Mengubah bentuk dan susunan senyawa.
- Menghasilkan toksin (senyawa racun) yang membahayakan

Kelompok mikroba seperti bakteri, jamur dan ragi merupakan penyebab


terjadinya kerugian pada bahan makanan seperti diatas. Karenanya terhadap bahan
makanan, sejak bahan baku, selama proses, selama pengolahan dan penyimpanan,
selalu diusahakan untuk tidak dikenai dan ditumbuhi mikroba tersebut.
4. Mikrobiologi Industri
Mirobiologi industri adalah kegiatan industri yang melibatkan mikroba
sebagai jasad pemroses dalam keadaan terkendali bertujuan untuk menghasilkan
produk yang bernilai ekonomis dan bermanfaat.
- Sektor Mikrobiologi Industri
Industri mikrobiologi digolongkan ke dalam bebetapa kategori, yang
paling penting diantaranya adalah:
- Minuman beralkohol

11
- Makanan tambahan
- Bahan kimia farmasi
- Bahan hayati (vaksin dan antiserum)
- Bahan kimia industri
e. Referensi
Budiyanto, MAK. 2003. Mikrobiologi Terapan. UMM.
Pelczhar. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Jakarta. UI Press.
Waluyo. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM
f. Senarai
- organoleptiknya : nilai yang dirasakan oleh lidah
- toksin : racun

11

Anda mungkin juga menyukai