Anda di halaman 1dari 16

Adaptasi dan Mutasi

Mikroba
ADAPTASI MIKROBA PADA
LINGKUNGAN EKSTRIM

Pada Larutan Hipertonis Dan Hipotonis

Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan


mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari
dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada
larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa,
yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak
dan akhirnya pecah.
Pada Suhu Ekstrem

Bakteri yang dapat hidup di suhu rendah yaitu bakteri termofilik. Kemampuan bakteri ini
untuk bertahan pada suhu tinggi disebabkan oleh stabilitas enzim, membran sel, dan
makromolekul sel yang telah teradaptasi. Beberapa adaptasi yang dilakukan bakteri
termofilik lainnya ialah :

• Terbentuknya Hapanoid
Selama beberapa waktu, diketahui bahwa membran plasma bakteri (prokariot) terdiri dari
campuran protein dan lipid. Adapun lipid yang membentuk membran sel terdiri dari 65 %
fosfolipid, 25% kolesterol dan 10% lipid lain. Membran plasma bakteri diketahui tidak
mengandung sterol, yaitu kelas lipid yang biasanya ditemukan pada semua membran plasma
mikroorganisme eukariot yang berperan sebagai stabilisator membran.
Posisi sterol diduga digantikan oleh kelompok lipid lain yang dikenal sebagai hopanoid.
• Terbentuknya Spora
Mikroorganisme penghasil lipase tersebar luas di alam, termasuk sumber air panas, karena telah
ditemukan beberapa bakteri yang memiliki sifat termostabil. Ketahanan beberapa jenis bakteri
pada suhu tinggi karena mampu membentuk spora (endospora)

• Terbentuknya Heat-shock Protein (Hsp)


Salah satu mekanisme bakteri dapat bertahan pada suhu tinggi maupun suhu ekstrim adalah
dengan menghasilkan gen yang mengkode chaperone GroE dan DnaK (homolog bakteri, Hsp60
dan Hsp70) yang terletak di bagian operon. Hsp merupakan jenis promotor yang tahan terhadap
perubahan suhu lingkungan yang ekstrim (Heat-shock protein).

Pada suhu rendah

Kelompok bakteri yang mampu hidup di lingkungan bertemperatur rendah termasuk dalam
golongan psikrofilik. Bakteri ini bersifat motil dan hidup membentuk struktur biofilm yang
membantunya dalam menghadapi kondisi ekstrim. Enzim yang disintesis memiliki struktur α-
heliks yang lebih banyak bila dibandingkan dengan struktur β-sheet.
Pada Ph Ekstrem

Pada pH rendah

Dilakukan oleh bakteri gram negatif dengan membentuk hapanoid. Kemampuan


adaptasi ini dikarenakan adanya senyawa hopanoid yang terdapat dalam membran
plasma yang berperan dalam memelihara kestabilan membran dengan
meningkatkan kekakuan (rigidity) dalam matriks lipid. Kompleks hopanoid
merupakan komponen utama dari membran lipid yang dimiliki oleh bakteri ram
negatif. Diduga, produksi hopanoid bakteri disebabkan karena perannya dalam
mereduksi tekanan-tekanan dari luar.

Pada pH tinggi
Beberapa organisme mampu tumbuh pada pH yang tinggi, organisme pada pH
tinggi disebut alkalifilik. Mikroorganisme alkalifilik biasanya ditemukan di habitat
yang sangat basa seperti danau soda dan tanah yang memiliki carbon tinggi.
Beberapa bakteri yang alkalifilik ekstrim juga halofilk (menyukai garam) dan
sebagian besar adalah archaea
Pada Tekanan Ekstrem

Mikroorganisme barofilik merupakan mikroorganisme yang hidup di lingkungan


dengan tekanan yang tinggi. Lingkungan yang memiliki tekanan hidrostatik tinggi
pada umumnya ditemukan di perairan dalam dan di pengeboran sumur dalam. Di
lingkungan laut dalam terdapat korelasi antara tekanan dan temperatur yaitu apabila
tekanan meningkat, pertumbuhan kisaran pada temperatur cenderung menghentikan
keduanya atau pengaruh kenaikan temperatur cenderung dihilangkan oleh kenaikan
tekanan. Jadi dapat dilihat bahwa tekanan dan temperatur masing-masing saling
berkompetisi dalam pengaruhnya bagi mikroba.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme

1. Faktor-faktor Fisik

A. Pengaruh temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa
jenis mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas sedang jenis lainnya pada
daerah yang terbatas.
Berdasarkan daerah aktivitas temperatur, mikroba di bagi menjadi 3 golongan, yaitu:
• Mikroba psirkofilik (kryofilik) adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada
daerah temperatur antara 0 C sampai 30 C, dengan temperatur optimum 15 C.

• Mikroba mesofilik adalah golongan mikroba yang mempunyai temperatur optimum


pertumbuhan antara 25 C-37 C minimum 15 C dan maksimum di sekitar 55 C.

• Mikroba termofilik adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah
temperature tinngi, optimum 55C-60 C, minmum 40 C, sedangkan maksimum 75 C.
b.      Kelembaban dan Pangaruh Kebasahan serta Kekeringan
Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas
85%, sedangkan untuk jamur di perlukan kelembaban yang rendah dibawah
80%. Banyak mikroba yang tahan hidup di dalam keadaan kering untuk
waktu yang lama, seperti dalam bentuk spora, konidia, artospora,
klamidospora dan kista.

c. Pengaruh perubahan nilai osmotik

Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi:


(1) Mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi,
(2) Mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam
halogen yang tinggi,
(3) Mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati)
tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat
mencapai 30 %.
d. Kadar ion hidrogen (pH)

Berdasarkan pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu


Mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0
Mikroba mesofil (neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH
5,5-8,0
Mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5

e. Tegangan muka

Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan tersebut


menyerupai membran yang elastis. Zat-zat seperti sabun, deterjen, dan zat-zat
pembasah (surfaktan) seperti Tween80 dan Triton A20 dapat mengurangi
tegangan muka cairan/larutan. Umumnya mikroba cocok pada tegangan muka
yang relatif tinggi.
f. Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba.
Tekanan hidrostatik yang lebih tinggi lagi dapat menghambat atau menghentikan
pertumbuhan, oleh karena tekanan hidrostatik tinggi dapat menghambat sintesis
RNA, DNA, dan protein, serta mengganggu fungsi transport membran sel maupun
mengurangi aktivitas berbagai macam enzim.

g. Pengaruh Sinar

Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat
berbahaya bagi kehidupannya. Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang
bergelombang antara 390 m μ sampai 760 m μ, tidak begitu berbahaya; yang
berbahaya ialah sinar yang lebih pendek gelombangnya, yaitu yang bergelombang
antara 240 m μ sampai 300 m μ.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme
Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis

Formaldehida (CH2O)

Alkohol

Yodium

Klor Dan Senyawa Klor


Faktor-faktor Kimia
Zat Warna

Obat Pencuci (Detergen)

Sulfonamida

Antibiotik

Garam – Garam Logam


Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme

Faktor-faktor Biologi

A. Netralisme

Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi. Hal
ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik
dipisahkan dalam mikrohabitat, serta populasi yang keluar dari habitat alamiahnya.

B. Komensalisme
Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi
diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh.

C. Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat
melakukan perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2
populasi atau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme.
D. Mutualisme (Simbiosis)

Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya saling
tergantung dan sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut juga
simbiosis. Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya
saling tergantung dan sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut
juga simbiosis

E. Kompetisi

Kompetisi terjadi pada 2 populasi mikroba yang menggunakan nutrien / makanan


yang sama, atau dalam keadaan nutrien terbatas. Contohnya adalah antara protozoa
Paramaecium caudatum dengan Paramaecium aurelia.

F. Amensalisme (Antagonisme)

Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu pihak
dirugikan, pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya
merupakan cara untuk melindungi diri terhadap populasi mikroba lain.
G. Parasitisme

Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan
populasi lain dirugikan (host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan
nutrisi dan bersifat spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari inangnya.
Terjadinya parasitisme memerlukan kontak secara fisik maupun metabolik serta waktu
kontak yang relatif lama.

H. Predasi

.Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan
dan mencerna organisme lain (prey). Umumnya predator berukuran lebih besar
dibandingkan prey, dan peristiwanya berlangsung cepat. Contohnya adalah Protozoa
(predator) dengan bakteri (prey). Protozoa Didinium nasutum (predator) dengan
Paramaecium caudatum (prey)
Adaptasi dan Mutasi
Penyesuaian diri terhadap lingkungan dibuuhkan agar suatu
spesies tetap eksis
Adaptasi fenotipik yaitu respon mikroba terhadap perubahan
terbatas dan sementara (misal spesies memiliki kisaran toleransi
suhu luas, tetapi aktivitas metaboliknya tidak sama pada suhu
ekstrim)
Perubahan genotifik menyebabkan mutase. Apabila mutan
tersebut mampu bertahan hidup di lingkungan, akan berkembang
biak.
Mutasi tidak bertujuan untuk kepentingan adaptasi. Mutasi
memunculkan keragaman. Keragaman itulah yang akan menjadi
sumber variasi.
MUTASI

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi perubahan genetic yang terekspresikan secara


fenotip dalam aktivitas fisiologi dan morfologi mikroba secara permanen pada
keturunannya.

Faktor-factor lingkungan penyebab mutasi, yaitu :

Faktor Fisika
Faktor Kimia
 Agen mutagenic dari
 Pestisida
factor fisika berupa Faktor Biologi
 DEB (butadiene
radiasi Lebih 20 macam virus
deipoxide)
 Radiasi dipancarkan penyebab kerusakan
 Formadehid
oleh bahan yang kromosom.
 Glycidol
bersifat radioaktif

Anda mungkin juga menyukai