MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri
DISUSUN OLEH :
NIM : 215100901111004
KELOMPOK : Y2
LABORATORIUM REMEDIASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri.
b. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis bakteri dan mampu mengklasifikasikan
jenis bakteri sesuai dengan karakteristik suhu lingkungannya.
c. Mahasiswa mampu memahami prinsip identifikasi bakteri pada praktikum ini.
BAB II
DASAR TEORI
Dapat dilihat pada Gambar 2.1 di atas, bahwa terjadi penurunan tingkat viabilitas bakteri
seiring dengan bertambahnya suhu dan waktu. Penurunan viabilitas bakteri hingga mencapai
48% pada perlakuan 1 (40°C, 10 menit) jika dibandingkan dengan kontrol yang menggunakan
suhu optimal dalam pertumbuhan bakteri (37°C) dan sekitar 52% bakteri yang bertahan hidup
ketika suhu dinaikkan. Hal ini dikarenakan perubahan lingkungan berupa suhu dapat merusak
membran sel bakteri. Ketika membran sel rusak maka akan terjadi denaturasi protein dan
menurunnya aktifitas di dalam sel sehingga sel tersebut akan mati. Sehingga dapat
disimpulkan jika suhu sangat berpengaruh terhadap viabilitas atau pertumbuhan bakteri (Aini,
2015).
BAB III
METODOLOGI
Alkohol 70%
Tabung reaksi
Air PDAM
Bakteri
Bakteri
Hasil
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data hasil Praktikum
Tabel 4.1 Data Hasil Praktikum
No Perlakuan Suhu Gambar Keterangan
1 Ditaruh pada 48°C Putih keruh dan
air yang samar (10 koloni)
dipanaskan
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Perlakuan Suhu Normal, Didinginkan dan Dipanaskan
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, masing-masing bakteri pada tabung
reaksi diberikan perlakuan yang berbeda, yakni dibiarkan di ruangan, ditaruh di air panas
dan ditaruh di kulkas. Pada bakteri dengan perlakuan dibiarkan di ruangan terhitung
memiliki koloni sebanyak 37 dengan warna putih keruh dan terlihat jelas. Pertumbuhan
bakteri disebabkan karena adanya enzim yang mendukung terjadinya pertumbuhan.
Fungsi enzim ini dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah
faktor suhu. Setiap enzim dapat bekerja dengan efektif pada suhu tertentu dan
aktivitasnya akan berkurang jika berada pada kondisi di bawah atau di atas titik tersebut.
Kondisi yang menyebabkan kerja enzim menjadi efektif ini disebut kondisi optimal.
Ketidaksesuaian suhu dapat menyebabkan terjadinya perubahan bentuk sisi aktif enzim.
Sifat enzim yang tidak tahan panas atau dapat berubah karena pengaruh suhu ini disebut
termolabil (Kurniawan et al., 2017).
Perlakuan kedua yang diberikan kepada bakteri adalah dengan ditaruh di kulkas.
Perlakuan ini menyebabkan bakteri bertumbuh pada suhu di bawah normalnya. Hal ini
tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Setelah dilakukan perhitungan,
ternyata bakteri dengan perlakuan ini tumbuh sebanyak 12 koloni. Hal itu membuktikan
bahwa suhu yang lebih rendah dari suhu normal berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan bakteri jika dibandingkan dengan bakteri yang hanya diberi perlakuan
dibiarkan di ruangan. Suhu yang terlalu rendah dapat meningkatkan waktu regenerasi dan
memperlambat pertumbuhan sel (Respati et al., 2017).
Perlakuan ketiga yang diberikan kepada bakteri adalah dengan ditaruh di air yang
panas. Perlakuan ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan bakteri. Dari pengamatan
yang telah dilakukan, pada bakteri dengan perlakuan ini terhitung memiliki 10 koloni. Hal
itu membuktikan bahwa suhu yang lebih tinggi dari suhu normal berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan bakteri jika dibandingkan dengan bakteri yang hanya diberi
perlakuan dibiarkan di ruangan. Ketika suhu lingkungan pertumbuhan bakteri dinaikkan
maka energi dalam yang diserap bakteri juga naik. Hal ini dikarenakan gerakan molekul-
molekul penyusun membran sel akan mengalami pergerakan yang cepat dan semakin
cepat seiring dengan bertambahnya suhu lingkungan. Gesekan antar molekul akibat
pergerakan molekul yang cepat dapat meningkatkan suhu di dalam sel sehingga
membran sel akan mengalami kerusakan. Kerusakan membran sel ini menimbulkan
denaturasi protein (Aini, 2015).
4.2.2 Pertumbuhan Bakteri Paling Banyak Berdasarkan Suhu dan Jelaskan
Penyebabnya
Pada praktikum ini dilakukan perhitungan jumlah koloni yang tumbuh pada masing-
masing bakteri yang telah diberi perlakuan. Ditemukan bakteri yang diberi suatu perlakuan
yang memiliki pertumbuhan bakteri paling banyak, yakni bakteri yang diberi perlakuan
dibiarkan di ruangan. Pada bakteri ini ditemukan sebanyak 37 koloni yang tumbuh. Hal itu
disebabkan karena suhu normal berpengaruh besar terhadap pertumbuhan bakteri.
Pertumbuhan bakteri disebabkan karena adanya enzim yang mendukung terjadinya
pertumbuhan. Fungsi enzim ini dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah
satunya adalah faktor suhu. Setiap enzim dapat bekerja dengan efektif pada suhu tertentu
dan aktivitasnya akan berkurang jika berada pada kondisi di bawah atau di atas titik
tersebut. Ketidaksesuaian suhu dapat menyebabkan terjadinya perubahan bentuk sisi
aktif enzim (Kurniawan et al., 2017).
Berkebalikan dengan bakteri yang diberi perlakuan dibiarkan di ruangan, bakteri
yang diberi perlakuan ditaruh di air panas hanya memiliki 10 koloni. Angka tersebut dapat
dikatakan sangat sedikit jika dibandingkan dengan bakteri yang lain. Seperti yang
dikatakan sebelumnya bahwa pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah enzim yang bekerja dimana efektifitas enzim ini juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya suhu. Ketika suhu lingkungan
pertumbuhan bakteri dinaikkan maka energi dalam yang diserap bakteri juga naik. Hal ini
dikarenakan gerakan molekul-molekul penyusun membran sel akan mengalami
pergerakan yang cepat dan semakin cepat seiring dengan bertambahnya suhu
lingkungan. Gesekan antar molekul akibat pergerakan molekul yang cepat dapat
meningkatkan suhu di dalam sel sehingga membran sel akan mengalami kerusakan.
Kerusakan membran sel ini menimbulkan denaturasi protein. Denaturasi akibat panas
dapat menyebabkan molekul-molekul yang menyusun protein bergerak sangat cepat.
Sehingga sifat protein yang hidrofobik menjadi terbuka. Akibatnya semakin panas suhu
lingkungannya molekul protein akan semakin cepat bergerak dan dapat memutuskan
ikatan hidrogen di dalamnya. Ketika fungsi biokimia protein terganggu makan segala
aktivitas sel juga akan terganggu (Aini, 2015).
5.1 Kesimpulan
Praktikum kali ini memiliki tujuan mahasiswa mampu mengetahui pengaruh suhu terhadap
pertumbuhan bakteri, mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis bakteri dan mampu
mengklasifikasikan jenis bakteri sesuai dengan karakteristik suhu lingkungannya dan
mahasiswa mampu memahami prinsip identifikasi bakteri pada praktikum ini. Bakteri
merupakan sel prokariotik yang memiliki ciri khas, bersifat uniseluler dan tidak memiliki
membran inti. Pertumbuhan bakteri dapat didefinisikan sebagai pertambahan volume, ukuran
sel dan juga peningkatan jumlah sel. Dalam pertumbuhan bakteri, nutrisi diperlukan untuk
metabolisme bakteri sesuai dengan fungsi masing-masing nutrisi yang diperlukan untuk
bakteri tumbuh. Salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri
adalah suhu. Suhu merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan kehidupan
mikroorganisme karena pengaruh suhu berhubungan dengan aktivitas enzim.
Bakteri merupakan organisme uniseluler yang relatif sederhana karena materi genetik
tidak diselubungi oleh selaput inti. Bakteri dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan
perbedaan suhunya, antara lain adalah bakteri prikrofil, bakteri mesofil dan bakteri termofil.
Bakteri psikrofil merupakan bakteri yang dapat hidup di udara dengan suhu rendah atau dingin
dan tumbuh pada suhu 0°C dengan suhu optimum 15°C. Bakteri mesofil merupakan bakteri
yang tumbuh optimal pada suhu 25-40°C. Bakteri termofilik merupakan bakteri yang tumbuh
dengan baik di atas suhu 45°C dan dapat tumbuh optimal pada suhu 45°C-80°C. Berdasarkan
DHP yang telah diperoleh pada praktikum ini, maka bakteri yang diamati dapat diklasifikasikan
berdasarkan suhu serta pertumbuhan yang terjadi. Pada bakteri dengan perlakuan ditaruh di
air panas terukur memiliki suhu sebesar 48°C dan terhitung tumbuh sebanyak 10 kolon,
sehingga bakteri ini dapat diklasifikasikan sebagai bakteri termofilik. Pada bakteri kedua
dengan perlakuan dibiarkan di ruangan terukur memiliki suhu sebesar 25°C dengan
pertumbuhan sebanyak 37 koloni, sehingga bakteri ini dapat diklasifikasikan sebagai bakteri
mesofil. Dan pada bakteri terakhir dengan perlakuan ditaruh di kulkas terukur memiliki suhu
15°C dan terpantau tumbuh sebanyak 12 koloni, sehingga bakteri ini dapat dikatakan sebagai
bakteri psikrofil.
5.2 Saran
Pada praktikum materi “Pengaruh Suhu terhadap Pertumbuhan Bakteri” ini praktikan
disarankan untuk terlebih dahulu memahami materi, baik dimulai dari alat dan bahan yang
akan dipakai hingga prosedur yang akan dilakukan. Pemahaman tersebut bertujuan agar
praktikan dapat melaksanakan kegiatan praktikum secara optimal yang diharapkan dapat
mengurangi kesalahan yang kemungkinan dapat terjadi. Kemudian, praktikan juga diharapkan
untuk tertib dan lebih berhati-hati ketika melaksanakan praktikum di laboratorium untuk
menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Praktikan juga disarankan untuk lebih
teliti dalam menghitung koloni bakteri yang tumbuh.
DAFTAR PUSTAKA
Adlina S, Rahmawati L, Yuliana A. 2021. Penggunaan limbah tahu sebagai nutrisi substitusi
pada media pertumbuhan Staphylococcus aureus. Journal of Pharmacopolium 4(2):
57-66.
Aidul. 2022. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Termofilik Penghasil Enzim Xantin Oksidase dari
Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Skripsi. Departemen
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
Aini Q. 2015. Pengaruh Suhu dan Waktu Pemanasan terhadap Viabilitas dan Profil Protein
Isolat Staphylococcus aureus sebagai Bahan Vaksin. Skripsi. Jurusan Fisika,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Amrullah G. 2017. Uji Kualitas Produk Feed Additive Berbasis Bakteri Lignochloritik. Skripsi.
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas
Muhammadiyah Malang.
Andini MN. 2022. Campuran Infusa Talas (Colocasia esculenta L. Schott), Infusa Kacang
Kedelai (Glycine max L. Merr) dan Ekstrak Ragi sebagai Media Alaternatif
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Skripsi. Program Studi Sarjana Terapan
Teknologi Laboratorium Medis, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Yogyakarta.
Anggraeni UY. 2021. Pemanfaatan Minyak Jelantah dan Ekstrak Daun Serai sebagai Bahan
Sabun Pencuci Alat Makan. Skripsi. Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta.
Anindita NS, Anwar M, Widodo, Taufiq TT, Wahyuningsih TD. 2017. Ketahanan isolat bakteri
asal feses bayi terhadap variasi suhu dan pH. Proceeding Health Architecture 1(1):
163-169. Yogyakarta, 17 Mei.
Arivo D, Annissatussholeha N. 2017. Pengaruh tekanan osmotik pH, dan suhu terhadap
pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan 4(3):
153-160.
Bota W, Martosupono M, Rondonuwu FS. 2015. Potensi senyawa minyak sereh wangi
(citronella oil) dari tumbuhan Cymbopogon nardus L. sebagai agen antibakteri.
Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015. Jakarta, 17 November.
Fathoni A, Khotimah S, Linda R. 2016. Kepadatan bakteri Coliform di sungai segedong
kabupaten pontianak. Jurnal Protobiont 5(1): 20-23.
Hasyimuddin, Djide MN, Samawi MF. 2016. Isolasi bakteri pendegradasi minyak solar dari
perairan teluk pare-pare. Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi 4(1): 41-46.
Karso, Wuryanti, Sriatun. 2014. Isolasi dan karakterisasi kitinase isolat jamur akuatik kitinolitik
KC3 dari kecoa (Orthoptera). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 17(2): 51-57.
Pasaribu ST. 2019. Formulasi Pasta Gigi dari Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh (Chromolaena
adorata) sebagai Antibakteri Streptococcus Mutans. Skripsi. Program Studi Sarjana
Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia.
Supriyatna A, Amalia D, Jauhari AA, Holydaziah D. 2015. Aktivitas enzim amilasi, lipase dan
protease dari larva Hermetia illucens yang diberi pakan jerami padi. Jurnal Istek 9(2):
18-32.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN