Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL SKRIPSI

“UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA


JEPANG (Cnidoscolus aconitifolius) TERHADAP BAKTERI Escherichia
coli”

Disusun Oleh
ANNIS SA’UL MUKAROMAH
E0017058

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2020
PROPOSAL

“UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA


JEPANG (Cnidoscolus aconitifolius) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli”

Disusun Oleh
ANNIS SA’UL MUKAROMAH
E0017058

Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada


Program Sarjana Farmasi STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi
2019/2020
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa proposal penelitian


yang berjudul:

“UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA


JEPANG (Cnidoscolus aconitifolius) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli”

Dipersiapkan dan disusun oleh:

ANNIS SA’UL MUKAROMAH


E0017058

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing proposal untuk dipertahankan


dihadapan penguji proposal pada tanggal

Pembimbing I, Pembimbing II,

Desi Sri Rejeki, M.Si. Agung Nur Cahyanta, M.Farm., Apt


NIPY. 1986.12.09.13.080 NIPY. 1979.06.09.13.079

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL


Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa proposal penelitian
yang berjudul:

“UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA


JEPANG (Cnidoscolus aconitifolius) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli”

Dipersiapkan dan disusun oleh:


ANNIS SA’UL MUKAROMAH
E0017058

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal dan dinyatakan telah
memenuhi syarat untuk diterima.

Penguji I,

…………………………….
NIPY. ………………….....

Penguji II,

Desi Sri Rejeki, M.Si.


NIPY. 1986.12.09.13.080

Pembimbing III,

Agung Nur Cahyanta, M.Farm., Apt


NIPY. 1979.06.09.13.079

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin atas segala nikmat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya,
serta kekuatan yang telah diberikan Allah subhanahuwata’ala untuk tuntunan dan
suri tauladan Rasullullah shallallahu’alaihiwasalllam beserta keluarga dan
seluruh sahabat.
1. Bapak Dr. Risnanto, M.Kes selaku Ketua STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi.
2. Ibu Endang Istriningsih, M.Clin.Pharm., Apt selaku Ketua Program
Studi S1 Farmasi STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
3. Ibu Desi Sri Rejeki, M.Si selaku Pembimbing I yang senantiasa bersedia
tanpa pamrih memberikan pengarahan, petunjuk dalam menyelesaikan
proposal.
4. Bapak Agung Nur Cahyanta, M.Sc.,Apt selaku Pembimbing II yang
senantiasa bersedia tanpa pamrih memberikan pengarahan, petunjuk
dalam menyelesaikan proposal.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S1 Farmasi STIKes Bhakti
Mandala Husada Slawi yang telah memberikan bekal ilmu yang
bermanfaat dalam penyusunan proposal.
6. Bapak Kosim dan Ibu Mahmudah selaku orang tua yang selalu
memberikan materi, semangat, mendoakan dan memotivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal.
7. Teman-teman S1 Farmasi STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi, teman
seperjuangan yang telah berjuang bersama selama 4 tahun, yang
senantiasa memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan
proposal ini.
Tidak ada suatu yang dapat diberikan atas jasa tersebut selain Do’a, semoga
Allah SWT membalas amal dan jasa baik beliau. Penelitian menyadari dan saran
dari semua pihak akan diterima dengan senang hati sebagai perbaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Slawi, Oktober 2020

penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang tidak terlepas dari masalah

kesehatan salah satunya yaitu diare. Diare yaitu suatu kondisi dimana

frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari (Kemenkes, 2011).

Penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian utama pada balita

(WHO, 2009; Kemenkes RI, 2011).

Penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli menjadi ancaman

terhadap kesehatan individu dan masyarakat. Infeksi ini dapat menyebabkan

morbiditas seperti diare ringan hingga berat, disentri, pneumonia, infeksi

saluran kemih, sepsis, meningitis, Hemoragik colitis (HC), hrombotic

Thrombocytopenic Pupura (TTP) serta Hemolytic Uremic Syndrome (HUS)

yaitu kondisi yang ditandai dengan anemia hemolysis mikroangiopati,

trobositopenia dan kegagalan ginjal akut infeksi Escherichia coli juga dapat

menyebabkan mortalitas. Penyakit akibat Escherichia coli yang cukup banyak

ditemukan yaitu diare. Di negara berkembang, sebanyak 1 miliar anak dibawa

lima tahun terkena diare akibat Escherichia coli dengan jumlah kematian lebih

dari dua juta kasus.

Penyakit yang di sebabkan oleh mikroba patogen yaitu penyakit infeksi

(Darmadi, 2008). Salah satu cara pengobatan untuk infeksi bakteri yaitu

dengan pemberian agen kemoterapi. Agen kemoterapi yang paling penting

saat ini yaitu antibiotik (Hare, 1993). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat
dapat menyebabkan bakteri yang kebal terhadap obat (Green, L. W. dan

Kreuter, 2005).

Secara tradisional daun pepaya jepang dimanfaatkan oleh masyarakat

dalam mengatasi penyakit diare. Penyakit diare disebabkan oleh bakteri,

diantaranya bakteri Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli merukan

pathogen yang sering menginfeksi manusia. Bakteri Escherichia coli yaitu

penyebab penyakit diare akut yang di derita oleh semua manusia. Bakteri

Escherichia coli menghasilkan toksin yang dapat melekat dan merusak sel-sel

mukrosa usus halus. Gejala klinis antara lain diare berair, kram perut, demam

ringan, mual dan rasa tidak enak badan (Adelberg, Jawetz, 2008).

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional yaitu

tanaman pepaya jepang (Cnidoscolus aconitifolius). Seluruh bagian pepaya

jepang dari akar sampai ujung daun, termasuk bunganya memiliki nilai medis

yang tinggi(Tietze, 2002). Tanaman pepaya jepang (Cnidoscolus

aconitifolius) ini dapat tumbuh dengan baik diberbagai daerah beriklim hujan

dan panas. Tumbuhan dengan mudah dan cepat, terutama pada suhu yang

lebih tinggi. Daun memiliki kadar air lebih rendah dari pada kebanyakan

tanaman berdaun hijau lainya seperti bayam dan selada. Jenis tanaman perlu

dengan ciri-ciri batangnya kurus langsing tapi kokoh, berbuku serta tunas

muncul di ketiak batang daun. Daunnya lunak, tidak berbulu dan tidak selebar

daun pepaya pada umumnya. Tidak menghasilkan biji atau buah hanya

berbunga saja dan akan rontok dengan sendirinya. Tingginya kurang lebih

dapat mencapai 5 meter. Pepaya jepang sangat tinggi protein, kalsium, zat besi
dan vitamin A. Pepaya jepang mengandung senyawa kimia lain yang

bermanfaat bagi manusia seperti tanin, saponin, sianid, alkohol, fenol dan

steroid (Dawn Berkelaar, 2006).

Berdasarkan hal diatas maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk

menguji dan membandingkan apakah benar, pepaya jepang efektif sebagai

antibakteri terhadap bakteri gram positif, yaitu bakteri Escherichia coli.

1.2 Perumusan Masalah

1. Berapa dosis terbaik ekstrak etanol daun pepaya jepang yang memiliki

antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli?

2. Apakah ekstrak etanol pada daun pepaya jepang mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri pada ekstrak daun pepaya jepang

terhadap bakteri Escherichia coli.

2. Untuk mengetahui besar konsentrasi ekstrak daun pepaya jepang yang

mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Ekstrak daun pepaya jepang dipercaya sebagai pengobataan penyakit

dengan adanya penelitian ini mampu menunjukkan bahwa ekstrak daun

pepaya jepang sebagai antibakteri dalam menghambat pertumbuhan

Escherichia coli.

2. Bagi Penelian
Diharapkan dapat menambah pengetahuan serta informasi mengenai

manfaat dari ekstrak daun pepaya jepang sebagai antibakteri dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Pepaya Jepang

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius)

Gambar daun pepaya jepang

Tanaman pepaya jepang (Cnidoscolus aconitifolius) mempunyai

klasifikasi dan morfologi adalah sebagai berikut:

Klasifikasi tanaman pepaya jepang (Moises, 2017):

Regnum : Plantae

sub divisi : Angiosperms

(unranked) : Eudicots

(unranked) : Rosids

Order : Malpighiales

Family : Euphorbiaceae

Genus : Cnidoscolus

Species : Cnidoscolus aconitifolius.

2.1.2 Kegunaan
Pepaya Jepang digunakan untuk menyembuhkan alkoholisme,

penderita diabetes, insomnia, gangguan kulit, penyakit kelamin, asam

urat, sengatan kalajengking dan untuk meningkatkan fungsi otak dan

memori (Grubben, 2004). Pepaya Jepang ini digunakan dalam

pengobatan tradisional dan telah terbukti memiliki efek antidiabetik,

antimutagenik, antioksidan, hipoglikemik, antiinflamasi,

antiprotozoal, dan antibakteri .

2.1.3 Morfologi Tumbuhan

Tanaman pepaya jepang (Cnidoscolus aconitifolius) termasuk dalam

kelompok arbre-aroma semak. Ini adalah daun yang selalu hijau,

kekeringan semak setinggi 6 m dengan daun palem bergantian

melengkung daun, getah susu dan bunga kecil di atas dikotomis cymes

bercabang. Daunnya besar, panjang dan 32 cm Lebar 30 cm pada

tangkai daun yang indah dan segar (Ibarra dan Cruz, 2002). Itu terus

digunakan sebagai makanan, obat dan tanaman hias sampai saat

ini. Karena kemudahan budidayanya, produktivitas potensial dan di

atas semua nutria-nilai nasional, tanaman telah menyebar ke seluruh

dunia termasuk di daerah tropis. Dalam bahasa sehari-hari tanaman itu

disebut Chaya (Donkoh et al, 1990)

2.1.4 Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat dalam Pepaya Jepang adalah

flavonoid, saponin, alkaloid, phlorotannin, tanin, oksalat, sianogen

glikosida, steroid antrakuinon, fenol, fosfor, magnesium, seng, besi,


serta kandungan nutrisi berupa serat, protein, dan kandungan rendah

lemak (Lwuji, 2015; Hernandez, 2017).

2.1.5 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan

pelarut cair (Depkes RI, 2000). Kelarutan dan stabilitas senyawa pada

simplisia terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat

keasaman dipengaruhi olah struktur kimia yang berbeda-beda (Depkes

RI, 2000).

Simplisia yang lunak seperti rimpang, akar dan daun mudah

diserap oleh pelarut, sehingga pada proses ekstraksi tidak perlu

diserbuk sampai halus. Sedangkan simplisia yang keras seperti biji,

kulit kayu, dan kulit akar susah diserap oleh pelarut, karena itu perlu

diserbuk sampai halus. Selain sifat fisik dan senyawa aktif dari

simplisia, senyawa-senyawa yang terdapat dalam simplisia seperti

protein, karbohidrat, lemak dan gula juga harus diperhatikan (Depkes

RI, 2000).

2.1.6 Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat

yang belum mengalami pengolahan adapun juga dan dinyatakan lain

berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi

simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).

Simplisia nabati yaitu simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian


tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Ekstrak tumbuhan yaitu isi sel yang

secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara

tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa kimia yang

murni (RI, 2000).

2.1.7 Bakteri

A. Escherichia coli

Klasifikasi dari Escherichia coli sebagai berikut:

Kingdom : Prokaryote

Divisi : Protophyta

Sub divisi : Schizomycetea

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Eubacterials

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia (Salle, 1991)

Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk

batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7

μm, lebar 0,4-0,7μm dan bersifat anaerob fakultatif. E.coli


membentuk koloni yang bundar, cembung dan halus dengan tepi

yang nyata. E.coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam

saluran pencernaan meningkat atau berada di luar usus (Jawetz, E.,

n.d.).

E.coli adalah anggota flora normal usus, berperan penting

dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-

asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan. E.coli termasuk ke

dalam bakteri heterotfor yang memperoleh makanan berupa zat

organik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri

zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa

organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam

makanan menjadi zat organik lain. Bakteri ini menguraikan zat

organik dalam makanan menjadi zat organik, yaitu CO2, H2O,

energi dan mineral. Didalam lingkungan, bakteri pembusuk ini

berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan

(Ganiswarna., 1995)

B. Antibakteri

Zat antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu

pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara

mengganggu metabolisme bakteri. Antibakteri hanya dapat

digunakan jika mempunyai sifat toksik selektif, artinya dapat

membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak

beracun bagi penderitanya. Faktor-faktor yang berpengaruh pada


aktivitas zat antibakteri adalah pH, suhu stabilitas senyawa, jumlah

bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme

bakteri (Adelberg, Jawetz, 2008).

2.2 Landasan Teori

pada pola kepekaannya menunjukkan bahwa kuman patogen yang diteliti

(Pseudomonas sp. Klebsiella sp. Escherichia coli, Streptococcus

haemolyticus, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus)

mempunyai resistensi tertinggi terhadap ampisilin, amoksisilin, penisillin G,

tetrasiklin dan kloramfenikol. Hal ini menjadi permasalahan baru dalam dunia

kesehatan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dan pengembangan obat

antibakteri secara terus menerus untuk dapat mengatasi permasalahan bakteri

yang resistensi terhadap antibiotik Penyakit infeksi adalah penyakit yang

disebabkan oleh mikroba pathogen (Darmadi, 2008).Salah itu mikroba

pathogen tersebut adalah bakteri. Pengobatan penyakit infeksi yang

disebabkan bakteri antara lain dengan pembelian antibiotic (Hare, 1993).

Pengggunaan antibiotic yang tidak tepat dapat menyebabkan berkembangnya

bakteri yang kebal terhadap obat (Green, L. W. dan Kreuter, 2005).

Pengobatan modern berupa antibotik untuk melawan infeksi Escherichia coli

telah berkembang dengan pesat. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional di

berbagai bidang ilmu kedokteran merupakan salah satu penyebab timbulnya

resistensi yang di dapat. Resistensi antibiotik yang terjadi semakin

mempersulit proses terapi penyembuhan pada penderita penyakit infeksi yang


mengakibatkan peningkatan mortalitas dan morbiditas pada penderita

tersebut.

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai antibakteri adalah

pepaya jepang antibakteri karena banyak mengandung saponin, tanin,

flavonoid, alkaloid, steroid dan fenol. Cnidoscolus aconitifolius

(Mill.)I.M.Johnst. adalah tanaman sayuran yang relatif baru dikenal di

Indonesia. Orang awam mengenalnya sebagai Pepaya Jepang (Webster,

1975).

2.3 Hipotesis

Ekstrak etanol daun pepaya jepang (Cnidoscolus aconitifolius) memiliki

aktivitas dalam penghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium biologi farmasi Program Studi

S1 Farmasi STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah toples, waterbath,

inkubator, oven drying, autoclave, ayakan No. 60 mesh, hot plate, oven,

kawat ose, cawan petri, penggaris, rak tabung, timbangan, swab kapas, label,

alat tulis, kamera, pinset, beaker glass, korek api, bunsen, dan mikro pipet.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun pepaya

jepang, pelarut etanol 70%, Nutrien Agar (NA), aquades, cakram, spirtus,

aluminium foil, kertas saring, alkohol, dan Escherichia coli.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan konsentrasi etanol yaitu 25%, 50% dan 75%.

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 persiapan dan determinasi

Persiapan dan determinasi daun pepaya jepang berfungsi untuk

memastikan dan identitas dari tanaman yang akan diteliti determinasi di

Laboratorium Mikrobiologi Prodi S1 Farmasi Stikes Bhamada Slawi.

3.4.2 Pembuatan Serbuk Simplisia

Daun pepaya jepang mengumpulkan bahan baku. Bahan baku yang

digunakan pepaya jepang (Cnidoscolus aconitifolius) yang diperoleh pada

kota brebes kecamatan Larangan desa sitanggal. Tanaman daun pepaya

jepang mempunyai daun yang berwarna hijau pekat lalu dicuci bersih

kemudian diangin-anginkan selama 3-5 hari hingga kering menggunakan

oven drying pada suhu kurang dari 600. Daun pepaya jepang yang telah

kering kemudian di haluskan daun pepaya jepang tersebut kemudian

dihaluskan hingga menjadi serbuk dan simplisia pada wadah di tutup rapat

dalam ruangan yang terlindung dai cahaya matahari.

3.4.3 pembuatan ekstrak etanol dengan metode maserasi

Serbuk daun pepaya jepang tersebut kemudian dimaserasi yaitu

dengan cara direndam dengan etanol 70% sebanyak 1 liter kemudian

diaduk dan ditutup rapat dengan aluminium foil dan tutup toples.

Rendaman didiamkan selama 3 x 24 jam, tetapi tetap dilakukan

pengadukkan setiap harinya. Setelah itu, lakukan pemisahan ampas dan

filtrat dengan cara disaring untuk memperoleh ekstrak cair daun pepaya.

Ekstrak cair tersebut kemudian dirotavapor dengan rotary evaporator


untuk memisahkan ekstrak dari pelarutnya sehingga didapatkan ekstrak

yang kental.

3.4.4 uji skrining

A. uji flavonoid

Uji Flavonoid 20 tetes sampel ekstrak daun pepaya jepang

(Cnidoscolus aconitifolius) yang sudah dilarutkan dengan etanol

dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dihangatkan dan

disaring. Larutan ekstrak kemudian ditambahkan serbuk seng (Zn)

dan beberapa tetes HCl pekat. Hasil positif mengandung flavonoid

apabila larutan berubah warna menjadi merah muda, orange atau

merah keunguan.

B. Uji tanin

Uji Tanin Ekstrak dilarutkan dalam 10 ml aquades kemudian

disaring. Filtrat ditambah dengan 3 tetes FeCl3. Apabila pada larutan

uji terbentuk warna hijau hitam, biru hitam atau hitam yang kuat

maka ekstrak uji tersebut positif mengandung senyawa tanin.

3.4.5 Sterilisasi alat

Alat yang terbuat dari kaca disterilkan dengan menggunakan

autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit. Alat-alat yang terbuat dari

plastik disterilkan dengan alkohol 70%.

3.4.6 Pembuatan media peremajaan bakteri

Nutrien agar sebanyak 2 gram dilarutkan dengan 100 mililiter

/aquades menggunakan tabung erlenmeyer kemudian dipanaskan dan


dituang ke dalam tabung reaksi steril yang ditutup dengan aluminium

foil. Media tersebut disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121°C

dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. Media yang telah steril

dibiarkan pada suhu ruangan selama 30 menit sampai media memadat

pada kemiringan 30°.

3.4.7 pembuatan variasi konsentrasi

Rumus = M1.V1 = M2.V2

Keterangan:

M1 = konsentrasi awal

V1 = volume dari konsentrasi awal yang akan di ambil

M2 = konsentrasi setelah diencerkan

V2 = volume akhir (labu ukur)

 75% = M1.V1 = M2.V2

100.V1 = 75.100

V1 = 7500 = 75 ml
100

 50% = M1.V1 = M2.V2

100.V2 = 50.100

V1 = 5.000 = 50 ml
100

 25% = M1.V1 = M2.V2

100.V1 = 25.100

V1 = 2.500 = 25 ml
100
Pembuatan variabel konsentrasi ekstrak daun pepaya jepang

selanjutnya dibuat menjadi konsentrasi 25%, 50% dan 75%.

3.4.9 Pembuatan suspensi bakteri

Bakteri Escherichia coli dibiakkan terlebih dahulu pada media

Nutrien Agar (NA) dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

Biakan bakteri diambil sebanyak 1-2 ose dan disuspensikan ke dalam

larutan NaCl 0,9% sampai diperoleh kekeruhan.

3.4.8 Pembuatan media uji

Sebanyak 25 gram nutrien agar ditimbang dan dimasukkan ke

dalam erlenmeyer dan dilarutkan menggunakan aquades steril sebanyak

1.250 mL. Agar tersebut kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai

bahan larut dengan sempurna. Kemudian disterilkan dalam autoklaf

selama 15-20 menit dengan suhu 121°C.

3.4.9 Uji aktivitas anti bakteri

Media nutrien agar sebanyak 20 ml dituang ke dalam cawan

petri dan dibiarkan memadat kemudian dimasukkan 1 ml suspensi

bakteri Escherichia coli dan disebarkan menggunakan kapas lidi steril

agar suspensi tersebar merata pada media dan didiamkan selama 10

menit agar suspensi terserap pada media. Kemudian cawan petri

tersebut diletakkan 1 buah kertas cakram berdiameter 6 mm dengan

pinset steril. Kertas cakram tersebut sebelumnya telah dicelupkan ke

dalam setiap konsentrasi ekstrak daun pepaya jepang selama 10 hingga


15 menit. Selanjutnya semua media diinkubasi ke dalam inkubator pada

suhu 37°C selama 24 jam.

3.4.10 Tahap pengamatan

Setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC, dilakukan

pengamatan pada cawan petri yaitu dengan cara menghitung diameter

zona hambat pertumbuhan pada masing-masing zona disekitar cakram

disk. Pengukuran dapat menggunakan jangka sorong atau penggaris.

3.5 Analisis Data

Analisis data penelitian berbagai konsentrasi dalam daun pepaya jepang

dapat menghambat bakteri Escherichia coli.

3.6 Jadwal penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di laboratorium mikrobiologi Farmasi Prodi

S1 Farmasi STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi pada tanggal 1 Januari

sampai tanggal 31 Maret 2021.


DAFTAR PUSTAKA

Adelberg, Jawetz, M. (2008). Medical Microbiology (23rd ed.). Kedokteran EGC.

Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.

Ganiswarna., V. H. S. (1995). Farmakologi dan Farmakoterapi (4th ed.).

Kedokteran Universitas Indonesi.

Green, L. W. dan Kreuter, M. W. (2005). Health Program Planning: An

Educational and Ecological Approach (Fourth). McGraw-Hill.

Grubben, G. J. H. (2004). Plant Resources of Tropical Africa 2 Vegetables.

Belanda: PROTA Foundation.

Hare, R. (1993). Mikrobiologi dan Imunologi (Praseno (ed.); p. 197). Yayasan

Essentia Medica, Yogyakarta.

Jawetz, E., J. L. M. and E. A. A. (n.d.). Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan,

Penerjemah: Huriati dan Hartanto. In 2005. Buku Kedokteran EGC.

Kemenkes, R. (2011). armakope Herbal Indonesia : Suplemen 1. Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

RI, departemen K. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Tietze, H. W. (2002). Terapi pepaya: Sebuah Bentuk Terapi Makanan Yang

Aman Dan Murah. PT Prestasi Pustaka Raya.

Anda mungkin juga menyukai