Disusun oleh:
KELOMPOK 4
PRODI FARMASI
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
1. Dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan sediaan suppositoria sesuai
dengan CPOB
2. Untuk dapat mengaplikasikan di dunia kerja.
3. Untuk menambah wawasan dan ketrampilan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rangsangan prostaglandin inilah baik secara langsung atau melalui penglepasan siklik AMP
menset termostat pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini merupakan awal dari berlangsungnya
reaksi terpadu sistem saraf otonom, endokrin dan perubahan perilaku dalam terjadinya
demam. Ketika demam meningkat (karena nilai sebenarnya menyimpang dari set level yang
tiba-tiba neningkat), pengeluaran panas akan dikurangi melalui kulitsehingga kulit menjadi
dingin (perasaan dingin), produksi panas juga meningkat karena menggigil (termor). Keadaan
ini berlangsung terus sampai nilai sebenarnya mendekati set level normal (suhu normal). Bila
demam turun, aliran darah ke kulit meningkat sehingga orang tersebut akan merasa
kepanasan dan mengeluarkan keringat yang banyak.
Pada mekanisme tubuh alamiah, demam bermanfaat sebagai proses imun. Pada proses
ini, terjadi pelepasan IL-1 yang akan mengaktifkan sel T. Suhu tinggi (demam) juga
berfungsi meningkatkan keaktifan sel T dan B terhadap organisme patogen. Konsentrasi
logam dasar di plasma (seng, tembaga, besi) yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri
dikurangi.
Selanjutnya, sel yang rusak karena virus, juga dimusnahkan sehinga replikasi virus
dihambat. Namun konsekuensi demam secara umum timbul segera setelah pembangkitan
demam (peningkatan suhu). Perubahan anatomis kulit dan metabolisme menimbulkan
konsekuensi berupa gangguan keseimbangan cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga
peningkatan kadar sisa metabolism, peningkatan frekuensi denyut jantung (8-12 menit⁻¹/˚C)
dan metabolisme energi. Hal ini menimbulkan rasa lemah, nyeri sendi dan sakit kepala,
peningkatan gelombang tidur yang lambat (berperan dalam perbaikan fungsi otak), pada
keadaan tertentu demam menimbulkan gangguan kesadaran dan persepsi (delirium karena
demam) serta kejang.
2. PEG (Polietilenglikol)
PEG merupakan etilenglikol terpolimerisasi dengan bobot molekul antara 300-6000.
Dipasaran terdapat PEG 400 (carbowax 400). PEG 1000 (carbowax 1000), PEG 1500
(carbowax 1500), PEG 4000 (carbowax 4000), dan PEG 6000 (carbowax 6000). PEG di
bawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di atas 1000 berbentuk padat lunak seperti malam.
Formula PEG yang dipakai sebagai berikut
Bahan dasar tidak berair: PEG 4000 4% (25%) dan PEG 1000 96% (75%).
Bahan dasar berair: PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan aqua+obat 20%.Titik lebur PEG
antara 35°-63°C, tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairansekresi tubuh.
Keuntungan menggunakan PEG sebagai basis supositoria, antara lain:
Tidak mengiritasi atau merangsang.
Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan dengan oleum cacao.
Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh.
Kerugian jika digunakan sebagai basis supositoria, antara lain:
Menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga timbul rasa yang
menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan supositoria ke dalam air
dahulu sebelum digunakan.
Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat. Pembuatan
supositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar, lalu dituangkan ke
dalam cetakan seperti pembuatan supositoria dengan bahan dasar lemak coklat.
2.3.9 Nilai Tukar
Nilai tukar adalah nilai yang digunakan untuk mengurangi kadar zat aktif.Tujuan dari
pengurangan zat aktif adalah meminimalisir over dosis yang ditimbulkan. Karena zat aktif
yang tertera pada literature merupakan kadar zat aktif yang digunakan secara oral, maka pada
penggunaan untuk rectal kadar zat aktif harus dikurangi. Hal ini berkaitan dengan proses
farmakokinetik di dalam tubuh. Untuk obat-obat oral prosesnya melalui ADME sedangkan
untuk obat-obat lokal (suppo) prosesnya tidak melalui ADME melainkan langsung diserap
oleh permukaan mukosa rectal, kemudian masuk ke pembuluh darah selanjutnya masuk
kedalam sirkulasi darah. Oleh karena itu, jika zat aktif masih menggunakan dosis oral, maka
dikhawatirkan terjadi over dosis pada pasien.
Pada pembuatan supositoria menggunakan cetakan, volume supositoria harus
tetap.Tetapi, bobotnya beragam tergantung pada jumlah dan bobot jenis yang dapat
diabaikan, misalnya ekstrak belladonea dan garam alkaloid.
Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui bobot minyak cokelat yang mempunyai
volume yang sama dengan 1g obat.
Dalam praktik, nilai tukar beberapa obat adalah 0.7 kecuali untuk garam Bismuth dan
Zincy Oxydum. Untuk larutan nilai tukarnya dianggap satu. Bila supositoria mengandung
obat atau zat padat yang banyak, pengisian pada cetakan berkurang dan jika dipenuhi dengan
campuran massa, akan diperoleh jumlah obat yang melebihi dosis. Oleh sebab itu, untuk
membuat supositoria yang sesuai dapat dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan
nilai tukar. (IMO Hal 159-161)
3.1 Formulasi
Formulasi suppositoria parasetamol
R/ Parasetamol 250 mg
Cetaceum 5%
Ol cacao 2g
M f supp dtd No VI
S prn
Alat Bahan
1. Timbangan, anak timbangan, penara 1. Parasetamol
2. Perkamen 2. Ol cacao
3. Cawan porselen 3. cetaceum
4. Sendok tanduk 4. Aluminium foil
5. Sudip
6. Batang pengaduk
7. Mortir
8. Stamper
9. Serbet
10. Pencetak supositoria
3.6 Prosedur kerja
Menggunakan cara cetak tuang. Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas
penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan,
kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa
dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau
nikel.
Cara pembuatan :
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Disetarakan timbangan.
3. Ditimbang parasetamol 1,05 gr
4. Ditimbang ol cacao 12,05 gr
5. Timbang cetaceum 0,6 gr
6. Dioleskan paraffin dalam cetakan supositoria.
7. Dilebur oleum cacao dan cetaceum hingga berbentuk seperti massa krim, diangkat.
8. Dimasukkan parasetamol ke dalam hasil leburan, diaduk ad homogen.
9. Dituang ke dalam cetakan supositoria.
10. Dibiarkan dingin dahulu, kemudian dimasukkan kulkas agar memadat (membeku).
11. Disiapkan alumunium foil sebagai kemasan.
12. Dilepas supositoria dari cetakan, dibungkus dengan alumunium foil.
13. Dimasukkan plastik dan diberi etiket biru.
4.2 Pembahasan
Pada saat pembuatan suppositoria berbahan zat aktif parasetamol ini terjadi kendala
yaitu tidak adanya salah satu bahan dalam formulasi rancangan, yaitu cetaceum. Hal ini
dikarenakan disaat praktikum dilaksanakan, cetaceum dalam keadaan habis dan tidak ada
bahan penggantinya sehingga mengakibatkan suppositoria paracetamol ini tidaklah stabil.
Karena tidak adanya cetaceum ini mengakibatkan waktu hancur yang seharusnya untuk
3menit menjadi lebih dari 5 menit. Hal ini menyebabkan suppositoria ini gagal dalam
absorbsi dalam tubuh manusia.
Pada pengujian homogenitas ditemukan suppositoria tidak homogeny. Hal ini
disebabkan oleh beberapa factor, misalnya dari suhu antara bahan yang dileburkan dengan
pencetakaannya tidak pada suhu yang sama (panas). Adapun factor dimana zat aktif belumlah
larut keseluruhan yang mengakibatkan tidak homogeny. Cara penuangan kedalam
pencetakannya yang tidak benarpun dapat mengakibatkan suppositoria tidak homogeny.
Pada uji organoleptis sangat menarik, dikarenakan bentuk dan tekstur yang sesuai
dengan standart. Namun, bau coklat yang sedikit menyengat dapat menimbulkan bahaya
dalam jangkauan anak-anak dikarenakan bisa saja anak-anak akan mengiranya adalah
makanan.
Pada uji keseragaman bobot ditemukan berat bobot yang sama, yaitu 1,3gr. Namun, hal
ini juga tidak memenuhi formulasi karena seharusnya bobot dari suppo adalah 2gr namun
menjadi 1,3. Hal ini juga disebabkan alat cetak yang tidak sesuai.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa suppositoria yang dibuat masih sangat jauh dari kata
sesuai standart dikarenakan berbagai factor.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Suppositoria adalah sediaan padat yang berbentuk torpedo yang biasanya digunakan
melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area tubuh, sediaan ini ditujukan pada pasien
yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh penanganan cepat. Suppositoria ini mempunyai
zat aktif yaitu parasetamol yang ditujukan untuk anak-anak disaat demam yang sangat tinggi.
Dari hasil praktikum dan uji evaluasi yang dilakukan mendapatkan hasil suppositoria
yang dibuat masih jauh dari kata sesuai standar atau tidak sesuai standar. Hal ini dikarenakan
berbagai factor, misalnyanya waktu hancur yang relative lama yaitu lebih dari 5 menit,
suppositoria yang tidak homogeny, dan belum dapat menutupi bau coklat dari oleum cacao.
5.2 Saran
Seharunya dalam melaksanakan praktikum, seorang farmasis harus mengetahui serta
memahami secara detail prosedur kerja pembuatan suppositoria yang benar dan akan
menghasilkan suppositoria yang sesuai standart. Dan juga tidak lupa untuk selalu mengecek
bahan-bahan yang akan digunakan, tersedia atau tidaknya bahan tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo,
dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. Alasan pemilihan bahan aktif
paracetamol adalah Sebagai bahan aktif yang berkhasiat untuk mengobati demam, zat aktif
ini dibuat dalam bentuk suppositoria karena untuk demam membutuhkan penanganan yang
cepat. Pada uji evaluasi tidak memenuhi syarat yang diinginkan.
5.2 Saran
Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan praktikum,agar mendapatkan hasil yang
memuaskan dan sesuai dengan yang diharapkan.