Anda di halaman 1dari 5

1.

Patofisiologi Demam Demam atau dalam bahasa medis disebut dengan febris merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu tubuh normal. Suhu tubuh kita diatur oleh pengatur suhu yang terletak di otak tepatnya di bagian hipotalamus tepatnya dibagian pre optik anterior (pre = sebelum, anterior= depan) Hipotalamus merupakan bagian dari diensephalon yang merupakan bagian dari otak depan (prosencephalon).Di dalam hipotalamus terdapat reseptor (penangkap, perantara) yang sangat peka terhadap suhu yang lebih dikenal dengan nama termoreseptor (termo = suhu).Kandungan panas didapatkan dari pemasukan panas yang berasal dari proses metabolisme makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pada umumnya suhu inti berada dalam batas 36,5-37,5C.Dalam berbagai aktivitas sehari-hari, tubuh juga akan mengelurakan panas misalnya saat berolahraga. Bila terjadi pengeluraan panas yang lebih besar dibandingkan dengan pemasukannya, atau sebaliknya maka termostat tubuh akan segera bekerja guna menyeimbangkan suhu tubuh inti (sekitar 37,1 derajat celcius). Bila pemasukan panas lebih besar daripada pengeluarannya, maka termostat ini akan memerintahkan tubuh untuk melepaskan panas tubuh yang berlebih ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan mekanisme berkeringat. Dan bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka termostat akan berusaha menyeimbangkan suhu tersebut dengan memerintahkan otot-otot rangka kita untuk berkontraksi (bergerak) untuk menghasilkan panas tubuh. Kontraksi otot-otot rangka merupakan mekanisme dari menggigil. Hal diatas tersebut merupakan proses fisiologis (keadaan normal) yang terjadi dalam tubuh kita apabila tubuh mengalami perubahan suhu.Lain halnya bila tubuh mengalami proses patologis (sakit). Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksis (racun) yang masuk kedalam tubuh.Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh.Proses peradangan diawali dengan masuknya racun kedalam tubuh kita. Contoh racunyang paling mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit.Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai

pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut leukosit, makrofag, dan limfosit akan memfagositosis.Dengan adanya proses fagositosit ini, leukosit, makrofag, dan limfosit akan mengelurkan pirogen endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik suhu inti tubuh (di atas suhu normal). Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang setting hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau febris.
Bakteri atau bahan toksik yang terdapat di dalamh Difagosit oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit Melepaskan interleukin 1 (leukosit pirogen)

Interleukin 1 menginduksi pembentukan prostaglandin (terutama PGE2)

Meningkatkan set point thermostat di hipotalamus

DEMAM

2. Pemeriksaan Fisik Malaria Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien malaria adalah : 1. Pemeriksaan tanda vital

Pada pasien malaria biasanya Demam ( t 37 C). 2. Pemeriksaan mata didapatkan konjungtiva pucat 3. Pemeriksaan ekstremitas didapatkan telapak tangan pucat 4. Pemeriksaan abdomen didapatkan pembesaran limfa (splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali) Pada pemeriksaan fisik pada pasien malaria berat biasanya didapatkan : 1. Suhu per rektal 40 C

2. Nadi cepat dan lemah/kecil 3. TS < 70 mmHg (dewasa), < 50 (anak) 4. R > 35 x/menit, 5. Penurunan kesadaran (GCS < 11) 6. Manifestasi perdarahan (petekhiae, purpura, hematom) 7. Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang) 8. Anemia berat 9. Ikterik 10. Ronkhi pada kedua paru 11. Pembesaran limfa dan hepar 12. Gagal ginjal (oliguri / anuri)

13. Gajala neurologik Kaku kuduk, reflak patologis

3.Demam Tifoid Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi yang masuk ke dalam tubuh manusia (saluran pencernaan) dengan ditandai oleh demam insidius yang lama, sakit kepala, badan lemah , anoreksia, bradikardi relative serta splenomegali. Penularan demam tifoid terjadi melalui makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses atau urin dari pasien atau karier. Masa inkubasi adalah 10 sampai 21 hari. Demam tifoid yang tidak diobati seringkali merupakan penyakit berat yang berlangsung lama dan terjadi selama 4 minggu atau lebih. Minggu pertama ditandai dengan demam yang semakin meningkat, nyeri kepala, malaise, konstipasi, batuk non produktif, bradikardia relatif. Minggu kedua ditandai dengan demam terus menerus, apatis, diare, distensi abdomen, rose spot. Dan splenomegali. Minggu ketiga ditandai dengan demam terus menerus, delirium, mengantuk, distensi , abdomen masif, diare pea soup. Minggu keempat ditandai dengan perbaikan bertahap pada semua gejala. 4.Komplikasi Malaria 1. Malaria serebral Biasanya berkembang setelah beberapa hari pada orang dewasa namun pada anakanak seringkali berkembang kurang dari 2 hari. Kejang, penurunan kesadaran, dan perkembangan kelainan neurologis, perdarahan retina , dan koma yang dapat menetap selama beberapa hari setelah pembersihan parasit dari darah

2. Anemia normokromik berat akibat hemolisiis dan supresi sumsum tulang 3. Gagal ginjal oligurik akinat nekrosis tubular akut 4. Edema paru dan sindrom gawat napas dewasa 5. Hipoglikemiaakibat hiperinsulinemia yang diinduksi oleh kuinin atau akibat parasitemia yang tinggi. 6. Keadaan syok yang biasanya akibat septicemia Gram negative konkomitan. 7. Asidosis laktat 8. Perdarahan spontan 9. Hemoglobinuria (black-water fever) 10. Ruptur limpa ( terutama pada P.vivax)

Bahan bacaan : 1.

Anda mungkin juga menyukai