Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTERMI

1. DEFINISI

Ketidakseimbangan suhu tubuh merupakan kegagalan

mempertahankan suhu tubuh dalam parameter normal yang dapat

mengganggu kesehatan (NANDA, 2015). Ketidakseimbangan

suhu tubuh dibagi menjadi dua yaitu Hipertermia dan Hipotermia.

Hipertermia adalah suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal

karena kegagalan regulasi (NANDA, 2015). Hipertermi

merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau

berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-

menerus lebih tinggi dari 37oC (peroral) atau 38.80C (perrektal)

karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal.

Sedangkan Hipotermia adalah suhu inti tubuh di bawah kisaran

normal diurnal karena kegagalan termoregulasi (NANDA, 2015).

Terdapat juga ketidakfektifan termolegulasi yaitu fluktuasi suhu di

antara hipotermia dan hipertermia.

Hipertermia adalah suhu inti tubuh di atas kisaran normal

diurnal karena kegagalan regulasi (NANDA, 2015). Hipertermi

dapat disebabkan karena berbagai hal seperti karena inflamasi,

suatu penyakit, Trauma, Dehidrasi dan lain sebagianya. Pada

hipertemi masalah yang muncul adalah ketidakseimbangan suhu


tubuh, yaitu tubuh melebihi dari rentang normal > 37,5 oC. Suhu

tubuh dapat diukur melalui rektal. oral ataupun aksila dengan

perbedaan kurang lebih 0,5-0,60 C.

2. ETIOLOGI

Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat

bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat

menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu

sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat pirogen ini

dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain. Terutama toksin

polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/ pirogen yang dihasilkan

dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama

keadaan sakit (Hidayat & Uliyah, 2016).

Faktor penyebabnya :

1. Dehidrasi Penyakit atau trauma

2. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat

3. Pakaian yang tidak layak

4. Kecepatan metabolisme meningkat.

5. Pengobatan/ anesthesiaTerpajan pada lingkungan yang panas

(jangka panjang)

6. Aktivitas yang berlebihan (Hidayat, 2012)


3. KLASIFIKASI

Hipertermia dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi

panas.

a. Hipertemia Maligna

Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan

anesthesia. Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen

yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut

terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka

sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur

suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak

bemanfaat.

b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)

Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang

melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang

panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan

fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan

kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering

(150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang

berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.

c. Endocrine Hyperthermia (EH)

Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan

hipertermia lebih jarang dijumpai pada anak dibandingkan

dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang sering


dihubungkan dengan hipertermia antara lain

hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma,

insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang

diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang

pembentukan pirogen leukosit)

2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas

a. Hipertermia neonatal

Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga

kehidupan bisa disebabkan oleh:

1) Dehidrasi

Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan

cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi.

Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu

ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan

antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi.

Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain

dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi,

tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat

persalinan prematur/resiko infeksi.

2) Overheating

Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi

terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.


3) Trauma Lahir

Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul

pada 24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan

menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan

menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar

hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi

secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan

memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika

suhu tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid

sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C.

4) Heart stroke

Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau

sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan

susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi

perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual,

muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain

DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal

ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan

serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif

di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan

sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,50C

kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu

dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan

memperbaiki gangguan metabolic yang ada.


5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)

Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada

riwayat penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan

suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan

dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum

inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah

antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar

usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan).

6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang

mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian

yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut

dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga

kuat berhubungan dengan SIDS.

4. MANIFESTASI KLINIK

1. Apnea

Apnea atau henti napas merupakan suatu kondisi berhentinya proses

pernafasan dalam waktu singkat (beberapa detik hingga satu atau dua

menit) tetapi dapat juga terjadi dalam jangka panjang.

2. Gelisah
3. Hipotensi

Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebih

rendah dibandingkan normal dan biasa disebut dengan tekanan darah

rendah.

4. Kulit kemerahan

5. Kulit terasa hangat

6. Postur Abnormal

7. Takikardia. Takikardia adalah kondisi di mana detak jantung seseorang

di atas normal dalam kondisi beristirahat. Detak jantung orang dewasa

sehat adalah 60 sampai 100 kali per menit saat istirahat.

8. Takipnea

Takipnea (tachypnea) adalah pernapasan abnormal cepat dan dangkal,

biasanya didefinisikan lebih dari 60 hembusan per menit.

9. Vasodilatasi (NANDA, 2015)

5. PATOFISIOLOGI

Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal

baik dari oksigenmaupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah

mikroorganisme atau toksik, pirogenendogen adalah polipeptida yang

dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen

memasuki sirkulasi dan menyebabkandemam pada tingkat termoregulasi

di hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan

mengarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal

cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolisme diotak untuk

menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila


seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-

elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam

proses metabolisme di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit

tersebut, sehingga kekurangan cairan dan elektrolit mempengaruhi

fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan keseimbangan

termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh

(Siswantara, 2013).

Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan

umpan balik. Agar mekanisme umpan balik dapat berlangsung harus

tersedia pendetektor suhu. Area utama dalam otak yang berperan dalam

pengaturan suhu tubuh terdiri dari nukleus preoptik dan nukleus

hipotalamik anterior hipotalamus. Apabila area preoptik dipanaskan,

kulit diseluruh tubuh dengan segera mengeluarkan banyak keringat dan

dalam waktu yang sama pembuluh darah kulit sangat berdilatasi. Hal ini

merupakan reaksi cepat yang menyebabkan tubuh kehilangan panas,

dengan demikian membantu mengembalikan suhu tubuh kembali

normal. Di samping itu, pembentukan panas tubuh yang berlebihan

dihambat. Oleh karena itu area preoptik dari hipotalamus berfungsi

sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh (Siswantara, 2013).

Menggigil merupakan mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh

malalui beberapa cara :

1. Meningkatkan kecepatan pembentukan panas

2. Menhambat proses berkeringat

3. Meningkatkan vasokonstriksi kulit


Reseptor suhu tubuh bagian dalam terutama di medulla spinalis, di organ

dalam abdomen, dan sekitar vena-vena besar. Reseptor kulit maupun

reseptor tubuh bagian dalam berperan mencegah hipotermia.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan

terjadinya resikoinfeksi.

2. Pemeriksaan urine

3. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk

pasien thypoid. Suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody .

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum

klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasi .

Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin

dalam serum klien yang disangka menderita typhoid .

4. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl5)

5. Uji tourniquet (Siswantara, 2013).

7. KOMPLIKASI

1. Stupor

Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada

respon terhadap nyeri (Isnayani, 2013).

2. Letargi

Letargi adalah suatu keadaan di mana terjadi penurunan kesadaran dan

pemusatan perhatian serta kesiagaan. Kondisi ini juga seringkali dipakai


untuk menggambarkan saat seseorang tertidur lelap, dapat dibangunkan

sebentar namun kesadaran yang ada tidak penuh, dan berakhir dengan

tertidur kembali.

3. Kejang

Kejang adalah kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak

terkendali. Seluruh gerakan kita dikendalikan oleh otak yang mengirim

sinyal-sinyal listrik melalui saraf ke otot. Jika sinyal dari otak

mengalami gangguan atau terjadi keabnormalan, otot-otot tubuh akan

berkontraksi dan bergerak tanpa terkendali.

4. Koma

Koma adalah situasi darurat medis ketika seseorang mengalami keadaan

tidak sadar dalam jangka waktu tertentu. Ketidaksadaran ini disebabkan

oleh menurunnya aktivitas di dalam otak yang dipicu oleh beberapa

kondisi seperti cedera otak parah, keracunan alkohol, atau infeksi otak

(Isnayani, 2013).

8. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis

Berikan Obat penurun panas seperti Paracetamol (Siswantara, 2013).

2. Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu

a. Observasi keadaan umum pasien

Rasional : mengetahui perkembangan keadaan umum dari pasien

b. Observasi tanda-tanda vital pasien

Rasional : mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien

c. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis


Rasional : membantu mempermudah penguapan panas

d. Anjurkan pasien banyak minum

Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas

e. Anjurkan pasien banyak istirahat

Rasional : meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh

f. Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak,

lipatan paha, leher bagian belakang

Rasional :mempercepat dalam penurunan produksi panas (Hidayat,2014)


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dalam

proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua

data/informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan

dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.

1) Biodata

Terdiri dari Nama, Tempat tanggal lahir, Umur, Jenis

kelamin, Tanggal Mrs, Tanggal dikaji, No. Cm, No. Reg.,

penanggung jawab.

2) Riwayat Kesehatan

(a) Riwayat kesehatan sekarang

Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama yang

dirasakan, riwayat keluhan utama, keluhan lain yang

menyertai, diagnosa medik.

(b) Riwayat kesehatan masa lalu

Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit sebelumnya,

kebiasaan.

(c) Riwayat kesehatan keluarga yang terdiri dari genogram 3

generasi dan mengidentifikasi berbagai penyakit turunan


3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan

a. Antenatal (Pre Natal)

Keadaan kesehatan selama hamil, terdapat tanda-tanda

pre eklamsia ataupun eklamsia, penyakit yang pernah

diderita selama masa hamil.

b. Natal

Usia kehamilan, berat badan waktu lahir, jenis persalinan,

keadaan anak setelah lahir.

c. Neonatal (post natal)

Nilai apgar score, warna kulit, suhu tubuih, kejang

memiliki kelainan kongenital, Setelah lahir bayi

mengalami kesakitan menelan dan menghisap.

4) Riwayat Tumbuh Kembang

(a) Cross motor (motorik kasar)

(b) Fire Motor (motorik halus)

(c) Languange (bahasa)

(d) komunikasi

5) Imunisasi

BCG, Polio 1,2,3,4 , DPT1,2,3, Campak , Hepatitis

6) Pola kegiatan sehari-hari

Apakah terjadi perubahan pola kegiatan sehari-hari

yakni : pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat dan tidur,

personal hygiene, aktivitas dan olah raga.


7) Aspek sosial

Hubungan dengan keluarga, hubungan dengan perawat,

keadaan ekonomi keluarga.

8) Pemerikasan fisik

a) Keadaan umum : nampak sakit berat, sedang atau ringan.

b) Kepala : bentuk, nyeri, pusing

c) Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu badan, nadi dan

pernafasan

d) Sistem Penginderaan

(1) Mata

Konjungtiva, pupil, lapang pandang, hematom,

adanya nyeri

(2) Hidung

Fungsi penciuman, simetris kiri dan kanan, keadaan

septum, nyeri, peradangan.

(3) Telinga

Fungsi pendengaran simetris kiri dan kanan, nyeri,

peradangan.

(4) Lidah

Fungsi pengecapan, kebersihan.

(5) Kulit

Respon terhadap panas dan dingin, nyeri dan

sentuhan, turgor, kelembaban, warna, suhu.


e) Sistem Pernafasan

Apakah ada pernafasan cuping hidung, frekuensi

pernafasan, bunyi nafas, nyeri dada, dispnoe, takipneu,

cyanosis, adanya ronchi danwheezing.

f) Sistem Kardiovaskuler

Apakah ada hipertensi, hipotensi, tekanan darah,

frekuensi nadi, ictus cordis, riwayat penyakit jantung,

tekanan vena jugularis.

g) Sistem Pencernaan

Adanya massa, peristaltik usus baik atau tidak, mual,

muntah, nafsu makan, gangguan fungsi pengecapan,

perut kembung.

h) Sistem Neurologi

Kesadaran, nyeri kepala, fungsi sensorik dan motorik,

kesemutan, pusing, koordinasi gerakan

i) Sistem Muskuloskeletal

Kekuatan otot, gangguan pergerakan ekstremitas,

adanya spasme otot, nyeri, tonus otot normal atau tidak.

j) Sistem Perkemihan

Apakah ada nyeri, warna urine, bau, anuria, tidak ada

bising usus, inkontinensia urine, frekuensi BAK.

k) Sistem Integumen
Turgor kulit, perubahan warna pada daerah sekitar

luka operasi, suhu pada area luka operasi, keadaan kulit.

l) Sistem Endokrin

Apakah ada riwayat penyakit DM.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnosa yang mungkin muncul

a. Hipertermia berhubungan dengan penyakit

Intervensi :

1) Pantau TTV dan warna kulit

Rasional : untuk mengetahui perkembangan TTV pasien dan warna kulit

2) Beri pasien selimut hangat dan gunakan baju tipis menyerap keringat

Rasional : untuk menjaga suhu tubuh pasien

3) Edukasi pasien untuk kompres hangat

Rasional : Untuk mengurangi panas pada pasien

4) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat atipiretik

Rasional : untuk menurunkan panas pada pasien

Implementasi

1) Memantau TTV dan warna kulit

2) Memberikan pasien selimut hangat dan gunakan baju tipis menyerap

keringat

3) Mengedukasi pasien untuk kompres hangat

4) Mengkolaborasikan dengan dokter untuk memberikan obat antipiretik

Evaluasi :
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan waktu yang ditentukan,

panas pada pasien diharapkan dapat turun dengan rentan suhu normal 36-

37,5 derajat celcius.

b. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan

hipertermia

Intervensi :

1) Observasi tanda dan gejala hipertermi

Rasional : untuk mengetahui tanda dan gejala hipertermi

2) Ukur suhu tubuh pasien

Rasional : untuk mengetahui suhu tubhuh pasien

3) Instruksikan pasien minum air putih yang banyak

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan yang dibutuhkan untuk

tubuh

4) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat antipiretik

Rasional : untuk mengurangi panas pasien

Implementasi :

1) Mengobservasi tanda dan gejala hipertermi

2) Mengukur suhu tubuh pasien

3) Menginstruksikan pasien minum air putih yang banyak

4) Mengkolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat

antipiretik

Evaluasi :

Setelah dilakukan implementasi sesuai waktu yang ditentukan

diharapkan resiko hipertermi dapat teratasi.


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A., 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A.A.A., 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika.

Hidayat, A.A.A. & Uliyah, M., 2016. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi
2. Jakarta: Salemba Mecika.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States
Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2013.

Nanda International (2015). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2015-


2017. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai