Disusun oleh :
AMAR RHAMADAN
( P27901119004 )
2A D3 Keperawatan
2. Etiologi
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Titik tetap tubuh dipertahankan
agar suhu tubuh inti konstan pada 36,8 -37,4 oC. Apabila pusat temperature hipotalamus
mendekati suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi
tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Tubuh manusia
memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan
dan mempertahankan subu tubuh dalam keadaan konstan. Berdasarkan distribusi suhu di
dalam tubuh, dikenal suhu suhu inti (core temperature) yaitu suhu yang terdapat pada
jaringan dalam, seperti crainal, toraks, rongga abdomen dan rongga pelvis. Suhu ini
biasanya dipertahankan relative konstan (-+ 37oC), selain itu ada suhu permukaan (surface
temperature) yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan dan lemak. Suhu ini
biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40oC. Lokasi pengukuran temperature subuh : ketiak
(aksila), sub lingual atau rectal (dubur). Temperature dubur lebih tinggi 0,3-0,5 oC daripada
temperature aksila. Suhu rectal agak konstan bila dibandingkan dengan suhu-suhu di
daerah lain.
Termoreseptor Termoreseptor
perifer sentral
Pusat integrasi
termoregulasi
hipotalamus
2. Hipotermia
a. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
- (tidak tersedia)
Objektif
- Kulit teraba dingin
- Menggigil
- Suhu tubuh di bawah nilai normal
b. Gejala dan tanda minor
Subjektif
- (tidak tersedia)
Objektif
- Akrosianosis
- Bradikardi
- Dasar kuku sianotik
- Hipoglikemia
- Hipoksia
- Pengisian kapiler >3 detik
- Konsumsi oksigen meningkat
- Ventilasi menurun
- Piloereksi
- Takikardi
- Vasokonstriksi perifer
- Kutis memorata (pada neonatus)
Penatalaksanaan keperawatan
- Beri pasien banyak minum. pasien menjadi lebih mudah dehidrasi pada waktu
menderita panas. Minum air membuat mereka merasa lebih baik dan mencegah
dehidrasi
- Beri pasien banyak istirahat, agar produksi panas yang diproduksi tubuh seminimal
mungkin
- Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher
belakang
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan SGOT & SGPT
a. SGOT & SGPT pada demam typoid seringkali meningkatkan tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typoid
b. Uji widal
Suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody. Aglutinasi yang spesifik
terhadap salmonella typi terdapat dalam serum klien dengan typoid juga terdapat
pada orang yang pernah divaksinasi. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typoid.
7. Komplikasi
a. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang sangat penting. Peningkatan system
imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk pertarungan akibat infeksi karena virus
menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus ). Pola demam berbeda
bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak
demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Pirogen, seperti bakteri atau virus
meningkatkan suhu tubuh. Pirogen bertindak sebagai antigen yang memicu respons
sistem imun.
b. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas karena terjadi bila diaferosis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan eletrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang
terpajan panas. tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal umum selama
kelelahan akibat panas. tindakan pertama yaitu memindahkan pasien kelingkungan
yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Hipertermi
Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas tersebut disebut hipertermi.
Hipertermi terjadi karena adanya beban yang berlebihan pada mekanisme pengaturan
suhu tubuh. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme panas. Hipertermi malginan adalah kondisi bawaan yang tidak dapat
mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentang mengunakan obat-
obatan anastetik tertentu.
d. Heatstroke
Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama terhadap matahari atau
lingkungan panas akan membebani mekanisme kehilangan, panas pada tubuh kondisi
ini mengakibatkan heatstroke yaitu kegawatan berbahaya dengan mortalitas yang
tinggi. Pasien yang berisiko adalah anak-anak, lansia, pederita penyakit kardiovaskular,
hipotiroid, diabetes atau alkoholisme. Resiko ini juga terdapat pada individu yang
mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk
membuang panas. (fenotiazin, antikolinergik, deuretik, amfetamin, dan antagonis beta-
adrenergik), serta pasien yang berolahraga atau bekerja keras (atlet, pekerja bangunan,
dan petani).
Tanda dan gejala heatstroke adalah rasa bingung, haus yang sangat, mual, kram otot,
gangguan penglihatan dan bahkan inkontinensia. Tanda yang paling penting adalah
kulit yang panas dan kering
e. Hipotermi
Pengeluaran panas yang hilang saat paparan lama terhadap lingkungan dingin akan
melebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas, sehingga terjadi hipotermi.
Hipotermi dikelompokan oleh pengukuran suhu inti.
8. Referensi
- Tim Pokja SDKI PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta ;
Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
- Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta ;
Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
- Nanda International. 2018-2020. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klarifikasi.
Jakarta. EGC
- http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/302/3/BAB%20II.pdf
- https://www.scribd.com/document/376243098/Makalah-Keseimbangan-Suhu-Tubuh
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Budiono, 2015)
Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat dalam pengumpulan data
dasar yaitu mengkaji identitas atau biodata klien. Pengumpulan data merupakan suatu
kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status kesehatan klien. Status kesehatan
klien yang normal maupun yang senjang hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien, baik yang efektif
optimal maupun yang bermasalah.
Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan ada 3, yaitu :
a. Anamnesis yaitu suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk mengajak klien
dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan, mencangkup keterampilan secara verbal
dan nonverbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi
b. Observasi yaitu pengamatan perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
c. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode atau teknik PE
(Physical Examination) yang terdiri atas :
1) Inspeksi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan proses observasi yang
dilaksanakan secara sistematik
2) Palpasi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan menggunakan indra
peraba
3) Perkusi adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mengetuk, dengan
tujuan untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan tubuh
dnegan menghasilkan suara
4) Auskultasi merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mendengar
suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop
2. Diagnosis Keperawatan
Selanjutnya, pengertian lain menyebutkan bahwa diagnosa keperawatan merupakan
penilaian klinis tentang respons individu, keluarga, ataupun potensial sebagai dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat bertanggung
jawab.
Tujuan penggunaan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
Memberikan bahasa yang umum Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang jelas
mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi
dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau
mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya (Carpenito dalam
Tarwoto, 2010).
a. bagi perawat sehingga dapat terbentuk jalinan informasi dalam persamaan persepsi
b. meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga pemilihan intervensi lebih
akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi
c. menciptakan standar praktik keperawatan
d. memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan
Berdasarkan patofisiologis penyakit dan manifestasi klinik yang muncul maka
diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien kejang demam adalah :
1) Hipertermi
Definisi : suhu tubuh meningkat diatas tentang normal tubuh
a) Penyebab :
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (misal. Infeksi, Kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan inkubator
b) Tanda dan gejala mayor hipertermi
1. Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
Suhu tubuh diatas nilai normal
c) Tanda dan gejala minor hipertermi
1. Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
a. Kulit merah
b. Kejang
c. Takikardi
d. Takipnea
e. Kulit terasa hangat
2) Termoregulasi tidak efektif
Definisi : mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
a) Penyebab
1. Stimulasi pusat termogulasi hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penyakit
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
6. Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan
7. Peningkatan kebutuhan oksigen
8. Perubahan laju metabolisme
9. Suhu lingkungan ekstrem
10. Ketidaksesuaian suplai lemak subkutan
11. Berat badan ekstrem
12. Efek agen farmakologis (misalsedasi)
b) Tanda dan gejala mayor termogulasi tidak efektif
1. Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
a. Kulit dingin/hangat
b. Menggigil
c. Suhu tubuh fluaktif
c) Tanda dan gejala minor termogulasi tidak efektif
1. Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
a. Piloereksi
b. Pengisian kapiler >3 detik
c. Tekanan darah meningkat
d. Pucat
e. Frekuensi napas meningkat
f. Takikardi
g. Kejang
h. Kulit kemerahan
i. Dasar kuku sianotik
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi dan
mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan.
Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana seorang tenaga kesehatan mampu
menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien
Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan :
a. Menentukan prioritas masalah
b. Menentukan tujuan
c. Menentukan kriteria hasil
d. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan
4. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang perawat buat pada tahap
perencanaan.
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan
umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Daftar tujuan-tujuan pasien
b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu
c. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien
d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Benda baru
Umur : 17 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Pendidikan : SLTA/Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Benda baru
Hubungan dengan Klien : Ibu
I. RIWAYAT KESEHATAN
A. Keluhan Utama
Demam naik turun ± 5 hari, muntah 2 kali, dan selalu merasa haus.
: Laki-laki : Pasien
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi
Ambulasi
Selama Sakit :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi
Ambulasi
Selama Sakit :
1) Kualitas dan kuantitas tidur
Pasien tidur ±5 jam dengan kualitas tidur yang tidak
nyaman/nyenyak
2) Gangguan tidur
Pasien sering terbangun karena pusing dan meriang
b. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
1) Frekuensi : 3x/hari
2) Jenis : nasi, lauk pauk
3) Porsi : sedang
4) Keluhan : tidak ada
Selama Sakit
1) Frekuensi : 2x/hari
2) Jenis : bubur
3) Porsi : sedikit
4) Keluhan : mulut pahit
5. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAB : 1-2x/hari
2) Konsistensi : lunak
3) Warna : kuning kecokelatan
4) Keluhan Dan Kesulitan BAB : tidak ada
5) Penggunaan Obat Pencahar : tidak ada
Selama Sakit
1) Frekuensi BAB : 1x/hari
2) Konsistensi : lunak
3) Warna : kuning kecokelatan
4) Keluhan Dan Kesulitan BAB : tidak ada
5) Penggunaan Obat Pencahar : tidak ada
b. BAK
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAK : 5-7x/hari
2) Jumlah Urine : 1500cc
3) Warna : kuning, jernih
4) Keluhan/ Kesulitan BAK : tidak ada
Selama Sakit
1) Frekuensi BAK : 4-5x/hari
2) Jumlah Urine : 1150cc
3) Warna : kuning pekat
4) Keluhan/ Kesulitan BAK : tidak ada
ANALISIS KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN
c. Kemampuan membaca
Dapat membaca dengan baik.
8. Pola koping
a. Masalah utama selama masuk RS ( keuangan, dll)
Pasien mengatakan tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah untuk
sementara waktu sehingga pasien tertinggal pelajaran
b. Kehilangan/ perubahan yang terjadi sebelumnya
Tidak bias beraktivitas seperti biasa
c. Pandangan terhadap masa depan
Pasien percaya akan sembuh dalam waktu dekat
d. Koping makanisme yang digunakan saat terjadi masalah
Pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya
2) Hidung
a) Fungsi penciuman : normal
b) Sekret : tidak ada
c) Nyeri sinus : tidak ada
d) Polip : tidak ada
e) Napas Cuping Hidung : tidak ada
3) Mulut
a) Kemampuan bicara : normal
b) Keadaan bibir : kering
c) Selaput mukrosa : kering
d) Warna lidah : merah muda
e) Keadaan gigi : lengkap dan rapih
f) Bau nafas : tidak ada
g) Dahak : tidak ada
4) Gigi
a) Jumlah : 32
b) Kebersihan : bersih
c) Masalah : tidak ada
5) Telinga
a) Fungsi pendengaran : normal
b) Bentuk : simetris
c) Kebersihan : bersih
d) Serumen : tidak ada
e) Nyeri Telinga : tidak ada
c. Leher
1) Bentuk : simestris
2) Pembesaran tyroid : tidak ada
3) Kelenjar getah bening : tidak ada
4) Nyeri waktu menelan : tidak ada
5) JVP : <8cmH2O
d. Dada (Thorax)
1) Paru-paru
Inspeksi : gerakan dada kanan dan kiri simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
2) Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : tidak adanya pembesaran jantung
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
e. Abdomen
Inspeksi : bentuk perut datar
Aukultusi : bising usus 5x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Genetalia : bersih
g. Anus dan rectum : bersih
h. Ekstremitas
1) Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri : 4/5
ROM kanan dan kiri : kurang aktif
Perubahan bentuk tulang : tidak ada
Pergerakan sendi bahu : normal
Perabaan Akral : dingin
Pitting edema : 2-4 detik
Terpasang infus : dekstra
2) Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri : 4/5
ROM kanan dan kiri : kurang aktif
Perubahan bentuk tulang : tidak ada
Varises : tidak ada
Perabaan Akral : dingin
Pitting edema : 2-4 detik
i. Intergumen : turgor kulit kembali perlahan
2. Pemeriksaan diagnostik
Tanggal pemeriksaan : 16/02/21
V. TERAPI MEDIS
Obat Peroral :
3x500mg
Paracetamol
4x1
Thiamphenicol
3x1
Vitamin B
complex
Obat Perenteral :
4x1 Antimetric
Ondansentron Mencegah mual
dan muntah
Obat Topikal : -
B. Data Fokus
C. Analisa Data
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan dehidrasi
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. S Ruang/Kamar : Ranap Laki-laki
Umur : 17 tahun Nomor Register : 612600
No Tgl/jam Implementasi Paraf
dx
17/02/21
1. Memonitor suhu
tubuh
Respon : suhu
pasien 38ºC
2. Memonitor warna
kulit
Respon : Kulit pasien
masih tampak sedikit
kemerahan
3. Mengompres dingin
pada dahi, leher, dada,
abdomen, dan aksila
Respon : Pasien merasa
tidak sepanas
sebelumnya
4. Melonggarkan atau
melepaskan pakaian
Respon : Pasien
memakai pakaian
yang longgar
5. Menganjurkan tirah
baring
Respon : Pasien
berbaring dengan
posisi supinasi
18/02/21
1. Memonitor suhu
tubuh
Respon : suhu
pasien 37,5ºC
2. Memonitor warna
kulit
Respon : Kemerahan
pada kulit pasien
hilang dan warna kulit
kembali normal
3. Mengompres hangat
pada dahi, leher, dada,
abdomen, dan aksila
Respon : suhu tubuh
pasien membaik
4. Melonggarkan atau
melepaskan pakaian
Respon : Pasien
memakai pakaian
yang longgar
5. Menganjurkan tirah
baring
Respon : Pasien
berbaring dengan
posisi supinasi
G. EVALUASI Keperawatan
Nama Klien : Tn.S Ruang/Kamar : Ranap Laki-laki
Umur : 17 tahun Nomor Register : 612600
Tgl Jam No. Perkembangan (SOAP)
Dx
19/02/21 20.00 1 S : Pasien mengatakan sudah tidak
panas seperti kemarin dan sudah bias
tidur dengan nyaman dan
nyenyak.
O : kulit pasien sudah tidak merah
lagi. S : 37°C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan