OLEH :
NIM. P07120319008
PROFESI NERS
A. DEFINISI
2. Fungsi Cairan
a. Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
b. Transport nutrient ke sel
c. Transport hasil sisa metabolism
d. Transport hormone
e. Pelumas antar organ
f. Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.
3. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake
cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari
antara 1.800 – 2.500 ml/hari. Sekitar 1.200ml berasal dari minuman dan
1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal
dalambentuk urine 1.200-1.500 ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan kulit
600-800 ml (Tarwoto & Wartonah, 2010).
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan
Elektrolit
Beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit,
diantaranya adalah usia, temperatur lingkungan, diet, stres, dan sakit.
a. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism
yang diperlukan dan berat badan.
b. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energi, proses ini menimbulkan pergerakan carian dari interstitial ke
intraseluler.
d. Stres
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan
produksi urine.
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
5. Kebutuhan Cairan Menurut Usia dan Berat Badan
No. Umur BB (Kg) Cairan (ml/24jam)
1 3 hari 3,0 250 ─ 300
2 1 tahun 9,5 1150 ─ 3000
3 2 tahun 11,8 1350 ─ 1500
4 6 tahun 20 1800 ─ 2000
5 10 tahun 28,7 2000 ─ 2500
6 14 tahun 45 2200 ─ 2700
7 16 tahun (adult) 54 2200 ─ 2700
3. Gangguan elektrolit
a. Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium
dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma
yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
b. Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma
tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria,
turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan,
lidah kering, dll.
c. Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam
darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi
pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
d. Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam
darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit
ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual,
hiperaktifitas system pencernaan, dll.
e. Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma
darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut,
kejang,bingung.
f. Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam
darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar
gondok dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai
dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan
kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
g. Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.
Hipovolemia
Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada
kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3
Dehidrasi Berat mEq/L. Dehidrasi Sedang Dehidrasi Ringan
h. Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah.
Hal ini ditandai dengan
Turgor kulit buruk adanya koma, gangguan pernapasan,
Mata cekung dan kadar
Merasa haus
magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
Oliguria Kehilangan keluaran Membran mukosa
E. PATHWAY
urine kering
1. Hipovolemia
Hipotensi
Penurunan haluaran
Perubahan status
urine
mnetal
Kehilangan cairan 2-
Kehilangan cairan
4 liter/antara 5-10%
tubuh > 10% BB
BB
Penurunan turgor
kulit
Penurunan Volume Cairan
Berkeringat
Penurunan tekanan
dalam pembuluh darah
Impuls ditransfer
sumsum tulang Darah mengental
belakang
Peningkatan
Zat sitokinin bermuara di Cairan tubuh
suhu tubuh
pembuluh kapiler keluar
Demam Demam
Pelepasan zat sitokinin
2. Hipervolemia
Hipervolemia
Dispnea
Distensi
Gangguan pola nafas
Gangguan tekanan darah
Gelisah
Hepatomegali
Edema
Oliguria
Pembengkakan
jaringan
Sel membengkak
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap:
Ht naik: adanya dehidrasi berat dan gejala syok
Ht turun: adanya perdarahan masif dan reaksi hemolitik
Hb naik: adanya hemokonsentrasi
Hb turun: adanya perdarahan hebat reaksi hemolitik
2) Pemeriksaan elektrolit serum: hasil pemeriksaan ini menunjukkan kadar
natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat
3) pH dan berat jenis urine: kemampuan ginjal dalam mengatur konsentrasi
urine.
4) pH dan berat jenis urin : berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal
untuk mengatur konsentrasi urine, normalnya pH urine adalah 4,5-8 dan
berat jenisnya 1,003-1,030.
5) Analisa gas darah : biasanya yang biasa diperiksa adalah pH, PO, HCO,
PCO, dan saturasi O2.
PCO2 normal : 35-40 mmHg
PO2 normal : 80-100 Hg
HCO3 normal : 25-29 mEq/l
Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95%-
98%) dan vena (60%-85%)
b. EKG (Elektrocardiography)
Untuk mengetahui apakah terjadi ketidakteraturan irama jantung yang
mengindikasikan terdapat masalah pada kelistrikan jantung yang mengarah kea
rah gangguan elektrolit pasien seperti hyperkalemia dan lain-lain.
c. Rongen Thoraks
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan misalnya untuk melihat edeme
paru, efusi pleura, adanya tumor, benda asing, penyakit jantung dan untuk
melihat struktur abnormal.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a. Data Subjektif :
1) Identitas, mendapatkan data identitas pasien meliputi :
Nama.
Umur.
Jenis Kelamin.
Pendidikan.
Pekerjaan.
Alamat.
No. Registrasi.
Diagnosa Medis.
Tanggal MRS.
2) Riwayat Kesehatan :
Keluhan Utama.
Riwayat Penyakit Sekarang.
Riwayat Penyakit Lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga.
3) Riwayat Keperawatan
a) Pola Intake
Jumlah Cairan yang dikonsumsi.
Tipe cairan yang biasa dikonsumsi.
b) Pola Eliminasi
Mual muntah, Diare
Kebiasaan berkemih.
Perubahan jumlah maupin frekuensi.
Karakteristik urine.
c) Evaluasi status kehilangan cairan klien
Tanda-tanda.
Edema.
Rasa haus berlebihan.
Membran mukosa kering.
d) Proses penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan cairan.
Kanker, luka bakar.
2. Pengkajian menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian
pola fungsi kesehatan :
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan kaji pasien mengenai:
1) Apakah saat ini ada penyakit atau cedera yang dapat mengacaukan
keseimbangan cairan dan elektrolit pasien?
b. Pola nutrisi
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola nutrisi kaji pasien
mengenai:
1) Berapakah frekuensi minum pasien selama sakit?
2) Apakah pasien mendapatkan terapi cairan parentral atau pengobatan
lain yang dapat mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit?
Jika iya, bagaimana pengobatan itu bisa mengacaukan keseimbangan
cairan?
3) Apakah ada pembatasan diet (misalnya diet rendah garam)? Jika iya,
bagaimana hal itu bisa memengaruhi keseimbangan cairan?
4) Apakah pasien menerima air dan zat gizi lain melalui oral atau rute
lain dalam jumlah yang cukup? Jika tidak, sudah berapa lama pasien
menerima asupan yang tidak adekuat?
5) Bagaimana perbandingan antara asupan cairan total dengan haluaran
cairan totalnya?
c. Pola eliminasi
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola eliminasi kaji pasien
mengenai:
1) Apakah ada pengeluaran cairan tubuh yang abnormal? Jika iya,
darimana?
2) Berapakah frekuensi feses setiap kali buang air besar?
3) Bagaimanakah konsistensi pasien dalam buang air besar?
4) Berapakah frekuensi serta jumlah urine pasien setiap buang air kecil?
5) Bagaimanakah konsistensi pasien dalam buang air kecil?
d. Aktivitas dan Latihan
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola aktivitas dan latihan
kaji pasien mengenai:
1) Kebersihan diri (tidak menjadi fokus pengkajian)
2) Aktivitas sehari-hari
Pasien beraktifitas dalam pekerjaannya? Serta apakah jenis pekerjaan
pasien akan mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
pasien?
3) Rekreasi (tidak menjadi fokus pengkajian)
4) Olah raga
Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olah raga? Jika iya, jenis
olah raga apa yang dilakukan pasien?
2) Role/peran
a) Apakah pasien mengalami overload peran?
b) Adakah perubahan peran pada pasien?
3) Identity/identitas diri
a) Apakah pasien merasa kurang percaya diri?
b) Mampukah pasien menerima perubahan?
c) Apakah pasien merasa kurang memiliki potensi?
d) Apakah pasien kurang mampu menentukan pilihan?
4) Self esteem/harga diri
a) Apakah pasien menunda tugas selama sakit?
b) Apakah pasien menyalahgunakan zat?
5) Self ideals/ideal diri
Apakkah pasien tidak ingin berusaha selama sakit
h. Seksual dan Repruduksi
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, dalam pola seksual kaji pasien
mengenai: Apakah pasien mengalami gangguan seksualitas saat sakit?
i. Pola Peran Hubungan
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pada pola peran hubungan kaji
pasien mengenai:
1) Apakah pekerjaan pasien?
2) Bagaimanakah kualitas pekerjaan pasien?
3) Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain?
j. Manajemen Koping Setress
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pola ini menggambarkan
bagaimana pasien menangani stress yang dimilikinya serta apakah kalien
menggunakan sistem pendukung dalam menghadapi stres.
k. Sistem Nilai Dan Keyakinan
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pola ini menggambarkan
bagaimana keyakinan serta spiritual klien terhadap penyakitnya
3. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
Subjektif Objektif
Refleks hepatojugularpositif
Subjektif Objektif
Hepatomegali
Oliguria
J. Rencana keperawatan
Menurut SDKI (2017), SLKI (2017) dan SIKI (2017), kriteria hasil dan
intervensi pada pasien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
adalah sebagai berikut;
K. Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya yang disesuaikan dengan diagnosa yang
dirumuskan dengan mengacu kepada SDKI, SLKI dan SIKI.
L. Evaluasi
Pada akhir pelaksanaan asuhan keperawatan didadapatkan evaluasi. Evalusai juga
tidak ada kesenjangan teori dan kasus. Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil /
perbuatna dengan standar untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana
tujuan tercapai.
Evaluasi keperawatan : membandingkan efek / hasil suatu tindakan keperawatan
dengan norma atau kriteria tujuan yang sudah dibuat.
Tahap akhir dari proses keperawatan.
Menilai tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak.
Menilai efektifitas rencana keperawatan atau strategi askep.
Menentukan efektif / tidaknyatindakan keperawatan dan perkembangan pasien
terhadap masalah kesehatan.
Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien
terhadap pencapaian hasil setiap hari. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan
seberapa efektifnya tindakan keperawatan itu untuk mendegah atau mengobati respon
manusia terhadap prosedur kesehatan.
M. Referensi
Aziz Alimul H. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC
Potter, Perry.2014. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Wilkonson, Judith M. Nanci R Ahern. 2009.Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta:EGC.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Indikator diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta : DPP PPNI