Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHUALUAN PADA Ny.

DENGAN KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN AKTIVITAS

Disusun Oleh :

YUNITA INA CAPA


PN.200877

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2020
PENGESAHAN LAPORAN PENDAHUALUAN PADA Ny. L

DENGAN KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN AKTIVITAS

Laporan pendahuluan ini telah dibaca dan diperiksa pada


Hari/tanggal: .................................................

Pembimbing Klinik Mahasiswa Praktikan

(………………………………) (Yunita Ina Capa)

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

(……………………………………..)
A. Definisi
Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.  Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan
bekerja.  Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi, 2008). Jadi dapat
diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas


1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat
penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai
kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung
organ-organ dalam.

Terdapa tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang
kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur
dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di
tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari
epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan
terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.

2. Otot dan Tendon


Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan
keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui
tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat
berfungsi kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligament bersifat
elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut
merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.

4. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi
(percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian
somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum,
sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi,
dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik
pada daerah radial tangan.

5. Sendi

Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi
dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat
pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang
merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi
bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan
simpisis. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas (aktivitas)

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:

a) Gaya Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang karena berdampak
pada kebiasaan atau perilaku sehiari-hari.

b) Proses Penyakit/Cidera. Hal dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat berpengaruh


pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
c) Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya, ada orang yang mengalami gangguan
mobilitas (sakit) karena adat dan budaya yang dilarang untuk beraktivitas.
d) Tingkat Energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energy yang cukup.
e) Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang
berbeda.
Menurut (Hidayat, 2014) pengkajian yang penting dalam gangguan aktivitas sebagai berikut :
a)      Biodata pasien
b)      Riwayat Kesehatan termasuk pola istirahat/tidur, pola aktivitas/latihan. Pola
aktivitas atau latihan dapat dinilai dengan tabel berikut :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan minum 
Mandi 
Eliminasi 
(BAK&BAB)
Berpakaian 
Mobilisasi di 
tempat tidur
Pindah 
Ambulasi 

Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total

B. Etiologi
            Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
1.      Kelainan Postur
2.      Gangguan Perkembangan Otot
3.      Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4.      Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
5.      Kekakuan Otot
C.  Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas (aktivitas)
Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

a) Gaya Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang karena berdampak
pada kebiasaan atau perilaku sehiari-hari.

b) Proses Penyakit/Cidera. Hal dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat berpengaruh


pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
c) Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya, ada orang yang mengalami gangguan
mobilitas (sakit) karena adat dan budaya yang dilarang untuk beraktivitas.
d) Tingkat energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energy yang cukup.
e) Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang
berbeda.
 D. Manifestasi Klinik
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan aktivitas yaitu tidak
mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki hambatan dalam
berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan.
E. Patofisiologi
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan tersebut,
diantaranya adalah :

1. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan
sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot,
maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal
seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon
atau ligament, radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada kondisi
tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit dapat
mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur,
radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak. Impuls tersebut
merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf
terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dank e organ target.
Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.
           F. Pemeriksaan Penunjang
1.  Pemeriksaan Diagnostik
a)  Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan
hubungan tulang).
b) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang
sulit untuk dievaluasi)
c)  MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur jaringan lunak melalui
tulang)
2.   Pemeriksaan laboratorium
a)  Pemeriksaan darah dan urine
b)   Pemeriksaan Hb
        G. Komplikasi
     Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
     Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi orthostatic
      Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal
      Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
      Status emosi stabil

          H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan dan
episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang khidupan, mobilitas dan
aktivitas tergantung pada system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal.  Sebagai
suatu proses episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah
yang dapat timbul akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
a) Hambatan  terhadap latihan
b)  Pengembangan program latihan
c)  Keamanan
2. Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat dikurangi atau
dicegah dengan intervensi keperawatan.  Keberhasian intervensi berasal dari suatu
pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap
imobilitas dan penuaan.  Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008.  Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.  Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : Salemba medika

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan : Binarupa
aksara

Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2007.  Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :Teori Dan Aplikasi
Dalam Praktek.  Jakarta: EGC

NANDA NIC NOC. 2013. Aplikasi Asuahan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis.  Yogyakarta: Mediaction Publishing

Rosidawati, dkk.  2008.  Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.  Jakarta: Salemba Medika

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi
4  volume 1. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai