OLEH:
Zulfa Makhatul Ilmi, S.Kep
NIM 122311101024
LEMBAR PENGESAHAN
NIM
Judul
: 122311101024
: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA PASIEN DENGAN SIROSIS
HEPATIS DI RUANG/UNIT ANGGREK RUMAH SAKIT
BALADHIKA HUSADA Tk. III JEMBER
TIM PEMBIMBING
Pembimbing Akademik,
Pembimbing Klinik,
NIP..............................................
NIP............................................
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia: Gangguan Aktivitas
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
sistem persarafan dan muskuloskeletal. Kebutuhan aktivitas (pergerakan)
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan kebutuhan dasar dan
tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang lain seperti istirahat.
Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan
sehat. Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya
dalam melakukan berbagai aktivitas seperti misalnya berdiri, berjalan dan bekerja.
Kemampuan aktivitas seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan sistem
persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau
keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi
psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan (Nanda, 2015).
B. Epidemiologi
Menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata
prevalensi sirosis hati adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal
Penyakit Dalam, atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang
dirawat. Perbandingan prevalensi sirosis pada pria:wanita adalah 2,1:1 dan usia
rata-rata 44 tahun. Di negara berkembang, penyebab utama sisrosis hati adalah
virus hepatitis B dan C, selain itu konsumsi alkohol dan autoimun juga
mempengaruhi terjadinya sirosis hati. Penyakit perlemakan hati non alkoholik
(nonalcoholic steatohepatitis) NASH, yang lemaknya dalam hepatosit (sel-sel
hati) dapat menyebabkan komplikasi berupa peradangan atau inflamasi hati atau
fibrosis juga dapat menyebabkan terjadinya sirosis kriptogenik (PPHI, 2013).
C. Etiologi
1. Faktor fisiologis
a. Frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan
b. Tipe penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir
c. Status kardiopulmonar ( mis. Dispneu, nyeri dada )
d. Status musculoskeletal ( mis. Penurunan massa otot )
e. Pola tidur
f. Keberadaan nyeri, pengontrolan nyeri
g. Tanda-tanda vital: frekuensi pernapasan dan nadi kembali ke tingkat
istirahat dalam 5 menit setelah latihan, tekanan darah kembali seperti
semula dalam 5-10 menit setelah latihan
h. Tipe dan frekuensi aktivitas latihan
i. Kelainan hasil laboratorium seperti penurunan konsentrasi O2 arteri,
penurunan kadar hemoglobin, kadar elektrolit yang tidak normal
2. Faktor emosional
a. Suasasana hati (mood), depresi, cemas
b. Motivasi
c. Ketergantungan zat kimia (mis. Obat-obatan, alcohol, nikotin )
d. Gambaran diri
3. Faktor Perkembangan
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Kehamilan
d. Perubahan massa otot karena perubahan perkembangan
e. Perubahan system skeletal karena perubahan perkembangan.
Ostropsi vena
portal
Terbentuknya
varises esovagus,
lambung,
pembesaran limfe,
dan asites
Sirosis
hepatis
Pembuluh
ruptur
Pendarahan
lambung
Muntah darah
dan berak darah
Mual muntah
dan nafsu
makan
menurun
Hb
menurun
Plasma darah
menurun
Keseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kekurangan
volume cairan
Intoleransi
aktivitas
Anemis
F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan
yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan
saluran makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umum
a. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek
sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan
b. Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila
perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
c. Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis
selama belum ada darah.
d. Pengawasan tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu
dipasang CVP monitor.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk
mengikuti keadaan perdarahan.
f. Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
g. Pemberian obat hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,
karbasokrom (Adona AC) antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
(simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
h. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian
antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindakan sterilisasi usus.
Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi
2.
3.
4.
5.
6.
G. Penatalaksanaan Keperawatan
H.
I. JUDUL
K. PENGERTI
AN
J. ROM PASIF
L. Latihan pergerakan perawat atau petugas lain
yang menggerakkan persendian klien sesuai
dengan rentang geraknya
N. Menjaga fleksibilitas dari masing-masing
persendian
S. 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan
mengidentifikasi pasiendengan memeriksa
identitas pasien secara cermat.
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan,memberikan kesempatan kepada
pasien untuk bertanya dan menjawabseluruh
pertanyaan pasien.
3. Meminta pengunjung untuk meninggalkan
ruangan, memberi privasi pasien.
4. Mengatur posisi pasien sehingga merasa aman
dan nyaman
V. 1. Handuk kecil
2. Lotion/ baby oil
3. Minyak penghangat bila perlu (misal: minyak
telon
M. TUJUAN
O. PERSIAPA
N PASIEN
P.
Q.
R.
T. PERSIAPA
N ALAT
U.
W. PROSEDUR
PELAKSAN
AAN
X.
Y.
Z.
AA.
AB.
AC.
AD.
AE.
AF.
AG.
AH.
AI.
AJ.
AK.
AL.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
AX.
a. Prosedur umum
Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme.
Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau
memasang sketsel
Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang
akan And-kerjakan dan minta klien untuk dapat
bekerja sama.
Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar
memudahkar perawat dalam bekerja, terhindar dari
masalah pada penjajarar tubuh dan pergunakan selalu
prinsip-prinsip mekanik tubuh.
Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat
dengan perawat dar buka bagian tubuh yang akan
digerakkan.
Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan
pada masirymasing sisi tubuh.
Kembalikan pada posisi awal setelah masing-
AM.
AN.
AO.
AP.
AQ.
AR.
AS.
AT.
AU.
AV.
AW.
2.
Pergerakan bahu
Pegang pergerakan tangan dan siku penderita, lalu
angkat selebar bahu, putar ke luar dan ke dalam
Angkat tangan gerakan ke atas kepala dengan di
bengkokan, lalu kembali ke posisi awal
Gerakan tangan dengan mendekatkan lengan
kearah badan, hingga menjangkau tangan yang lain
Pergerakan siku
Buat sudut 90 0 pada siku lalu gerakan lengan
keatas dan ke bawah dengan membuat gerakan
setengah lingkaran
Gerakan lengan dengan menekuk siku sampai ke
dekat dagu
3.
Pergerakan tangan
Pegang tangan pasien seperti bersalaman, lalu
putar pergelangan tangan
Gerakan tangan sambil menekuk tangan ke bawah
Gerakan tangan sambil menekuk tangan keatas
4.
Pergerakan jari tangan
Putar jari tangan satu persatu
Pada ibu jari lakukan pergerakan menjauh dan
mendekat dari jari telunjuk, lalu dekatkan pada jari
jari yang lain.
5.
Pergerakan kaki
Pegang pergelangan kaki dan bawah lutut kaki lalu
angkat sampai 30 o lalu putar
Term
BC.
1. Mengevaluasi hasil tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat
semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
BD.
BE.
N
BJ.
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BF.Diagnosa
Keperawatan
BK.
Intoleransi
aktivitas
BL.
Batasan
karakteristik:
Dispnea setelah
beraktifitas
Keletihan
Ketidaknyamanan
setelah beraktivitas
Perubahan EKG
(aritmia, abnormalitas
konduksi, iskemia)
Respon frekuensi
jantung abnormal
terhadap aktivitas
Respon tekanan darah
BG.
NOC
1. Toleransi
terhadap
akivitas
2. Daya tahan
3. Energi psikomotor
4. Tingkat
ketidaknyamanan
5. Kelelahan:efek
yang
mengganggu
6. Tingkat kelelahan
7. Istrahat
8. Perawatan diri : ADL
9. Tanda-tanda vital
BH.
NIC
abnormal terhadap
aktivitas
BM. Faktor yang
berhubungan:
1. Gaya hidup kurang
gerak
2. Imobilitas
3. Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Tirah baring
BN.
BR. CP.Ketidakseimbanga
2
n nutrisi: kurang
dari
kebutuhan
BS.
tubuh
BT.
CQ.
Batasan
BU.
karakteristik:
BV.
1. Berat badan 20% atau
BW.
BX. lebih di bawah rentang
BY. berat badan ideal
2. Bising usus hiperaktif
BZ.
3. Cepat kenyang setelah
CA.
CB. makan
4. Diare
CC.
5. Gangguan sensasi rasa
CD.
6. Kehilangan rambut
CE.
CF. berlebihan
7. Kelemahan otot
CG.
CH. pengunyah
CI.8. Kelemahan otot untuk
CJ. menelan
9. Kerapuhan kapiler
CK.
10. Kesalahan informasi
CL.
11. Kesalahan persepsi
CM.
12. Ketidakmampuan
CN.
CO. memakan makanan
13. Kram abdomen
14. Kurang informasi
15. Kurang minat pada
makanan
16. Membran mukosa
pucat
CU.
Nafsu
makan
CV.
Indikator:
a. Hasrat/keinginan untuk
makan
b. Mencari makanan
c. Menyenangi makanan
d. Merasakan makanan
e. Energi untuk makan
f. Intake makanan
g. Intake untrisi
h. Intake cairan
i. Rangsangan
untuk
makan
CW.
CX. Mual & muntah:
efek yang mengganggu
CY.
Indikator:
a. Asupan cairan menurun
b. Asupan
makanan
berkurang
c. Output urin menurun
d. Kehilangan selera makan
e. Perubahan status nutrisi
f. Penurunan berat badan
g. Gangguan aktivitas fisik
a. Manajemen Mual
Observasi tanda-tanda
dari ketidaknyamanan
Identifikasi faktor-faktor y
menyebabkan atau ber
terhadap mual
Pastikan bahwa obat
yang efektif diberika
mencegah mual bila memu
Kendalikan faktor-faktor l
yang mungkin membangki
Tingkatkan istirahat dan t
cukup
untuk
me
pengurangan mual
Dorong pola makan den
sedikit makanan yang me
pasien
Timbang BB secara teratur
Monitor efek dari manaje
secara keseluruhan
CZ.
b. Manajemen Muntah
Kaji
emesis
terkait
konsistensi, akan adany
waktu, dan sejauh mana
emesis
Ukur atau perkirakan volum
Sarankan membawa kanto
untuk menampung muntah
Identifikasi faktor-faktor y
menyebabkan atau ber
terhadap terhadap muntah
Pastikan obat antieme
efektif diberikan untuk
muntah bila memungkinka
Kendalikan faktor-faktor l
yang mungkin memb
keinginan untuk muntah
Posisikan untuk mencegah
Pertahankan jalan nafas lew
Berikan dukungan fisik
muntah
Berikan kenyamanan selam
muntah
Tunggu minimal 30 men
episode
muntah
menawarkan minum kepad
Monitor keseimbangan c
elektrolit
Dorong istirahat
Beri suplemen nutris
mempertahankan berat b
diperlukan
Timbang BB secara teratur
Monitor efek manajeme
secara menyeluruh
DA.
c. Manajemen Nutrisi
Tentukan status gizi pa
kemampuan
untuk
kebutuhan gizi
Identifikasi alergi atau
makanan yang dimiliki pas
Tentukan
apa
yang
preferensi makanan bagi pa
Ciptakan lingkungan yan
pada saat mengkonsumsi m
Anjurkan pasien untuk du
posisi tegak di ku
memungkinkan
DE.
2
DF.Kekurangan
volume cairan
DG.
Batasan
karakteristik:
DI. Keseimbangan
cairan
1. Tekanan darah
2. Denyut nadi radial
1.
2.
3.
4.
Haus
Kelemahan
Kulit kering
Membran mukosa
kering
5. Peningkatan frekuensi
nadi
6. Peningkatan hematokrit
7. Peningkatan
konsentrasi urine
8. Peningkatan suhu
tubuh
9. Penurunan haluaran
urin
10. Penurunan pengisian
vena
11. Penurunan tekanan
darah
12. Penurunan tekanan
nadi
13. Penurunan turgor kulit
14. Perubahan status
mental
DH.
Faktor
yang
berhubungan:
1. Kegagalan mekanisme
regulasi
2. Kehilangan cairan aktif
DM.
3. Keseimbangan intake
output dalm 24 jam
4. Berat badan stabil
5. Turgor kulit
6. Keembaban membran
mukosa
DN.
DO.
Daftar Pustaka
Bulechek, Gloria M et al. 2013. Nursing Intervention Classification
(NIC). United Kingdom: Elsevier.
DP.
DQ.
DR.
DS.
DT.
DU.