Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS KDP

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


AKTIVITAS PADA PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATIS
DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT Tk. III
BALADHIKA HUSADA JEMBER

OLEH:
Zulfa Makhatul Ilmi, S.Kep
NIM 122311101024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER JEMBER
2016

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus berikut dibuat oleh:


Nama

: Zulfa Makhatul Ilmi, S.Kep

NIM
Judul

: 122311101024
: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA PASIEN DENGAN SIROSIS
HEPATIS DI RUANG/UNIT ANGGREK RUMAH SAKIT
BALADHIKA HUSADA Tk. III JEMBER

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:


Hari
:
Tanggal :

Jember, ......................... 2016

TIM PEMBIMBING
Pembimbing Akademik,

Pembimbing Klinik,

NIP..............................................

NIP............................................

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar


Epidemiologi
Etiologi
Tanda dan Gejala
Patofisiologi dan Clinical Pathway
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
b. Perencanaan/Nursing Care Plan
H. Daftar Pustaka

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia: Gangguan Aktivitas
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
sistem persarafan dan muskuloskeletal. Kebutuhan aktivitas (pergerakan)
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan kebutuhan dasar dan
tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang lain seperti istirahat.
Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan
sehat. Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya
dalam melakukan berbagai aktivitas seperti misalnya berdiri, berjalan dan bekerja.
Kemampuan aktivitas seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan sistem
persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau
keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi
psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan (Nanda, 2015).
B. Epidemiologi
Menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata
prevalensi sirosis hati adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal
Penyakit Dalam, atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang
dirawat. Perbandingan prevalensi sirosis pada pria:wanita adalah 2,1:1 dan usia
rata-rata 44 tahun. Di negara berkembang, penyebab utama sisrosis hati adalah
virus hepatitis B dan C, selain itu konsumsi alkohol dan autoimun juga
mempengaruhi terjadinya sirosis hati. Penyakit perlemakan hati non alkoholik
(nonalcoholic steatohepatitis) NASH, yang lemaknya dalam hepatosit (sel-sel
hati) dapat menyebabkan komplikasi berupa peradangan atau inflamasi hati atau
fibrosis juga dapat menyebabkan terjadinya sirosis kriptogenik (PPHI, 2013).

C. Etiologi
1. Faktor fisiologis
a. Frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan
b. Tipe penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir
c. Status kardiopulmonar ( mis. Dispneu, nyeri dada )
d. Status musculoskeletal ( mis. Penurunan massa otot )
e. Pola tidur
f. Keberadaan nyeri, pengontrolan nyeri
g. Tanda-tanda vital: frekuensi pernapasan dan nadi kembali ke tingkat
istirahat dalam 5 menit setelah latihan, tekanan darah kembali seperti
semula dalam 5-10 menit setelah latihan
h. Tipe dan frekuensi aktivitas latihan
i. Kelainan hasil laboratorium seperti penurunan konsentrasi O2 arteri,
penurunan kadar hemoglobin, kadar elektrolit yang tidak normal
2. Faktor emosional
a. Suasasana hati (mood), depresi, cemas
b. Motivasi
c. Ketergantungan zat kimia (mis. Obat-obatan, alcohol, nikotin )
d. Gambaran diri
3. Faktor Perkembangan
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Kehamilan
d. Perubahan massa otot karena perubahan perkembangan
e. Perubahan system skeletal karena perubahan perkembangan.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala nutisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut Nanda (2015) antara
lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dispnea setelah beraktifitas


Keletihan
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
Perubahan EKG (aritmia, abnormalitas konduksi, iskemia)
Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Infeksi virus
hepatitis B/C
Peradangan hati
dan nekrosisi
sel-sel hati
Meluasnya
jaringan fibrosis
Hipertensi
portal

Ostropsi vena
portal

Terbentuknya
varises esovagus,
lambung,
pembesaran limfe,
dan asites

Sirosis
hepatis
Pembuluh
ruptur
Pendarahan
lambung
Muntah darah
dan berak darah

Mual muntah
dan nafsu
makan
menurun

Hb
menurun
Plasma darah
menurun

Keseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Kekurangan
volume cairan

Intoleransi
aktivitas

Anemis

F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan
yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan
saluran makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umum
a. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek
sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan
b. Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila
perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
c. Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis
selama belum ada darah.
d. Pengawasan tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu
dipasang CVP monitor.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk
mengikuti keadaan perdarahan.
f. Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
g. Pemberian obat hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,
karbasokrom (Adona AC) antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
(simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
h. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian
antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindakan sterilisasi usus.
Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi
2.
3.
4.
5.
6.

amoniak oleh bakteri usus, dan dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.


Pemasangan pipa naso-gastrik
Pemberian pitresin (vasopresin)
Pemasangan balon SB Tube
Pemakaian bahan sklerotik
Tindakan operasi

G. Penatalaksanaan Keperawatan

H.
I. JUDUL
K. PENGERTI
AN

J. ROM PASIF
L. Latihan pergerakan perawat atau petugas lain
yang menggerakkan persendian klien sesuai
dengan rentang geraknya
N. Menjaga fleksibilitas dari masing-masing
persendian
S. 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan
mengidentifikasi pasiendengan memeriksa
identitas pasien secara cermat.
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan,memberikan kesempatan kepada
pasien untuk bertanya dan menjawabseluruh
pertanyaan pasien.
3. Meminta pengunjung untuk meninggalkan
ruangan, memberi privasi pasien.
4. Mengatur posisi pasien sehingga merasa aman
dan nyaman
V. 1. Handuk kecil
2. Lotion/ baby oil
3. Minyak penghangat bila perlu (misal: minyak
telon

M. TUJUAN

O. PERSIAPA
N PASIEN
P.
Q.
R.

T. PERSIAPA
N ALAT
U.
W. PROSEDUR
PELAKSAN
AAN
X.
Y.
Z.
AA.
AB.
AC.
AD.
AE.
AF.
AG.
AH.
AI.
AJ.
AK.
AL.

SOP ROM PASIF

1.
2.
3.

4.

5.

6.
7.

AX.
a. Prosedur umum
Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme.
Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau
memasang sketsel
Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang
akan And-kerjakan dan minta klien untuk dapat
bekerja sama.
Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar
memudahkar perawat dalam bekerja, terhindar dari
masalah pada penjajarar tubuh dan pergunakan selalu
prinsip-prinsip mekanik tubuh.
Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat
dengan perawat dar buka bagian tubuh yang akan
digerakkan.
Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan
pada masirymasing sisi tubuh.
Kembalikan pada posisi awal setelah masing-

AM.
AN.
AO.
AP.
AQ.
AR.
AS.
AT.
AU.
AV.
AW.

masing gerakan. Ulangi masing-masing gerakari 3


kali.
8.

Selama latihan pergerakan, kaji


kemampuan untuk menoleransi gerakan;
rentang gerak (ROM) dari masing-masing
perserudian yang bersangkutan.
9.
Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan
ketahanart tubuh terhadap latihan.
10.
Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak
diharapkan atau perubahan pada pergerakan klien,
misalnya adanya kekakuan dan kontraktur.
AY.b. Prosedur Khusus
1.

2.

Pergerakan bahu
Pegang pergerakan tangan dan siku penderita, lalu
angkat selebar bahu, putar ke luar dan ke dalam
Angkat tangan gerakan ke atas kepala dengan di
bengkokan, lalu kembali ke posisi awal
Gerakan tangan dengan mendekatkan lengan
kearah badan, hingga menjangkau tangan yang lain

Pergerakan siku
Buat sudut 90 0 pada siku lalu gerakan lengan
keatas dan ke bawah dengan membuat gerakan
setengah lingkaran
Gerakan lengan dengan menekuk siku sampai ke
dekat dagu
3.
Pergerakan tangan
Pegang tangan pasien seperti bersalaman, lalu
putar pergelangan tangan
Gerakan tangan sambil menekuk tangan ke bawah
Gerakan tangan sambil menekuk tangan keatas
4.
Pergerakan jari tangan
Putar jari tangan satu persatu
Pada ibu jari lakukan pergerakan menjauh dan
mendekat dari jari telunjuk, lalu dekatkan pada jari
jari yang lain.
5.
Pergerakan kaki
Pegang pergelangan kaki dan bawah lutut kaki lalu
angkat sampai 30 o lalu putar

Gerakan lutut dengan menekuknya sampai 90 o


Angkat kaki lalu dekatkan kekaki yang satu
kemudian gerakan menjauh
Putar kaki ke dalam dan ke luar
Lakukan penekanan pada telapak kaki keluar dan
kedalam
Jari kaki di tekuk tekuk lalu di putar
6.
Pergerakan Leher
Pegang pipi pasien lalu gerakan kekiri dan
kekanan
Gerakan leher menekuk kedepan dan kebelakang
AZ.
inasi
BA.
BB.

Term

BC.
1. Mengevaluasi hasil tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat
semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

BD.
BE.
N

BJ.
1

1.
2.
3.
4.

5.

6.

BF.Diagnosa
Keperawatan

BK.
Intoleransi
aktivitas
BL.
Batasan
karakteristik:
Dispnea setelah
beraktifitas
Keletihan
Ketidaknyamanan
setelah beraktivitas
Perubahan EKG
(aritmia, abnormalitas
konduksi, iskemia)
Respon frekuensi
jantung abnormal
terhadap aktivitas
Respon tekanan darah

BG.

NOC

1. Toleransi
terhadap
akivitas
2. Daya tahan
3. Energi psikomotor
4. Tingkat
ketidaknyamanan
5. Kelelahan:efek
yang
mengganggu
6. Tingkat kelelahan
7. Istrahat
8. Perawatan diri : ADL
9. Tanda-tanda vital

BH.

NIC

BO. Increase Training: Str


Training
1. Bantu mengembangkan pro
latihan kekuatan yang sesua
tingkat kebugaran otot, ham
muskuloskeletal seperti RO
miring kanan dn kiri;
2. Spesifikkan tingkat resisten
pengulangan, jumlah latiha
frekuensi dari sesi latihan m
level kebugaran dan ada ata
tidaknya faktor risiko;
3. Instruksikan untuk beristira
sejenak setiap selesai latiha
diperlukan.
BP.
Assistance with Perso

abnormal terhadap
aktivitas
BM. Faktor yang
berhubungan:
1. Gaya hidup kurang
gerak
2. Imobilitas
3. Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Tirah baring
BN.
BR. CP.Ketidakseimbanga
2
n nutrisi: kurang
dari
kebutuhan
BS.
tubuh
BT.
CQ.
Batasan
BU.
karakteristik:
BV.
1. Berat badan 20% atau
BW.
BX. lebih di bawah rentang
BY. berat badan ideal
2. Bising usus hiperaktif
BZ.
3. Cepat kenyang setelah
CA.
CB. makan
4. Diare
CC.
5. Gangguan sensasi rasa
CD.
6. Kehilangan rambut
CE.
CF. berlebihan
7. Kelemahan otot
CG.
CH. pengunyah
CI.8. Kelemahan otot untuk
CJ. menelan
9. Kerapuhan kapiler
CK.
10. Kesalahan informasi
CL.
11. Kesalahan persepsi
CM.
12. Ketidakmampuan
CN.
CO. memakan makanan
13. Kram abdomen
14. Kurang informasi
15. Kurang minat pada
makanan
16. Membran mukosa
pucat

1. Monitor kemampuan peraw


secara mandiri;
2. Monitor kebutuhan klien te
kebersihan diri, alat bantu
berpakaian, berdandan, elim
dan makan;
3. Dorong klien untuk melaku
aktivitas normal sehari-hari
batas kemampuan klien.

CU.
Nafsu
makan
CV.
Indikator:
a. Hasrat/keinginan untuk
makan
b. Mencari makanan
c. Menyenangi makanan
d. Merasakan makanan
e. Energi untuk makan
f. Intake makanan
g. Intake untrisi
h. Intake cairan
i. Rangsangan
untuk
makan
CW.
CX. Mual & muntah:
efek yang mengganggu
CY.
Indikator:
a. Asupan cairan menurun
b. Asupan
makanan
berkurang
c. Output urin menurun
d. Kehilangan selera makan
e. Perubahan status nutrisi
f. Penurunan berat badan
g. Gangguan aktivitas fisik

a. Manajemen Mual
Observasi tanda-tanda
dari ketidaknyamanan
Identifikasi faktor-faktor y
menyebabkan atau ber
terhadap mual
Pastikan bahwa obat
yang efektif diberika
mencegah mual bila memu
Kendalikan faktor-faktor l
yang mungkin membangki
Tingkatkan istirahat dan t
cukup
untuk
me
pengurangan mual
Dorong pola makan den
sedikit makanan yang me
pasien
Timbang BB secara teratur
Monitor efek dari manaje
secara keseluruhan
CZ.
b. Manajemen Muntah
Kaji
emesis
terkait
konsistensi, akan adany
waktu, dan sejauh mana
emesis
Ukur atau perkirakan volum
Sarankan membawa kanto
untuk menampung muntah

17. Nyeri abdomen


18. Penurunan berat badan
dengan asupan
makanan adekuat
19. Sariawan rongga mulut
20. Tonus otot menurun
CR.
CS.
Faktor
yang
berhubungan :
1. Faktor biologis
2. Faktor ekonomi
3. Gangguan psikososial
4. Ketidakmampuan
makan
5. Ketidakmampuan
mencerna makanan
6. Ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien
CT.

Identifikasi faktor-faktor y
menyebabkan atau ber
terhadap terhadap muntah
Pastikan obat antieme
efektif diberikan untuk
muntah bila memungkinka
Kendalikan faktor-faktor l
yang mungkin memb
keinginan untuk muntah
Posisikan untuk mencegah
Pertahankan jalan nafas lew
Berikan dukungan fisik
muntah
Berikan kenyamanan selam
muntah
Tunggu minimal 30 men
episode
muntah
menawarkan minum kepad
Monitor keseimbangan c
elektrolit
Dorong istirahat
Beri suplemen nutris
mempertahankan berat b
diperlukan
Timbang BB secara teratur
Monitor efek manajeme
secara menyeluruh
DA.
c. Manajemen Nutrisi
Tentukan status gizi pa
kemampuan
untuk
kebutuhan gizi
Identifikasi alergi atau
makanan yang dimiliki pas
Tentukan
apa
yang
preferensi makanan bagi pa
Ciptakan lingkungan yan
pada saat mengkonsumsi m
Anjurkan pasien untuk du
posisi tegak di ku
memungkinkan

DE.
2

DF.Kekurangan
volume cairan
DG.
Batasan
karakteristik:

DI. Keseimbangan
cairan
1. Tekanan darah
2. Denyut nadi radial

Anjurkan keluarga untuk


makanan favorit pasien
berada di rumah sakit ata
perawatan, yang sesuai
Bantu pasien membuka
makanan, memotong mak
makan, jika diperlukan
Monitor kalori dan asupan
Monitor kecenderungan
penurunan dan kenaikan be
Berikan arahan, bila diperl
DB.
d. Manajemen Gangguan M
Kolaborasi dengan tim
lain untuk mengembangk
perawatan dengan meliba
dan orang-orang terdekatny
Tentukan pencapaian be
harian sesuai keinginan
Ajarkan dan dukung kons
yang baik dengan klien
Kembangkan
hubunga
mendukung dengan klien
Monitor tanda-tanda fisiolo
Timbang BB secara rutin
Monitor intake/asupan da
cairan secara tepat
Monitor perilaku klien ber
dengan pola makan, pe
dan kehilangan berat badan
Berikan
dukungan
peningkatan berat ba
perilaku yang meningkat
badan
DC. Batasi aktifitas fisi
kebutuhan untuk meningka
badan
DJ.Manajemen Elektroli

1. Pantau kadar serum elektro


abnormal

1.
2.
3.
4.

Haus
Kelemahan
Kulit kering
Membran mukosa
kering
5. Peningkatan frekuensi
nadi
6. Peningkatan hematokrit
7. Peningkatan
konsentrasi urine
8. Peningkatan suhu
tubuh
9. Penurunan haluaran
urin
10. Penurunan pengisian
vena
11. Penurunan tekanan
darah
12. Penurunan tekanan
nadi
13. Penurunan turgor kulit
14. Perubahan status
mental
DH.
Faktor
yang
berhubungan:
1. Kegagalan mekanisme
regulasi
2. Kehilangan cairan aktif
DM.

3. Keseimbangan intake
output dalm 24 jam
4. Berat badan stabil
5. Turgor kulit
6. Keembaban membran
mukosa

2. Monitor perubahan status p


jantung yang menunjukkan
3. Timbang berat badan ideal
pantau gejala
4. Berikan cairan yang sesuai
5. Tingkatkan intake atau cair
oral
DK.

DN.
DO.

Daftar Pustaka
Bulechek, Gloria M et al. 2013. Nursing Intervention Classification
(NIC). United Kingdom: Elsevier.

DP.

Herdman, T. Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis


keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

DQ.

Moorhead,Sue et al. 2013. Nusing Outcomes Classification. United


Kingdom: Elsevier.

DR.

Sylvia, A Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Keperawatan.Edisi 6.Jakarta : EGC.

DS.

Wartonah, Tarwoto. 2006. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika.

DT.
DU.

Anda mungkin juga menyukai