Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

(GANGGUAN ELIMINASI URINE) PADA PASIEN DENGAN


BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)
DI RSUD HAULUSSY AMBON

DISUSUN OLEH

ENDANG MINALDI SOEKARNO

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STIKES) MALUKU HUSADA

TAHUN 2021
A. PENGERTIAN
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa- sisa metabolisme tubuh.
Pembuangan ini dapat melalui urine ataupun bowel. Eliminasi merupakan
pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi–
fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra [ CITATION
War12 \l 1033 ]. Gangguan eliminasi merupakan keadaan ketika individu mengalami
atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi[CITATION Car14 \l 1033 ]
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal yang berperan sebagai pengatur
komposisi dan volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah untuk
dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh
dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat–zat yang tidak diperlukan
oleh tubuh. Pada bagian ginjal terdapat nefron yang merupakan unit dari
struktur ginjal dan melalui nefron ini urine disalurkan ke dalam bagian
pelvis ginjal, kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih [ CITATION
Ali15 \l 1033 ]
2. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan kantong yang terdiri atas otot halus yang
berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat lapisan jaringan
otot yang paling dalam disebut dekstrusor yang berfungsi untuk
mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi. Dalam kandung kemih juga
terdapat lapisan tengah jaringan otot berbentuk lingkaran bagian dalam yang
disebut otot lingkar yang berfungsi menjaga saluran antara kandung
kemih dengan uretra, sehingga uretra dapat menyalurkan urien dari kandung
kemih ke luar tubuh [ CITATION War12 \l 1033 ]
3. Uretra
Uretra merupakan oragan yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian
luar. Fungsi uretra pada wanita berbeda dengan fungsi uretra pada pria. Pada pria
uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi,
berukuran panjang 13,7–16,2 cm, dan terdiri atas tiga bagian, yaitu prostat,
selaput (membran) dan bagian yang berongga (ruang). Pada wanita, uretra
memiliki panjang 3,7–6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan
urine ke bagian luar tubuh [ CITATION Ali15 \l 1033 ].
Menurut Tarwoto (2012) Berkemih adalah proses pengosongan vesika
urinaria (kandung kemih). Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urine dalam
vesika urinaria yang merangsang saraf–saraf sensorik dalam dinding vesika
urinaria (bagian reseptor). Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria
berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan, melalui medula spinalis
dihantarkan ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebral,
kemudian otak memberikan impuls / rangsangan melalui medulla spinalis ke
neuromotoris di daerah sakral, serta terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi
otot sfingter internal. Komposisi urine :
1. Air (96 %)
2. Larutan (4 %)
a. Larutan organik terdiri dari Urea, ammonia, kreatin, dan urine acid.
b. Larutan anorganik terdiri dariNatrium (sodium), klorida, kalium (potasium),
sulfat, magnesium dan fosfor. Natrium klorida merupakan garam
anorganik yang paling banyak.
C. PROSES KEBUTUHAN MANUSIA SESUAI KASUS
1. Latihan kandung kemih (bladder training)
Merupakan terapi nonfarmakologi yang efektif dibanding terapi yang
lainnya. Dengan melakukan latihan kandung kemih yang baik akan membantu
penderita inkontinensia urin dalam jadwal berkemih sehingga menurunkan
frekuensi berkemih. Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang
normal dengan berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi
berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Penderita
diinstruksikan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula tiap jam,
selanjutnya interval berkemih diperpanjang secara bertahap sampai penderita
ingin berkemih setiap 2-3 jam. Akan tetapi, sekali lagi ditekankan bahwa ini
hanya berhasil bila ada motivasi yang kuat dari penderita untuk berlatih menahan
keluarnya urin dan hanya berkemih pada interval waktu tertentu [ CITATION Sri18 \l
1033 ]
Bladder training dapat meningkatkan jumlah yang dapat ditahan oleh
kandung kemih dan dapat mengontrol bila terjadi urgency. Cara memulai latihan
kandung kemih adalah segera pergi ke toilet ketika merasa ingin buang air kecil
dan tunggu lima menit sebelum buang air kecil. Kemungkinan tidak akan mudah
saat melakukan untuk pertama kalinya. Pelan-pelan saja untuk memulainya,
tunggu jarak periode antara lima ke sepuluh menit. Jumlahkan menit sampai tiga
puluh menit. Kosongkan kandung kemih ketika kandung kemih terisi penuh
[ CITATION Sri18 \l 1033 ].
2. Senam kegel
Senam kegel merupakan latihan dalam bentuk seri untuk membangun kembali
kekuatan otot dasar panggul, memberikan bantuan yang signifikan dari rasa sakit
vestibulitis vulva, dan, dalam banyak kasus, 5 6 memungkinkan pasien untuk
terlibat dalam aktivitas seksual yang normal. Senam kegel bertujuan untuk
menguatkan otot dasar panggul dan mengatasi stres inkontinensia urin. [ CITATION
Wid12 \l 1033 ]
3. Pemasangan Kateter
Pemasangan kateter atau kateterisasi, adalah pemasangan alat berupa selang
kecil tipis yang dimasukkan ke dalam saluran kencing, untuk memudahkan pasien
yang menderita penyakit tertentu sehingga bisa buang air kecil dengan mudah.
D. PATHWAY [ CITATION Sho17 \l 1033 ]

Proses peradangan, Iskemik atau traumatic pada uretra

Terbentuknya jaringan parut pada uretra

Penyempitan Lumen Uretra

Respon Obstruksi :
-Pancaran Miksi Lemah
-Intermitensi
-Miksi menetes
-Miksi tidak puas
-Pembengkakan Penis

GANGGUAN PEMENUHAN ELIMINASI URINE


E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output
urine (jumlah urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urin yang
dibentuk. Selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi eliminasi urine menurut
[ CITATION Uni16 \l 1033 ]
1) Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasan mengabaikan keinginan awal utnuk berkemih dapat menyebabkan urin
banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria
dan jumlah pengeluaran urine
2) Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal
ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
3) Stress psikologis
Meningkatkan stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine
yang diproduksi.
4) Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk fungsi
sphincter. Kemampuan tonus otot di dapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya
tonus otot vesika urinearia dapat menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemih menurun.
5) Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.
Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami mengalami
kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan dalam
mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia.
6) Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes mellitus. g)
Sosiokultural Budaya dapat memegaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,
seperti adanya kultur pada pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang
air kecil di tempat tertentu.
7) Kebiasaan seseorang
Seseorng yang memiliki kebiasaan berkemh di toilet, biasanya mengalami
kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan
sakit.
8) Tonus otot
Tonus otot yang berperan penting dlam membantu proses berkemih adalah otot
kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine
9) Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari
pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine.
10) Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan
atau penurunan proses perkemihan.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN [ CITATION Ami16 \l 1033 ]
“Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung
kemih ataupun struktur buranius lain”
G. INTERVENSI [ CITATION Ami16 \l 1033 ]
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Gangguan eliminasi urine NOC : NIC
Batasan karakteristik : Urinary elimination Manajemen Eliminasi Urine
- Disuria Urinary contiunence Observasi
- Sering berkemih Kriteria hasil : 1. Identifikasi tanda dan gejela retensi
- Inkontinensia - Kandung kemih urine atau inkontinensia
- Nokturi retensi kosong secara 2. Identifikasi faktor yang
Faktor yang berhubungan : penuh menyebabkan retensi urine atau
- Obstruksi - Tidak ada residu inkontinensia
- Gangguan sensori urine > 100- 3. Monitor eliminasi urine
motoric 200cc Teraupetik
- Infeksi saluran - Intake output 1. Catat waktu dan haluaran berkemih
kemih normal 2. Batasi asupan cairan
- Bebas dari ISK 3. Ambil sampel urine tengah
- Tidak ada spasme
blader Edukasi
- Balance cairan 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
seimbang saluran kemih
2. Ajarkan mengukur haluaran cairan
dan urine
3. Ajarkan mengenali tanda atau waktu
berkemih
4. Ajarkan terrapin modalitas penguat
otot panggul
5. Anjurkan minum yang cukup
6. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemeberian obat
supositoria uretra

DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Carpenito, J. (2013). nursing diagnosis:Aplication to Clinical Practice Edisi 9. Philadelphia:


Lippincott.

Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta: MediAction.

Ponorogo, U. M. (2016). Modul Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jawa Timur: Fakultas
Ilmu Kesehatan.

Shotaro, R. (2017). Pathway Strikur Uretra. https://independent.academia.edu/shotaroriyudo.

Tarwoto, W. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Widiastuti. (2012). Pengaruh senam kegel terhadap inkontinensia uriine. Jurnal Kesehatan.

Wulandari, S. (2018). Pengaruh Latihan Bladder Training terhadap penurunan Inkontinensia


pada lanjut usia di panti werda Dharma Bakti Surakarta. Jurnal Kesehatan, 4.

Anda mungkin juga menyukai