Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A
DENGAN DIAGNOSA POST OP HILD H1 DI RUANG WIRASAKTI
RUMKIT TK. II Prof. dr. J. A. LATUMETEN

DISUSUN OLEH

UPIK SARTIKA PUTRI

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STIKES) MALUKU HUSADA

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

1.1 Konsep Dasar Penyakit Hernia


1.1.1 Defenisi
Secara umum hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia yang
paling sering terjadi yaitu hernia inguinalis atau sering disebut sebagai turun
berok merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan penonjolan
jaringan lunak, biasanya usus, melalui bagian yang lemah atau robek di bagain
bawah dinding perut di lipatan paha (Amin Huda, 2016)
Secara sederhana hernia merupakan kondisi keluarnya sebagian usus dari
rongg perut sehingga membentuk tonjolan yang bisa terlihat dan teraba dari luar.
1.1.2 Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2013) Penyebab pasti hernia masih belum diketahui,
tetapi ada beberapa faktor predisposisi yang dihubungkan dengan peningkatan
risiko hernia, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Peningkatan tekanan intraabdomen
Banyak faktor yang dapat meningkatkan tekanan intraabdomen. Tekanan
abdomen dengan intesitas tinggi seperti pada batuk atau muntah berat,
kehamilan, obesitas, cairan intraabdomen, atau mengangkat benda berat
meningkatkan dorongan dan beresiko terjadi hernia.
2) Kelemahan kongenital
Defek kongenital pada sfingter kardia memberikan predisposisi melemahnya
bagian ini dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen, maka kondisi
hernia menjadi meningkat.
3) Peningkatan usia
Kelemahan otot dan kehilangan elastisitas pada usia lanjut meningkatkan risiko
terjadinya hernia sehingga dengan melemahnya elastisitas, sfingter kardia yang
terbuka luas tidak dapat kembali ke posisi normal.
1.1.3 WOC (Amin Huda, 2016)

Faktor pencetus : peningkatan tekanan intraabdomen,


kelemahan kongenital dan peningkatan usia

HERNIA

Hernia umbilikalis Hernia paraumbilikalis Hernia inguinalis


kongenital
Masuknya omentum Kantung hernia melewati Kantung hernia melewati celah
organ intestisinal ke dinding abdomen inguinal
kantung umbilikus

Prostusi hilang timbul Dinding posterior kanalis


Gangguan suplai darah inguinal yang lemah
ke intestinal
Ketidaknyamanan
abdominal Benjolan pada region
Nekrosis intestinal inguinal

Intervensi bedah
relative/konservatif Diatas ligamentum
inguinal mengecil
bila berbaring

ANSIETAS PEMBEDAHAN

Insisi bedah Asupan gizi kurang Mual

RESIKO PERDARAHAN Terputusnya Peristaltik usus Nafsu makan menurun


RESIKO INFEKSI jaringan menurun
saraf
Intake makanan
KONSTIPASI tidak adekuat
GANGGUAN NYERI
POLA TIDUR

DEFISIT NUTRISI
1.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Amin Huda (2016) Manifestasi klinik Hernia Inguinalis Lateralis
sebagai berikut :
1) Tampak adanya benjolan di lipatan paha atau perut bagian bawah dan benjolan
bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan oleh
keluarnya suatu organ.
2) Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat tersebut disertai
perasaan mual.
3) Nyeri akan mereda atau menghilang jika istirahat. Nyeri akan bertambah
hebat jika terjadi stranggulasi karena suplai darah ke daerah hernia terhenti
sehingga kulit menjadi merah dan panas.
4) Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kemih sehingga
menimbulkan gejala sakit saat BAK (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) di samping benjolan di bawah selah paha.
5) Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut di sertai
sesak nafas.
6) Bila klien mengejan atau batuk maka hernia akan bertambah besar
1.1.5 Pemeriksaan Diagnostik (Amin Huda, 2016)
1) Pemeriksaan darah lengkap akan menunjukkan peningkatan sel darah putih,
serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit)
dan ketidakseimbangan elektrolit.
2) Pemeriksaan koagulasi darah mungkin memanjang, mempengaruhi homeostatis
intraoperasi atau post operasi.
3) Pemeriksaan urine menunjukan munculnya sel darah merah atau bakteri yang
mengindikasikan adanya infeksi.
4) Elektrokardiografi (EKG) : Penemuan akan sesuatu yang tidak normal
memberikan prioritas perhatian untuk memberikan anastesi.
5) Sinar X abdomen : Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau
obstruksi usus
1.1.6 Penatalaksanaan (Amin Huda, 2016)
Terapi Konservatif :
1) Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara
hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat
dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan
yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan
isi hernia melalui hernia tadi.
2) Pemakaian penyangga/sabuk hernia
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai
seumur hidup.
Terapi Operatif :
1) Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlengkapan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
2) Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
3) Medikasi
Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri dan pemberian antiobiotik
untuk menyembuhkan infeksi.
Aktivitas dan diet
1) Aktivitas
Hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah
pembedahan
2) Diet
Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan sampai
saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi
seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk mencegah
sembelit dan mengejan selama buang air besar. Hindari kopi, teh, coklat,
minuman berkarbonasi, minuman beralkohol dan setiap makanan atau
bumbu yang memperburuk gejala
1.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan

1.2.1 Pengkajian (Wijaya, 2013)


1. Data Biografi
Pengkajian adalah suatu tahap awal dari proses keperawatan yang
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap
pengkajian merupakan dasar utama memberikan asuhan keperawatan sesuai
kebutuhan klien seperti identitas klien yang mencakup nama, umur, jenis
kelamin, agama, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain serta
identitas dari penanggungjawab.
2. Keluhan Utama
Adanya benjolan pada lipat paha atau nyeri hebat pada abdomen.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari hernia,
yang nantinya membantu dalam rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa di tentukan
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. merasa ada benjolan
di skrotum bagian kanan atau kiri dan kadang-kadang mengecil/menghilang.
Bila menangis, batuk, mengangkat beban berat akan timbul benjolan lagi,
timbul rasa nyeri pada benjolan dan timbul rasa kemeng disertai mual-muntah.
Akibat komplikasi terdapat shock, demam, asidosis metabolik, abses, fistel,
peritonitis. Pada pasien post operasi hernia juga akan merasakan nyeri dimana
nyeri tersebut adalah akut karena disebabkan oleh diskontinuitas jaringan akibat
tindakan pembedahan ( insisi pembedahan ).
4. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ lain,
dan penyakit lain yang memperberat Hernia seperti diabetes mellitus. Biasanya
Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun seperti: Penyakit Paru Obstruksi
Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia.
5. Pemeriksaan Range of system (B1-B6)
a. B1 pernapasan (Breathing)
Bentuk hidung simetris keadaan bersih tidak ada sekret, pergerakan dada
simetris, Irama nafas regular tetapi ketika nyeri timbul ada kemungkinan
terjadi nafas yang pendek dan cepat. Tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak
ada retraksi otot bantu nafas, gerakan fokal fremitus antara kanan dan kiri
sama, pada hernia inkarcerata dan strangulata di jumpai adanya peningkatan
RR (> 24 x /mnt) pada perkusi terdapat bunyi paru resonan, suara nafas
vesikuler tidak ada suara tambahan seperti ronkhi dan whezzing
b. B2 Kardiovaskuler (Blood)
Konjungtiva normal tidak terdapat sianosis, tidak ada peningkatan JVP,
tidak ada clubbing finger, CRT < 3 detik, tidak terdapat sianosis, peningkatan
frekuensi dan irama denyut nadi karena nyeri, terdapat bunyi jantung
pekak/redup, bunyi jantung tidak disertai suara tambahan, bunyi jantung
normal S1 S2 tunggal lup dup
c. B3 Persyarafan (Brain)
Umumnya pada pasien hernia tidak mengalami gangguan pada
persyarafannya, namun gangguan bisa terjadi dengan adanya nyeri pada post
operasi sehingga perlu dikaji nilai GCS.
d. B4 Perkemihan (Bladder)
Pada Post Operasi kaji apakah terdapat benjolan pada abdomen bagian
bawah / kandung kemih. Pada hernia inkarcerata dan strangulata di jumpai
penurunan produksi urine. Ada tidaknya nyeri tekan pada kandung kemih.
Kaji PQRST.
e. B5 Pencernaan (Bowel)
Dikaji mulai dari mulut sampai anus, tidak ada asites, pada pasien post-op
biasanya sudah tidak ada benjolan pada abdomen, pada pasien post-op
biasanya ada nyeri tekan, tidak ada distensi abdomen. Terdapat suara
tympani pada abdomen, Peristaltik usus 5-21x/menit.
f. B6 Muskuloskeletal (Bone)
Biasanya post operasi herniotomy secara umum tidak memiliki gangguan,
tetapi perlu dikaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah,dengan nilai
kekuatan otot (0-5), adanya kekuatan pergerakan atau keterbatasan gerak.
Terdapat lesi/ luka. Kaji keadaan luka apakah terdapat push atau tidak, ada
tidaknya infeksi, keadaan luka bersih atau lembab.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan (Amin Huda, 2016)
Pre op :
1. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan
Post op :
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka insisi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa tidak nyaman (nyeri)
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
5. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi
6. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
1.2.3 Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA NOC & KRITERIA HASIL NIC (INTERVENSI KEPERAWATAN)


O KEPERAWATAN (Sue Moorhead, 2016) (PPNI, 2018)
1 Ansietas berhubungan NOC : Tingkat Kecemasan Terapi Relaksasi Otot Progressif
dengan proses pembedahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama 1x8 jam diharapkan kecemasan 1. Identifikasi tempat yang tenang dan nyaman
klien berkurang sampai dengan hilang 2. Monitor secara berkala untuk memastikan otot rileks
dengan kriteri hasil : 3. Monitor adanya indicator tidak rileks (misalnya ada
1. Wajah tidak tegang gerakan atau pernapasan yang berat)
2. Klien tidak khawatir Terapeutik
3. Tekanan darah dalam batas normal 1. Atur lingkungan agar tidak ada gangguan saat terapi
4. Nadi dalam batas normal 2. Berikan posisi bersandar pada kursi atau posisi lainnya
5. Tidak berkeringat yang nyaman
6. Klien mengungkapkan kelegaan 3. Hentikan sesi relaksasi secara bertahap
4. Beri waktu kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang terapi
Edukasi
1. Anjurkan memakai pakaian yang nyaman dan tidak
sempit
2. Anjurkan melakukan relaksasasi otot rahang
3. Anjurkan klien untuk menegangkan otot selama 5-10
detik kemudian anjurkan untuk merilekskan otot 20-30
detik
4. Anjurkan menegangkan otot kaki selama tidak lebih dari
5 detik untuk menghindari kram otot
5. Anjurkan focus pada sensasi otot yang ditegangkan
6. Anjurkan klien untuk bernapas secara perlahan
2 Nyeri akut berhubungan NOC : Kontrol nyeri Manajemen nyeri
dengan agen adanya luka Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama 1x8 jam diharapkan nyeri teratasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
insisi dengan serta intensitas nyeri
Kriteri Hasil : 2. Identifikasi skala nyeri, serta respon nonverbal terhadap nyeri
1. Klien tampak rileks 3. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri
2. Mengenali kapan nyeri terjadi 4. Monitor efek penggunaan analgesic
menggambarkan faktor penyebab Teraupetik
3. Menggunakan tindakan pengurangan 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
(nyeri) tanpa analgesik 2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
4. Melaporkan perubahan terhadap gejala 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
nyeri /nyeri berkurang Edukasi
5. Melaporkan nyeri yang terkontrol 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesic

3 Gangguan pola tidur NOC : Pola Tidur Dukungan tidur


berhubungan dengan rasa Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
tidak nyaman (nyeri) selama 1x8 jam diharapkan pola tidur klien 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
tidak terganggu dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
1. Klien tidak sulit tidur 3. Identifikasi makanan atau minuman yang
2. Klien menyatakan puas tidur mengganggu pola tidur (misalnya kopi)
3. Klien tidak pusing 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
4. Klien tidak merasa mengantuk Teraupetik
yang berat di siang hari 1. Modifikasi lingkungan
2. Batasi waktu tidur siang
3. Lakukan prosedur unruk meningkatkan kenyamanan
misalnya pengaturan posisi, pijat dll.
Edukasi
1. Anjurkan menepati kebiasaan waktu ditur
2. Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang
dapat mengganggu tidur
3. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
4 Defisit Nutrisi berhubungan NOC : Status Nutrisi (asupan nutrisi) Manajemen Nutrisi
dengan intake yang tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
adekuat selama 1x8 jam diharapkan napsu makan 1. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
klien meningkat dengan kriteri hasil : 2. Identifikasi makanan yang di sukai
1. Porsi makan dihabiskan 3. Monitor asupan makanan
2. Klien tidak mual 4. Identifikasi perlunya pemasanagn NGT
3. Nafsu makan baik Teraupetik
4. Asupan makanan dan cairan baik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
5. Tidak ada gangguan menelan 2. Sajikan makanan yang menarik dengan suhu yang sesuai
6. Kekuatan otot mengunyah baik 3. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4. Berikan makanan yang tinggi kalori dan protein
5. Berikan suplemen makanan jika perlu
Edukasi
Anjurkan klien makan dengan posisi duduk
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

5 Konstipasi berhubungan NOC : Eliminasi Usus Manajemen Eliminasi Fekal


dengan penurunan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observaasi
peristaltik usus selama 1x8 jam diharapkan klien dapat 1. Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
BAB dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi pengobatan yang berefek pada
1. Pola eliminasi BAB meningkat gastrointestinal
2. Klien dapat BAB dengan mudah 3. Monitor BAB misalnya warna, frekuensi, volume dan
3. Feses tidak keras konsistensi
4. Tidak ada darah dalam feses 4. Monitor tanda diare, konstipasi atau impaksi
5. Tidak ada nyeri saat BAB Teraupetik
6. Warna dan konsistensi feses normal 1. Berikan air hangat setelah makan
2. Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
peristaltic usus
2. Anjurkan klien mencatat warna, frekuensi dan
kosnsistensi feses
3. Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik sesuai toleransi
4. Anjurkan pengurangan asupan makanan yang dapat
meningkatkan pembentukan gas
5. Anjurkan mengonsumsi makan yang tinggi serat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat supositoria anal

6 Resiko infeksi berhubungan NOC : Keparahan Infeksi Pencegahan infeksi


dengan adanya luka insisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama 1x8 jam diharapkan tidak terjadi Monitor tanda dan gejala lokal maupun sistemik
Teraupetik
infeksi dengan kriteria hasil :
1. Batasi jumlah pengunjung
1. Tidak muncul tanda-tanda infeksi 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Klien tidak demam 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tin dakan
3. Klien tidak menggigil 4. Pertahankan teknik aseptik
4. Luka dalam kedaan bersih dan steril Edukasi
5. Peningkatan jumlah sel darah putih 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa konsisi luka operasi
Kolaborasi
kolaborasi pemeberian antibotik
7 Resiko perdarahan NOC : Keparaha Kehilangan Darah Pencegahan perdarahan
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
tindakan pembedahan selama 1x8 jam diharapkan masalah resiko 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
perdarahan teratasi dengan Kriteria Hasil : 2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah
1. Tidak ada hematuria dan hematemesis kehilangan darah
2. TD dalam batas normal 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
3. Tidak ada perdarahan 4. Monitor Koagulai (misalnya protombin time (PT),
4. Tidak ada sistensi abdominal activated partial protombin time (aPTT) atau paletet
5. Hemoglobin dan hematokrit dalam Teraupetik
batas normal
1. Pertahankan berdest selama perdarahan
6. Plasma, Protombin Time, dan aPTT 2. Batasi tindakan infasif
dalam batas normal 3. Gunakan kasur pencegah dekubitus
4. Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk mencegah
konstipasi
3. Anjurkan menghindari aspirin dan antikoagulan
4. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
5. Anjurkan segera melapor saat terjadi perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
2. Kolaborasi pemberian produk darah
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda, H. K. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan diagnosa


Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Yogyakarta: MediaAction.

Arif Muttaqin, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Perioperatif : Konsep proses dan


aplikasi . Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Sue Moorhead, M. j. (2016). Nursing Ourcomes Classification (NOC). Oxford: CV


Mecomedia.

Wijaya, Y. M. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa) Teori


dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Mediika.

Anda mungkin juga menyukai