Oleh :
Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN
1. ANATOMI
FISIOLOGI
Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis,
musculus, obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis. Kanalis
inguinalis timbul akibat descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus
dinding perut melainkan mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini
berjalan dari kranio-lateral ke medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis,
panjangnya : + 4 cm.
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag
merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus
transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini
dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan
didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas
kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian
proksimedial
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat
ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis
inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis
yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia
transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir
tidak berotot sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan
terjadinya hernia inguinalis
2. DEFINISI
Hernia merupakan penonjolan pada dinding perut atau dari rongga perut ke
rongga tubuh lainnya (pinggul atau pelvis, dada atau toraks) yang dilapisi selaput
dinding perut (peritoneum) menonjol, melalui bagian lemah dinding perut yang bisa
berisi usus, penggantung usus, atau organ perut lainnya (Handaya, 2017). Sedangkan
pengertian hernia inguinalis adalah suatu keadaan yang abnormal dari penonjolan isi
perut ke daerah regio inguinalis, hernia inguinalis itu sendiri terbagi atas dua, yaitu
hernia inguinal direk (hernia yang keluar melalui segitiga Hasselbach) dan hernia
inguinal indirek (yang keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis). Semua kasus
hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding
abdomen karena peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dan lain-lain.
hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk, indirek, serta hernia
femoralis (Fadhilah & Dewi, 2017).
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga bagian terlemah dari bagian
muskuloaponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas cincin,kantong dan isi hernia.
Faktor yang bisa meningkatkan risiko munculnya hernia, yakni jenis kelamin lebih
cenderung terjadi pada pria, kelebihan berat badan biasanya memiliki tekanan yang
lebih banyak pada bagian perut, batuk kronis, faktor pekerjaan tertentu seperti, yang
harus berdiri dalam waktu jangka lama atau harus mengangkat beban yang sangat
berat, kelahiran prematur, riwayat penyakit hernia, serta faktor keturunan yang
sebelumnya keluarga memiliki riwayat hernia (Fadjriansyah dkk, 2019).
3. ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital. Hernia dapat dijumpai pada
segala usia , dan lebih banyak pada laki-laki. Penyebab utama terjadinya hernia adalah
:
a Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga abdomen
b Adanya peningkatan tekanan intra abdomen , kelemahan otot yang dibawa, sejak
lahir (congenital) merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan
terjadinya hernia, selain adanya peningkatan tekanan intra abdomen.
c Kongenital
Faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia adalah :
1. Kegemukkan
2. Angkat berat, karena dapat meningkatkan tekanan intra abdomen (Deden
Dermawan & Tutik Rahauningsih, 2010).
4. KLASIFIKASI
Klasifikasi Hernia Inguinalis Klasifikasi hernia inguinalis yaitu:
1. Hernia inguinalis indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, diduga
mempunyai penyebab kongenital. Kantong hernia merupakan sisa prosesus
vaginalis peritonei sebuah kantong peritoneum yang menonjol keluar, yang pada
janin berperan dalam pembentukan kanalis inguinalis. Oleh karena itu kantong
hernia masuk kedalam kanalis inguinalis melalui anulus inguinalis internus yang
terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis nguinalis
dan keluar ke rongga perut melalui anulis inguinalis eksternus. lateral dari arteria
dan vena epigastrika inferior.5 Hernia ini lebih sering dijumpai pada sisi kanan.
Hernia inguinalis indirek dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Merupakan sisa prosessus vaginalis dan oleh karena itu bersifat kongenital.
b. Angka kejadian hernia indirek lebih banyak dibandingkan hernia inguinalis
direk.
c. Hernia indirek lebih sering pada pria daripada wanita.
d. Hernia indirek lebih sering pada sisi kanan. Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.1),
September 2015 7
e. Sering di temukan pada anak-anak dan dewasa muda.
f. Kantong hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui anulus inguinalis
profundus dan lateral terhadap arteria dan vena epigastrika inferior.
g. Kantong hernia dapat meluas melalui anulus inguinalis superficialis, terletak di
atas dan medial terhadap tuberkulum pubikum.
h. Kantong hernia dapat meluas ke arah bawah ke dalam kantong skrotum atau
labium majus.
2. Hernia inguinalis direk
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis. Hernia ini
melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah
yang dibatasi segitiga Hasselbach. Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan,
dan sebagian bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki lanjut
usia dengan kelemahan otot dinding abdomen.
5. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk
kuat ataupun perpindahan usus kedaerah otot abdominal. Tekanan yang berlebihan
pada daerah abdominal tentunya akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin
disebabkan oleh dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup pada daerah tersebut
dimana kondisi itu ada sejak proses perkembangan yang cukup lama. Pertama terjadi
keruskan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadilah hernia.
Insiden hernia terjadi karena pertambahan umur karena meningkatnya penyakit yang
meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.
Biasanya hernia pada orang dewasa terjadi karena usia lanjut, karena
bertambahnya usia maka akan terjadi pelemahan rongga otot. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalamin proses degenerasi. Pada
usia lanjut kanalis itu telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus
minorsresistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdomen
meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengankat beban yang
berat, dan mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis karena terdorong sesuatu jaringan tubuh dan keluar karena
efek tersebut.
6. PATHWAY
HERNIA
1. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Langkah-langkah
pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Identitas Klien meliputi pengkajian nama, tanggal lahit, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, suku/bangsa, tanggal masuk
RS, tanggal pengkajian, tanggal/rencana operas, no medrec, diagnose medis,
dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a Keluhan utama
Keluhan utama ysng biasanya dirasakan pada pasien post operasi
hernioraohy adalah nyeri akut, mual muntah (Nurarif & Kusuma,
2015). Keluhan Utama pada saat dikaji, didapatkan dari hasil
pengkajian saat itu juga dan mengunakan metode P (Provokativ atau
paliatif), Q (Quality), R (Region), S (Scale), T (Timing)
b Riwayat Kesehatan Masuk Rumah Sakit
Menurut Mutaqin & Sari (2013) pada pasien hernia inguinalis lateral
keluhan utama yang menyebabkan pasien diawa ke rumah sakit yang
didapatkan adalah benjolan pada lipat paha atau nyeri hebat pada
abdomen.
c Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ
lain, dan penyakit lain yang memperberat hernia seperti diabetes
militus.
d Riwayat Kesehatan Keluarga
Secara patologi hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialamioleh anggota keluarga
lainnya sebagai factor predisposisi
3. Aktivitas Sehari – hari
a Pola nutrisi Pada aspek ini dikaji mengenai makan dan minuman klien
saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji frekuensi makan
dan minum, jenis makanan dan minuman, porsi makanan, jumlah
minuman dan keluhan yang dialami.
b Pola Eliminasi Pada aspek ini dikaji mengenai BAB dan BAK klien
saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji frekuensi,
konsistensi, warna dan kelainan eliminasi, kesulitan-kesulitan eliminasi
dan keluhan.
c Istirahat tidur Pada aspek ini dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan
tidur saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji kuantitas
tidur
d Pola Personal HyginePada pasien post operasi hernioraphy biasanya
pasien tidak dapat melakukan personal hygine
e Aktivitas Pada aspek ini dikaji mengenai kegiatan aktivitas yang
dilakukan dilingkungan dilingkungan keluarga dan dirumah sakit,
dilakukan secara mandiri atau tergantung.
DATA OBJEKTIF
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum yaitu baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda seperti :
a) Kesadaran penderita : keadaan yang dialami klien apakah Apatis, Sopor,
koma, gelisah composmentis tergantung pada keadaan klien.
b) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada
kasus ruptur tendon yang paling banyak dialami adalah akut.
c) Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti : Tekanan Darah, Nadi, Suhu,
Respirasi.
2. Pemeriksaan persistem
a Sistem pernafasan Klien post operasi hernia inguinalis akan mengalami
penurunan atau peningkatan frekuensi pernafasan dangkal, sesuai
rentang yang dapat ditoleransi klien
b Sistem Kardiovaskuler Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai
respon terhadap stre dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai
respon terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring).
c Sistem Pencernaan Sebelum operasi terdapat benjolan dilipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan, dan
menghilang setelah berbaring, sesudah di operasi saat di inspeksi akan
tampak adanya luka operasi di abdomen bekas sayatan operasi dan juga
nyeri pada luka operasi.
d Sitem Perkemihan Awal post operasi klien klien akan mengalami
penurunan jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya intake oral
selama periode awal post operasi.
e Sistem Muskuloskeletal Secara umum, klien dapat mengalami
kelemahan karena tirah baring post operasi dan kekakuan. Kekuatan
otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas.
f Sistem Integumen Akan tampak adanya luka operasi di abdomen
karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal).
5. Data Psikologis
Data Psikologis meliputi status emosi, kecemasan, pola koping, gaya
komunikasi dan konsep diri.
2. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
4. Defisit pengetahuan tentang hernia berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Intervensi Keperawatan
Edukasi
Fanny, F., & Listianti, D. A. (2017). Hernioraphy Cyto Pada Pasien Hernia Inguinalis Dekstra
Qiemas, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Hernioraphy Atas Indikasi
Hernia Inguinalis Lateralis Dengan Nyeri Akut Di Ruang Wijaya Kusuma I RSUD
Ciamis. 97.
Wahid, F., Isnaniah, Sampe, J., & Langitan, A. (2019). Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
Zahro, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pad Klien Post Op Hernia Inguinal Lateralis Dengan
Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PPNI:Jakarta Selatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PPNI:Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PPNI:Jakarta Selatan.