Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH DENGAN HERNIA INGUINALIS

Oleh :

Sharifah Aini Tika Rachmad


14901.08.21223

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH

CI Lahan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN

1. ANATOMI

FISIOLOGI
Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis,
musculus, obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis. Kanalis
inguinalis timbul akibat descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus
dinding perut melainkan mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini
berjalan dari kranio-lateral ke medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis,
panjangnya : + 4 cm.
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag
merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus
transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini
dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan
didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas
kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian
proksimedial
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat
ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis
inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis
yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia
transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir
tidak berotot sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan
terjadinya hernia inguinalis
2. DEFINISI
Hernia merupakan penonjolan pada dinding perut atau dari rongga perut ke
rongga tubuh lainnya (pinggul atau pelvis, dada atau toraks) yang dilapisi selaput
dinding perut (peritoneum) menonjol, melalui bagian lemah dinding perut yang bisa
berisi usus, penggantung usus, atau organ perut lainnya (Handaya, 2017). Sedangkan
pengertian hernia inguinalis adalah suatu keadaan yang abnormal dari penonjolan isi
perut ke daerah regio inguinalis, hernia inguinalis itu sendiri terbagi atas dua, yaitu
hernia inguinal direk (hernia yang keluar melalui segitiga Hasselbach) dan hernia
inguinal indirek (yang keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis). Semua kasus
hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding
abdomen karena peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dan lain-lain.
hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk, indirek, serta hernia
femoralis (Fadhilah & Dewi, 2017).
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga bagian terlemah dari bagian
muskuloaponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas cincin,kantong dan isi hernia.
Faktor yang bisa meningkatkan risiko munculnya hernia, yakni jenis kelamin lebih
cenderung terjadi pada pria, kelebihan berat badan biasanya memiliki tekanan yang
lebih banyak pada bagian perut, batuk kronis, faktor pekerjaan tertentu seperti, yang
harus berdiri dalam waktu jangka lama atau harus mengangkat beban yang sangat
berat, kelahiran prematur, riwayat penyakit hernia, serta faktor keturunan yang
sebelumnya keluarga memiliki riwayat hernia (Fadjriansyah dkk, 2019).
3. ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital. Hernia dapat dijumpai pada
segala usia , dan lebih banyak pada laki-laki. Penyebab utama terjadinya hernia adalah
:
a Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga abdomen
b Adanya peningkatan tekanan intra abdomen , kelemahan otot yang dibawa, sejak
lahir (congenital) merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan
terjadinya hernia, selain adanya peningkatan tekanan intra abdomen.
c Kongenital
Faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia adalah :
1. Kegemukkan
2. Angkat berat, karena dapat meningkatkan tekanan intra abdomen (Deden
Dermawan & Tutik Rahauningsih, 2010).
4. KLASIFIKASI
Klasifikasi Hernia Inguinalis Klasifikasi hernia inguinalis yaitu:
1. Hernia inguinalis indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, diduga
mempunyai penyebab kongenital. Kantong hernia merupakan sisa prosesus
vaginalis peritonei sebuah kantong peritoneum yang menonjol keluar, yang pada
janin berperan dalam pembentukan kanalis inguinalis. Oleh karena itu kantong
hernia masuk kedalam kanalis inguinalis melalui anulus inguinalis internus yang
terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis nguinalis
dan keluar ke rongga perut melalui anulis inguinalis eksternus. lateral dari arteria
dan vena epigastrika inferior.5 Hernia ini lebih sering dijumpai pada sisi kanan.
Hernia inguinalis indirek dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Merupakan sisa prosessus vaginalis dan oleh karena itu bersifat kongenital.
b. Angka kejadian hernia indirek lebih banyak dibandingkan hernia inguinalis
direk.
c. Hernia indirek lebih sering pada pria daripada wanita.
d. Hernia indirek lebih sering pada sisi kanan. Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.1),
September 2015 7
e. Sering di temukan pada anak-anak dan dewasa muda.
f. Kantong hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui anulus inguinalis
profundus dan lateral terhadap arteria dan vena epigastrika inferior.
g. Kantong hernia dapat meluas melalui anulus inguinalis superficialis, terletak di
atas dan medial terhadap tuberkulum pubikum.
h. Kantong hernia dapat meluas ke arah bawah ke dalam kantong skrotum atau
labium majus.
2. Hernia inguinalis direk
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis. Hernia ini
melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah
yang dibatasi segitiga Hasselbach. Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan,
dan sebagian bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki lanjut
usia dengan kelemahan otot dinding abdomen.
5. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk
kuat ataupun perpindahan usus kedaerah otot abdominal. Tekanan yang berlebihan
pada daerah abdominal tentunya akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin
disebabkan oleh dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup pada daerah tersebut
dimana kondisi itu ada sejak proses perkembangan yang cukup lama. Pertama terjadi
keruskan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadilah hernia.
Insiden hernia terjadi karena pertambahan umur karena meningkatnya penyakit yang
meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.
Biasanya hernia pada orang dewasa terjadi karena usia lanjut, karena
bertambahnya usia maka akan terjadi pelemahan rongga otot. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalamin proses degenerasi. Pada
usia lanjut kanalis itu telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus
minorsresistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdomen
meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengankat beban yang
berat, dan mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis karena terdorong sesuatu jaringan tubuh dan keluar karena
efek tersebut.
6. PATHWAY

Faktor kongenital(Kegagalan penutupan Faktor di dapat (Batuk kronis,


prosesus vaginalis pada saat kehamilan) ` mengejan saat defekasi, pekerjaan mengangkat berat

Peningkatan tekanan intra abdomen

Masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis

Menonjol keluar dari alanis inguinalis ekstermus

Tonjolan sampai ke skrotum

HERNIA

Pre Operasi Post Operasi

Kurang terpapar ` Penurunan Adanya luka insisi


informasi fungsi usus
Dikontinuitas jaringan
Ketidaktahuan terhadap Pencernaan terganggu
penyakit yang di derita MK: Nyeri Akut
Penurunan peristaltic
Defisit Pengetahuan Keadaan tubuh melemah
Defisit Pengetahuan
tentang Hernia Konstipasi
Keterbatasan gerak

MK: Gangguan Mobilitas


Fisik
7. Tanda dan Gejala
Menurut Lailul Muna, 2018 tanda dan gejala hernia antara lain :
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan sering tampak benjolan dilipatan
paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepiit
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
5. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan
dilipatan bahu.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan menurut Nurarif, A.H dan Kusuma,
Hardi. 2015 adalah sebagai berikut:
a. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal
dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi
hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan
adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.
b. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
c. CT-Scan dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi.
9. PENATALAKSANAAN
Menurut Sjamsulhidayat R, 2017 penatalaksaan medis hernia antara lain :
1. Terapi konservatif
a Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyongkong.
b Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, berikan kompres
hangat dan setelah 5 ment di evaluasi kembali.
c Pengobatan dengan pemberian obat nyeri, misalnya asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi , dan obat pelunak tinja untuk
mencegah sembelit.
d Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi. Makan denga
gizi seimbang dan tinggi protein.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri dari herniotomy dan hernioraphy.
a Herniotomy
Pada herniotomy dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
kelehernya. Kantong dibuka dan isi hermia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
b Hernioraphy
Pada hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode
hernioplastik seperti metode bassini, atau metode McVay. Bila defek
cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan
sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup
defek.
10. KOMPLIKASI
Komplikasi pada hernia yang tidak diperbaiki adalah:
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia ireponibilis). Pada keadaan ini belum
ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus berakibat mual dan muntah. Jika hernia membesar
mengakibatkan nyeri dan tegang. Hernia tidak dapat direposisi. Keadaan ini
disebut hernia incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia strangulata.
4. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
5. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
6. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
7. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
8. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

1. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Langkah-langkah
pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Identitas Klien meliputi pengkajian nama, tanggal lahit, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, suku/bangsa, tanggal masuk
RS, tanggal pengkajian, tanggal/rencana operas, no medrec, diagnose medis,
dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a Keluhan utama
Keluhan utama ysng biasanya dirasakan pada pasien post operasi
hernioraohy adalah nyeri akut, mual muntah (Nurarif & Kusuma,
2015). Keluhan Utama pada saat dikaji, didapatkan dari hasil
pengkajian saat itu juga dan mengunakan metode P (Provokativ atau
paliatif), Q (Quality), R (Region), S (Scale), T (Timing)
b Riwayat Kesehatan Masuk Rumah Sakit
Menurut Mutaqin & Sari (2013) pada pasien hernia inguinalis lateral
keluhan utama yang menyebabkan pasien diawa ke rumah sakit yang
didapatkan adalah benjolan pada lipat paha atau nyeri hebat pada
abdomen.
c Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ
lain, dan penyakit lain yang memperberat hernia seperti diabetes
militus.
d Riwayat Kesehatan Keluarga
Secara patologi hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialamioleh anggota keluarga
lainnya sebagai factor predisposisi
3. Aktivitas Sehari – hari
a Pola nutrisi Pada aspek ini dikaji mengenai makan dan minuman klien
saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji frekuensi makan
dan minum, jenis makanan dan minuman, porsi makanan, jumlah
minuman dan keluhan yang dialami.
b Pola Eliminasi Pada aspek ini dikaji mengenai BAB dan BAK klien
saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji frekuensi,
konsistensi, warna dan kelainan eliminasi, kesulitan-kesulitan eliminasi
dan keluhan.
c Istirahat tidur Pada aspek ini dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan
tidur saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji kuantitas
tidur
d Pola Personal HyginePada pasien post operasi hernioraphy biasanya
pasien tidak dapat melakukan personal hygine
e Aktivitas Pada aspek ini dikaji mengenai kegiatan aktivitas yang
dilakukan dilingkungan dilingkungan keluarga dan dirumah sakit,
dilakukan secara mandiri atau tergantung.

DATA OBJEKTIF
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum yaitu baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda seperti :
a) Kesadaran penderita : keadaan yang dialami klien apakah Apatis, Sopor,
koma, gelisah composmentis tergantung pada keadaan klien.
b) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada
kasus ruptur tendon yang paling banyak dialami adalah akut.
c) Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti : Tekanan Darah, Nadi, Suhu,
Respirasi.
2. Pemeriksaan persistem
a Sistem pernafasan Klien post operasi hernia inguinalis akan mengalami
penurunan atau peningkatan frekuensi pernafasan dangkal, sesuai
rentang yang dapat ditoleransi klien
b Sistem Kardiovaskuler Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai
respon terhadap stre dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai
respon terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring).
c Sistem Pencernaan Sebelum operasi terdapat benjolan dilipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan, dan
menghilang setelah berbaring, sesudah di operasi saat di inspeksi akan
tampak adanya luka operasi di abdomen bekas sayatan operasi dan juga
nyeri pada luka operasi.
d Sitem Perkemihan Awal post operasi klien klien akan mengalami
penurunan jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya intake oral
selama periode awal post operasi.
e Sistem Muskuloskeletal Secara umum, klien dapat mengalami
kelemahan karena tirah baring post operasi dan kekakuan. Kekuatan
otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas.
f Sistem Integumen Akan tampak adanya luka operasi di abdomen
karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal).
5. Data Psikologis
Data Psikologis meliputi status emosi, kecemasan, pola koping, gaya
komunikasi dan konsep diri.
2. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
4. Defisit pengetahuan tentang hernia berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI

Nyeri b.d Setelah dilakukan Observasi


diskontinuitas tindakan keperawatan 2x
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
jaringan 24 jam diharapkan durasi, frekuensi, kualitas dan
tingkat nyeri berkurang intensitas dan skala nyeri.
- Identifikasi factor yang
dengan kriteria hasil :
memperberat nyeri
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun Terapeutik

- Gelisah menurun - Ajarkan Teknik non- farmakologis


- TTV membaik ( Teknik relaksasi distraksi)
- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

- Kolaborasi pemberian analgetik


(Santegesic)

Gangguan Setelah dilakukan Observasi


mobilitas fisik tindakan keperawatan 2x
- Identifikasi adanya nyeri
b.d keterbatasan 24 jam diharapkan - Identifikasi toleransi fisik
gerak mobilitas fisik meningkat melakukan pergerakan
dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Pergerakan ekstremitas
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi
meningkat
dengan alat bantu
- Rentang gerak (ROM) - Libatkan keluarga pasien untuk
meningkat membantu meningkatkan
pergerakan
- Kelemahan fisik
menurun Edukasi

- Anjurkan pasien untuk melakukan


mobilisasi sederhana
DAFTAR PUSTAKA

Fanny, F., & Listianti, D. A. (2017). Hernioraphy Cyto Pada Pasien Hernia Inguinalis Dekstra

Inkarserata. Jurnal Majority, Vol.6 No.3.

Muna, L. (2018). Laporan Pendahuluan Hernia Inguinalis.

Qiemas, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Hernioraphy Atas Indikasi

Hernia Inguinalis Lateralis Dengan Nyeri Akut Di Ruang Wijaya Kusuma I RSUD

Ciamis. 97.

Sinurat, K. (2017). Gambaran Karakteristik Hernia Inguinalis di RSUD Pirngadi Medan

Selama Periode 01 Januari 2013- 31 Desember 2015. 19.

Wahid, F., Isnaniah, Sampe, J., & Langitan, A. (2019). Hernia Inguinalis Lateralis Dextra

Dengan Hemiparese Sinistra. Jurnal Medical Profession, Vol.1 No.1.

Zahro, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pad Klien Post Op Hernia Inguinal Lateralis Dengan

Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Flamboyan. 25.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PPNI:Jakarta Selatan.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PPNI:Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PPNI:Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai