Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
POST OPERASI HERNIA SCROTALIS SINISTRA
di RUANG CEMPAKA II
RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun Oleh :
Nama : wahyu khoddriatul kasanah
NIM : 920173093
SI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

A. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut (Mansjoer dkk, 2012: 13).
Hernia scrotalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus ( Sjamsuhidayat, 2014 : 527).
Hernia Scrotalis adalah hernia yang terjadi apabila usus masuk
kedalam kantung scrotum ini terjadi bila batang usus melewati cincin
abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis
kemudian masuk kedalam kantong scrotum dan menekan pada isi kantung
scrotum sehingga scrotum membesar.

Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan


turun ke kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan
lateral, yang dapat mencapai scrotum, hernia ini disebut juga hernia
inguinalis indirect
B. Etiologi
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomalikongenital atau karena
sebab yang didapat (akuistik),hernia dapat dijumpai pada setiap usia,
prosentase lebih banyak terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab
berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada anulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia, disamping
itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewatipintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya
peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia, jika kantung hernia inguinalislateralis mencapai scrotum
disebut hernia scrotalis.
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa
dan prosesus vaginalis.
2. Kerja otot yang terlalu kuat.
3. Mengangkat beban yang berat.
4. Batuk kronik.
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra
abdomen (TIA) seperti: obesitas dan kehamilan.
C. Manifestasi Klinis
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di
lipat paha, benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat
istirahat dan bila menangis, mengejan mengangkat beban berat atau dalam
posisi berdiri dapat timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat
ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan
asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi
berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam
keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia,
diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat di
reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak kadang
cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral
dari tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus
inguinalis internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk,
bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis
lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia
inguinalis medialis.

D. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami
pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang
berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan
perpindahan bagian usus ke daerah otota abdominal, tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak
cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak
atauterjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal,kemudian terjadi hernia. Karena organ- organ selalu saja
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang
cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan yang mengakibatkan
kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung
yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi)
akan timbul hernia inguinalis lateralis congenital. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup namun karena merupakan lokus minoris
persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateral akuisita.Keadaan yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal adalah kehamilan, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi, miksi
misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior
kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila
berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia
scrotalis.
Tindakan bedah pada hernia dilakukan dengan anestesi general
atau spinal sehingga akan mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) yang
berpengaruh pada tingkat kesadran, depresi pada SSP juga mengakibatkan
reflek batuk menghilang. Selain itu pengaruh anestesi juga mengakibatkan
produksi sekret trakeobronkial  meningkat sehingga jalan nafas terganggu,
serta mengakibatkan peristaltik usus menurun yang berakibat pada mual
dan muntah, sehingga beresiko terjadi aspirasi yang akan menyumbat jalan
nafas.Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini karena
kehilangan darah dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-
paru dan kulit. Insisi bedah mengakibatkan pertahanan primer tubuh tidak
adekuat (kulit rusak, trauma jaringan, penurunan kerja silia, stasis cairan
tubuh), luka bedah sendiri juga merupakan jalan masuk bagi organisme
patogen sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi.Rasa nyeri timbul
hampir pada semua jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan,
manipulasi jaringan dan organ.Dapat juga terjadi karena kompresi /
stimulasi ujung syaraf oleh bahan kimia yang dilepas pada saat operasiatau
karena ischemi jaringan akibat gangguan suplai darah ke salah satu bagian,
seperti karena tekanan, spasmus otot atau hematoma. (Mansjoer, 2010, hal
314 ; Sjamsuhidajat,2011, hal 704 ; 2012, hal 55 – 82).

E. PATHWAY
Aktivitas mengejan saat bak atau bab, batuk kronis, mengangkat
benda berat, obesitas

Merangsang lokus minoris resistance

Tekanan intra abdominal meningkat

Kanalis inguinalis tertekan oleh isi abdomen (usus)

Kanalis inguinalis terbuka, isi abdomen (usus) masuk ke dalam


kanalis inguinalis

Prosesus tidak mengalami obliterasi (tetap terbuka)

HERNIA

medialis lateralis

Penonjolan isi perut Obstruksius Rencana pembedahan


TIA kronik di lateral pembuluh us
epigastrik inferior
Ototdinding Gangguana Peristalt Diskontunit
Trigonum hasselbach Melalui annulus inguinalis liranisi dan ic as jaringan
melemah internus vaskuler ususter
Regangan mesentrium, usus ganggu
isi segmen masuk ke
Penonjolan kebelakang kanalis kantung hernia Luka
inguinalis dan terpisah dari pembedahan
vesikulus spermatikus Hernia Mual,
strangulata diare,
konstipasi,
Tidak turun keskrotum anoreksia
Kerusakan Nyeri pada
neuromuskuler, daerah
spasme otot. inguinalis
Rencana Resiko perubahan
pembedahan nutrisi
Resiko infeksi
Gangguan m
mobilitas Nyeri ansietas
fisik akut

F. Pemeriksaan diagnostik ( Brunner , 2013 )


1. Pasien disuruh memutar kepalanya kesamping dan batuk atau mengejan.
Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya
benjolan endadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika
pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukan lokasi nyeri dan periksa
kembali daerah tersebut

2. Bila sudah ada benjolandapat diperiksa dengan cara meminta pasien


untuk berbaring bernafasdengan mulut untuk mengurangi tekanan inntra
abdominan, lalu scrotu diangkat perlahan-lahan

3. Limfadenopati inguinal. Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki seisi,


tindakan diagnostiknya yaitu :

a. foto thoraks

b. laboratorium : peningkatan SGOT

c. EKG : biasanya dilakukan untuk persiapan operasi.

G. Penatalaksanaan
1. Konservatif

Pengibatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan


pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah reposisi
2. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis


yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari
hermiotomi dan hermioplasti
a. Herniotomi
Dilakukan penbebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
b. Hernioplasti
Dilakukan tindakan pengecilan anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding dibelakang kanalis inguinalis. Hernioplasti
lebih penting artinya dalam hal mencegah terjadinya residitif
dibandingkan dengan hemiostomi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan pembedahan pada pasien hernia
adalah antara lain adalah prinsip pembedahan
a. Herniotomi : eksisi jantung hernianya saja untuk pasien anak
b. Hermiorafi : memperbaiki defek, perbaikan dengan defek,
perbaikan dengan jaring (mesh) yang biasa dilakukan untuk hernia
inguinalis, yang dimasukkan melalui bedah terbuka atau laproskopi
Hal yang perlu diperhatikan untuk perawatan post operasi:
a. Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu : perdarahan, syok,
muntah, distensi, kedinginan, infeksi, dekubitus, sulit BAK.
b. Observasi keadaan klien
c. Lakukan perawatan luka dan ganti balutan operasi sesuai jadwal
d. Perhatikan drainase
e. Penuhi kebutuhan nutrisi klien
f. Mobilisasi diri secara dini terutama pada hari pertama dan hari
kedua
1. Perawatan tidur dengan sikap fowler (sudut 45o-60o)

2. Hari kedua boleh duduk (untuk herniotomi hari ke-5)

3. Hari ketiga boleh jalan (untuk herniotomi hari ke-7)

Diet dan pemenuhan kebutuhan nutrisi


a. Hari 0: bila pengaruh obat anastesi hilang boleh diberi minum
sedikit-dikit
b. Hari 1 : diet bubur sumsum dan susu cair ( herniotomi sama
dengan laparostomi)
c. Hari 2 : diet bubur sering
d. Hari 3 : berturut-turut diet ditingkatkan

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Fungsional

Untuk memperoleh data yang lengkap mengenai klien diperlukan


pengklasifikasian untuk memudahkan dalam pengkajian dan
memperoleh data yang lengkap. Dalam pengumpulan data digunakan
model konseptual keperawatan menurut Virginia Handerson yaitu
1) Kebutuhan bernafas
Data pernapasan yang mungkin terjadi pada klien dengan hernia
antara lain takipnea dan pernapasan dangkal.
2) Kebutuhan nutrisi
Data pola nutrisi yang mungkin muncul pada klien dengan hernia
antara lain biasanya diikuti oleh penurunan nafsu makan karena
ketidaknyamanan.
3) Kebutuhan eliminasi
Data pola eliminasi yang mungkin muncul pada klien dengan
hernia antara lain biasanya klien mengalami konstipasi, mengalami
kesulitan dalam defekasi, dan mengalami inkontinensia urine.
4) Kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh
Data pola gerak dan keseimbangan tubuh yang mungkin terjadi
pada klien dengan hernia antara lain klien mengeluh ada
kelemahan, ada gangguan dalam berjalan, kesulitan dalam
bergerak / benjolan.
5) Kebutuhan istirahat dan tidur
Data istirahat dan tidur tang mungkin terjadi pada klien dengan
hernia antara lain klien mengeluh mengalami gangguan tidur
(insomnia / somnolen), penurunan rentang gerak, dari ekstremitas
pada salah satu bagian tubuh. Tidak mampu melakukan aktivitas
yang biasa dilakukan, atrofi pada bagian tubuh yang terkena.
6) Kebutuhan berpakaian
Data berpakaian yang mungkin muncul pada klien dengan hernia
antara lain kebutuhan berpakaian klien mungkin tidak terganggu
kecuali terjadi kelemahan fisik yang mengganggu.
7) Kebutuhan temperature dan sirkulasi
Data temperatur dan sirkulasi yang mungkin muncul pada klien
dengan hernia antara lain klien biasanya kadang mengeluh demam
karena karena respon tubuh terhadap nyeri. Suhu tubuh mengalami
kenaikan berkisar antara 38,5o C.
8) Kebutuhan personal hygiene
Data personal hygiene pada klien dengan hernia antara lain klien
biasanya dalam melakukan personal hygiene dibantu oleh keluarga
klien tergantung seberapa lemah klien.
9) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Data rasa aman dan nyaman pada klien dengan hernia antara lain :
klien mengalami kesemutan, kekakuan, kelemahan; penurunan
tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia, nyeri tekan / spasme
otot; penurunan persepsi nyeri; nyeri seperi tertusuk pisau, yang
akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin,
membengkokkan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat fleksi
pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode
nyeri yang lebih berat secara intermitten.
10)Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan
emosi
Data berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan
emosi antara lain pada periode awal emosi klien masih stabil dan
mampu mengekspresikan emosi dengan baik, sedangkan pada
perjalanan yang cukup lama klien mengalami penurunan
optimisme dan cenderung mengalami emosi yang labil, mudah
trsinggung dan marah, klien mengeluh adanya ketakutan akan
timbulnya palisis, ansietas masalah pekerjaan, financial keluarga,
tampak cemas, depresi, dan menghindar dari keluarga / orang
terdekat.
11)Kebutuhan spiritual
Data spiritual yang mungkin munculk pada klien dengan hernia
antara lain secara kodrati karena mengalami nyeri yang hebat klien
akan cenderung mulai mendekatkan diri kepada tuhan, klien
biasanya masih berpegang teguh pada kepercayaan dan
keyakinannya. Dan masih melakukan apa yang diperintahkan oleh-
Nya.
12)Kebutuhan bekerja
Data bekerja yang mungkin muncul pada klien dengan hernia
antara lain klien biasanya mengeluh pekerjaannya terganggu
karena penyakit yang diderita.
13)Kebutuhan bermain dan rekreasi
Data bermain dan rekreasi yang mungkin muncul pada klien
dengan hernia antara lain klien biasanya menghibur diri dengan
menonton TV atau mendengarkan radio dan mendapat perhatian
dari keluarga.
14)Kebutuhan belajar
Data kebutuhan belajar klien dengan hernia dalam belajar klien
biasanya membutuhkan informasi dari dokter tentang penyakit
hernia dan penyembuhannya.
b. Pemeriksaan Fisik

1) B1 (breath) : biasanya tidak terjadi gangguan


pernafasan yang spesifik untuk pasien post operasi hernia

2) B2 (blood) : biasanya tekanan darah masih dalam


batas normal

3) B3 (brain):  Kesadaran secara kuantitatif (GCS) dalam


batas normal (Eye 4,verbal 5, motorik 6)

Kesadaran secara kualitatif : kompos mentis, kadang


dijumpaikesadaran yang apatis dan gelisah pada hernia
inkarcerata danstrangulata.

4) B4 (bladder) : Biasanya di jumpai penurunan


produksi urine

5) B5 (bowel) : Terdapat penurunan peristaltic usus.

6) B 6 (bone) : pasien biasanya mengalami kesulitan


dalam berpindah dan berejalan akibat luka post operasi
herniotomi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik pada daerah inguinalis

(Domain 12, kelas 1, kode 00132 NANDA NIC & NOC 2018-2020)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan neuromuskuler,


spasme otot.

(Domain 4, kelas 2, kode 00085 NANDA NIC&NOC 2018-2020)

3. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan

(Domain 11, kelas 1, kode 00004 NANDA NIC & NOC 2018-2020

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


Diagnosa NOC NIC
Nyeri Setelah dilakukan a. Monitor TTV
berhubungan tindakan keperawatan b. Lakukan pengkajian nyeri

dengan agen 2X24 jam diharapkan secara komprehensif termasuk


lokasi, karakteristik, durasi,
cidera fisik nyeri berkurang dengan
frekuensi, kualitas, dan faktor
pada daerah Kriteria hasil:
presiptasi
inguinalis 1. Mampu mengontrol
c. Observasi reaksi nonverbal
nyeri
dari ketidaknyamanan
2. Melaporkan bahwa
d. Gunakan teknik komunikasi
nyeri berkurang
terapeutik untuk mengetahui
dengan
pengalaman nyeri pasien
menggunakan
e. Kontrol lingkungan yang
manajemen nyeri
dapat mempengaruhi nyeri
3. Mampu mengenali
f. Berikan analgetik untuk
nyeri (skala,
mengurangi nyeri
intensitas,
g. Temukan lokasi, karakteristik,
frekuensi, dan
kualitas, dan derajat nyeri
tanda nyeri)
sebelum pemberian obat
h. Cek intruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
Gangguan Setelah dilakuan a. Monitor TTV dan keadaan
mobilisasi fisik tindakan keperawatan umum
berhubungan selama 2X24 jam b. Kaji derajat imobilisasi akibat

dengan diharapkan mobilitas cidera


c. Dorong partisipasi pada
kerusakan fisik tidak terganggu
aktifitas terapuetik
neuromuscular, dengan criteria hasil :
d. Bantu dalam gerak rentang
spasme otot 1. Meningkatkan
pasif/ aktif
mobilitas pada
e. Ubah posisi secara periodic
tingkat paling f. Kolaborasi dengan ahli terapis
tinggi
2. Melakukan ROM
secara mandiri

Resiko infeksi Setelah dilakukan a. Monitor TTV


berhubungan tindakan keperawatan b. Kaji daerah luka pembedahan

dengan insisi selama 2X24 jam c. Bersihkan lingkungan setelah


dipakai pasien lain
pembedahan diharapkan infeksi dapat
d. Batasi pengunjung bila perlu
dikontrol dengan Kriteria
e. Gunakan sabun antimikroba
hasil :
untuk mencuci tangan
1. Klien bebas dari
f. Tingkatkan intake nutrisi
tanda dan gejala
g. Berikan terapi antibiotik bila
infeksi
perlu
2. Menunjukkan
h. Monitor tanda dan gejala
kemampuan untuk
infeksi sistemik dan lokal
mencegah
i. Monitor kerentanan terhadap
timbulnya infeksi
infeksi
Jumlah leukosit
j. Dorong masukan cairan
dalam batas normal
k. Dorong istirahat
l. jarkan keluarga dan pasien
tanda dan gejala infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, volume 2. EGC:
Jakarta
Bulechek, G dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) edisi keenam.
Elsivier Mosby: Missouri
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses:
Defenition & Classification, 2018-2020. Whiley Blackwell: Oxford
Moorhead, S dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Kelima. Elsivier Saundier: Missouri
Pearce, C. Evelyn. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis (terjemahan).
Gramedia Pustaka Umum: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai