Di susun oleh :
Sri Lestari
A. DEFINISI
Hernia adalah kelainan pada dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen menonjol
dari rongga abdomen. Hernia Skrotalis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior
kemudian hernia masuk dari anulus ke dalam kanalis dan jika panjang menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternum dan sampai ke skrotum (Priscilla. 2016).
Hernia Scrotalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada kantong scrotum sering terjadi
pada anak-anak karena kelainan kongenital (bawaan). Operasi hernia adalah tindakan
pembedahan yang dilakukan untuk mengembalikan isi hernia pada posisi semula dan
menutup cincin hernia (Long, 2000 : 246).
Menurut Oswari (2005) mengungkapkan hernia Scrotalis adalah hernia isi perut yang
tampak/masuk di daerah kantung scrotum (region genitalis). Hernia Scrotalis merupakan
penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus (
Sjamsuhidayat, 2014 : 527 )
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hhernia menurut
Sjamsuhidayat (2014), Hernia Scrotalis adalah hernia yang melalui atau menekan area
Scrotum yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior 2 kemudian hernia masuk
ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dan menekan testis.
B. Anatomi Fisiologi
Gambar: 1
Hernia Inguinal
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang
lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi
menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong
hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan
perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan
dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin
besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.
Hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural adalah hernia inguinalis dan yang timbul
di bawah lipatan adalah hernia femoralis. Kanalis inguinalis merupakan saluran oblik yang
melewati bagian bawah dinding abdomen anterior. Saluran ini memungkinkan struktur-
struktur yang melewati menuju ke dan dari testis ke abdomen pada pria. Pada wanita, saluran
ini dilewati oleh ligamen rotundum uteri, dari uterus ke labium majus. Selain itu, saluran ini
dilewati nervus Ilioinguinalis pada kedua jenis kelamin.
Panjang kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk dari annulus
inguinalis profundus/interna sampai annulus inguinali superfisialis/eksterna. Kanalis
inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamen inguinalis. Pada neonatus, annulus
inguinalis interna terletak hampir tepat posterior terhadap annulus inguinalis eksterna
sehingga kanalis inguinalis pada usia ini sangat pendek. Kemudian, annulus interna bergerak
ke arah lateral akibat pertumbuhan.
Bagian – bagian hernia: 1) Kantong hernia Pada hernia abdominalis berupa peritoneum
parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa,
hernia intertitialis. 2) Isi hernia Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong
hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum). 3) Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia. 4) Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
C. Etiologi
Peningkatan tekanan intra abdomen
1. Batuk
2. Bersin
3. Mengejan
4. Mengangkat beban berat
D. Klasifikasi
Menurut Suratun (2010), adapun klasifikasi hernia ialah sebagai berikut:
1. Hernia Inguinal:
a. Hernia indirek atau lateral :
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus melalui
kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum.
Umumnya terjadi pada pria, Benjolan tersebut bisa mengecil, menghilang pada
waktu tidur dan bila menangis, mengejan, mengangkat benda berat atau berdiri
dapat tumbuh kembali.
b. Hernia diarek atau medialis :
hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal
seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Lebih umum terjadi pada
lansia. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehinga meskipun arteri inguinalis internal ditekan bila klien berdiri ataupun
mengejan, tetap akan timbul benjolan. Pada klien terlihat adanya massa bundar pada
arteri inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila klien tidur. Karena besarnya
defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang menjadi irreponible.
2. Hernia femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita. Ini mulai
sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang membesar dan secara bertahap
menarik peritoneum dan hampir tidak dapat menghindari kandung kemih masuk
kedalam kantong.
3. Hernia umbilikal
Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan tekanan
abdominal, biasanya pada klien obesitas dan multipara.
4. Hernia insisional
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak
adekuat, gangguan penyembuhan luka kemungkinan disebabkan oleh infeksi, nutrisi
tidak adekuat, distensi ekstrem atau obesitas. Usus atau organ lain menonjol melalui
jaringan parut yang lemah.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Rahayuningsih (2010). Tanda dan gejala pada hernia adalah sebagai berikut:
1. Adanya benjolan di daerah inguinal
2. Benjolan bias mengecil atau menghilang.
3. Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.
4. Rasa nyeri , mual muntah bila ada komplikasi.
5. Sebagian besar tidak memberikan keluhan.
6. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit / nyeri di tempat itu disertai
perasaan mual, muntah
7. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit
di atasnya menjadi merah dan panas.
8. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan
gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di
bawah sela paha.
9. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
10. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar. (Oswari,
2000 : 218)
F. Pathway
Obstruksi saluran
Nyeri Akut
intestinal
Udema
Iskemic
Nekrosis
Ansietas
Pembedahan
H. Penatalaksanaan
1. Manajemen medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan.
Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan
hernia inguinalis lateralis adalah :
a. Herniotomy: membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak karena
dasarnya dalah kongenital tanpa adanya kelemahandinding perut.
b. Hernioterapi: membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakangkanalis inguinalis.
c. Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan
pembedahan dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu
dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat
(malam).
2. Manajemen keperawatan
a. Pre operasi:
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan pembengkakan daerah
inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganannya.
Pengkajian juga ditujukan pada riwayat.
b. Post operasi
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah resiko tinggi
infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan lukaoperasi, dan
pendidikan pasien untuk perencanaan pulang.
I. Komplikasi
Menurut Grace (2007) Menyebutkan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hernia
ialah:
1. Hematoma (luka atau pada skrotum)
2. Retensi urin akut. Infeksi pada luka.
3. Nyeri kronis.
4. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofitestis.
5. Rekurensi hernia.
J. Discarge Planning
1. Menjaga prinsip aseptik terhadap pasien dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
2. Mengatasi ketidaknyamannan pasien dengan melibatkan orang tua untuk mendampingi
anak/pasien
3. Memberikan pemahaman kepada orang tua tentang penyakit hernia dapat terjadi
kembali
4. Memberikan edukasi kepada orang tua terkait penyakit yang sedang diderita oleh
pasien agar keluarga dapat mengenali tanda dan gejala penyakit sampai dengan
penatalaksanaan.
K. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien :
Hernia bisa terjadi pada anak, dewasa yang melakukan aktifitas berlebihan , melakukan
pengangkatan benda berat, yang terjadi pada anak usia 2-5 tahun.
b. Keluhan utama :
Nyeri dan ada benjolan di inguinal.
c. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
d. Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien.
e. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya, klien masih dapat
berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana dukungan keluarga dalam keperawatan agar
membantu dalam proses penyembuhan.
f. Riwayat tumbuh kembang :
1) Prenatal : Ditanyakan apakah ibu menderita infeksi atau penyakit kronik lain.
2) Antenatal : Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu
membedakan persalinan yang bersih / higienis atau tidak. Alat pemotong tali pusat,
tempat persalinan.
3) Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apa
tidak.
g. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
1) Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
2) Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
3) Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
4) Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
5) Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
6) Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
h. Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi.
Klien mengalami mual muntah.
2) Aktivitas/istirahat
· Sebelum MRS: Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, sering
melompat, ataupun terjatuh dari ketinggian.
· Sesudah MRS:
- Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
- Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu
bagian tubuh.
- Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
- Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
- Gangguan dalam berjalan.
3) Eliminasi.
o Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
o Adanya retensi urine.
4) Istirahat tidur. : Penurunan kualitas tidur.
5) Personal Higiane : Penurunan kebersihan diri , ketergantungan.
6) Integritas Ego :
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial
keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
7) Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki,
bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.
i. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah.
Kesadaran : composmentis
GCS :456
TTV = TD : Normal / hipertensi (n: 120/80 mmHg).
Suhu : Hipotermi (n: 36 o C- 37 o C).
Nadi : Tachicardi (n: 80-120 x/mnt).
RR : Normal / meningkat (n: 30-60 x/mnt).
1) Kepala dan leher
Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai,
Mata : Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara pink, konjunctiva tdk anemis
Hidung : Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.
Telinga : Simetris, terdapat mukus / tidak,.
Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher.
2) Dada :
Inspeksi : Simetris,tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat,badan terasa panas,nyeri tekan (-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal.
3) Abdomen
Inspeksi : terdapat benjolan ingunalis
Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
Perkusi : dullnes
Auskultasi : Terdengar bising usus.(n= <5 per menit)
4) Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada odem
Bawah : simetris, tidak ada odem
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre op
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya hernia
2) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan..
b. Post op
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya insisi dari pembedahan / trauma
jaringan.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas (post op)
3) Risiko Infeksi
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan atau Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
(D.0077) tindakan keperawatan 1. Observasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
selama 3x24 jam kualitas, intensitas nyeri
diharapkan Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Tingkat nyeri Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
menurun(L.080 Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
66) dengan Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
kriteria hasil: Identifikasi pengaruh nyeri pada
-Keluhan nyeri menurun, kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi
dalam rentang skala 1-3 komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan
-Sikap protektif menurun) analgetik
-Kemampuan menggenali 2. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk
penyebab nyeri mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
meningkat biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
-Kemampuan mengontrol teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
nyeri meningkat Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
-Kemampuan pencahayaan, kebisingan)
menggunaka n teknik non Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
farmakologis meningkat dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
- Gelisah menurun 3. Edukasi
- Keluhan sulit tidur Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
menurun Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
No Diagnosa Tujuan atau Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
2 Ansietas setelah dilakukan REDUKSI ANXIETAS (I.09314)
(D.0080) tindakan keperawatan 1. Observasi
1x24 jam diharapkan Identifikasi saat tingkat anxietas
berubah (mis. Kondisi, waktu,
tingkat ansietas stressor)
Identifikasi kemampuan mengambil
menurun keputusan
Monitor tanda anxietas (verbal dan
Kriteria hasil : Tingkat non verbal)
ansietas (L.09093) 2. Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik untuk
1) Pasien mengatakan menumbuhkan kepercayaan
Temani pasien untuk mengurangi
telah memahami kecemasan , jika memungkinkan
penyakitnya Pahami situasi yang membuat
anxietas
2) Pasien tampak Dengarkan dengan penuh perhatian
Gunakan pedekatan yang tenang dan
tenang meyakinkan
Motivasi mengidentifikasi situasi
3) Pasien dapat yang memicu kecemasan
beristirahat dengan Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
nyaman 3. Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
No Diagnosa Tujuan atau Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
3 Gangguan setelah dilakukan DUKUNGAN AMBULASI (1.06171)
Mobilitas fisik tindakan keperawatan 1. Observasi
meningkat 2. Terapeutik
Grace, P & Borley Mc. (2007). Surgery At Glance. Third Edition. Alih Bahasa: dr Vidhia Utami.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lemone, Priscilla. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Lusianah, Suratun. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta: Trans Studio Media.
Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC. Jakarta.
Oeswari E. (2010) Bedah dan Perawatannya. FKUI. Jakarta Pearce. C. Evelyn. (1999), Anatomi
dan Fisioloogi untuk Paramedis (terjemahan). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. Jong. Wd. (2015) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2 (terjemahan)
EGC. Jakarta.
Smeltzer S. C. B. G. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth
(terjemahan) Vol 2. EGC. Jakarta.
I. IDENTITAS DATA
A. Intranatal: : Ibu An.A mengatakan saat melahirkan umur kehamilan mencukupi, lahir
Caesar ditolong oleh dokter, keadaan bayi normal, berat badan lahir 2800 gr,
panjangbadan 51 cm, tidak ada pengobatan. Pada saat neonatal An.B tidak ada cacat
congenital, tidak ikterus, tidak pernah kejang, tidak pernah paralisis, tidak ada
perdarahan, trauma persalinan tidak ada, tidak adanya penurunan berat badan,
pemberian ASI ekslusif 2 tahun.
B. Postnatal :
A. Penyakit yang pernah diderita waktu kecil Ayah An.A mengatakan sebelumnya tidak ada
penyakit yang pernah diderita An.A.
B. Pernah di rawat di Rumah sakit: Ayah An.A mengatakan sebelumnya An.A tidak pernah
dirawat dirumah sakit.
C. Obat-obatan yang digunakan.: Ayah An.A mengatakan An.A tidak pernah mengkonsumsi
obat
D. Tindakan operasi: Ayah An.A mengatakan sebelumnya An.A belum pernah di operasi
E. Alergi: Ayah An.A mengatakan An.A tidak memiliki alergi
F. Imunisasi : Ibu An.B mengatakan imunisasi An.A lengkap Campak, HB 0, BCG, DPT
1, DPT 2, DPT 3, polio 1, polio 2, polio 3, polio 4, HB 1, HB 2, dan HB 3.
: pasien
Keterangan genogram :
An.A merupakan anak keempat dari 4 bersaudara, berjenis kelamin laki-laki usia 7 tahun.
An.A tidak memiliki penyakit keturunan. Kedua orang tua An.A masih hidup. An.A tinggal
bersama dengan orang tuanya. Ayah An.A bernama Tn.S usia 35 tahun, Ibu An.A bernama
Ny.R usia 34 tahun, Kakak An. A bernama An. I, An.B dan An.C. Ayah An.A merupakan
anak ke 2 dari 3 bersaudara. Ibu An.A merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudara. Ibu dari Tn.S
sudah meninggal sedangkan orang tua Ny.R keduanya sudah meninggal.
V. RIWAYAT SOSIAL
A. Ayah An.A mengatakan An.A di asuh oleh ibunya dengan rasa kasih sayang dari orang tua.
B. Hubungan dengan anggota keluarga baik
C. Hubungan dengan teman sebaya : Baik
D. Pembawaan secara umum baik
E. Lingkungan rumah
Resiko Bahaya Kecelakaan :Ayah An.A mengatakan rumahnya bertingkat 2 yang
mengakibatkan resiko kecelakaan.
Polusi : Ayah An.A mengatakan rumah klien bersih, jauh dari jalan raya dan polusi.
Kebersihan : Ayah An.A mengatakan rumah setiap hari di bersihkan, sehingga jarang ada
debu dan kotoran yang dapat membahayakan kesehatan. Lingkungan rumah juga bersih
tidak ada sampah-sampah di pinggir jalan.
A. Makan
1. Makanan yang disukai/tidak disukai : makanan yang disenangi An.A adalah sayur
dan buah
2. Pola makan / jam makan : Pola makan 3x dalam sehari/Waktu
B. Tidur
1. Lama tidur siang : tidur siang ±8 jam/hari
2. Lama tidur malam :tidur malam selama 8 jam
3. Kebiasaan sebelum tidur : SHOLAWATAN
C. Personal hygiene
1. Mandi : An.A mandi sehari 2 x/hari dengan menggunakan sabun dan dibantu oleh
ibu An.A
2. Mencuci rambut : An.A mencuci rambut setiap 2 x/ minggu dengan shampo dan
dibantu dengan ibu
D. Menggosok gigi : An.A menggosok gigi dengan baik
E. Eliminasi
1. BAB – karakteristik feses : BAB klien 4 x/minggu waktunya tidak tentu. Feces
berwarna hitam kecoklatan, bau feces khas, konsistensi setengah padat, An. A BAB
dengan menggunakan pampers, An. A tidak menggunakan obat pencahar, dan tidak
ada kebiasaan yang dilakukan pada waktu BAB.
2. BAK – klien ± 10 kali kekamar mandi per hari, warna kuning jernih, tidak ada
keluhan.
F. Aktivitas bermain – jenis permainan Ayah An. A mengatakan An.A bermain dengan ibu,
ayah, dan sepupu yang seumuran dengan klien.
Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit ± 1 minggu , klien mengeluhkan nyeri
pada perut bagian bawah kanan dan bagian kemaluan/scrotum klien membengkak dan
terdapat tonjolan, Kemudian oleh keluarga diperiksakan ke dokter dan oleh dokter dianjurkan
untuk operasi, kemudian oleh keluarga dibawa kerumah sakit medika pada tgl 10 September
2020 jam 09.00 WIB, melalui IGD dan dianjurkan untuk rawat inap di ruang mawar karena
akan menjalani operasi pd tgl 11 September 2020 dg dx medis hernia scrotalis, setelah
dilakukan pengkajian pd tgl 12 September 2020, Klien mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah pusat karena luka operasi, selain itu klien juga mengatakan tidak bisa melakukan
aktivitas nya secara mandiri, yaitu dg bantuan keluarganya. Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Compos mentis GCS : 15
Tanda-Tanda Vital :
N : 90 x/ menit
R : 26 x/ menit
S : 36,5 ºC
BB : 14 Kg
TB :110cm