Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


“HERNIA”

OLEH:
ALDO FEBRIANTO
2030282025

CI KLINIK PEMBIMBING
AKADEMIK

( ) (
)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2020/2021
1. Konsep Dasar Hernia Scrotalis
A. Definisi Hernia Scrotalis
Hernia adalah kelainan pada dindding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen menonjol dari rongga abdomen. Hernia skrotalis adalah hernia
yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus
yang terletak rateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia
masuk dari anulus ke dalam kanalis dan jika panjang menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternum dan sampai ke skrotum (Priscilla, 2016).

B. Anatomi Fisiologis
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal
(lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah
perut lainnya. Hernia inguinlais dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis
medialis dan hernia inguinalis lateris. Jika kantong hernia inguinalis lateris
mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia
inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis
dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali
lipat terkena dibandingkan wanita. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-
otot perut yang sudah mulai lemah.
Hernia yang timbul di atas lipatan abdominokural adalah hernia inguinalis
dan yang timbul dibawah lipatan adalah hernia femoralis. Kanalis
inguinalis merupakan saluran oblik yang melewati bagian bawah dinding
abdomen anterior. Saluran ini memungkinkan struktur-struktur yang
melewati menuju ke dan dari testis ke abdomen dan pria. Pada wanita
saluran ini dilewati oleh ligamen rotundum uteri. Dari uterus ke labium
majus. Selain itu, saluran ini dilewati nervus lioingunalis pada kedua jenis
kelamin.
Panjang kanalis inguinalis pada dewasa sekitar 4cm, terbentuk dari
annalus inguinalis profundus/interna sampai annulus inguinali
superfisialis/eksterna.

C. Etiologi
Peningkatan tekanan intra abdomen:
1. Batuk
2. Bersin
3. Mengejan
4. Mengaangkat beban berat
Kelemahan otot dinding abdomen:
1. Trauma
2. Obesitas
3. Kehamilan
4. Kelainan kongenital> kelemahan pada dinding abdomen sejak
perkembangan janin.

D. Klasifikasi
Menurut Suratun (2010), adapun klasifikasi hernia ialah sebagai berikut:
1. Hernia Inguinal:
a. Hernia Indirek atau lateral
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat
besar dan sering turun ke skrotum.
b. Hernia diarek atau medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen diarea kelemahan otot,
tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis
indirek. Lebih umum terjadi pada lansia.
2. Hernia Femoralis
Hernia femorlis terjadi melalui cincin femora dan lebih umum pada
wanita. Ini mulai sebagai penymbat lemak di kanalis femoral yang
membesar dan secara vertahap menarik peritoneum dan hampir
tidak dapat menghindari kandung kemih kedalam kantong.
3. Hernia umbilikal
Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada wanita karena
peningkatan tekanan abdominal, biasanya pada klien obesitas dan
multipara.
4. Hernia insisional
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka
kemungkinan disebabkan oleh infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi
ekstrem atau obesitas.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Rahayuningsih (2010). Tanda dan gejala pada hernia adalah
sebagai berikut :
1. Adanya benjolan.
2. Benjolan bias mengecil atau menghilang.
3. Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra
.abdominal.
4. Rasa nyeri, mual muntah bila ada komplikasi.
5. Sebagian besar tidak memberikan keluhan.
F. Pathway

Peningkatan tekanan intra


abdomen:
1. Batuk
2. Bersin
3. Mengejan
4. Mengangkat beban
berat.
Kelamhan otot dinding
abdomen:
1. Trauma
Rongga abdomen (usus) 2. Obesitas
melewati dinding inguinal 3. Kehamilan
4. Kelainan komgetial .
kelemahan pada dinding
dinding abdomen sejak
Masuk ke kanal inguinal
perkembangan janin

Menonjol ke fesica
transversalis
Isi rongga abdomen
melewati annalus inginal
Keluar pada cincin
kanalis
Masuk ke kanal inguinal

- Teraba benjolan
- Terdengar bising
usus Masuk ke scrotum Kurang pengetahuan
- Myeri pada (Hernia)
benjolan
-
Obstruksi saluran intestinal
Nyeri Akut

udema

Bendungan pembuluh
darah

Suplai darah terhambat


Ansietas
Iskemic

Pembedahan

Nyeri Akut Defisit perawatan diri Resiko Infeksi


G. Penatalaksanaan
1. Manajemen medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateris selalu harus diobati
dengan jalan pembedahan.
Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakan. Adapun
prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah:
a. Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada
kanak-kanak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya
kelemahan dinding perut.
b. Herniotrapi : membuang kantong hernia disertai tindakan
bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah
dibelakang analus inguinalis.
c. Pada pasien yang didapatkankontraindikasi pembedahan atau
menolak dilakukan pe,bedahan dapat dianjurka untuk memakai
sabuk hernia (truss) sabuk itu dipakai diwaktu pagi dimana
penderita ajtif dan dilepas pada waktu istrirahat (malam).
2. Manajemen keperawatan
a. Pre operasi:
Pengkajian : ditunjukan pada nyeri, ada tonjolan
pembengkakan daerah inginal, cemas, tingkat pengetahuan
pasien tentang hernia dana penanganannya. Pengkajian juga
duttunjukan pada riwayat.
b. Post operasi:
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti
masalah resiko tingggi infeksi, masalah gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan lukaoperasi, dan pendidikan pasien
untuk perencanaan pulang.

H. Komplikasi
Menurut Grace (2007) Menyebutkan komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita hernia ialah:
1. Hematoma (luka atau pada skrotum).
2. Retensi urin akut. Infeksi pada luka.
3. Nyeri kronis.
4. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofitestis.
5. Rekuensi hernia.
2. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Data umum

Pengkajian adalah suatu tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai

sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

Tahap pengkajian merupakan dasar utama memberikan asuhan

keperawatan sesuai kebutuhan individu (klien) seperti identitas klien

(nama, umur, agama, tempat tinggal, status pendidikan, dll) dan

penanggung jawab klien (Nursalam, 2008).

a. Kesehatan umum

1. Alasan MRS / Keluhan Utama

Pada anamnesis keluhan utama yang lazim di dapatkan

adalah keluhan adanya nyeri akibat tindakan pembedahan

maupun sebelum pembedahan. Untuk mendapatkan

pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien, dapat

digunakan metode PQRST (Muttaqin & Sari, 2011)

2. Riwayat penyakit sekarang / riwayat kejadian

Didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah,

dan nyeri di daerah sekitar paha dalam maupun testis,

keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia,

serta kelelahan pasca nyeri sering didapatkan.


3. Riwayat penyakit dahulu

Pada riwayat penyakit dahulu yang penting untuk di kaji

antara lain penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi,

tuberculosis, diprtimbangkan sebagai sarana pengkajian

preoperatif serta dengan aktivitas (khususnya pekerjaan)

yang mengangkat beban berat juga mempunyai resiko

terjadi hernia (Muttaqin & Sari, 2011)

4. Pola kesehatan

a. Pola nutrisi dan cairan

Klien yang mengalami hernia biasanya mempunyai

kebiasaan mual, muntah, anoreksia, obesitas merupakan

salah satu predisposisi hernia.

b. Pola aktivitas

Pembatasan aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan

inta abdomen seperti bersin, mengangkat beban berat,

batuk, mengejan.

5. Pemeriksaan fisik

Sujono riyadi & sukarmin (2008) menyatakan bahwa

pemeriksaan fisik pada hernia inguinal lateralis yang di

lakukan antara lain :

1. Keadaan umum : yang sering muncul adalah kelemahan

fisik

2. Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran pada penderita

hernia inguinal lateralis biasanya composmentis


3. Tanda-tanda vital : biasanya penderita hernia ini tanda-

tanda vital dalam batas normal

4. Kepala

Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur

rambut. Kulit kepala : termasuk benjolan atau lesi.

Wajah : pucat dan wajah tampak berkerut menahan

nyeri

5. Mata

Mata tampak cekung (kekurangan cairan), sclera

ikterik, konjungtiva merah muda.Pupil : miosis,

midrosis, atau anisokor

6. Telinga

Daun telinga masih simetris kanan dan kiri.Gendang

telinga tidak tertutup.Serumen bewarna putih keabuan

dan masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak

mengalami ineksi skunder.Pengkajian terhadap

pendengaran terhadap bisikan maupun tes garputala

dapat mengalami penurunan.

7. Hidung

Tidak terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung

kecuali ada infeksi skunder seperti influenza

8. Mulut dan faring

Bibir : sianosis, pucat (biasanya penderita hernia

mengalami mual muntah karena adanya tekanan intra


abdomen). Mukosa oral : lembab atau kering. Langit-

langit mulut : terdapat bercak keputihan karena pasien

mengalami penurunan kemampuan personal hygiene

akibat kelemahan fisik.

9. Thorax dan paru

Frekuensi pernafasan yang terjadi pada penderita hernia

biasanya dalam batas normal (16-20 kali permenit).

Dengarkan pernafasan pasien apabila terdengar stridor

pada obstruksi jalan nafas, mengi apabila penderita

sekaligus mempunyai riwaat asma atau bronchitis

kronik

10. Dada

Inspeksi : dalam batas normal, deformitas atau asimetris

dan retruksi inspirasi abdomen. Palpasi : adanya nyeri

tekan atau tidak. Perkusi : dalam batas normal, pekak

terjadi apabila cairan atau jaringan padat menggantikan

bagian paru yang normalnya terisi udara (terjadi apabila

penyakit lain seperti : efusi pleura, tumor atau pasca

penyembuhan TBC). Auskultasi : bunyi nafas vasikular,

bronco vasikular (dalam keadaan normal)

11. Abdomen

Pemeriksaan fisik pada hernia inguinal lateralis fokus

pada pemeriksaan abdomen. Yang di dapatkan :


a. Inspeksi

Terlihat benjolan di region inguinalis ang berjalan

dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.

b. Palpasi

Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba

pada fenikulus spermatikus sebagai gesekan dua

permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda

sarung tangan sutera.Kantong hernia yang berisi

mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau

ovarium.Dalam hal ini hernia dapat direposisi pada

waktu jari masih berada dalam annulus eksternus,

pasien mulai mengejan kalau hernia menyentuh ibu

jari berarti hernia inguinalis lateralis.

c. Perkusi

Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus

dipikirkan kemungkinan hernia, hipertimpani,

terdengar pekak.

d. Auskultasi

Hiperperistaltis di dapatkan pada auskultasi

abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi

usus.

12. Integument

Ada tidaknya edema, sianosis, pucat, kemerahan (luka

pembedahan pada abdomen)


13. Genetalia

Inspeksi mengenai warna, kebersihan, benjolan seperti

lesi, massa dan tumor

14. Ekstermitas

Apakah ada keterbatasan dalam aktiitas karena adanya

nyeri ang hebat dan apakah ada kelumpuhan atau

kekakuan.

Kekuatan otot :

0 : lumpuh

1 : ada kontraksi

2 : melawan gravitasi dengan sokongan

3 : melawan gravitasi tapi tidak ada lawanan

4 : melawan gravitasi dengan tahanan sedikit

5 : melawan gravitasi dengan kekuatan otot penuh

6. Pemeriksaan diagnostic atau pemeriksaan penunjang :

a. Hitungan darah lengkap dan serum elektrolit dapat

menunjukkan hemokonsentrasi atau peningkatan

hematokrit, peningkatan sel darah putih dan ketidak

seimbangan elektrolit pada hernia.

b. Sinar X abdomen dapat menunjukkan abnormalnya

kadar gas dalam usus atau obstruksi usus.


NO. SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
maka tingkat nyeri menurun, 1. Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri meringis frekuensi, kualitas,
2. Gelisah intensitas nyeri.
3. Kesulitan tidur 2. Identifikasi skala nyeri
4. Anoreksia 3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri.
4. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup.
5. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan.
6. Monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis, TENS, hypnosis,
terapi music).
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis, suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan trategi
meredakan nyeri.
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
4. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat.
5. Ajarkan tehnik
nonfarmakologi
untukmengurangi rasa
nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu.


2. Defisit Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri
keperawatan selama 3x24 jam
Perawatan Observasi:
maka tingkat nyeri menurun,
Diri 1. Identifikasi kebiasaan
dengan kriteria hasil :
1. Kemampuan mandi aktivitas perawatan diri

2. Minat melakukan sesuai usia

perawatan diri 2. Monitor tingkat

3. Mempertahankan kemandirian

kebersihan 3. Identifikasi kebutuhan

alat bantu kebersihan

diri, berpakaian,

berhias dan makan

Terapeutik :

1. Sediakan lingkungan

yang terapeutik

2. Siapkan keperluan

pribadi (mis. Sikat gigi

dan sabun mandi)

3. Dampingi dalam
melakukan perawatan

diri sampai mandiri.

4. Fasilitasi untuk

menerima keadaan

ketergantungan.

5. Fasilitasi kemandirian,

bantu jika tidak mampu

melakukan perawatan

diri.

6. Jadwalkan rutinitas

perawatan diri.

Edukasi:

1. Anjurkan melakukan

perawatan diri secara

konsisten sesuai

kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA

Grace, P & Borley Mc. (2007). Surgery At Glance. Third Edition. Alih Bahasa: dr Vidhia
Utami. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lemone, Priscilla. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Lusianah, Suratun. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta: Trans Studio Media.

Anda mungkin juga menyukai