Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA TN.

DENGAN
DIAGNOSA MEDIS HERNIA INGUINALIS LATERALIS (HIL)
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD BANGIL-PASURUAN

OLEH :

DINI KUSMAHARANI
NIM. 1401470001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D4 KEPERAWATAN LAWANG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS LATELARIS (HIL)

A. Pengertian
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan
isi abdomen (seperti peritonium, lemak, usus, atau kandung kemih)
memasuki defek tersebut sehingga timbul kantong berisikan materi
abdominal.Menurut Leyner & Goldberg (2009), ada berbagai jenis hernia
pada tubuh, yang paling umum adalah hernia inguinal.
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus
inguinalis di atas kantong skrotum, yang disebabkan oleh kelemahan atau
kegagalan menutup kongenital. Menurut sifatnya, hernia dapat berupa
hernia reponible atau irreponible. Hernia repobible merupakan hernia yang
hilang timbul karena isi hernia yang dapat kembali ke dalam rongga
abdomen, sedangkan hernia irreponible merupakan hernia dengan isi hernia
yang tidak dapat susut kembali ke dalam rongga abdomen (Suryanah, 2009).
Sehingga hernia inguinalis lateral reponible adalah hernia yang
berada di atas kantung skrotum dengan isi hernia dapat kembali ke dalam
rongga abdomen.

B. Etiologi
Menurut Henry dan Thompson (2009), terdapat dua faktor predisposisi
utama terjadinya hernia, yaitu:
a. Tekanan yang meningkat pada abdomen:
b. Mengangkat beban berat.
c. Batuk akibat PPOK.
d. Tahanan saat miksi seperti BPH atau karsinoma.
e. Tahanan saat defekasi seperti konstipasi atau obstruksi usus besar.
f. Distensi abdomen yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan
intraabdomen.
g. Perubahan isi abdomen seperti adanya asites, tumor jinak atau ganas,
kehamilan, dan lemak tubuh.
h. Kelemahan dinding abdomen:
i. Umur yang semakin bertambah.
j. Malnutrisi baik makronutrien seperti protein atau kalori maupun
mikronutrien seperti Vit. C.
k. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
l. Abnormal metabolisme kolagen.

C. Klasifikasi Hernia
a. Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas:
1. Hernia bawaan atau kongenital.
Sjamsuhidayat (2009) mengemukakan bahwa pada hernia
kongenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi
sebagai akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan
intra uteri. Kantong yang terbentuk akibat lemahnya celah
abdominal (congenital defect) yang merupakan bawaan sejak lahir
(Priyatna, 2009).
2. Hernia dapatan atau akuisita.
Hernia ini merupakan hernia yang didapat seseorang akibat
beberapa faktor, salah satunya seperti mengangkat benda yang
terlalu berat. Hernia akuisita terbagi menjadi 2 tipe (Henry &
Thompson, 2009
b. Berdasarkan letaknya, hernia terbagi atas:
a) Hernia Inguinal.
1. Inguinalis , terbagi lagi menjadi :
Indirek / lateralis : hernia ini terjadi melalui cincin
inguinalis dan melewati corda spermatikus melalui kanalis
inguinalis. Umumnya terjadi pada pria dan wanita. Insidennya
tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi
sangat besar dan sering turun ke scrotum.
Direk / medialis : hernia ini melewati dinding abdomen
di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia
inguinalis. Umumnya pada lansia.
2. Femoralis : terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di
kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik
peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih
masuk ke dalam kantung.
3. Umbilikal : pada orang dewasa umumnya pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Biasanya pada klien
gemuk dan wanita multipara.

D. Patofisiologi dan Pathway Hernia Inguinalis Lateral


a. Patofisiologi
Hernia inguinalis terjadi di lipatan paha. Di lipatan paha
terdapat suatu area yang disebut kanal inguinal. Kanal inguinal adalah
saluran atau lubang alami yang menembus otot-otot dinding perut.
Kanal inguinal membentuk jalan bagi testis untuk turun dari rongga
perut ke kantong skrotum. Pada umumnya, setiap kanal menutup
sebelum atau segera setelah lahir. Jika lubang ini tidak menutup, akan
terlihat benjolan di regio tersebut atau pembengkakan skrotum.
benjolan tersebut dapat terisi oleh usus maupun omentum lalu
menonjol keluar. Hernia ini bisa bersifat bawaan lahir atau didapatkan
selama masa dewasa. Hernia ini lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita (Leyner & Goldberg, 2009). Secara sederhana hernia inguinalis
terjadi akibat penutupan tuba (prosesus vaginalis) yang tidak lengkap
antara abdomen dan skrotum (atau uterus pada wanita). hal ini
menyebabkan turunnya sebagian intestine (Hany, 2009).
b. Pathway
(Terlampir)
E. Manifestasi klinis hernia inguinalis.
1. Berupa benjolan keluar masuk / keras
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang
berisi kandung kencing.

F. Pemeriksaan Penunjang Hernia Inguinalis.


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita hernia adalah
(Henry & Thompson, 2009) :
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam
kavum peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada
bayi untuk mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin
terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien
dengan nyeri kronis pada groin.
2. USG
Ultra Sonografi (USG) sering digunakan untuk menilai hernia
yang sulit dilihat secara klinis, misalnya pada Spigelian hernia.
3. CT dan MRI
CT (Computerized Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi
misalnya pada hernia obturator.

G. Penatalaksanaan Hernia Inguinalis.


a. Secara konservatif (non operatif)
- Reposisi hernia : hernia dikembalikan pada tempat semula bisa
langsung dengan tangan.
- Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset.
b. Secara operatif
- Hernioplasty : memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah,
hernioplasty sering dilakukan pada anak-anak.
- Hernioraphy. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia
dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bainyplasty atau tehik
yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Ini sering dilakukan pada orang dewasa.
- Herniotomy. Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini
dilakukan pada hernia yang sudah nekrosis.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


HERNIA INGUINALIS LATERALIS

1. Pengkajian
Pengkajian perioperatif terdiri dari 3 bagian pengkajian yaitu :
A. Pengkajian Pre Operasi
1) Identitas pasien
Jenis kelamin : Jenis klamin pria mempunyai resiko 3 kali lipat
untuk teerkena hernia inguinalis dibandingkan dengan waenita.
Riwayat Keperawatan
a) Keluhan utama : keluhan utama yang paling sering muncul
pada pasien adanya benjolan pada lipatan paha bagian atas.
b) Riwayat Penyakit sekarang
Berkaitan dengan perjalanan penyakit pasien yang sekarang.
c) Riwayat penyakit dahulu
Penderia hernia inguinalis sebelumnya kemungkinan pernah
menderita.
d) Riwayat penyakit keluarga
Orang dengan riwayat keluarga hernia mempunyai resiko lebih
besar dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada
tidaknya benjolan, awasi tanda infeksi (merah, bengkak, panas,
nyeri, berubah bentuk)
b. Palpasi : Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan
biasanya terdapat nyeri
c. Auskultasi : Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12
karena ada mual dan pasien tidak nafsu makan, bunyi nafas
vesikuler, bunyi jantung sonor.
d. Perkusi : Kembung pada daerah perut, terjadi distensi
abdomen.

B. Pengkajian intra Operasi


1) Pernapasan (B1: Breath)
Pada pembiusan dengan general anestesi, pernapasan pasien
dengan pentilator dan pemberian oksigen. Pada pembiusan dengan
SAB, pasien bisa napas sepontan.
2) Cardiovaskuler (B2 : Blood)
Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi bisa terjadi karena
proses pembedahan (nyeri), resiko terjadi perdarahan. Observasi
vital sign setiap 15 menit.
3) Persarafan (B3 : Brain)
Pasien dalam keadaan tidak sadar jika dilakukan general anestesi,
sadar jika pembiusan dengan SAB. Pada mulanya, timbul demam
ringan, yang semakin lama cenderung meninggi.
4) Per kemihan - eliminasi (B4 : Bladder)
Urine normal lewat kateter.
5) Pencernaan - Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
BAB normal
6) Tulang otot integumen (B6 : Bone)

Pada saat intra operatif kekuatan tulang, otot dan integumen


0 (nol), tidak jarang pasien dapt menggerakkan anggota tubuh pada
saat intra operasi karena efek dari obat anestesi berkurang.

C. Pengkajian pasca operasi


1) Pernapasan (B1: Breath)
Pernapasan perlahan sepontan, terjadi penyumbatan jalan nafas
dngan secret atau lendir
2) Cardiovaskuler (B2 : Blood)
Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi bisa terjadi karena
proses pembedahan (nyeri). Observasi vital sign setiap 15 menit di
ruang pemulihan.
3) Persarafan (B3 : Brain)
Pada pasca operasi pasien perlahan disadarkan oleh petugas
anestesi hingga sadar penuh. Pada mulanya timbul demam ringan,
yang semakin lama cenderung meninggi.
4) Per kemihan - eliminasi (B4 : Bladder)
Buang air kecil tidak ada masalah.
5) Pencernaan - Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Biasanya terjadi mual, muntah.
6) Tulang otot integumen (B6 : Bone)
Kekuatan otot perlahan akan kembali normal

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif,
intra operatif, post operatif : (Doenges M,E, 1999)
a) Diagnosa keperawatan pre operatif
1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan transfer pasien dari
gendongan petugas kamar operasi ke meja operasi.
Hasil yang diharapkan : tidak terjadi injuri pada pasien
NO Intervensi Rasional
1 Bantu pasien untuk berpindah ke Menjaga pasien supaya tidak jatuh
brancard.
2 Angkat pasien secara bersama-sama Memberikan keamanan pada pasien
3 Memindahkan pasien dari brancard ke Memeberikan keamanan pada pasien
meja ooperasi. dan menjaga keseimbangan cairan

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
Hasil yang diharapkan : adanya saling pengertian tentang prosedur
pembedahan dan penanganannya, berpartisipasi dalam progam
pengobatan, melakukan gaya hidup yang perlu
NO
Intervensi Rasional

1 Berikan informasi kepada pasien Membina hubungan saling percaya


yang dapat dipercaya dan
diperkuat dengan informasi yang
diberikan

2 Jelaskan tujuan dan persiapan Memberikan informasi untuk


untuk diagnostic penatalaksanaan diagnostic selanjutnya

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


tindakan operasi
Hasilnya yang diterapkan : pasien melaporkan takut dan ansietas
menurun sampai tingkat dapat ditangani

NO Intervensi Rasional
1 Tinjau ulang keadaan penyakit Memberikan pengetahuan pada pasien /
dan harapan masa depan keluarga yang dapat memilih berdasarkan
infornasi
2 Observasi tingkah laku yang Ansietas ringan dapat ditunjukan dengan
menunjukkan tingkat ansietas peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat
yang berkembang ke dalam keadaan panik
dapat menimbulkan perasaan terancam dan
terror
3 Berikan lingkungan perhatian, Penerimaan dan motivasi dari orang terdekat
keterebukaan dan penerimaan meberikan poin penuh untuk menjalani
privasi untuk pasien atau orang kehidupan selanjutnya yang lebih baik
terdekat, anjurkan bahwa orang
terdekat ada kapanpun saat
diperlukan

b) Diagnosa keperawatan Intra operatif


1. Resiko tinggi terjadi ketidak efektifan kebersihan jalan nafas
berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan ,
pendarahan dan spasme laryngeal.
Hasil yang diharapkan : mempertahankan jalan nafas pasien
dengan mencegah aspirasi
Intervensi
NO ( kolaborasi dengan tim Rasional
anastesi)
1 Pantau frekuensi pernafasan, Penafasan secara normal, kadang-kadang
kedalaman dan kerja nafas cepat, tetapi berkembangnya distress pada
pernafasan merupakan indikasi kompresi
trakea karena edema atau pendarahan
2 Auskultasi suara nafas, catat Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
adanya suara ronchi rinchi.Ronchi merupakan indikasi adanya
obstruksi spasme laryngeal yang
membutuhkan evaluasi dan intervensi segera
3 Kaji adanya dispneu,stidor dan Indikator obstruksi trakea atau spasme laring
sianosis, perhatikan kualitas yang mebutuhkan evaluasi dan intervensi
suara segera
4 Pertahankan alat intubasi di Terkenanya jalan nafas dapat menciptakan
dekat pasien suasana yang mengancam kehidupan yang
memerlukan tindakan darurat
5 Pantau perubahan TTV, Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri,
terutama peningkatan nadi dan menentukan pilihan intervensi, menentukan
penurunan TD atau pernafasan efektifitas terapi
cepat dan dalam

2. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pendarahan


Hasil yang diharapkan : mempertahankan keseimbangan cairan,
adekuat yang dibuktikan dengan tanda vital stabil, nadi perifer
normal, turgor kulit baik dan membran mukosa lembab
NO Intervensi Rasional
1 Kolaborasi dengan anastesi : Membandingkan keluaran actual dan yang
awasi pemasukan dan diantisipasi membantu dalam evaluasi stastis
pengeluaran atau kerusakan ginjal
2 Awasi tanda vital, evaluasi Sebagai indicator hidrasi atau volume sirkulasi
nadi,pengisian kapiler, dan kebutuhan intervensi
turgor kulit dan membran
mukosa
3 Berikan cairan IV Untuk mempertahankan volume sirkulasi

3. Potensial injury (ketinggalan instrument,kassa dan injury kulit)


berhubungan dengan tindakan operasi, pemasangan arde yang
tidak kuat
Hasil yang diharapkan : Injury tidak terjadi
NO Intervensi Rasional
1 Pertahankan keadaan Untuk mempertahankan keadaan asepsis selama
asepsis selama operasi berlangsung
pembedahan
2 Atur posisi yang sesuai Posisi yang sesuai diperlukan untuk memudahkan
untuk pasien pembedahan dan menjamin keamanan fisiologis
pasien, posisi yang diberikan pada saat
pembedahan disesuaikan dengan kondisi pasien
3 Bantu penutupan luka Untuk mencegah kontaminasi luka, mengabsorbsi
operasi drainage, dan membantu penutupan insisis, jika
penyembuhan luka terjadi tanpa komplikasi,
jahitan bisa dibuka biasanya selama 7-10 hari
tergantung letak lukanya
4 Monitor terjadinya Monitoring keadaan hipothermi diperlukan untuk
hipotermi mencegah terjadinya komplikasi berupa
kerusakan system syaraf pusat atau bahkan
kematian. Monitoring secara kontinyu diperlukan
untuk menentukan tindakan pencegahan dan
penanganan sedini mungkin sehingga tidak
menimbulkan komplikasi yang dapat merugikan
pasien
5 Siapkan kamar bedah 1.beberapa jenis pembedahan tertentu akan
yang sesuai dengan dilaksanakan pada ruangan atau kamar bedah
operasi pasien Hernia tertentu
inguinalis lateral. 2.Parawat sirkuler melakukan persiapan tempat
operasi sesuai prosedur yang biasa dan jenis
pembedahan yang akan dilaksanakan.Tim
bedah harus diberitahau jika terjadi kelainan
kulit yang menjadi kontraindikasi pembedahan
3.Perawat sirkuler memeriksa kebersihan dan
kerapian ruang operasi sebelum pembedahan
perawat sirkuler juga harus memastikan bahwa
peralatan telah siap dan dapat digunakan .
Apabila prosedur ini tidak dilaksanakan, maka
dapat menyebabkan penundaan/kesulitan
dalam pembedahan
6 Siapkan sarana Sarana pendukung seperti kateter urine lengkap,
pendukung pembedahan alat penghisap lengkap dalam kondisi siap pakai
7 Siapkan alat hemsotatis Alat hemostatis merupakan fondasi dari tindakan
dan cadangan alat dalam operasi untuk mencegah terjadinya pendarahan
kondisi siap pakai serius akibat kerusakan pembuluh darah arteri.
Perawat memeriksa kemampuan alat tersebut
untuk menghindari cidera akibat pendarahan intra
operatif
8 Siapkan meja dan asesori Meja bedah akan disiapkan perawat sirkuler dan
pelengkap sesuai dengan disesuaikan dengan jenis pembedahan. Perawat
jenis pembedahan sirkulasi mempersiapkan aksesori tambahan meja
bedah agar dalam pegaturan posisi dapat efektif
dan efisien
9 Bantu ahli bedah pada Membantu ahli bedah pada saat dimulainya inisisi
saat dimulainya inisisi
10 Hitung jumlah instrument Perhitungan jumlah instrument dan kassa
dan kassa disaksikan oleh semua tim operasi. Kesesuaian
antara jumlah penggunaan instrument dan kassa
sebelum dan sesudah operasi sangat berperan
penting untuk menghindari terjadinya
tertinggalnya instrument selama tindakan
intraoperatif

c) Diagnose keperawatan post operatif


1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pasca operasi & trauma
jaringan
Hasil yang diharapkan : Nyeri hilang, klien mampu mengontrol
nyeri.

NO Intervensi Rasional
1 Observasi reaksi Untuk mengetahui skala nyeri sehingga intervensi
nonverbal dari ketidak lebih tepat
nyamanan
2 Gunakan teknik Agar klien merasa nyaman dan tidak
komunikasi teraputik memperburuk suasana hati
3 Berikan posisi nyaman Untuk mengurangi faktor pencetus rasa nyeri
4 Ajarkan teknik relaksasi Teknik relaksasi nafas dalam dapat merilekskan
nafas dalam otot-otot sehingga mengurangi rasa nyeri
5 Kolaborasi dengan tim Analgesik membantu menredakan sensasi nyeri
medis dalam pemberian pada pasien
analgesic

2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedurinvasif, kateter dan


trauma jaringan
Hasil yang diharapkan : pasien mencapai waktu penyembuhan dan
tidak mengalami infeksi
NO Intervensi Rasional
1 Kolaborasi dengan Pasien yang mengalami perubahan tanda vital beresiko
anasthesi : Awasi untuk syok bedah atau septic sehubungan dengan
tanda vital manipulasi atau instrumentasi
2 Observasi dan Adanya drain dapat meningkatkan resiko infeksi yang
drainage luka diindikasikan dengan eritema dan drainage purulen
3 Pantau suhu tubuh Mencegah terjadinya infeksi
dan frekuensi nadi,
perubahan jenis
atau peningkatan
area kemerahan
dan nyeri tekan
disekitar tempat
operasi
4 Kolaborasi dengan Antibiotik mencegah terjadinya infeksi luka pada
tim medis dalam pasien
pemberian
antibiotic
5 Kaji ulang identitas 1. Perawat ruang operasi memeriksa kembali riwayat
dan pemeriksaan kesehatan, hasil pemeriksaan.
diagnostik 2. Riwayat kesehatan yang mempunyai resiko
penurunan imunitas
3. Hasil pemeriksaan darah albumin untuk menentukan
aktifitas agen obat dan pertumbuhan jaringan luka
6 Siapkan sarana Sarana scrub meliputi cairan antiseptic , cuci tangan
scrub pada tempatnya, gaun yang terdiri dari gaun kedap air
dan baju bedah steril, duk tertutup, dalam kondisi
lengkap dan siap pakai
7 Periksa adanya Manajemen instrument dari perawat scrub sebelum
perubahan dalam pembedahan disesuaikan dengan jenis pembedahan.
status mental dan Sebagai antisipasi jika diperlukan instrument tambahan,
sensori perawat mempersiapkan alat cadangan dalam suatu
tromol steril yang akan memudahkan pengambilan
apabila diperlukan tambahan alat instrument
8 Lakukan Manajemen asepsis selalu berhubungan dengan
manajemen asepsis pembedahan dan perawatan perioperatif. Asepsis
prabedah prabedah meliputi tehnik aseptik/pelaksanaan scrubing
cuci tangan
9 Lakukan 1. Manajemen asepsis dilakukan untuk menghindari
manajemen asepsis kontak dengan zona steril, pemakaian sarung tangan,
intra operasi persiapan kulit, pemasangan duk, penyerahan alat
yang diperlukan petugas scrub dengan perawat
sirkulasi
10 Jaga kesterilan alat Kesterilan alat untuk operasi dilakukan dengan
yang digunakan pengecekan indikator steril dan tanggal pensterilan alat
untuk operasi serta menjaga alat-alat untuk operasi supaya tidak
terkontaminasi
11 Lakukan penutupan Penutupan luka bertujuan untuk menurunkan resiko
luka pembedahan infeksi. Perawat biasanya memasang sufratul, menutup
dengan kassa steril dan difiksasi dengan hepafik
12 Kolaborasi dengan Melakukan kolaborasi dengan tim medis mengenai
tim medis pemberian obat antibiotic dan tata cara perawatan luka
post operasi

3. Hipotermi berhubungan dengan pasca anastesi, terpajan


lingkungan yang dingin, dan penggunaan pakaian yang tidak
mencukupi.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan termoregulasi, klien tidak
menggigil.
NO Intervensi Rasional
1 Kaji dan monitor tanda- Untuk mengetahui tingkat hipotermi sehingga
tanda vital klien intervensi lebih tepat
2 Berikan pakaian/selimut Untuk mengurangi klien kehilangan panas tubuh
yang hangat, tebal
3 Selimuti bagian tubuh Untuk mengurangi klien kehilangan panas tubuh
yang terbuka (ujung
peripheral)
4 Bila perlu turunkan suhu Terpapar suhu ruangan yang dingin dapat
ruangan menambah faktor penurun suhu tubuh
5 Bila perlu hangatkan Cairan dingin yang masuk dalam intravena juga
cairan intravena/darah dapat membantu menurunkan suhu tubuh
transfusi terlebih dahulu
6 Kolaborasi dengan tim Teknik diberikan seperti pemberian obat-obat an
medis untuk hipotermia yang dapat mempengaruhi termoregulasi, ataupun
berat dengan teknik dengan teknik kompres hangat.
menghangatkan suhu inti
tubuh

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk.1996.Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. Jakarta: EGC.

Budi.2010. Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hernia .Disitasi dari


http://www.mediakeperawatan.com/?id=budixtbn.

Holdstok, G. 1991. Atlas Bantu Gastroenterologi dan Penyakit Hati. Jakarta:


Hipokrates.
NANDA. (2010). Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta : Prima Medika.

Wong, L. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: ECG.

Yuda. 2010. Penyakit hernia pada anak. Disitasi dari


http://dokteryudabedah.com/wp-content/uploads2015/03/

Anda mungkin juga menyukai