DENGAN
DIAGNOSA MEDIS HERNIA INGUINALIS LATERALIS (HIL)
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD BANGIL-PASURUAN
OLEH :
DINI KUSMAHARANI
NIM. 1401470001
A. Pengertian
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan
isi abdomen (seperti peritonium, lemak, usus, atau kandung kemih)
memasuki defek tersebut sehingga timbul kantong berisikan materi
abdominal.Menurut Leyner & Goldberg (2009), ada berbagai jenis hernia
pada tubuh, yang paling umum adalah hernia inguinal.
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus
inguinalis di atas kantong skrotum, yang disebabkan oleh kelemahan atau
kegagalan menutup kongenital. Menurut sifatnya, hernia dapat berupa
hernia reponible atau irreponible. Hernia repobible merupakan hernia yang
hilang timbul karena isi hernia yang dapat kembali ke dalam rongga
abdomen, sedangkan hernia irreponible merupakan hernia dengan isi hernia
yang tidak dapat susut kembali ke dalam rongga abdomen (Suryanah, 2009).
Sehingga hernia inguinalis lateral reponible adalah hernia yang
berada di atas kantung skrotum dengan isi hernia dapat kembali ke dalam
rongga abdomen.
B. Etiologi
Menurut Henry dan Thompson (2009), terdapat dua faktor predisposisi
utama terjadinya hernia, yaitu:
a. Tekanan yang meningkat pada abdomen:
b. Mengangkat beban berat.
c. Batuk akibat PPOK.
d. Tahanan saat miksi seperti BPH atau karsinoma.
e. Tahanan saat defekasi seperti konstipasi atau obstruksi usus besar.
f. Distensi abdomen yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan
intraabdomen.
g. Perubahan isi abdomen seperti adanya asites, tumor jinak atau ganas,
kehamilan, dan lemak tubuh.
h. Kelemahan dinding abdomen:
i. Umur yang semakin bertambah.
j. Malnutrisi baik makronutrien seperti protein atau kalori maupun
mikronutrien seperti Vit. C.
k. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
l. Abnormal metabolisme kolagen.
C. Klasifikasi Hernia
a. Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas:
1. Hernia bawaan atau kongenital.
Sjamsuhidayat (2009) mengemukakan bahwa pada hernia
kongenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi
sebagai akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan
intra uteri. Kantong yang terbentuk akibat lemahnya celah
abdominal (congenital defect) yang merupakan bawaan sejak lahir
(Priyatna, 2009).
2. Hernia dapatan atau akuisita.
Hernia ini merupakan hernia yang didapat seseorang akibat
beberapa faktor, salah satunya seperti mengangkat benda yang
terlalu berat. Hernia akuisita terbagi menjadi 2 tipe (Henry &
Thompson, 2009
b. Berdasarkan letaknya, hernia terbagi atas:
a) Hernia Inguinal.
1. Inguinalis , terbagi lagi menjadi :
Indirek / lateralis : hernia ini terjadi melalui cincin
inguinalis dan melewati corda spermatikus melalui kanalis
inguinalis. Umumnya terjadi pada pria dan wanita. Insidennya
tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi
sangat besar dan sering turun ke scrotum.
Direk / medialis : hernia ini melewati dinding abdomen
di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia
inguinalis. Umumnya pada lansia.
2. Femoralis : terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di
kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik
peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih
masuk ke dalam kantung.
3. Umbilikal : pada orang dewasa umumnya pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Biasanya pada klien
gemuk dan wanita multipara.
1. Pengkajian
Pengkajian perioperatif terdiri dari 3 bagian pengkajian yaitu :
A. Pengkajian Pre Operasi
1) Identitas pasien
Jenis kelamin : Jenis klamin pria mempunyai resiko 3 kali lipat
untuk teerkena hernia inguinalis dibandingkan dengan waenita.
Riwayat Keperawatan
a) Keluhan utama : keluhan utama yang paling sering muncul
pada pasien adanya benjolan pada lipatan paha bagian atas.
b) Riwayat Penyakit sekarang
Berkaitan dengan perjalanan penyakit pasien yang sekarang.
c) Riwayat penyakit dahulu
Penderia hernia inguinalis sebelumnya kemungkinan pernah
menderita.
d) Riwayat penyakit keluarga
Orang dengan riwayat keluarga hernia mempunyai resiko lebih
besar dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada
tidaknya benjolan, awasi tanda infeksi (merah, bengkak, panas,
nyeri, berubah bentuk)
b. Palpasi : Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan
biasanya terdapat nyeri
c. Auskultasi : Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12
karena ada mual dan pasien tidak nafsu makan, bunyi nafas
vesikuler, bunyi jantung sonor.
d. Perkusi : Kembung pada daerah perut, terjadi distensi
abdomen.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif,
intra operatif, post operatif : (Doenges M,E, 1999)
a) Diagnosa keperawatan pre operatif
1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan transfer pasien dari
gendongan petugas kamar operasi ke meja operasi.
Hasil yang diharapkan : tidak terjadi injuri pada pasien
NO Intervensi Rasional
1 Bantu pasien untuk berpindah ke Menjaga pasien supaya tidak jatuh
brancard.
2 Angkat pasien secara bersama-sama Memberikan keamanan pada pasien
3 Memindahkan pasien dari brancard ke Memeberikan keamanan pada pasien
meja ooperasi. dan menjaga keseimbangan cairan
NO Intervensi Rasional
1 Tinjau ulang keadaan penyakit Memberikan pengetahuan pada pasien /
dan harapan masa depan keluarga yang dapat memilih berdasarkan
infornasi
2 Observasi tingkah laku yang Ansietas ringan dapat ditunjukan dengan
menunjukkan tingkat ansietas peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat
yang berkembang ke dalam keadaan panik
dapat menimbulkan perasaan terancam dan
terror
3 Berikan lingkungan perhatian, Penerimaan dan motivasi dari orang terdekat
keterebukaan dan penerimaan meberikan poin penuh untuk menjalani
privasi untuk pasien atau orang kehidupan selanjutnya yang lebih baik
terdekat, anjurkan bahwa orang
terdekat ada kapanpun saat
diperlukan
NO Intervensi Rasional
1 Observasi reaksi Untuk mengetahui skala nyeri sehingga intervensi
nonverbal dari ketidak lebih tepat
nyamanan
2 Gunakan teknik Agar klien merasa nyaman dan tidak
komunikasi teraputik memperburuk suasana hati
3 Berikan posisi nyaman Untuk mengurangi faktor pencetus rasa nyeri
4 Ajarkan teknik relaksasi Teknik relaksasi nafas dalam dapat merilekskan
nafas dalam otot-otot sehingga mengurangi rasa nyeri
5 Kolaborasi dengan tim Analgesik membantu menredakan sensasi nyeri
medis dalam pemberian pada pasien
analgesic
DAFTAR PUSTAKA