POST OP HERNIOTOMY
NIM : 211102052
KELOMPOK :6
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Hernia adalah penonjolan sebuah organ jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Diyono & Mulyanti,
2016)
B. Etiologi
Hernia abdominal cenderung terjadi pada kelemahan structural yang didapat atau
kongenital atau trauma pada dinding abdominal, yang terjadi peningkatan tekanan intra-
abdomen akibat dari mengangkat benda berat, obesitas, kehamilan, mengejan, batuk,
atau kedekatannya dengan tumor. Bila faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot
individu akan mengalami hernia.
Bila isi kantong hernia dapat dipindahkan ke rongga abdomen dengan manipulasi,
hernia disebut redusibel. Hernia iredusibel dan inkarserata adalah istilah yang
menunjukkan hernia yang tidak dapat dipindahkan atau dikurangi dengan manipulasi.
Banyak jenis hernia abdominal yang terjadi, diklasifikasikan berdasarkan tempat:
1. Hernia inguinal (paling umum), visera menonjol ke dalam kanal inguinal pada titik
dimana tali spermatik muncul pada pria, dan sekitar ligament pada Wanita. Hernia
inguinal indirek lengkung usus keluar melalui kanalis inguinalis dan mengikuti kordo
spermatikus (pria) atau ligament sekitar (wanita), ini akibat dari gagalnya prosesus
vaginalis untuk menutup sebelah testis turun ke dalam skrotum, atau fiksasi ovarium.
Hernia inguinalis direk lengkung usus keluar melalui kanalis inguinalis posterior.
2. Hernia femoralis terjadi dimana arteri femoralis masuk ke dalam kanal femoral, dan
muncul di bawah ligament inguinal di bawah pangkal paha. Hernia femoralis terjadi
melalui cincin femoral dan lebih umum pada Wanita daripada pria. Hernia ini dimulai
dari penyumbatan lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap
menarik peritorium dan hamper tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam
kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan stragulasi dengan tipe hernia
ini. Hernia femoralis lengkung usus melalui cincin femoralis turun ke kanalis femoral
melalui anulus femoralis keyossa ovalis.
3. Hernia umbilical terjadi karena kegagalan orifisium umbilical untuk menutup. Hal ini
paling sering terjadi pada wanita obesitas, anak-anak, dan pada pasien dengan
peningkatan tekanan intra-abdominal karena sirosis dan asites. Tipe hernia ini terjadi
pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat, karena
masalah pasca-operasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem.
4. Hernia insisional atau ventral terjadi melalui dinding abdominal karen akelemahan,
kemungkinan juga terjadi karena penyumbatan insisi bedah yang buruk.
5. Hernia parastomal menonjol melalui defek fasial di sekitar stoma dan kedalam
jaringan subkutan.
6. Hernia epigastrium tampak melalui defek dilinea alba dan biasanya ditemukan di garis
tengah antara xifisternum dan umbilikus.
7. Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
anteralateral seperti pada hernia sikatrik. Hernia sikatrik merupakan penonjolan
peritoneum melalui bekas luka operasi (Diyono & Mulyanti, 2016)
C. Patofisiologi
Hernia Inguinalis Lateralis (Indicekta) sebagian besar ada fakta kongenital dengan
adanya penonjolan dari prossus vaginalis peritonel. Hernia Inguinalis Medialis (Direkta)
dan hernia femoralis dapat dikatakan hernia yang didapat (acquisita). Semua keadaan
yang menyebabkan kenaikan tekanan intra-abdomen seperti kehamilan, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat
miksi, misalnya akibat hipertrofi prostat dapat menjadi pencetus timbulnya hernia.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritoneum ke daerah skrotum disebut dengan prosessus vaginalis peritonei.
Pada bayi baru lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal sering kali
kanalis ini tidak menutup, karena testis turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
lebih sering terbuka, maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia dua bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterapi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena merupakan lokus
intraabdaminal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka Kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis abuisita. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra-abdominal adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat miksi,
misalnya akibat hipertropi prostat (Diyono & Mulyanti, 2016)
D. Gejala Klinis
Menurut Diyono & Mulyanti (2016), gejala klinis dari penyakit hernia berdasarkan
klasifikasi yaitu:
a. Hernia Inguinalis
- Umumnya terjadi pada pria.
- Insiden tinggi pada bayi dan anak kecil.
- Dapat menjadi sangat besar, terdapat benjolan di selangkangan.
- Sering turun ke skrotum disebut turun berok, burut, kelingsir.
- Pasien mengeluh nyeri tekan.
- Hernianya tegang dan tidak direduksi.
- Terdapat gambaran hipovolemi.
b. Hernia Femoralis
- Umumnya terjadi pada wanita.
- Terdapat di kanalis femoralis.
- Membesar secara bertahap.
- Biasanya kandung kemih masuk dalam kantung.
- Benjolan pada lipat paha.
c. Hernia Umbilikalis
- Sering terjadi pada bayi prematur.
- Terdapat penonjolan isi rongga perut.
- Jarang terjadi inkaserasi.
d. Hernia Lain
- Terdapat penonjolan jaringan peritoneum.
- Sering mengeluh nyeri perut.
- Tukak peptik.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Grace dan Borley (2007) dalam Amin & Kusuma (2016), pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan untuk hernia adalah:
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit.
Menurut Nuari (2015), pemeriksaan diagnostik hernia yaitu:
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi daerah ingunal
b. Palpasi hernia inguinal
2. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen spinal
b. Elektromiografi
c. Venogram epidural
d. Fungsi lumbal
e. Tanda leseque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas)
f. CT scan
g. MRI
h. Mielogram
3. Pemeriksaan darah
a. Leukosit: peningkatan jumlah leukosit mengindikasikan adanya infeksi.
b. Hemoglobin: hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada anemia/ kehilangan
darah.
c. Hematokrit: peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasi.
d. Waktu koagulasi: mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis
intraoperasi/ pasca operasi.
4. Urinalisis
BUN, creatinin, munculnya SDM atau bakteri yang mengindikasikan infeksi.
5. EKG
Untuk mengetahui kondisi jantung
F. Penatalaksanaan Medis
Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas
area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantung hernia
dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Hernia di region inguinal
biasanya diperbaikan hernia saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.
Beberapa perbaikan sulit dilakukan karena adanya insufisiersi masa otot untuk
mempertahankan usus di tempatnya. Pada kasus ini graf mata jala tembaga (steel mesh)
digunakan untuk menguatkan area herniasi. Klien dengan kesulitan perbaikan biasanya
dirawat di rumah sakit 1-2 hari untuk mendapatkan antibiotik profilaksis (Diyono &
Mulyanti, 2016)
Nyeri Akut
Data subjektif : Hernia inguinalis Konstipasi
Pasien mengatakan belum
BAB karena sebelum dan Pembedahan
sesudah operasi pasien puasa
Pasien mengatakan perut Terputusnya kontinuitas
terasa sakit, ingin BAB tetapi jaringan lunak
tidak bisa
Data Objektif: Keterbatasan gerak
Kurang lebih 6 hari selama di
RS pasien tidak bisa BAB Hiperperistaltik usus
Pemeriksaan palpasi
abdomen teraba massa feses Gangguan elimasi
dikuadran perut bagian kiri (BAB, konstipasi)
bawah
Pasien bedrest di tempat tidur
Intoleransi aktivitas
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
2. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op (Nanda,
2015)
(Bulechek et al.,
2013)
Referensi :
Amin, H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, NIC, NOC Dalam Berbagai Kasus. Mediaction.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). Elsevier.
Diyono, & Mulyanti, S. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
KENCANA.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcome
Classification. Elsevier.
Nanda, I. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. EGC.
Nuari, N. . (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Trans Info Media.
LAPORAN KASUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2
POST OP HERNIOTOMY
NIM : 211102052
KELOMPOK :6
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
Kasus
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke RS dengan keluhan merasa ada benjolan di
daerah region inguinal dextra tepatnya di skrotum sebelah kanan berdiameter sekitar 4-5
cm. Benjolan terlihat jelas saat klien batuk, bersin, mengedan dan berdiri, tapi saat
berbaring benjolan hilang atau tidak nampak dan ada rasa nyeri pada benjolan. Saat
dilakukan pemeriksaan ditemukan kesadaran pasien composmentis, TD : 120/80 mmHg,
N : 78 x/i, P : 20 x/i, dan suhu 36,5°C.
I. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Karto
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta (berkebun)
Alamat : Desa Barus
Tanggal Masuk RS : 17 Januari 2022
No. Register : 01405693
Ruangan/ Kamar : Cendana / 2
Golongan Darah :A
Tanggal Pengkajian : 20 Januari 2022
Tanggal Operasi : 18 Januari 2022
Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. T
Hubungan dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : Swasta (berkebun)
Alamat : Desa Barus
V. TIMBULNYA KELUHAN
Klien mengatakan nyeri dirasakan setelah melakukan aktivitas lebih lama.
GENOGRAM
X X
= Laki-laki
= perempuan
= Hubungan keluarga
= Pasien
= Tinggal serumah
Tanda-tanda vital :
1. Mata
I : Mata simetris, konjungtiva ananemis, gerakan bola mata atas-bawah normal, klien
dapat menggerakan bola mata ke samping kiri dan kanan, ukuran pupil 3 mm,
sclera tidak ikterik.
Pa : Tidak teraba adanya pembengkakan dimata klien dan tidak teraba nyeri tekan dan
dimata klien kiri dan kanan.
2. Hidung
I : Hidung simetris kiri dan kanan, lubang hidung terdapat sedikit adanya seckret, tidak
ada penyumbatan dilubang hidung, tidak ada lesi di area hidung.
Pa : Tidak ada teraba adanya pembengkakan, nyeri tekan (-).
3. Telinga
I : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya serumen, tidak tampak adanya
pendarahan, tidak ada lesi di telinga klien, tidak ada tanda-tanda infeksi di telinga
klien, klien tidak menggunakan alat bantu dengar.
Pa : Tidak ada nyeri tekan di area telinga.
4. Mulut
I : Bentuk mulut simetris, tidak ada lesi dan sariawan
Pa : Tidak ada pembengkakan pada gusi
5. Leher
I : Tidak ada lesi jaringan parut, tidak ada pembengkakan tiroid
Pa : Tidak teraba adanya massa di area leher, tidak ada teraba pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada teraba pembesaran kelenjar limfe.
6. Thorak
a. Paru-paru
I : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, warna kulit sawo matang, tidak ada lesi
di area dada klien, frekuensi napas 20 x/i.
Pa : Taktil fremitus getarannya sama kiri dan kanan, tidak teraba adanya massa
dan benjolan.
Pe : Resonan seluruh lapang paru
Aus : Vesikuler
b. Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak, tidak ada lesi pada dada sebelah
kiri Pa : Ictus cordis teraba
Pe : Dullness
Aus : Bunyi jantung 1 dan 2 dengan irama reguler (lup dup), tidak terdapat bunyi
jantung tambahan murmur, gallop.
7. Abdomen
I : Terdapat luka post operasi di abdomen region inguinal dextra, luka tertutup perban
dengan panjang ± 8 cm
Pa : Adanya nyeri tekan di area perut bekas operasi di abdomen. Tidak ada pembesaran
splenomegali, turgor kulit baik.
Pe : Tympani
Aus : Bising usus 20x/menit
8. Genitourinaria
I : Tidak ada pembengkakan pembuluh limfa dan tidak ada hemoroid.
9. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Terpasang infus RL 24 TPM drip Tramadol 1 ampul pada tangan sebelah kiri klien,
pergerakan ekstremitas baik, capilary refil < 3 detik, akral hangat.
b. Ekstremitas bawah
Kedua kaki Klien baik tidak ada odema, capilary refil < 3 detik, tidak teraba adanya
massa karena faktor pembiusan spinal sehingga klien merasakan kedua kaki nya masih
terasa berat jika digerakan, dan terasa nyeri luka bekas operasi bila digerakan.
TERAPI OBAT
DATA LINGKUNGAN
tinggalnya
Polusi : Klien tinggal didusun /pedesan dengan suasana dan udara yang relatif masih
bersih,tetapi jika ada kendaraan lewat ada polusi.
DATA PSIKOLOGIS
Pola pikir dan persepsi klien mengatakan hanya kesulitan bila melakukan aktivitas seperti
berdiri dan duduk dari tempat tidur selama sakit.
1. Persepsi diri
a. Hal yang diinginkan saat ini: klien menginginkan cepat sembuh dan cepat pulang.
b. Harapan setelah menjalani perawatan: klien berharap penyakitnya tidak kambuh lagi.
c. Perubahan yang dirasakan setelah sakit: klien merasa lemah dan aktivitas dibantu oleh
keluarga.
2. Suasana hati
Klien mengatakan berharap cepat sembuh dengan penyakitnya yang dialaminya dan cepat
diizinkan pulang.
3. Hubungan/komunikasi
a. Bicara: Klien bicara menggunakan bahasa daerah, orientasi klien terhadap orang,
tempat dan waktu baik, klien mengenali setiap orang yang datang mengunjunginya dan
klien bisa menyebutkan dimana dia berada sekarang, klien bisa menyebutkan tanggal
dan hari apa sekarang.
b. Tempat tinggal : klien selama ini tinggal serumah dengan istri dan anak-anaknya.
c. Adat istiadat yang dapat dianut klien adalah adat dusun dalam membuat keputusan dan
mengambil keputusan klien selalu bermusyawarah dengan keluarganya khususnya
istrinya dan hubungan dengan keluarga baik.
d. Kesulitan dalam keluarga tidak ada masalah selama ini hubungan dengan keluarga
terjalin dengan baik dibuktikan dengan adanya keluarga menjenguk selam dirawat
dirumah sakit.
4. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan klien dibantu oleh keluarganya.
b. Yang disukai tentang diri sendiri: klien merasa bangga sebagai anak yang berbakti pada
orang tua dan menjadi kakak/adik buat keluarganya.
c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : tidak ada karna menurut klien semua yang
dialaminya adalah kehendak Allah SWT
d. Yang dilakukan klien jika stres adalah mencari pemecahan masalah dan mencari
pertolongan pada keluarganya.
5. Sistem nilai kepercayaan
a. Sumber kekuatan klien adalah Tuhan Yang Maha Esa dan keluarga.
b. Klien merasa yakin dan penting dengan agamanya
c. Kegiatan keagamaan yang dilakukan klien adalah shloat 5 waktu dan melakukan
kegiatan yasinan setiap malam jumat.
d. Kegiatan agama dan kepercayaan yang ingin dilakukan selama dirumah sakit, klien
melaksanakan sholat 5 waktu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen
Dari hasil radiologi pada tanggal 17 Januari 2022 didapatkan hasil bahwa terdapat benjolan
diselangkangan sebelah kanan.
ANALISA DATA
Nyeri akut
Data Obyektif :
Klien selalu dibantu Diatas ligamentum ingunal
dalam melakukan mengecil bila berbaring
suatu aktifitas,
Klien mengeluh tidak
Pembedahan
dapat mobilisasi dan
beraktifitas
Klien tampak masih takut Insisi bedah
dan cemas dalam
mobilisasi dan
beraktifitas seperti Terputusnya jaringan saraf
merubah posisi
Nyeri akut
Insisi bedah
INTERVENSI KEPERAWATAN
E:
Edukasi pasien untuk
melakukan aktivitas
secara bertahap
R:
Anjurkan pasien
memanggil perawat
atau keluarga saat
membutuhkan sesuatu
untuk menghindari
resiko jatuh.
j. Bersihkan area I:
sekitar jahitan atau Memandikan pasien
staples, dengan sabun dan air
hangat
menggunakan lidi
kapas steril E:
(Bulechek et al., Edukasi terkait nutrisi
untuk mempercepat
2013)
proses penyembuhan
luka operasi dan
R:
Ajarkan klien dan
keluarga cara
mencegah terjadinya
infeksi
Referensi :
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). Elsevier.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcome
Classification. Elsevier.
Nanda, I. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. EGC.