Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

POST OP HERNIOTOMY

NAMA : Elisabeth Hutauruk

NIM : 211102052

KELOMPOK :6

DOSEN PEMBIMBING : Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Pasien : Tn. K

Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis Dextra

A. Definisi
Hernia adalah penonjolan sebuah organ jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Diyono & Mulyanti,
2016)

B. Etiologi
Hernia abdominal cenderung terjadi pada kelemahan structural yang didapat atau
kongenital atau trauma pada dinding abdominal, yang terjadi peningkatan tekanan intra-
abdomen akibat dari mengangkat benda berat, obesitas, kehamilan, mengejan, batuk,
atau kedekatannya dengan tumor. Bila faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot
individu akan mengalami hernia.
Bila isi kantong hernia dapat dipindahkan ke rongga abdomen dengan manipulasi,
hernia disebut redusibel. Hernia iredusibel dan inkarserata adalah istilah yang
menunjukkan hernia yang tidak dapat dipindahkan atau dikurangi dengan manipulasi.
Banyak jenis hernia abdominal yang terjadi, diklasifikasikan berdasarkan tempat:
1. Hernia inguinal (paling umum), visera menonjol ke dalam kanal inguinal pada titik
dimana tali spermatik muncul pada pria, dan sekitar ligament pada Wanita. Hernia
inguinal indirek lengkung usus keluar melalui kanalis inguinalis dan mengikuti kordo
spermatikus (pria) atau ligament sekitar (wanita), ini akibat dari gagalnya prosesus
vaginalis untuk menutup sebelah testis turun ke dalam skrotum, atau fiksasi ovarium.
Hernia inguinalis direk lengkung usus keluar melalui kanalis inguinalis posterior.
2. Hernia femoralis terjadi dimana arteri femoralis masuk ke dalam kanal femoral, dan
muncul di bawah ligament inguinal di bawah pangkal paha. Hernia femoralis terjadi
melalui cincin femoral dan lebih umum pada Wanita daripada pria. Hernia ini dimulai
dari penyumbatan lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap
menarik peritorium dan hamper tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam
kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan stragulasi dengan tipe hernia
ini. Hernia femoralis lengkung usus melalui cincin femoralis turun ke kanalis femoral
melalui anulus femoralis keyossa ovalis.
3. Hernia umbilical terjadi karena kegagalan orifisium umbilical untuk menutup. Hal ini
paling sering terjadi pada wanita obesitas, anak-anak, dan pada pasien dengan
peningkatan tekanan intra-abdominal karena sirosis dan asites. Tipe hernia ini terjadi
pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat, karena
masalah pasca-operasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem.
4. Hernia insisional atau ventral terjadi melalui dinding abdominal karen akelemahan,
kemungkinan juga terjadi karena penyumbatan insisi bedah yang buruk.
5. Hernia parastomal menonjol melalui defek fasial di sekitar stoma dan kedalam
jaringan subkutan.
6. Hernia epigastrium tampak melalui defek dilinea alba dan biasanya ditemukan di garis
tengah antara xifisternum dan umbilikus.
7. Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
anteralateral seperti pada hernia sikatrik. Hernia sikatrik merupakan penonjolan
peritoneum melalui bekas luka operasi (Diyono & Mulyanti, 2016)

C. Patofisiologi
Hernia Inguinalis Lateralis (Indicekta) sebagian besar ada fakta kongenital dengan
adanya penonjolan dari prossus vaginalis peritonel. Hernia Inguinalis Medialis (Direkta)
dan hernia femoralis dapat dikatakan hernia yang didapat (acquisita). Semua keadaan
yang menyebabkan kenaikan tekanan intra-abdomen seperti kehamilan, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat
miksi, misalnya akibat hipertrofi prostat dapat menjadi pencetus timbulnya hernia.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritoneum ke daerah skrotum disebut dengan prosessus vaginalis peritonei.
Pada bayi baru lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal sering kali
kanalis ini tidak menutup, karena testis turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
lebih sering terbuka, maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia dua bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterapi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena merupakan lokus
intraabdaminal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka Kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis abuisita. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra-abdominal adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat miksi,
misalnya akibat hipertropi prostat (Diyono & Mulyanti, 2016)

D. Gejala Klinis
Menurut Diyono & Mulyanti (2016), gejala klinis dari penyakit hernia berdasarkan
klasifikasi yaitu:
a. Hernia Inguinalis
- Umumnya terjadi pada pria.
- Insiden tinggi pada bayi dan anak kecil.
- Dapat menjadi sangat besar, terdapat benjolan di selangkangan.
- Sering turun ke skrotum disebut turun berok, burut, kelingsir.
- Pasien mengeluh nyeri tekan.
- Hernianya tegang dan tidak direduksi.
- Terdapat gambaran hipovolemi.
b. Hernia Femoralis
- Umumnya terjadi pada wanita.
- Terdapat di kanalis femoralis.
- Membesar secara bertahap.
- Biasanya kandung kemih masuk dalam kantung.
- Benjolan pada lipat paha.
c. Hernia Umbilikalis
- Sering terjadi pada bayi prematur.
- Terdapat penonjolan isi rongga perut.
- Jarang terjadi inkaserasi.
d. Hernia Lain
- Terdapat penonjolan jaringan peritoneum.
- Sering mengeluh nyeri perut.
- Tukak peptik.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Grace dan Borley (2007) dalam Amin & Kusuma (2016), pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan untuk hernia adalah:
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit.
Menurut Nuari (2015), pemeriksaan diagnostik hernia yaitu:
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi daerah ingunal
b. Palpasi hernia inguinal
2. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen spinal
b. Elektromiografi
c. Venogram epidural
d. Fungsi lumbal
e. Tanda leseque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas)
f. CT scan
g. MRI
h. Mielogram
3. Pemeriksaan darah
a. Leukosit: peningkatan jumlah leukosit mengindikasikan adanya infeksi.
b. Hemoglobin: hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada anemia/ kehilangan
darah.
c. Hematokrit: peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasi.
d. Waktu koagulasi: mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis
intraoperasi/ pasca operasi.
4. Urinalisis
BUN, creatinin, munculnya SDM atau bakteri yang mengindikasikan infeksi.
5. EKG
Untuk mengetahui kondisi jantung

F. Penatalaksanaan Medis
Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas
area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantung hernia
dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Hernia di region inguinal
biasanya diperbaikan hernia saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.
Beberapa perbaikan sulit dilakukan karena adanya insufisiersi masa otot untuk
mempertahankan usus di tempatnya. Pada kasus ini graf mata jala tembaga (steel mesh)
digunakan untuk menguatkan area herniasi. Klien dengan kesulitan perbaikan biasanya
dirawat di rumah sakit 1-2 hari untuk mendapatkan antibiotik profilaksis (Diyono &
Mulyanti, 2016)

A. Pengkajian Data Dasar Keperawatan Kasus Penyakit


Pengkajian pasca bedah herniotomy dilakukan sejak pasien mulai dipindahkan dari
kamar operasi ke ruang pemulihan. Pengkajian dilakukan saat memindahkan pasien yang
berada di atas brankar, perawat mengkaji dan melakukan intervensi tentang kondisi jalan
nafas, tingkat kesadaran, status vaskuler,sirkulasi, perdarahan, suhu tubuh dan saturasi
oksigen. Posisi kepala pada saat pemindahan sangat penting dilakukan untuk menjaga
kepatenan jalan nafas. Pengkajian di ruang pemulihan berfokus pada keselamatan jiwa
pasien fokus pengkajian meliputi : pengkajian respirasi, sirkulasi, status neurologis, suhu
tubuh, kondisi luka dan drainase, nyeri,gastrointestinal, genitourinari, cairan dan
elektrolit, psikologi dan keamanan peralatan.

B. Peta Analisis Data dan Masalah Keperawatan


Symptom Etiologi Problem
Data subjektif : Hernia Nyeri Akut
Mengeluh nyeri
Do : Post operasi
 Tampak meringis
 Bersikap protektif (misalnya Prosedur pembedahan

waspada, posisi menghindari


Diskontinuitas jaringan
nyeri)
 Gelisah
Pelepasan mediator
 Frekuensi nadi meningkat nyeri (prostaglandin,
histamin, bradikinin)
 Sulit tidur
 Tekanan darah meningkat
Stimulasi saraf

Nyeri Akut
Data subjektif : Hernia inguinalis Konstipasi
 Pasien mengatakan belum
BAB karena sebelum dan Pembedahan
sesudah operasi pasien puasa
 Pasien mengatakan perut Terputusnya kontinuitas
terasa sakit, ingin BAB tetapi jaringan lunak
tidak bisa
Data Objektif: Keterbatasan gerak
 Kurang lebih 6 hari selama di
RS pasien tidak bisa BAB Hiperperistaltik usus
 Pemeriksaan palpasi
abdomen teraba massa feses Gangguan elimasi
dikuadran perut bagian kiri (BAB, konstipasi)
bawah
 Pasien bedrest di tempat tidur

Data subjektif : Hernia Intoleransi Aktivitas


Pasien mengatakan nyeri bagian
operasi berkurang, namun pasien
Post operasi
merasa mual dan lemas
Do :
Prosedur pembedahan
 Pasien terlihat lemas
 Mual Prosedur anestesi
 Ada platus
 Tidak ada muntah Penurunan motorik
 BAK berwarna kuning jernih
Kelemahan anggota
gerak, penurunan
kekuatan otot

Intoleransi aktivitas
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
2. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op (Nanda,
2015)

D. Intervensi Keperawatan dan Rasional


No Diagnosa Kep NOC NIC Rasional
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Pain Managemen 1. Mengetahui
Agen Pencidera intervensi 1. Mengobservasi karakteristik
Fisik keperawatan tipe dan sumber nyeri
maka tingkat nyeri 2. Menurunkan
nyeri menurun 2. Berikan posisi ketegangan otot,
dengan kriteria semifowler menurunkan rasa
hasil: 3. Berikan kurang nyaman
 Keluhan nyeri informasi yang 3. Agar pasien
menurun akurat untuk mengerti dan
 Meringis mengurangi rasa dapat membantu
menurun sakit proses
 Sikap protektif 4. Monitor TTV penyembuhan
menurun 4. Mengetahui
 Frekuensi nadi Analgesik keadaan umum
membaik Administration pasien
 Tekanan darah 5. Pilih analgesic 5. Untuk
membaik yang diperlukan menurunkan
atau kombinasi intensitas nyeri
dari analgesik
ketika
pemberian lebih
dari satu

2 Konstipasi Tujuan: Setelah 1. Observasi 1. Membantu


berhubungan dilakukan warna feses, mengidentifikasi
dengan tindakan konsistensi, penyebab atau
kelemahan otot keperawatan frekuensi dan faktor pemberat
abdomen selama 3x24 jam jumlah dan intervensi
diharapkan 2. Auskultasi yang tepat
konstipasi pasien peristaltik usus 2. Umumnya
dapat teratasi 3. Awasi masukan peristaltik usus
Kriteria Hasil: dan haluaran akan menurun
dengan saat konstipasi
1. Klien dapat perhatian 3. Dapat
mengeluarkan khusus pada mengidentifikasi
feses dengan makanan/cairan dehidrasi,
konstitensi 4. Kolaborasi kehilangan
lembek dengan ahli gizi berlebih/ alat
2. Bising usus untuk dalam
normal (12-35 memberikan mengidentifikasi
x/menit) diet seimbang defisiensi diet
dengan tinggi 4. Serat menahan
serat enzim
5. Kolaborasi pencernaan dan
dalam mengabsorbsi air
pemberian obat dalam alirannya
laksatif, sepanjang traktus
pelembek feses intestinal dan
sesuai dengan demikian
kebutuhan menghasilkan
bulk, yang
bekerja sebagai
perangsang
untuk defekasi
5. Melembekkan
feses,
meningkatkan
fungsi defekasi
sesuai kebiasaan

3 Intoleransi Tujuan: Setelah 1. Menjelaskan 1. Mengurangi


aktivitas dilakukan batasan aktifitas risiko cedera
berhubungan tindakan pasien sesuai 2. Melatih otot
dengan respon keperawatan kondisi tubub akibat
tubuh akibat selama 3x24 jam 2. Meningkatkan tirah baring
luka post-op diharapkan aktifitas secara 3. Mengontrol
aktivitas dapat bertahap aktifitas sesuai
dilakukan secara 3. Merencanakan kebutuhan
maksimal waktu istirahat
Kriteria hasil: sesuai jadwal
Memperlihatkan 4. Memotivasi
kemajuan aktifitas peningkatan dan
s.d mandiri dan beri
ada respon positif penghargaan
terhadap aktifitas pada kemajuan
(Moorhead et al., yang telah
2013) dicapai

(Bulechek et al.,
2013)

E. Materi Pendidikan Kesehatan Klien dan Keluarga


 Patofisiologi penyakit Hernia
 Tanda dan Gejala
 Penyebab Hernia
 Kondisi pasien dengan Hernia dan informasi mengenai kemajuan pasien
 Pilihan terapi dan penanganan

Referensi :

Amin, H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, NIC, NOC Dalam Berbagai Kasus. Mediaction.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). Elsevier.

Diyono, & Mulyanti, S. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
KENCANA.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcome
Classification. Elsevier.

Nanda, I. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. EGC.

Nuari, N. . (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Trans Info Media.
LAPORAN KASUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2
POST OP HERNIOTOMY

NAMA : Elisabeth Hutauruk

NIM : 211102052

KELOMPOK :6

DOSEN PEMBIMBING : Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
Kasus
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke RS dengan keluhan merasa ada benjolan di
daerah region inguinal dextra tepatnya di skrotum sebelah kanan berdiameter sekitar 4-5
cm. Benjolan terlihat jelas saat klien batuk, bersin, mengedan dan berdiri, tapi saat
berbaring benjolan hilang atau tidak nampak dan ada rasa nyeri pada benjolan. Saat
dilakukan pemeriksaan ditemukan kesadaran pasien composmentis, TD : 120/80 mmHg,
N : 78 x/i, P : 20 x/i, dan suhu 36,5°C.

FORMAT PENGKAJIANKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS KEPERAWATAN USU

I. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Karto
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta (berkebun)
Alamat : Desa Barus
Tanggal Masuk RS : 17 Januari 2022
No. Register : 01405693
Ruangan/ Kamar : Cendana / 2
Golongan Darah :A
Tanggal Pengkajian : 20 Januari 2022
Tanggal Operasi : 18 Januari 2022
Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. T
Hubungan dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : Swasta (berkebun)
Alamat : Desa Barus

II. KELUHAN UTAMA


Klien datang kerumah sakit pada tanggal 17 Januari 2022 jam 10.45 WIB, diantar oleh
keluarga keruang poli bedah dengan tingkat kesadaran composmetis. Dengan keluhan
terasa ada benjolan di daerah region inguinal dextra tepatnya di skrotum sebelah kanan
berdiameter sekitar 4-5 cm. Benjolan terlihat terutama jelas saat klien batuk, bersin,
mengedan dan berdiri, tapi saat berbaring benjolan hilang atau tidak nampak dan ada rasa
nyeri pada benjolan. TD : 120 / 80 mmHg, Nadi: 78 ×/menit, : 20 ×/menit, S: 36,5°C.

III. FAKTOR PENCETUS


Yang menjadi faktor pencetus klien menderita hernia adalah aktivitas yang berlebihan.
Menurut istrinya, suaminya suka berolahraga seperti bermain futsal, berkebun
(mengangkat sawit dan menimbang getah karet) dan juga sering bermain bersama teman-
temannya. Istri klien juga mengatakan bahwa suaminya pada saat batuk terlalu keras ada
keluar benjolan disekitaran lipatan paha.

IV. LAMA KELUHAN


Klien mengatakan penyakit ini sudah diderita sejak kecil tetapi masih benjolan kecil pada
daerah lipatan paha sebelah kanan berdiameter 2-3 cm dan tidak mengganggu aktifitas.
Klien pernah dibawa berobat kerumah sakit dan pada saat itu dokter menganjurkan untuk
dilakukan tindakan operasi tetapi klien menolak operasi dan memutuskan untuk berobat
di klinik terdekat dan berobat dengan orang pintar. lama kelamaan benjolan semakin
membesar dan mulai mengganggu aktifitasnya sebagai petani. Keluhan dirasakan lebih
kurang 1 bulan terakhir ini, dirasakan saat sesudah beraktivitas dan saat batuk.

V. TIMBULNYA KELUHAN
Klien mengatakan nyeri dirasakan setelah melakukan aktivitas lebih lama.

VI. FAKTOR YANG MEMPERBERAT


Klien mengatakan tidak tahu faktor yang memperberat penyakitnya, hanya saja klien
mengeluh setelah mengangkat yang berat nyeri lebih dirasakan dan benjolan terlihat
jelas.

VII. UPAYA YANG DILAKUKAN


Klien berobat ke puskesmas, karena tidak ada perubahan klien dibawa berobat ke rumah
sakit melalui poli bedah dari hasil pemeriksaan dokter spesialis, klien dianjurkan untuk
operasi dan pada saat itu klien menolak untuk dilakukan tindakan operasi dan
melanjutkan pengobatan ke puskesmas. Lama kelamaan benjolaan semakin membesar,
akhirnya dibawa kembali berobat kerumah sakit dan menyetujui untuk dilakukan
tindakan operasi.
VIII. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Pasien merasa keadaan memburuk saat bergerak
2. Hal-hal yang memperbaiki
keadaan Beristirahat
B. Quantity/ quality
1. Bagaimana dirasakan
Nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 6 (sedang)
2. Bagaimana dilihat
Terlihat bekas luka post op sepanjang ± 8 cm sebanyak 7 jahitan. Kulit kemerah –
merahan di daerah luka bekas operasi dan disekitar jahitan luka tampak masih
kemerahan. Klien terpasang infus RL 20 TPM. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 ×/menit P : 22 ×/menit S :
36,7°C.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Abdomen kanan
bawah
2. Apakah
mneyebar Tidak
D. Severity (mengganggu aktivitas)
Klien tampak lemah, klien selalu dibantu dalam melakukan suatu aktivitas dan Klien
mengeluh kurang dapat beraktivitas/ mobilisasi, klien merasa takut dan cemas untuk
beraktifitas/ mobilisasi dikarenakan luka operasi.
E. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Nyeri mulai timbul saat pasien bergerak

IX. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan bahwa hernia yang dialaminya terjadi sejak kecil dan keluarga
menganggap bahwa hernia tersebut tidak apa- apa karena tidak mengganggu akttifitas.
B. Pernah dirawat/ dioperasi.
Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit dan tidak pernah menderita penyakit berat,
hanya demam biasa.
C. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan dan tidak ada alergi obat.

X. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang sama
seperti yang ia rasakan

GENOGRAM

X X

= Laki-laki

= perempuan

= Hubungan keluarga

= Pasien

= Tinggal serumah

X = Anggota keluarga yang meninggal


PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Lemah

Tingkat kesadaran : Sadar sepenuhnya (Compos Mentis)

GCS : 15 (E4, M6, V5)

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,7ºC Pernapasan : 22 x/menit

Pemeriksaan head to toe

1. Mata
I : Mata simetris, konjungtiva ananemis, gerakan bola mata atas-bawah normal, klien
dapat menggerakan bola mata ke samping kiri dan kanan, ukuran pupil 3 mm,
sclera tidak ikterik.
Pa : Tidak teraba adanya pembengkakan dimata klien dan tidak teraba nyeri tekan dan
dimata klien kiri dan kanan.
2. Hidung
I : Hidung simetris kiri dan kanan, lubang hidung terdapat sedikit adanya seckret, tidak
ada penyumbatan dilubang hidung, tidak ada lesi di area hidung.
Pa : Tidak ada teraba adanya pembengkakan, nyeri tekan (-).
3. Telinga
I : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya serumen, tidak tampak adanya
pendarahan, tidak ada lesi di telinga klien, tidak ada tanda-tanda infeksi di telinga
klien, klien tidak menggunakan alat bantu dengar.
Pa : Tidak ada nyeri tekan di area telinga.
4. Mulut
I : Bentuk mulut simetris, tidak ada lesi dan sariawan
Pa : Tidak ada pembengkakan pada gusi
5. Leher
I : Tidak ada lesi jaringan parut, tidak ada pembengkakan tiroid
Pa : Tidak teraba adanya massa di area leher, tidak ada teraba pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada teraba pembesaran kelenjar limfe.
6. Thorak
a. Paru-paru
I : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, warna kulit sawo matang, tidak ada lesi
di area dada klien, frekuensi napas 20 x/i.
Pa : Taktil fremitus getarannya sama kiri dan kanan, tidak teraba adanya massa
dan benjolan.
Pe : Resonan seluruh lapang paru
Aus : Vesikuler
b. Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak, tidak ada lesi pada dada sebelah
kiri Pa : Ictus cordis teraba
Pe : Dullness
Aus : Bunyi jantung 1 dan 2 dengan irama reguler (lup dup), tidak terdapat bunyi
jantung tambahan murmur, gallop.
7. Abdomen
I : Terdapat luka post operasi di abdomen region inguinal dextra, luka tertutup perban
dengan panjang ± 8 cm
Pa : Adanya nyeri tekan di area perut bekas operasi di abdomen. Tidak ada pembesaran
splenomegali, turgor kulit baik.
Pe : Tympani
Aus : Bising usus 20x/menit
8. Genitourinaria
I : Tidak ada pembengkakan pembuluh limfa dan tidak ada hemoroid.
9. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Terpasang infus RL 24 TPM drip Tramadol 1 ampul pada tangan sebelah kiri klien,
pergerakan ekstremitas baik, capilary refil < 3 detik, akral hangat.
b. Ekstremitas bawah
Kedua kaki Klien baik tidak ada odema, capilary refil < 3 detik, tidak teraba adanya
massa karena faktor pembiusan spinal sehingga klien merasakan kedua kaki nya masih
terasa berat jika digerakan, dan terasa nyeri luka bekas operasi bila digerakan.
TERAPI OBAT

Nama obat dan Indikasi Efek samping Kontra indikasi


dosis obat
IVFD 2 : 1 IVFD 2 : 1 (28 IVFD 2 : 1 (28 IVFD 2 : 1 (28 TPM)
(28 TPM) TPM) TPM) 1. RL
1. RL 1. RL 1. RL Hipernatremia,
2. Aminofluid Mengembalikan Panas, infeksi kelainan ginjal,
cairan pada tempat kerusakan sel hati,
keseimbangan penyuntikan, laktat asidosis
elektrolit pada trombosis vena 2. Aminofluid
dehidrasi atau flebitis yang a. Koma hepatik atau
2. Pemberian meluas dari resiko koma
Aminofluid (asam tempat hepatik, gangguan
amino), air penyuntikan, ginjal berat atau
sebelum dan ekstravasasi azotemia, gagal
sesudah operasi 2. Aminofluid jantung kongestif,
dan elektrolit, Ruam kulit, nyeri asidosis berat,
pada individu dada, palpiasi b. Metabolisme
dengan edema serebral, elektrolit yg
hipoproteinemia pulmoner dan abnormal,
atau manutrisi perifer, hiperkalemia,
ringan karena hiperkalemia, hiperfosfatemi,
kurangnya oral asidosis, hipermagnesemia,
suplay intoksikasi air, hiperkalsemia,
nyeri vaskuler, c. penurunan jumlah
flebitis, pengeluaran urin
menggigil, meabolisme asam
demam, rasa amino abnormal
hangat, dan sakit
kepala
IVFD RL Diindikasikan untuk Sama seperti Keracunan sama seperti
drip mengobati dan analgesik umumnya umumnya analgesik
Tramadol (28 mencegah nyeri yang bekerja secara yang bekerja secara
TPM) yang sedang hingga sentral, efek samping sentral, efek samping
berat, seperti di yang dapat terjadi: yang dapat terjadi: akut
bawah ini: a. obstipasi, lelah oleh alkohol, hipnotik,
a. Nyeri akut dan b. sedasi, pusing, analgesik atau obat-obat
kronik yang c. pruritus yang mempengaruhi
berat. d. berkeringat SSP lainnya.
b. Nyeri pasca bedah e. kulit kemerahan a. Penderita yang
mendapat
f. mulut kering dan pengobatan
sakit kepala. penghambat
g. Meskipun monoamin oksidase
tramadol (MAO).
berinteraksi b. Penderita yang
dengan reseptor hipersensitif terhadap
apiat sampai tramadolakut oleh
sekarang terbukti alkohol, hipnotik,
insidens analgesic atau obat-
ketergantungan obat yang
setelah mempengaruhi SSP
penggunaan lainnya.
tramadol, ringan. c. Penderita yang
mendapat
pengobatan
penghambat
monoamin oksidase
(MAO).
d. Penderita yang
hipersensitif terhadap
tramadol
INJEKSI Ditujukan untuk secara umum dapat Kontra indikasi pada
Cefoperazone 2 pengobatan infeksi ditoleransi dengan pasien yang alergi
X1 yang disebabkan baik. Mayoritas efek terhadap penicillin,
oleh organisme yang samping yang terjadi cefoperazone,
sensitif: Infeksi bersifat ringan atau sulbactam, atau
saluran pernapasan sedang dan dapat sefalosporin lainnya
bawah dan atas, ditoleransi dengan
Infeksi saluran melanjutkan
kemih bawah dan pengobatan.
atas, cholangitis ,
Peritonitis,
cholecystis dan
infeksi intraabdomen
lainnya. Infeksi
jaringan lunak dan
kulit
INJEKSI Untuk Ulkus, perdarahan - Hipersnsitif thd
Ketorolac 2 X 1 penatalaksanaan saluran cerna dan ketorolac
(30 mg) nyeri akut yang berat perforasi, hemoragis tromethamine dan
jangka pendek (< 5 pasca bedah, gagal pernah menunjukkan
hari) ginjal akut, reaksi reaksi alergi terhadap
anafilaktoid, dan aspirin atau obat AINS
gagal hati lainnya.
- Pasien dengan atau
yang mempunyai
riwayat ulkus
peptikum akut,
perdarahan saluran
cerna atau perforasi.
- Penderita gangguan
ginjal berat atau
berisiko menderita
gagal ginjal.
- Tidak boleh diberikan
secara intratekal atau
epidural

POLA FUNGSI KESEHATAN

No Aktivitas Rumah Rumah Sakit


1. Pola Nutrisi  Frekuensi makan 3x  Frekuensi makanan
sehari, makanan lunak 3 x sehari,
habis 1 porsi  Intake cairan 4 aqua
 Intake cairan ± 5 gelas gelas/hari
perhari  Diit : Makanan
 Diit, makanan biasa lunak
 Makanan
pantangan tidak ada
2. Pola Eliminasi BAB : BAB :
 Frekuensi 1 x sehari  Frekuensi : selama
 Tidak dirumah sakit klien
menggunakan BAB 1 kali sesudah
pencahar operasi (pada hari ke
 Waktu : pagi hari 2)
 Warna : kuning  Warna : kuning
 Konsistensi : lembek  Konsistensi :
BAK : Lembek
 Frekuensi : 3 x sehari BAK :
 Warna : Kekuningan  Frekuensi : tidak
 Bau : khas urin terhitung klien tidak
menggunakan DC
 Warna : kekuningan
 Bau : khas urin
3. Pola Tidur dan Istirahat  Waktu : malam ( 7-8  Waktu tidur :
jam) Malam 7 jam/hari
 Tidak ada kebiasaan Siang : 1 jam/hari
makan obat  Tidak ada
sebelum tidur kebiasaan tidur
 Tidak ada  Dirumah sakit pola
kesulitan tidu tidur klien tidak
terganggu
4. Pola Aktivitas dan Latihan Klien selama ini bekerja Klien selama dirumah
sebagai petani dan sakit aktivitas dan
kegiatan sehari hari latihan cara merobah
selama sakit tidak bisa posisi miring kiri dan
dilakukan . kegiatan miring kanan,dari tidur
dilakukan waktu luang ke duduk,dan berjalan
digunakan untuk kekamar mandi masih
menonton tv dan dibantu dan
berkumpul dengan teman perawat.oleh keluarga
sambil bermain futsal,
kesulitan / keluhan dalam
hal yang lain adalah klien
merasa nyeri di
selangkangan setelah
beraktivitas.

DATA LINGKUNGAN

Kebersihan : Keluarga mengatakan tempat tinggalnya lumayan bersih dan rapi

Bahaya : Tidak ada bahaya yang mengancam dilingkungan tempat

tinggalnya

Polusi : Klien tinggal didusun /pedesan dengan suasana dan udara yang relatif masih
bersih,tetapi jika ada kendaraan lewat ada polusi.

DATA PSIKOLOGIS

Pola pikir dan persepsi klien mengatakan hanya kesulitan bila melakukan aktivitas seperti
berdiri dan duduk dari tempat tidur selama sakit.

1. Persepsi diri
a. Hal yang diinginkan saat ini: klien menginginkan cepat sembuh dan cepat pulang.
b. Harapan setelah menjalani perawatan: klien berharap penyakitnya tidak kambuh lagi.
c. Perubahan yang dirasakan setelah sakit: klien merasa lemah dan aktivitas dibantu oleh
keluarga.
2. Suasana hati
Klien mengatakan berharap cepat sembuh dengan penyakitnya yang dialaminya dan cepat
diizinkan pulang.
3. Hubungan/komunikasi
a. Bicara: Klien bicara menggunakan bahasa daerah, orientasi klien terhadap orang,
tempat dan waktu baik, klien mengenali setiap orang yang datang mengunjunginya dan
klien bisa menyebutkan dimana dia berada sekarang, klien bisa menyebutkan tanggal
dan hari apa sekarang.
b. Tempat tinggal : klien selama ini tinggal serumah dengan istri dan anak-anaknya.
c. Adat istiadat yang dapat dianut klien adalah adat dusun dalam membuat keputusan dan
mengambil keputusan klien selalu bermusyawarah dengan keluarganya khususnya
istrinya dan hubungan dengan keluarga baik.
d. Kesulitan dalam keluarga tidak ada masalah selama ini hubungan dengan keluarga
terjalin dengan baik dibuktikan dengan adanya keluarga menjenguk selam dirawat
dirumah sakit.
4. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan klien dibantu oleh keluarganya.
b. Yang disukai tentang diri sendiri: klien merasa bangga sebagai anak yang berbakti pada
orang tua dan menjadi kakak/adik buat keluarganya.
c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : tidak ada karna menurut klien semua yang
dialaminya adalah kehendak Allah SWT
d. Yang dilakukan klien jika stres adalah mencari pemecahan masalah dan mencari
pertolongan pada keluarganya.
5. Sistem nilai kepercayaan
a. Sumber kekuatan klien adalah Tuhan Yang Maha Esa dan keluarga.
b. Klien merasa yakin dan penting dengan agamanya
c. Kegiatan keagamaan yang dilakukan klien adalah shloat 5 waktu dan melakukan
kegiatan yasinan setiap malam jumat.
d. Kegiatan agama dan kepercayaan yang ingin dilakukan selama dirumah sakit, klien
melaksanakan sholat 5 waktu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (17 Januari 2022)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Unit


Hemoglobin 13,0 12-16/13-18 gr/dL
Leukosit 9.400 5.000-10.000 𝑆𝑒𝑙/𝑚𝑚3
LED 1 jam 8 0-1-/0-15 mm/jam
Hitung jenis 0/1/0/84/11/4 0-1/1-3/2-6/50- %
70/20-40/2-8
Hematokrit 38 38-43/40-48 %
Trombosit 371.000 150.000-400.000 𝑆𝑒𝑙/𝑚𝑚3
PT 15,7 12-18 Sec
APTI 24,0 20-35 Sec

Kimia Klinik (17 Januari 2022)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Unit


Gula darah sewaktu 127 100-180 mg/dl
Ureum 18 10-50 mg/dl
Kreatinin 0,8 0,6 - 1,1 Mg/dl
SGOT 32 < 32 / < 38 u/l
SGPT 26 < 31 / < 41 u/l

Rontgen

Dari hasil radiologi pada tanggal 17 Januari 2022 didapatkan hasil bahwa terdapat benjolan
diselangkangan sebelah kanan.
ANALISA DATA

Symptom Etiologi Problem


Data Subyektif : Hernia inguinalis Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri
pada daerah lipatan paha
setelah operasi, seperti di Kantung hernia melewati
tusuk – tusuk, Skala nyeri 6 celah inguinal
(nyeri sedang), nyeri terasa
lamanya (± 2 menit)
Dinding posterior canalis
inguinalis yg lemah
Data Obyektif :
 Wajah klien tampak
meringis bila ada Benjolan pada region
nyeri
 Klien mengatakan
nyeri pada saat Diatas ligamentum ingunal
bergerak. mengecil bila berbaring
 Terlihat bekas luka
post op sepanjang + 8 Pembedahan
cm sebanyak di
abdomen kanan bawah
klien Insisi bedah

Terputusnya jaringan saraf

Nyeri akut

Data Subyektif : Hernia inguinalis Kerusakan mobilitas


 Klien tampak lemah. fisik
 klien mengatakan selalu
dibantu dalam Kantung hernia melewati
beraktifitas. celah inguinal
 Klien mengatakan kurang
dapat beraktivitas dan
Dinding posterior canalis
mobilisasi
inguinalis yg lemah
 Klien merasa takut dan
cemas untuk beraktifitas
dikarenakan luka operasi. Benjolan pada region

Data Obyektif :
 Klien selalu dibantu Diatas ligamentum ingunal
dalam melakukan mengecil bila berbaring
suatu aktifitas,
 Klien mengeluh tidak
Pembedahan
dapat mobilisasi dan
beraktifitas
 Klien tampak masih takut Insisi bedah
dan cemas dalam
mobilisasi dan
beraktifitas seperti Terputusnya jaringan saraf
merubah posisi
Nyeri akut

Kerusakan mobilitas fisik

Data subyektif : Hernia inguinalis Kerusakan integritas


Klien mengatakan terdapat kulit
luka bekas operasi di daerah
lipatan paha. Kantung hernia melewati
celah inguinal
Data obyektif :
 Terdapat luka jahitan
Dinding posterior canalis
post op sepanjang ±
inguinalis yg lemah
8cm sebanyak 7 jahitan
di sebelah kanan dekat
lipatan paha. Benjolan pada region
 Tampak disekitar kulit
kemerah – merahan di
daerah luka bekas operasi Diatas ligamentum ingunal
(jahitan). mengecil bila berbaring
 Disekitar jahitan
luka tampak Pembedahan
kemerahan

Insisi bedah

Kerusakan integritas kulit


Diagnosa Keperawatan :

1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi


2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi. (Nanda, 2015)

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Keperawatan Tujuan Intervensi Evaluasi
Diagnosa Setelah dilakukan Pain Management S:
Keperawatan : tindakan a. Lakukan  Klien mengatakan
Nyeri akut nyeri pada daerah
berhubungan keperawatan selama pengkajian nyeri lipatan paha, seperti
dengan 3x24 jam nyeri pada secara di tusuk – tusuk,
diskontuinitas skala nyeri 6, nyeri
klien berkurang atau komprehensif
jaringan akibat terasa lamanya (± 2
tindakan operasi hilang dengan termasuk lokasi, menit) dengan
Kriteria Hasil : karakteristik, interval 5 menit
Data Subyektif : sekali
a. Mampu durasi, frekuensi,
Klien mengatakan  Nyeri dirasakan saat
nyeri pada daerah mengontrol nyeri kualitas dan faktor bergerak atau
lipatan paha (tahu penyebab presipitasi perubahan posisi
setelah operasi,
nyeri, mampu b. Kontrol
seperti di tusuk – O:
tusuk, Skala nyeri menggunakan lingkungan yang  Nyeri mengganggu
6 (nyeri sedang), tehnik dapat aktivitas klien
nyeri terasa  Klien tampak
nonfarmakologi mempengaruhi
lamanya (± 2 meringis
menit) untuk mengurangi nyeri seperti suhu
 TD 120/70 mmhg,
nyeri, mencari ruangan, N: 80 x/ menit, RR:
Data Obyektif : 20x/menit, S:
bantuan) pencahayaan dan
 Wajah klien 36,8°C.
tampak b.Melaporkan kebisingan A:
meringis bila bahwa nyeri c. Ajarkan tentang Masalah nyeri belum
ada nyeri teratasi
berkurang dengan teknik relaksasi
 Klien
mengatakan menggunakan untuk mengatasi
P : Intervensi
nyeri pada saat manajemen nyeri nyeri dilanjutkan
bergerak. a. lakukan pengkajian
nyeri secara
 Terlihat bekas c. Menyatakan rasa d. Berikan analgetik komprehensif
luka post op nyaman setelah untuk mengurangi termasuk lokasi,
sepanjang + 8 karakteristik,
nyeri berkurang rasa nyeri
cm sebanyak durasi, frekuensi,
di abdomen d.Tanda vital dalam e. Pantau tanda-tanda kualitas dan faktor
kanan bawah rentang normal vital. presipitasi
klien b. Kontrol lingkungan
yang dapat
Analgesic mempengaruhi
Administration nyeri seperti suhu
ruangan,
f. Tentukan lokasi,
pencahayaan dan
karakteristik, kebisingan
kualitas, dan c. Berikan analgetik
derajat nyeri untuk mengurangi
nyeri
sebelum d. Pantau tanda tanda
pemberian obat vital.
g. Cek instruksi
I:
dokter tentang
Memberikan contoh
jenis obat, dosis, melakukan teknik
dan frekuensi nafas dalam dan
mempraktikkannya
h. Monitor vital sign
kembali bersama
sebelum dan pasien.
sesudah pemberian
E:
analgesik pertama
Edukasi pasien terkait
kali tindakan untuk
i. Berikan analgesik meminimalkan rasa
tepat waktu nyeri

terutama saat nyeri R:


hebat. Anjurkan pasien
memakan makanan
bernutrisi cukup untuk
mempercepat proses
penyembuhan luka
pasca operasi yang
menyebabkan nyeri
Diagnosa Setelah dilakukan Exercise therapy : S:
Keperawatan : tindakan ambulation Klien mengatakan
Kerusakan belum bisa beraktifitas
keperawatan selama a. Memantau tanda-
mobilisasi fisik tanpa bantuan dari
berhubungan 3x24 jam masalah tanda vital sesudah orang lain
dengan nyeri hambatan mobilitas latihan dan lihat
O:
fisik teratasi dengan respon klien saat
Data Subyektif : a. Klien masih dibantu
 Klien tampak Kriteria Hasil: latihan. dalam melakukan
lemah. a. Klien meningkat b. Kaji kemampuan suatu aktifitas
 klien b. Klien mengeluh
dalam aktifitas klien dalam
mengatakan kurang dapat
selalu dibantu fisik seperti braktifitas beraktifitas karena
dalam biasanya. c. Latih klien dalam kelemahan fisik dan
beraktifitas. b. Mengerti dari pemenuhan nyeri
 Klien
tujuan kebutuhan secara A:
mengatakan
kurang dapat peningkatan mandiri sesuai Masalah kerusakan
beraktifias dan aktifitas kemampuan mobilitas fisik belum
mobilisasi teratasi
d. Dampingi dan
 Klien
merasa takut bantu klien saat P:
dan cemas mobilisasi dan Intervensi dilanjutkan
untuk a. Kaji kemampuan
bantu penuhi
beraktifitas klien dalam
dikarenakan kebutuhan klien. beraktifitas
luka operasi. e. Ajarkan klien b. Melatih klien dalam
pemenuhan
bagaimana
Data Obyektif : kebutuhan aktifitas
merubah posisi c. Dampingi dan bantu
 Klien selalu
dibantu dalam dan berikan klien saat mobilisasi
melakukan bantuan jika d. Anjurkam klien
suatu aktifitas, bagaimana merubah
diperlukan posisi dengan
 Klien
mengeluh tidak kemampuan sendiri.
dapat
mobilisasi dan I:
beraktifitas Memgajarkan pasien
 Klien tampak melakukan latihan
masih takut ROM untuk
dan cemas mempertahankan dan
dalam memperbaiki tingkat
mobilisasi dan kesempurnaan
beraktifitas
seperti kemampuan
merobah posisi pergerakan sendi

E:
Edukasi pasien untuk
melakukan aktivitas
secara bertahap

R:
Anjurkan pasien
memanggil perawat
atau keluarga saat
membutuhkan sesuatu
untuk menghindari
resiko jatuh.

Diagnosa Setelah dilakukan a. Jaga kebersihan S:


Keperawatan: tindakan kulit agar tetap Klien mengatakan
Kerusakan terdapat luka bekas
integritas kulit keperawatan selama bersih dan kering operasi di daerah
berhubungan 3x24 jam masalah b. Mobilisasi pasien lipatan paha.
dengan luka
resiko infeksi (ubah posisi
operasi O:
teratasi dengan pasien) setiap dua a. Tampak ada luka
Data subyektif : Kriteria Hasil : jam sekali bekas operasi
Klien mengatakan sepanjang ± 8cm
a. Integritas kulit c. Monitor kulit akan
terdapat luka sebanyak 7 jahitan
bekas operasi di yang baik bisa adanya kemerahan di sebelah kanan
daerah lipatan dipertahankan d. Monitor aktivitas dekat lipatan paha.
paha. b. Keadaan kassa
b. Tidak ada dan mobilisasi
tampak bersih
Data obyektif : luka/lesi pada pasien c. Tampak disekitar
 Terdapat luka kulit e. Monitor status kulit ada kemerah –
jahitan post op merahan di daerah
c. Perfusi jaringan nutrisi pasien
sepanjang ± luka bekas operasi
8cm sebanyak baik f. Memandikan
7 jahitan di d. Menunjukan pasien dengan A:
sebelah kanan Masalah kerusakan
pemahaman sabun dan air
dekat lipatan integritas kulit belum
paha. dalam proses hangat teratasi
 Tampak perbaikan kulit g. Membersihkan,
disekitar kulit P:
dan mencegah memantau dan Intervensi dilanjutkan
kemerah –
meningkatkan
merahan di terjadinya cedera proses a. Pastikan perawatan
daerah luka ulang penyembuhan luka yang tepat
bekas operasi b. Monitor kulit
e. Mampu pada luka yang
(jahitan). adanya kemerahan-
 Disekitar melindungi kulit ditutup dengan merahan
jahitan luka dan jahitan, klip atau c. Instruksikan pada
tampak pengunjung untuk
mempertahankan strapless
kemerahan mencuci tangan saat
kelembaban h. Monitor proses berkunjung dan
kulit dan kesembuhan area setelah berkunjung
d. Tingkatkan intake
perawatan alami. insisi
nutrisi
(Moorhead et al., i. Monitor tanda dan e. Berikan antibiotik
2013) gejala infeksi pada untuk melawan
area insisi terjadinya infeksi

j. Bersihkan area I:
sekitar jahitan atau Memandikan pasien
staples, dengan sabun dan air
hangat
menggunakan lidi
kapas steril E:
(Bulechek et al., Edukasi terkait nutrisi
untuk mempercepat
2013)
proses penyembuhan
luka operasi dan

R:
Ajarkan klien dan
keluarga cara
mencegah terjadinya
infeksi

Referensi :

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). Elsevier.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcome
Classification. Elsevier.

Nanda, I. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. EGC.

Anda mungkin juga menyukai