Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat
turunnya usus atau colon seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita
hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya
akan merasakan nyeri, jika terjadi infeksi di dalamnya, misalnya, jika anak-anak
penderitanya terlalu aktif.
Hernia berasal dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga
melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah
itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi
di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus.
Penyakit hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan
yang notabene yang penuh dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas
tersebut membutuhkan stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus
dipaksakan maka, penyakit hernia akan segera menghinggapinya (Sjamsuhidayat, 2004:
523 ).
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu
defek pada fasia muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau
didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui
dinding tersebut. Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004: 523 ).
Sedangkan menurut Sue Hinclift, Hernia adalah protusio (penonjolan)
abnormal suatu organ atau bagian suatu organ melalui lubang (apertura) pada stuktur
disekitarnya, umumnya protusio organ abdominal melalui celah dari dinding abdomen
(Sue Hinchliff, 2000 : 206).
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga
dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup (Suster
nada, 21 juli 2007).
Menurut World Health Organization (WHO), penderita hernia tiap tahunnya
meningkat. Didapatkan data pada decade tahun 2005 sampai tahun 2010 penderita
hernia segala jenis mencapai 19.173.279 penderita (12.7%) dengan penyebaran yang
paling banyak adalah daerah Negara-negara berkembang seperti Negara-negara Afrika,
Asia tenggara termasuk Indonesia, selain itu Negara Uni emirat arab adalah Negara
dengan jumlah penderita hernia terbesar di dunia sekitar 3.950 penderita pada tahun
2011(http://askep-kesehatan.jurnal kesehatan provinsi.com/2009/01/. Jambi
independent.html).
Peran perawat pada kasus hernia meliputi sebagai pemberi asuhan
keperawatan langsung kepada klien yang mengalami hernia dan post operasi
herniotomy, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah
komplikasi adanya infeksi setelah operasi dan kejadian berulang dan perawatan
herniotomy, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan
keperawatan kepada klien herniotomy melalui metode ilmiah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut bagaimana penatalaksanaan, perawatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
dan bagaimana asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Hernia
Scrotalis Post Operasi Herniotomy.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata tentang “Asuhan Keperawatan
Hernioraphy Pada Klien Tn.R dengan Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra (HILS)”
dan sebagai pemahaman tentang penangan pasien Hernia Intra, Pre dan Post
Hernioraphy serta mengetahui komplikasi yang mungkin muncul dan pencegahan
terhadap komplikasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan perioperative pada Tn.R dengan Hernia
Inguinalis Lateralis Sinistra (HILS) di Kamar Bedah RSUD Karawang, Penulis
mampu:
a.Untuk mengetahui dan memahami tanda gejala dan penatalaksanaan pada
pasien (HILS) dan pemulihan agar dapat beraktifitas sesuai fungsinya semula.
b. Untuk memahami perawatan pasien operatif hernioraphy untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang meliputi infeksi luka post operasi dan
hernia berulang.
c.Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada pasien
Tn.R dengan (HILS).
d. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien Tn.R dengan (HILS).
e.Menyusun rencana keperawatan pada pasien Tn.R dengan (HILS).
f. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Tn.R dengan (HILS).
g. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien Tn.R dengan (HILS).
h. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta
penyelesaian masalah (solusi) dalam melaksanakan asuhan kepe-rawatan pada
pasien Tn.R dengan (HILS) dikamar bedah RSUD Karawang.

C. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan pada penulisan ini adalah metode deskriptif yang berbentuk
kasus teknik pengambilan data dilakukan dengan cara :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dalam rangka pengambilan data pada klien melalui proses
pengkajian.
2. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui pengamatan secara
langsung terhadap klien dan keadaan klien secara objektif tentang masalah
kesehatan.
3. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara memeriksa kondisi klien dari kepala sampai ujung kaki,
sampai didapatkan data-data yang akurat tentang kondisi fisik klien dengan metode
insfeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi.
4. Studi dokumentasi
Dengan cara melihat catatan perawat dan status klien selama penulis melakukan
Asuhan Keperawatan pada klien.
5. Studi kepustakaan
Pengumpulan data dengan menggunakan buku-buku sumber untuk mendapatkan
keterangan atau dasar teori yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR HERNIA


1. Pengertian
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus atau lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut
melalui anulus inguinalis externa atau medialisis (Kapita Selekta Kedokteraan Edisi
3, Marilynn E. Donges).
Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan ( R. Syamsuhidayat, 1997 ).
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hernia adalah
penonjolan isi rongga perut yang keluar melalui bagian yang lemah dari dinding
rongga yang bersangkutan dan dapat terjadi melalui aspek congenital maupun
karena adanya factor yang didapat.

2. Klasifikasi
a.Menurut lokalisasi atau topografinya : Hernia inguinalis (medialis dan
lateralis), hernia umbilikalis femoral dan sebagainya.
b. Menurut isinya : Hernia usus halus, hernia omentum dan sebagainya.
c.Menurut terlihat atau tidaknya. Bila terlihat disebut hernia eksterna misalnya
hernia inguinalis, hernia skrotalis dan sebagainya. Sedang bila tidak terlihat dari
luar disebut hernia interna, contohnya hernia diafgramatika, hernia foramen
Winslowi, hernia obturatoria dan sebagainya.
d. Hernia menurut kausanya : Hernia traumatika, hernia insisional dan
sebagainya.
e.Menurut keadaan : Hernia reponibilis, hernia ireponibilis, hernia inkaserata,
hernia strangulata.
f. Disebut reponibilis, bila isi hernia dapat dimasukkan kembali. Bila tidak dapat
dimasukkan kembali maka disebut hernia ireponibilis.
g. Bila selain tidak dapat masuk terdapat juga gangguan jalannya isi usus,
maka dinamakan hernia inkarserata. Bila selain inkarserasi terdapat gangguan
sirkulasi darah, maka keadaan itu disebut hernia strangulata.

3. Etiologi
Hernia Inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab
yang didapat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah hernia inguinalis yaitu
kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus
abdominus yang menutup annulus inguinalis internus. Ketika berkontraksi dan
adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi trigonum haselback yang
umumnya hampir tidak berotot, gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan
terjadinya hernia
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka akan menutup pada usia 2 bulan,
bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel, kanalis terbuka terus
karena prosesus tidak berobliterasi, maka akan timbul hernia inguanalis lateralis
kongenital, pada orang tua. Kanalis telah tertutup, namun daerah ini merupakan
locus minoris resistensi telah tertutup, maka keadaan ini menyebabkan tekanan intra
abdomninal meninggi kanal itu dapat terbuka kembali, dan timbul hernia inguinalis
laterlis akuista.
Keadaan ini yang menyebabkan tekanan abdominal naik atau meninggi adalah
hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, defikasi yang mengejan,
miksi yang mengejan misalnya prostat hipertropi.

\
5. WOC Hernia

Kehamilan, batuk kronis, Kelemahan otot abodmen


obesitas karena usia atau secara
congenital

Tekanan intra
Abdomen

Peregangan rongga dinding

Herniasi

Cincin hernia

Hernia Inguinalis

Penekanan pembuluh Gangguan penyaluran isi (usus)


Darah

Strangulasi Makan tidak dapat di cerna

Penekanan Pembedahan Lama tersimpan simpul

Gangguan rasa terputusnya kontinuitas Perubahan nutrisi


nyaman dan nyeri jaringan lunak kurang dari kebutuhan

proses terputusnya destruksi keterbatasan


penyembuhan simpul pertahanan gerak

Peningkatan gangguan rasa porte de hipoperistaltik


metabolisme nyaman nyeri usus

kebutuhan nutrisi masuknya ganggunan eliminasi


mikroorganisme BAB konstipasi

Perubahan
nutrisi kerang Resiko tinggi Gangguan
Kurang perawatan
dari infeksi mobilitas fisik
diri
kebutuhan
6. Manifestasi Klinis
Umumnya penderita mengalami penonjolan di daerah inguinalnya dan
mengatakan adanya benjolan diselangkangan atau kemaluan, benjolan itu bisa
mengecil atau menghilang dan muncul lagi bila menangis, mengejan pada waktu
defikasi atau miksi, mengangkat benda berat, dapat pula ditemukan rasa nyeri pada
benjolan atau gejala mual dan muntah ada komplikasi.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a.Laboratorium
b. Rontsgen
c.EKG
d. USG
e.Keadaan umum penderita biasanya baik. bila benjolan tidak tampak maka
penderita disuruh menejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila
ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila benjolan itu dapat dimasukan
kembali. Penderita dalam posisi tidur, bernafas dengan mulut untuk mengurangi
tekanan intra abdominal, lalu angkat skrotum perlahan-lahan. Bila benjolan itu
dapat masuk, maka diagnosis pasti hernia dapat ditegakan. Diagnosis pasti
hernia juga dapat ditegakan bila terdengar bising usus pada benjolan tersebut.
f. Keadaan cicin hernia perlu pula diperiksa. Caranya adalah dengan mengikuti
fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis interna. Pada keadaan normal,
maka jari tangan tidak dapat masuk, maka penderita disuruh mengejan dan
rasakan apakah ada massa yang menekan. Bila massa itu menekan ujung jari,
maka itu adalah hernia inguinalis lateralis. Sedang bila menekan sisi jari, maka
diagnosisnya adalah hernia ingunalis medialis.

8. Penatalaksanaan
a. Pada hernia inguinalis lateralis responibilis, maka dilakukan tindakan bedah
elektif, karena ditakutkan terjadi komplikasi.
b. Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukan

kembali. Penderita istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diat halus.
Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir.
Baik juga dilakukan kompres untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha
ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk utuk kemudian dilakukan bedah
elektif dikemudian hari, atau menjadi inkarserasi. Pada inkarserasi dan
strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
c. Tindaan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia) dan

hernior (menjahit kantong hernia).


d. Pada bedah elektif, maka kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat

dan dilakukan “Bassini plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis


inguinalis.
e. Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah elektif. Cincin hernia

langsung dicari dipotong. Usus dilihat apakah vital atau tidak. Bila vital
dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus anastomosis
“End to end”.
f.Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cin-cin henria dipotong dan usus
dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit yang lebih
lengkap.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Asuhan Keperawatan
a.Pengkajian
Data Subjektif
Sebelum operasi : Adanya benjolan di selangkang / kemaluan, nyeri didaerah
benjolan, mual muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu makan, pada bayi bila
menangis atau batuk yang kuat timbul benjolan.
Sesudah Operasi : Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual, kembung

Data objektif.
Sebelum operasi : Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisa, spasme otot,
demam dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi : Terdapat luka pada selangkang, puasa, selaput mukosa mulut
kering, anak bayi rewel.

Data Laboratorium
Darah leukosit > 10.000 – 18.000 / mm3, serum elektrolit meningkat.
Data pemeriksaan diagnostik : X ray
Potensial komplikasi :
 Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia
 Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat semakin banyak usus
yang naik.
 Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
 Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan okstipasi.
 Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam asidosis metabolik
dan akses.

b. Diagnosa Keperawatan, KH dan Intervensi


 Sebelum operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan pada selangkang.
KH : Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap pasien dapat
beradaptasi dengan nyeri.
Intervensi :
 Obsevasi tanda tanda vital
 Observasi keluhan nyeri, kolasi, jenis dan intensitas nyeri
 Jelaskan penyebab rasa sakit dan cara menguranginya.
 Beri posisi tidur yang nyaman.
 Ciptakan lingkungan yang tenang.
2. Kecemasan anak berhubungan dengan akan diadakan tindakan
pembedahan.
KH : anak hiperaktif dalam asuhan keperawatan expresi wajah tenang.
Intervensi :
 Kaji tingkat kecemasan pasien.
 Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambila darah,
puasa, jam operasi.
 Dengarkan keluhan anak.
 Beri kesempatan anak untuk bertanya.
 Jelaskan pada pasien tentang apa yang akan dilakukan dikamar
operasi dengan terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
 Jelaskan tentang keadaan pasien setelah operasi.
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan akan dilakukan
tindakan pembedahan
KH : Orang tua kooperatif dalam pendampingan perawatan.
Intervensi :
 Kaji tingkat kecemasan orang tua
 Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah,
waktu puasa dan jam operasi.
 Dengarkan keluhan orang tua.
 Beri kesempatan pada orang tua untuk bertanya.
 Jelaskan pada orang tua tentang apa yang akan dilakukan di
kamar operasi dengan terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
 Jelaskan keadaan pasien setelah operasi.
4. Resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan mual
dan muntah.
KH : Torgor kulit elastis
Intervensi :
 Obsevasi tanda vital setiap 4 jam
 Puasa makan minum
 Timbang berat badan anak setiap hari
 Kalau perlu pasang infus dan NGT sesuai program dokter
 Hentikan makan minum yang meransang mual dan muntah
 Obsevasi jumlah dan isi muntah
 Catat dan informasikan kepada dokter tentang muntahnya.
 Monitor dan catat cairan masuk dan keluar.

 Sesudah Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
KH : Nyeri berkurang secara bertahap
Intervensi :
 Kaji intensitas nyeri pasien.
 Observasi tanda tanda vital dan keluhan pasien.
 Letakkan anak pada tempat tidur dengan teknik yang tepat
sesuai dengan pembedahan yang dilakukan.
 Beri posisi tidur yang menyenangkan dan aman.
 Anjurkan untuk sesegera mungkin anak beraktifitas secara
bertahap.
 Beri terapi analgesik sesuai program medik
 Lakukan tindakan keperawatan anak dengan hati hati.
 Anjurkan teknik relaksasi.

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah


setelah pembedahan.
KH : Turgor kulit elastik, tidak kering mual dan muntah tidak ada.
Rencana tindakan :
 Obsevasi tanda tanda vital tiap 4 jam
 Monitor pemberian infus.
 Beri makan dan minum secara bertahap.
 Monitor tanda tanda dehydrasi.
 Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar.
 Timbang berat badan setiap hari.
 Catat dan informasikan ke dokter tentang muntahnya.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka opersai.
KH : Luka operasi bersih, kering, tidak ada bengkak, tidak ada
perdarahan.
Intervensi :
 Obsevasi keadaan luka operasi dari tanda tanda peradangan,
demam, merah, bengkak, dan keluar cairan.
 Rawat luka dengan teknik steril.
 Jaga kebersihan sekitar luka operasi.
 Beri makanan yang bergizi dan dukung pasien untuk makan.
 Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan luka operasi dan
lingkungannya.
 Kalau perlu ajarkan keluarga dalam pearwatan luka operasi
4. Resiko tinggi hipertensi berhubungan dengan infeksi pada luka
operasi.
KH : Luka operasi bersih, kering, tidak bengkak, dan tidak ada
perdarahan, suhu dalam batas normal ( 36 – 37 C ).
Intervensi :
 Observasi tanda tanda vital tiap 4 jam
 Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
 Beri kompres hangat.
 Monitor pemberian infus.
 Rawat luka operasi dengan teknik steril.
 Monitor dan catat cairan masuk dan keluar.
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan luka operasi berhubungan
dengan kurang informasi .
KH : Orang tua mengerti tentang perawatan luka operasi. Orang tua dapat
memelihara kebersihan luka operasi dan perawatannya.
Intervensi :
 Anjurkan kepada orang tua cara merawat luka operasi dan
menjaga kebersihannya.
 Diskusikan tentang keinginan keluarga yang ingin
diketahuinya.
 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
 Anjurkan untuk meneruskan pengobatan / minum obat secara
teratur di rumah dan kontrol kembali ke dokter.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
Hari / tanggal : Kamis, 29 November 2018
Waktu : 14.30 WIB
Metode : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumen
Sumber data : Klien, tenaga kesehatan lain, status kesehatan pasien
Tempat : Kamar Bedah RSUD Karawang
1. Identitas
Klien
Nama : Tn.R
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : laki - laki
Agama : islam
Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Praubosok RT/RW.09/03 Kel.Muarabaru Kec.Cilamaya
Wetan Kab.Karawang
Status perkawinan : Menikah
No. CM. : 748627
Tanggal masuk RS : 28 November 2018
Diagnosa medis : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan utama
Klien mengatakan ada benjolan dilipat paha kiri, dengan karakteristik:
P: Nyeri dirasakan bertambah setelah BAK
Q: Nyeri seperti ditekan/tertekan
R: Nyeri pada area lipatan paha kiri
S: Skala nyeri 3 (0-10), Nyeri ringan
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke poliklinik bedah pada hari Senin 26 November 2018 dan
direncanakan operasi pada hari Kamis 29 November 2018. Untuk
mempersiapkan operasi klien dirawat di ruang penyakit bedah Teluk Jambe
RSUD karawang pada hari Rabu 28 November 2018. Saat di ruang persiapan
operasi, klien menyatakan sedikit takut dan klien nampak tegang. Klien juga
mengajukan beberapa pertanyaan tentang bagaimana proses operasi yang akan
dijalaninya. Saat dilaksanakan operasi, klien dibius dengan bius spinal yang
merupakan anastesi lokal sehingga klien dalam keadaan sadar yang
mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan ekstremitas bawah. Saat selesai
dilakukan operasi, klien keluar dalam keadaan sadar dan tidak nampak takut.
Namun ada sedikit rasa tidak nyaman pada bagian bekas luka operasi.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM, klien tidak menderita hipertensi
dan asma.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit serupa dan tidak
ada yang menderita penyakit hipertensi, asma dll.

3. Pre Operasi
 Informed Concent : Ada/Tidak
di tandatangani oleh anak klien Tn.J
 Sedia Darah : Ya/Tidak
 Jenis Darah : PRC
 Jumlah : 250cc
 Screen : Ya/Tidak
 Baju Operasi : Ya/Tidak
 Lokasi Operasi : daerah abdomen
 Riwayat Alergi : tidak ada
 Saturasi O2 Pre operasi : 99%
 Kesulitan Bernafas : Tidak ada masalah pada pernafasan
 Bleeding : tidak ada
 Data Focus lainnya :Terdapat Benjolan Pada Selangkangan
Kiri

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15


TD : 170/90 mmHg
S : 36.7°C
RR : 16x/mnt
HR : 68x/mnt

Persiapan Klien :
- Klien dipakaikan baju OK
- Bulu pubis dan di sekitar yang akan dilakukan
- Puasa (mulai dari jam 7 pagi)
- Hasil Pemeriksaan EKG : dalam batas normal
- Hasil Pemeriksaan laboratorium : terlampir
- Hasil Foto torak : Normal
Pem. Penunjang :
Hari/tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Senin, 26-11-2018 Hb 13,6 gr/dl 12 – 15
Eritrosit 4,62 x100̂/ul 4,5 – 5,9
Leukosit 9,57 x100̂3/ul 4 – 10
Trombosit 332 x100̂3/ul 150 – 400
Hematokrit 38.1 % 40 - 52
MCV 83 fl 80 – 100
MCH 29 pg 26 – 34
MCHC 36 g/dl 32 – 36
RDW-CV 12.5 % 12.2 – 15.3
BT/CT 2 mnt/10.5 mnt 1-3 / 5-11
GDS 99 mg/dl 70 – 110
Ureum 28.5 mg/dl 15.0 – 50.0
Creatinin 1.1 mg/dl 0.60 – 1.10
CT/BT 3 menit/10 menit 1-7 / 5-11

Persiapan Instrumen dan Kamar Operasi


o Klem pean lurus : 2 buah
o Klem pean bengkok : 2 buah
o Calpel no 4 : 1 buah
o Calpel no 2 : 1 buah
o Gunting benang : 1 buah
o Gunting jaringan : 1 buah
o Duk klem : 1 buah
o Klem koher : 7 buah
o Lengan back sedang : 4 buah
o Pinset anatomis : 2 buah
o Pinset sirugis : 2 buah
o Bab cock : 2 buah
o Clem alles : 2 buah
o Mickrolitz : 3 buah
o Kanul suction : 1 buah
o Pisau operasi no 2 : 1 buah
o Peripare : 1 buah
o Needle holder : 1 buah
o Kom kecil : 1 buah
o Bengkok : 1 buah
o Selang suction : 1 buah

o Gaun Operasi
o Duck Besar : 2 buah
o Puck sedang : 4 buah
o Jas operasi : 4 buah
o Hand scone : 4 buah
o Alat Penunjang
o Diatmi congulation : 1 buah
o Oksimeter : 1 buah
o Suction pump surgery : 1 buah
o Monitor : 1 buah
o Lampu operasi : 2 buah
o Meja instrument : 2 buah

o Benang
o Cromic :1
o Plain : 1, 2/0
o Silk : 1, 2/0, 3/0
o Polypropylene : 3/0

o Bahan Medis Habis Pakai


o Mess no 24, kassa (6 bungkus)
o jarum
o alkohol 70 %(200 ml)
o betadin (500ml)
o hibiscrub (200 ml)
o hypafik (30 cm)
o sarung tangan 7,5 (4 bh)
o benang cromic 2/0
o benang plain 3/0
o benang side 2/0

Pelaksana operasi
Operator : dr. Ade Sigit Sp.B
Asisten : Yani
Perawat sirkulasi : Br.Wahyu. Zr.Didah
Ahli anastesi : dr.Catur Sp.An
Jenis anastesi : Spinal
Obat anastesi : Bupivakain HCL 20mg

Persiapan di ruang penerimaan


Pukul 12:30 : Klien berada di ruang transit untuk menunggu dilakukannya tindakan
operasi oleh team operasi. Klien memakai baju operasi yang telah disiapkan oleh
perawat.
Pukul 13:40 : Klien dibaringkan di brankar oleh perawat
Pukul 13:45 : Perawat melakukan pengkajian pre operatif kepada klien
Pukul 13:55 : Team operasi melakukan persiapan alat-alat untuk operasi
Pukul 14:15 : Team operasi melakukan persiapan kamar operasi
Pukul 14:30 : Team operasi melakukan persiapan personel untuk melakukan
tindakan Operasi

4. Terapi
Injeksi cefotaxim 1 gr/12 jam
Ciprofloksasin 2 x 500 mg
Injeksi ketorolak 30 gr/8 jam
Asam mefenamat 3 x 500 gr

Analisa Data
 Pre operasi
No Data Masalah Penyebab
1 Do : Ansietas HILD
a. Klien Nampak ↓
tegang Pre operatif
b. Klien Nampak herniorapy
cemas ↓
c. TTV: TD Krisis situasional
170/90mmHg, N operasi
68x/mnt, S 36.7℃, RR ↓
16x/mnt Ansietas
Ds :
a. Klien mengatakan
takut akan dilakukan
operasi
b. Klien menanyakan
kapan dilakukan operasi
dan bagaimana
prosesnya
2 Do : Defisiensi HILD
a. Klien tampak pengetahuan ↓
bingung Pre tindakan
b. Klien sering herniorapy
bertanya apa ↓
penyakitnya akan Keterbatasan
sembuh informasi tentang
c. Klien bertanya proses penyakit
bagaimana pencegahan ↓
penyakitnya Kurang
Ds : pengetahuan
a. Klien mengatakana
tidak tahu tentang
proses penyakitnya
 Intra operasi
No Data Masalah Penyebab
1 Do : Resiko injury Tindakan
a. klien di bius dengan pembedahan
anastesi spinal ↓
b. klien mengalami Prosedur anastesi
penurunan kekuatan spinal
ekstremitas bagian bawah ↓
c. mobilitas terbatas Posisi supine
d. KU: sedang ↓
e. Kesadaran: compos Tindakan insisi
mentis (CM) Luka sayatan
f. TTV: TD ↓
140/70mmHg, N 68x/mnt, Resiko Injury
S 36.7℃, RR 18x/mnt,
SpO2 99%
Ds :-
2 Do : Resiko infeksi Luka insisi
a. Rencana tindakan ↓
pembedahan Port the entry
b. Leukosit: 9.57 x10^3/ul ↓
Ds:- Invasi mikro
organisme

Daya tahan tubuh
menurun

Resti infeksi
 Post operasi
No Data Masalah Penyebab
1 Do : Kurang Tindakan operasi
a. Tampak luka operasi ditutup pengetahuan: ↓
kasa sepanjang 10cm mobilisasi Pembiusan/anastes
b. TTV: TD 140/70mmHg, S i spinal
36.7℃, N 68x/mnt, RR 18x/mnt ↓
SpO2 92% Efek samping
anastesi spinal
Ds : - ↓
Imobilisasi

Kurang
pengetahuan

Diagnosa
1. Pre
- Ansietas b.d krisis situasional operasi
- Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
2. Intra
- Resiko injury b.d prosedur anastesi spinal
- Resiko infeksi b.d proses pembedahan
3. Post
- Resiko infeksi b.d prosedur invasif
Rencana Asuhan Keperawatan
 Pre operasi
No.Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan a. jelaskan a. kecemasan klien akan
tindakan prosedur, berkurang dengan informasi
keperawatan termasuk sensasi yang diberikan perawat
selama 1x5 menit seperti keadaan b. dengan ditemani perawat
diharapakan selama prosedur. kecemasan klien akan sedikit
cemas berkurang b. Temani klien berkurang
dengan kriteria untuk c. membantu menentukan
hasil: meningkatkan jenis intervensi yang akan
- klien keamanan dan dilakukan
Nampak menurunkan d. mengetahui
tenang kecemasan perkembangan keadaan klien
- klien c. Dengarkan e. membuat perasaan
mengatakan keluhan klien terbuka dan bekerja sama
rasa takutnya d. Identifikasi dalam memberikan informasi
berkurang perubahan level yang akan membantu
- klien kecemasan identifikasi masalah
menyatakan e. Dorong klien f. kontak mata
siap untuk untuk menumbuhkan hubungan
dilakukan mengungkapkan salinh percaya antara perawat
operasi secara verbal klien
tentang perasaan, g. menurunkan stimulus
persepsi dan cemas dapat mencegah cemas
ketakutan yang berkelanjutan
f. pertahankan h. sikap penerimaan perawat
kontak mata dapat meningkatkan
g. turunkan kepercayaan diri klien
stimulus pembuat i. suasana yang tenang
cemas dapat mengurangi stimulus
h. tunjukkan pembuat cemas
penerimaan
i. jaga
ketenangan
2 Setelah dilakukan a. Identifikasi a. Pengetahuan dasar yang
tindakan factor internal dan memadai dapat meningkatkan
perawatan selama eksternal yang kerjasama pasien mengenai
1x5 menit dapat program pengobatan dan
diharapkan meningkatkan mendapatkan penyembuhan
pengetahuan klien motivasi orang yang optimal
bertambah dengan tua dan b. Pengetahuan mengenai
kriteria hasil: keluarga.Jelaskan lokasi operasi dapat
- Klien pengertian, tanda mningkatkan tindakan
tampak gejala, kooperatif klien
tenang komplikasi, c. Durasi tindakan operasi
- Klien rencana tindakan dapat menenangkan klien
mengerti dan yang akan d. Tingkat kecemasan klien
mampu dilakukan. untuk mengetahui kesiapan
menjelaskan b. Jelaskan klien operasi
kembali mengenai jadwal, e. Gambaran tidakan
penyebab, dan lokasi operasi preoperatife dapat
komplikasi, c. Jelaskan meningkatkan kesipan klien
dan cara durasi tindakan dalam melaksanakan operasi
pencegahann operasi
ya d. Identifikasi
- Klien kecemasan klien
kooperatif e. Gambarkan
saat tindakan
dilakukan preoperasi rutin
tindakan (anestesi, diet, test
laboratorium, IV
terapi, ruang
tunggu keluarga).

Evaluasi Pre Operasi


No.Dx Implementasi Evaluasi
1 29 November 2018 29 November 2018
Pukul 14.30 wib Pukul 14.30 wib
a. menjelaskan S : klien mengatkan
prosedur operasi takut dan cemas
b. menemani klien O : wajah klien tegang,
untuk menurunkan klien tampak
kecemasan membaca doa
c. mendengarkan A : cemas teratasi
keluhan klien P : hentikan intervensi
d. mendorong klien
untuk
mengungkapkan rasa
takutnya
2 29 November 2018 29 November 2018
Pukul 14.35 wib Pukul 14.35 wib
a. menjelaskan S : klien menanyakan
jadwal dan lokasi prosedur operasi
operasi O : klien terligat tegang
b. menjelaskan durasi A : masalah teratasi
operasi P : hentikan intervensi
c. menggambarkan
jalannya operasi rutin
(anastesi, diit, dll)

 Intra operasi
No.Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan a. Berikan petunjuk a. Ketidak seimbangan proses
tindakan sederhana dan singkat pemikiran akan membuat
keperawatan pada pasien tentang pasien merasa kesulitan
selama ± 45 menit posisi saat operasi dalam memahami petunjuk
resiko jatuh dapat b. Siapkan peralatan dan yang panjang
diminimalisir bantalan untuk posisi b. Bantalan diperlukan untuk
dengan kriteria yang dibutuhkan sesuai melindungi bagian-bagian
klien tidak jatuh prosedur operasi dan tubuh yang menonjol untuk
kebutuhan spesifik klien mencegah terjadinya
c.Letakkan eletroda penekanan saraf
penetral (bantalan c Mencegah terjadinya
elektrokauter) yang perlukaan akibat alat
meliputi seluruh massa elektronik
otot-otot yang paling d. Kereta atau meja yang tidak
besar dan yakinkan stabil dapat terpisah,
bahwa bantalan berada menyebabkan pasien
pada posisi yang baik terjatuh
d. Stabilkan baik kereta
pasien maupun meja
operasi pada waktu
memindahkan pasien ke
dan dari meja operasi
2 Setelah dilakukan a. Bersihkan a. lingkungan yang bersih
tindakan lingkungan sekitar akan terhindar dari kuman-
keperawatan klien kuman penyebab infeksi
selama 5 menit b. Cuci tangan sebelum b. mencuci tangan sebelum
infeksi dapat dan sesudah dan sesudah tindakan dapat
dikontrol dengan melakukan meminimalkan kotoran-
kriteria perawatan pasien lain kotoran penyebab infeksi
a.Tidak ada tanda- c. Jelaskan pada klien c. penjelasan tentang tanda-
tanda ineksi tentang tanda-tanda tanda infeksi akan
b. Vital sign infeksi. menambah pengetahuan
dalam batas klien
normal
Evaluasi Intra Operasi
No.Dx Implementasi Evaluasi
1 29 November 2018 29 November 2018
Pukul 15.00 wib Pukul 16.00 wib
a. memberikan S:-
petunjuk sederhana O:
dan singkat pada - Body support
pasien tentang posisi terpasang
saat operasi A : Resiko injury tidak
b. Menyiapkan terjadi
peralatan dan bantalan P : hentikan intervensi
untuk posisi yang
dibutuhkan sesuai
prosedur operasi dan
kebutuhan spesifik
klien
c. Meletakkan
eletroda penetral
(bantalan
elektrokauter) yang
meliputi seluruh massa
otot-otot yang paling
besar dan yakinkan
bahwa bantalan berada
pada posisi yang baik
d. Menstabilkan baik
kereta pasien maupun
meja operasi pada
waktu memindahkan
pasien ke dan dari
meja operasi
2 29 November 2018 29 November 2018
Pukul 15.00 wib Pukul 16.00 wib
a. Bersihkan S:-
lingkungan sekitar O:
klien - Petugas
b. Cuci tangan melakukan bundle
sebelum dan sesudah pencegahan infeksi
melakukan perawatan sesuai dg prosedur
pasien lain A : Infeksi tidak terjadi
c. Jelaskan pada klien P : Pertahankan,
tentang tanda-tanda lanjutkan intervensi
infeksi.

 Post operasi
No.Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan a. Monitor tanda-tanda a. memonitor
tindakan keperawatan vital keadaan umum
selama 2x24jam b. Pantau tanda dan gejala pasien
diharapkan tidak infeksi (tumor, color, b. monitoring
terjadi infeksi, dengan dolor, rubor, dan keadaan luka op
kriteria hasil: peningkatan leukosit) untuk menentukan
- Terbebas dari c. Lakukan pencucian intervensi lebih
gejala dan tanda tangan pada petugas, dan lanjut
infeksi (tumor, pengunjung dengan tfive c. memutuskan mata
color, dolor, rubor, movement tekhnik 6 rantai HAIS
dan peningkatan langkah cuci tangan d. meningkatkan
leukosit) denagn menggunakan sirkulasi darah
- Leukosit dalam sabun antimikroba aumlah leukkan
batas normal (4.1- /handscrub menjamin tersedia
10.3/ul) d. Anjurkan mobilisasi dini nya suplai oksigen
TTV dalam batas 6-10 jam post op berupa dan nutrisi yang
normal (TD latihan miring kanan dan dibutuhkan untuk
120/80mmHg, N 60- kiri dan latihan proses
80, RR 16-20, S 36.0- menggerakan penyembuhan
37.0) ekstremitas bawah. luka
e. Kolaborasi pemeriksaan e. peningkatan
leukosit jumlah leukosit
f. Kolaborasi therapi menunjukan tanda
antibiotik infeksi
f. membunuh
mikroorganisme
 Evaluasi Post operasi
No.Dx Implementasi Evaluasi
1
B. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis membahas tinjauan kasus dan tinjauan teoritis, selama
melakukan asuhan keperawatan untuk lebih memudahkannya, maka penulis membahas
sesuai dengan langkah proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a. Pengkajian
Dalam teori asuhan keperawatan, hal-hal yang dikaji terdiri dari data subyektif
Sebelum operasi : Adanya benjolan di selangkang / kemaluan, nyeri didaerah
benjolan, mual muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu makan Sesudah Operasi:
Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual, kembung.
Data objektif. : Sebelum operasi: Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisa, spasme
otot, demam dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan. Sesudah Operasi:
Terdapat luka pada selangkang, puasa, selaput mukosa mulut kering.
Pengkajian yang dilakukan penulis pada TN.R tanggal 29 November 2018. Adalah
pemeriksaan fisik, observasi dan anamnesa serta wawancara saat pre operasi , intra
dan post operasi ditemukan data pre operasi yaitu Klien Nampak tegang, Klien
Nampak cemas, TTV: TD 68x/mnt, S 36.7℃, RR 16x/mnt, Klien mengatakan takut
akan dilakukan operasi, Klien menanyakan kapan dilakukan operasi dan bagaimana
prosesnya, Klien tampak bingung, Klien sering bertanya apa penyakitnya akan
sembuh, Klien bertanya bagaimana pencegahan penyakitnya, Klien mengatakana tidak
tahu tentang proses penyakitnya. pada kasus ini bahwa pengkajian tidak sesuai dengan
teori yang ada yaitu tidak ditemukan mual dan nyeri saat pengkajian dikarenakan saat
dikaji pasien sudah mendapat therapi antiemetik dan analgetik.
Data yang ditemukan intra operasi yaitu klien di bius dengan anastesi spinal, klien
mengalami penurunan kekuatan ekstremitas bagian bawah, mobilitas terbatas, KU:
sedang, kesadaran: compos mentis, rencana tindakan pembedahan, leukosit: 9.57
x10^3/ul
Data yang ditemukan post op yaitu Tampak luka operasi ditutup kasa sepanjang 10cm
Pada pengkajian yang telah dilakukan penulis pada kasus ini bahwa pengkajian tidak
sesuai dengan teori yang ada yaitu tidak ditemukan nyeri saat pengkajian dikarenakan
saat dikaji pasien masih dalam pengaruh anastesi.
b. Diagnosa Keperawatan
Dari literature yang penulis pelajari, secara teoritis Terdiri dari diagnosa
Keperawatan pre operasi, yaitu : Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan pada
selangkangan, cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan,
Resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
Sedangkan dari tinjauan kasus ini didapatkan diagnosa keperawatan , yaitu : cemas
berhubungan dengan krisis situasional dan kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi.
Diagnosa keperawatan secara teoritis 3 diagnosa yang muncul tetapi dalam kasus
hanya ditemukan 2 diagnosa saja, pada kasus tidak ditemukan resiko tinggi kurang
volume cairan karena pasien tidak mengalami mual dan muntah.

Dari hasil pengkajian dan observasi penulis menemukan masalah yang sesuai dengan
teori ada 2 diagnosa yaitu ansietas, dan kurang pengetahuan.
Dari 2 masalah tersebut prioritas penyelesaian masalah adalah ansietas karena
ansietas harus diatasi terlebih dahulu untuk melanjutkan penatalaksanaan
pembedahan.
Secara teoritis terdapat 5 diagnosa yang mungkin muncul yaitu nyeri b.d luka operasi,
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah setelah
pembedahan, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi, Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan insisi luka operasi.Kurang pengetahuan tentang
perawatan luka operasi berhubungan dengan kurang informasi Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan insisi luka operasi.
Dalam kasus ini hanya ditemukan 1 diagnosa keperawatan saja yaitu resiko tinggi
infeksi sedangkan 4 diagnosa yang lain tidak ditemukan karna pasien masih dalam
pengaruh anastesi tidak merasakan nyeri, tidak ada mual muntah.

c. Perencanaan
Diagnosa keperawatan yang utama pre op adalah ansietas berhubungan dengan krisis
situasional, Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x5 menit masalah ansietas
teratasi, klien mengatakan rasa takutnya berkurang, klien menyatakan siap untuk
dilakukan operasi Tindakan keperawatan semua di lakukan secara teori dalam rencana
asuhan keperawatan .
Diagnosa keperawatan post op adalah resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
tindakan invasive , setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam resiko
infeksi tidak terjadi, Terbebas dari gejala dan tanda infeksi (tumor, color, dolor, rubor,
dan peningkatan leukosit), Leukosit dalam batas normal (4.1- 10.3/ul), TTV dalam
batas normal (TD 120/80mmHg, N 60-80 x/menit, RR 16-20, S 36.0-37.0).

d. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan pre operasi yang dilakukan pada tanggal 29 november 2018
sampai yaitu menjelaskan prosedur operasi, menemani klien untuk menurunkan
kecemasan, mendengarkan keluhan klien, mendorong klien untuk mengungkapkan
rasa takutnya, menjelaskan jadwal dan lokasi operasi, menjelaskan durasi operasi,
menggambarkan jalannya operasi.
Tindakan keperawatan post operasi yaitu memonitor tanda-tanda vital, memantau
tanda dan gejala infeksi (tumor, color, dolor, rubor, dan peningkatan leukosit),
melakukan pencucian tangan pada petugas, dan pengunjung dengan tfive movement
tekhnik 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan sabun antimikroba/handscrub,
menganjurkan mobilisasi dini 6-10 jam post op berupa latihan miring kanan dan kiri
dan latihan menggerakan ekstremitas bawah, melakukan kolaborasi pemeriksaan
leukosit, Kolaborasi therapi antibiotik .

e. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari proses keperawatan untuk menilai proses
keperawatan untuk menilai sejauh mana sumber keberhasilan dari rencana
keperawatan yang di berikan sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan
secara kesinambungan dengan melibatkan langsung klien sendiri, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. Walaupun evaluasi dianggap tahap akhir dalam proses
keperawatan, namun bukan berarti masalahnya sudah selesai atau teratasi sebagian.
Diagnosa keperawatan yang utama pre op ansietas berhubungan dengan krisis
situasional, sesuai dengan intervensi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x5
menit masalah ansietas teratasi .
Diagnosa keperawatan post op resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
tindakan operasi sesuai dengan intervensi setelah dilakukan selama 2 x 24 jam infeksi
tidak terjadi .
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur.
(Sofyan, 2006), merupakan sebuah penyakit di mana ovarium yang dimiliki wanita
memiliki perkembangan sel-sel abnormal. Secara umum, kanker ovarium merupakan
suatu bentuk kanker yang menyerang ovarium. Kanker ini bisa berkembang sangat
cepat, bahkan, dari stadium awal hingga stadium lanjut bisa terjadi hanya dalam satu
tahun saja.
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny.J maka penulis
menyimpulkan Pada kasus Ny.J 4 masalah keperawatan yang muncul pada klien
adalah Nyeri , nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan eliminasi BAB dan
cemas
Hasil evaluasi Asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada klien selama 4 hari
sebagian besar belum dapat teratasi karena prognosa dan komplikasi dari penyakit
klien yang memperberat kondisi klien.

B. SARAN
a. Instansi
1) Pendidikan Bagi Institusi
Pendidikan hendaknya Laporan Tugas Akhir (LTA) ini dapat dimanfaatkan
dalam pembelajaran, khusunya pada tahap evaluasi keperawatan maternitas
yang mempelajari kesehatan reproduksi dengan cancer ovarium, sehingga
dapat membantu dalam mengaplikasikannya di praktik keperawatan klinik.
2) Rumah Sakit
Bagi perawat ruangan, diharapkan agar pengkajian dapat terdokumentasi
dengan baik dan faktor predisposisi pada pasien dengan cancer ovarium
dikaji, karena faktor predisposisi dapat mengindikasikan penyebab dari cancer
ovarium. Perawat ruangan dapat melakukan pendekatan kepada pasien,
sehingga semua data dapat diperoleh secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai