Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat merupakan dambaan bagi setiap manusia di muka bumi ini,
karena dengan memiliki jiwa raga yang sehat maka segala aktifitas dapat
dilaksanakan dengan maksimal. Sebaliknya, jika memiliki status kesehatan
yang kurang baik maka akan sulit untuk melakukan aktifitas dengan
maksimal.
Kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
adalah aktifatas sehari-hari. Misalnya pada penyakit HERNIA yang lebih
dakenal dengan “ turun berok” atau “burut” yang salah satu etiologinya
adalah seringnya mengangkat bebean berat. Nama penyakit ini berasal dari
dari bahasa latin yaitu herniae yang berarti penonjolan isi suatu rongga
melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga itu sehingga
terjadi da daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus.
Penyakit hernia ini 90% lebih sering ditemukan pada pria daripada wanita.
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi
pada pria dan wanita semasa janin. Ini juga merupakan kasus yang harus
segera mendapat penanganan medis segera untuk menghindari komplikasi
lebih lanjut. ( http://www.kompas.co.id/kesehatan.HERNIA , jangan
dianggap SEPELE! Sabtu,03 april 2004).
Melihat keunikan hal inilah maka penulis tertarik untuk mengangkat
kasus ini untuk dipelajari dan dipresentasikan. Sebagai perawat profesional
harus dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat untuk mencegah
timbulnya atau kambuhnya kembali penyakit hernia ini, mempromosikan
pentingnya menjaga kesehatan, pengobatan dan pengawasan pada saat
pemulihan.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Memahami dan memperdalam konsep baik secara medik maupun
keperawatan yang berhubungan dengan penyakit hernia.

1
2. Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan yang diberikan pada
penderita hernia.
3. Memenuhi syarat kelulusan Mata Ajar DKA 400 Keperawatan Medikal
Bedah V.

C. Metode Penulisan
Pendekatan yang digunakan dalam menghimpun data/informasi
melalui:
1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari
literatur-literatur yang berhubungan dengan Hernia.
2. Pengamatan kasus yang dilakukan secara langsung di PK. Sint Carolus.
3. Internet.

D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini diawali dengan kata pengantar dan daftar isi.
Dilanjutkan dengan Bab I yang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Pada Bab II
tentang tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep medik dan konsep dasar
asuhan keperawatan. kemudian Bab III diuraikan mengenai pengamatan
kasus. Bab IV berisi tentang pembahasan kasus. Dan yang terakhir bab V
yaitu tentang kesimpulan dan pada again akhir makalah ini dilampirkan
daftar pustaka.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
 Hernia adalah: kelemahan pada dinding otot abdomen dimana segmen
dari isi perut atau struktur abdomen lain yang menonjol atau turn
(Ignatavicius Donna, and Bayne Marilynn, 2002). Medical Surgical
Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems, hal
1368).
 Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan
yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada
rongga dimana ia terisi secara normal (Lewis, Sharon Mantik, 2000,
Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical
Problems. Fifth Edition. By Mosby Inc).
 Hernia scrotalis adalah merupakan hernia inguinalis lateralis yang
mencapai skrotum (Syamsuhidajat, 1997, Buku Ilmu Bedah, hal 717).

2. Klasifikasi
 Beberapa tipe hernia adalah:
a. Hernia Inguinal, terdiri dari 2 macam yaitu indirek dan direk.
Hernia inguinalis indirek atau disebut juga hernia inguinalis
lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan
mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis. Sedangkan
hernia inguinalis direk yang disebut juga hernia inguinalis
medialis yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal
posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui
trigonum hesselbach.
b. Hernia Femoral adalah hernia yang menonjol melalui cincin
femoral dalam kanalis femoral.
c. Hernia Umbilikal adalah hernia yang menonjol melalui cincin
umbilikal, terjadi ketika muskulus rektus lemah atau saluran
umbilikal gagal menutup setelah lahir.

3
d. Hernia Insisional adalah hernia yang terjadi pada bagian dari
sebuah insisi operasi sebelumnya.
 Berdasarkan sifatnya hernia dibagi 4 macam:
a. Hernia Reponibel yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
akan keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus.
b. Hernia Ireponibel atau hernia akreta yaitu bila isi kantong hernia
tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hal ini biasanya
disebabkan karena adanya perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus.
c. Hernia Inkaserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia,
sehingga isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut yang mengakibatkan gangguan pasase atau
vaskularisasi.
d. Hernia Strangulata yaitu pada saat terjadi jepitan sehingga
vaskularisasi terganggu, dengan berbagai tingkatan gangguan
mulai dari bendungan sampai terjadi nekrosis.

3. Anatomi Fisiologi
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar di
dalam tubuh. Terdiri dari 2 bagian utama, yaitu: peritoneum parietal dan
peritoneum viceral. Peritoneum parietal yang melapisi abdominal,
sedangkan peritoneum viceral menyelimuti semua organ yang ada di
rongga tersebut. Secara keseluruhan fungsi peritoneum yaitu menutupi
sebagian besar organ saling bergeseran tanpa ada penggesekan.
Kanalis inguinalis dibatasi di kranio lateral oleh Anulus Inguinalis
Internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan Apon
Neurosis Muskulus transversus abdominalis. Di media bawah, di atas
tuberkulum pubikum kanal ini dibatasi oleh Anulus inguinalis eksternus.
Atapnya ialah aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan didasarnya
terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada pria dan
ligamentum rotundum pada wanita. Nervus ilioinguinalis dan nervus
ileofemoralis mempersarafi otot di regioinguinalis, sekitar kanalis

4
inguinalis dan tali sperma serta sensibilitas kulit regio singuinalis,
skrotum dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimo medial.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang
membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra
abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal.
Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan
lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada 3
mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu:
kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus
internus abdominalis yang menutup anulus inguinalis internus ketika
berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi
trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Sehingga
adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya
hernia.

Dikutip dari: James E. Anderson:


Grant’s Atlas Of Anatomy

5
4. Etiologi
Penyebab dari timbulnya hernia yaitu dapat berupa:
- Kongenital: kanalis inguinalis belum menutup.
- Kelemahan dinding abdomen dan peningkatan tekanan intraabdominal
yang dapat terjadi karena:
 Kehamilan
 Obesitas
 Mengangkat beban berat
 Batuk
 Konstipasi
 BPH

5. Patofisiologi
Hernia dapat disebabkan karena faktor kongenital dimana kanalis
inguinalis belum menutup sehingga bila anak batuk atau menangis maka
tekanan intra abdomen meningkat. Hernia juga dapat terjadi karena
kerusakan pada keutuhan dinding otot dan peningkatan tekanan intra
abdomen. Kerusakan dinding otot hasil dari lemahnya kolagen atau
adanya rongga pada inguinal. Kelemahan otot ini dapat diperoleh karena
proses menua. Peningkatan tekanan intra abdomen berhubungan dengan
kondisi kehamilan dan obesitas, atau dapat juga terjadi karena
mengangkat beban berat atau batuk. Dengan kondisi tersebutlah maka
akan timbullah hernia. Hernia dapat dikembalikan secara manual atau
tidak dapat dikembalikan dikarenakan sudah ada perlengketan. Sehingga
akan terjadi obstruksi yang dinamakan hernia inkeserata. Dengan adanya
obstruksi ini maka akan terjadi gangguan penyerapan cairan dan elektrolit
dan aliran darah pun akan terganggu. Dengan aliran darah terganggu
maka akan timbul edema sehingga akan terjadi iskemik dan perforasi
yang pada akhirnya nekrosis jaringan pun terjadi. Distensi abdomen,
mual, muntah, nyeri, demam, takikardi, adalah tanda dari strangulata.

6. Tanda dan Gejala


- Nyeri
- Muntah, mual
- Nyeri abdomen

6
- Distensi abdomen
- Kram
- Ada penonjolan keluar

7. Test Diagnostik
- Serum elektrolit meningkat.
- Leukosit : >10.000 – 18.000 /mm3
- Foto sinar X di daerah hernia.

8. Komplikasi
a. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya
usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan
gangguan penyaluran usus halus.
c. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
d. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
e. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Juga
dapat terjadi bukan karena terjepit, melainkan ususnya terputar.
f. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.

9. Penatalaksanaan Medik
a. Istirahat tirah baring dan beri diit lunak/diit saring
b. Pemakaian celana suspensoar.
c. Operatif
 Hernioplasty: memperkecil angulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
 Herniotomy: pembesaran hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan, jika ada perlengketan kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.

7
 Herniorraphy: mengembalikan isi kantong hernia ke dalam
abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan muskulus transversus internus dan muskulus oblikus
internus abdominalis ke ligamen inguinale.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pre Operasi
1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Benjolan daerah skrotum
- Riwayat timbulnya benjolan
b. Pola nutrisi metabolik
- Mual, muntah
- Anoreksia
- Distensi abdomen
- Diit rendah serat
- Demam
c. Pola eliminasi
- Konstipasi
- Sering mengejan
- Kebiasaan BAB/BAK
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kebiasaan mengangkat beban berat
- Pekerjaan klien
e. Pola kognitif dan sensori
- Nyeri
f. Pola reproduksi dan seksual
- Kehamilan pada wanita
- Hipertrofi prostat pada pria
g. Pola mekanisme koping
- Cemas karena operasi
- Cemas akan penyakit

2. Diagnosa Penyakit
a. Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan.

8
b. Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan
seperti operasi.
c. Potensial perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah.
d. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi yang jelas dan tepat.

3. Perencanaan Keperawatan
DP.1. Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan.
HYD: Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan medik.
Rencana tindakan:
a. Kaji intensitas nyeri, lokasi, jenis.
R/ Mempermudah pengelolaan, daya tahan tubuh dan pengurasan
nyeri.
b. Observasi TTV (TD, N, S).
R/ Mengkaji tanda-tanda syok.
c. Beri posisi tidur yang nyaman: semi fowler.
R/ Mengurangi ketegangan abdomen.
d. Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitasnya.
R/ Aktivitas yang berlebihan dapat meningkatkan nyeri.
e. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi: nafas dalam.
R/ Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan abdomen.
f. Anjurkan untuk tidak mengejan.
R/ Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intraabdomen.
g. Kolaborasi dengan medik.
R/ Menentukan pemberian terapi selanjutnya.

DP.2. Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan


dilakukan seperti operasi.
HYD: - Kecemasan berkurang
- Ekspresi wajah klien tampak rileks.
- Klien dapat bekerjasama dalam tindakan medik yang
diberikan.
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat kecemasan pasien.

9
R/ Mengetahui sejauh mana kecemasannya.
b. Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasannya.
R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien.
c. Libatkan keluarga yang dekat dengan pasien.
R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri.
d. Berikan informasi yang jelas setiap prosedur tindakan yang akan
diberikan.
R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien.
e. Bantu klien untuk mengidentifikasi penggunaan koping yang positif.
R/ Membantu mengurangi kecemasan.
f. Beri penyuluhan tentang prosedur pre-operasi dan post operasi.
R/ Mengurangi kecemasan klien.

DP.3. Potensial perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual, muntah.
HYD: Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Rencana tindakan:
a. Kaji intake output.
R/ Sebagai dasar dalam merencanakan asuhan keperawatan.
b. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
R/ Merangsang nafsu makan dalam mencegah mual dan muntah.
c. Sajikan makanan yang hangat.
R/ Merangsang nafsu makan dan mencegah mual muntah.
d. Timbang berat badan tiap hari.
R/ Menentukan kegunaan nutrisi pasien terpenuhi/tidak.
e. K/P kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Menentukan rencana pemberian nutrisi agar kebutuhan nutrisi
terpenuhi.

DP.4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan


kurangnya informasi yang jelas dan tepat.
HYD: - Pasien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan
pengobatan.
- Berpartisipasi dalam pengobatan.
Rencana tindakan:

10
a. Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit.
R/ Mempermudah dalam pemberian informasi sesuai dengan tingkat
pengetahuan.
b. Jelaskan proses penyakit.
R/ Pasien perlu mengerti tentang kondisi dan cara untuk mengontrol
timbulnya serangan nyeri.
c. Motivasi pasien untuk menghindari faktor/situasi yang dapat
menyebabkan timbulnya nyeri.
R/ Dapat menurunkan insiden/beratnya serangan.
d. Kaji pasien untuk mengidentifikasikan sumber nyeri dan benjolan,
serta diskusikan jalan keluar untuk menghindarinya.
R/ Merupakan langkah untuk membatasi/mencegah terjadinya nyeri.
e. Anjurkan pasien untuk mengontrol berat badan, menggunakan teknik
yang benar dalam mengangkat beban berat dan menggunakan celana
penyokong.
R/ Mengurangi faktor resiko terjadinya komplikasi.

Post Operasi
1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Keluhan nyeri pada insisi luka.
- Keadaan balutan: ada rembesan
b. Pola nutrisi metabolik.
- Keadaan bising usus.
- Mual, muntah.
- Pemberian diit lunak/saring.
- Demam.
c. Pola eliminasi
- Keluhan BAK dengan pemasangan kateter.
- Konstipasi, retensi.
d. Pola aktivitas dan latihan
- Tirah baring
- Penggunaan suspensoar (celana penyokong)
e. Pola persepsi dan kognitif
-Nyeri pada luka operasi.
-Pusing.

11
2. Diagnosa Penyakit
a. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.
b. Potensial injuri pada luka operasi berhubungan dengan masih
lemahnya area operasi.
c. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow up.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah.

3. Perencanaan Keperawatan
DP.1. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.
HYD: Nyeri berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan:
a. Kaji intensitas, lokasi dan karakteristik nyeri.
R/ Menentukan tindakan selanjutnya.
b. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Peningkatan tanda vital merupakan indikator adanya nyeri.
c. Pertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman < semi fowler>
R/ Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah karena posisi
terlentang.
d. Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ Mengurangi rasa nyeri.
e. Dorong klien untuk ambulasi dini.
R/ Meningkatkan normalisasi fungsi organ.
f. Anjurkan klien untuk membatasi aktifitas seperti tidak mengangkat
beban berat, tidak mengejan.
R/ mencegah komplikasi selama proses penyembuhan.
g. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgesik.
R/ Mengurangi nyeri.

DP.2. Potensial injuri pada luka operasi berhubungan dengan masih


lemahnya area operasi.
HYD: Penyembuhan luka tanpa komplikasi.
Rencana tindakan:
a. Anjurkan menekan insisi luka operasi bila batuk/bersin.
R/ Batuk dan bersin meningkatkan tekanan intra abdominal dan
stressing pada insisi.

12
b. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c. Berikan hidrasi adekuat 2-3 liter/hari dan makanan yang cukup serat.
R/ Supaya tidak terjadi konstipasi.
d. Periksa scrotum, catat tanda edema dan hematoma.
R/ Edema dan perdarahan dapat terjadi 2-3 hari post operasi.
e. Gunakan celana penyokong (suspensoar).
R/ Membantu menyokong scrotum dan mengurangi edema serta
memperkuat dinding abdomen.

DP.3. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow up.


HYD: Klien mengetahui cara perawatan di rumah sehingga komplikasi
tidak terjadi.
Rencana tindakan:
a. Hindari mengangkat beban berat, mengejan.
R/ mencegah komplikasi setelah operasi.
b. Beri diit tinggi serat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan serta
minum 2-3 liter.
R/ Mencegah konstipasi dan mencegah hiperperistaltik usus.
c. Lakukan follow up secara teratur.
R/ mengetahui perkembangan status kesehatan klien.
d. Anjurkan menggunakan celana penyokong.
R/ Menyokong daerah yang telah dioperasi yang memungkinkan akan
kembali lagi bila tidak ada sokongan dikarenakan masih lemahnya
daerah operasi.

DP.4. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah.


HYD: - Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Proses penyembuhan luka tepat waktu.
Rencana tindakan:
a. Observasi tanda-tanda vital, adanya demam, menggigil, berkeringat.
R/ Sebagai indikator adanya infeksi/terjadinya sepsis.
b. Observasi daerah luka operasi, adanya rembesan, pus, eritema.
R/ Deteksi dini terjadinya proses infeksi.
c. Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat.

13
R/ Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan
emosi, membantu mengurangi ansietas.
d. Kolaborasi dengan medik untuk terapi antibiotik.
R/ Membantu menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri.

4. Perencanaan Pulang
a. Tidak boleh mengangkat beban berat selama kurang lebih 6-8 minggu
setelah operasi agar tidak kambuh lagi dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
b. Diit tinggi serat seperti sayuran dan buah-buahan serta banyak
minum air putih 2-3 liter /hari untuk menghindari konstipasi atau
mengejan dan hiperperistaltik usus.
c. Anjurkan menggunakan celana penyokong (suspensoar) untuk
menyokong daerah skrotum dan memperkuat dinding otot abdomen.
d. Melakukan aktivitas secara bertahap seperti dari bed rest, miring kiri
dan kanan, duduk di tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur atau
berpegangan, dan jalan.
e. Anjurkan untuk menjaga balutan tetap bersih dan kering untuk
mencegah terjadinya infeksi.
f. Kontrol sesuai jadwal dan minum obat secara teratur sesuai dosis
supaya dapat mengetahui perkembangan status kesehatan klien dan
mempercepat proses penyembuhan.

14
15
BAB III
PENGAMATAN KASUS

Pengamatan dilakukan pada Tn. S berusia 47 tahun beragama Islam,


masuk ke PK Sint Carolus pada tanggal 03 Agustus 2005. Dirawat di unit Lukas
kamar 57-4 dengan diagnosa Hernia Skrotalis Sinistra Irreponibilis. Sejak 2
bulan yang lalu klien mengatakan di bagian perut kiri bawah timbul benjolan
sebesar telur bebek, tapi karena tidak menimbulkan sakit klien tidak berobat.
Upaya yang dilakukan klien di rumah yaitu dengan mengangkat kaki ke atas
sebelum tidur. Tapi benjolan tidak mengecil. Setelah kurang lebih 2 minggu
yang lalu daerah sekitar benjolan terasa nyeri terutama saat mau berkemih atau
menahan rasa berkemih lama, sehingga klien memutuskan untuk berobat ke
rumah sakit dan dianjurkan untuk dirawat. Nyeri pun bertambah sehingga klien
diputuskan untuk dilakukan tindakan pembedahan/operasi oleh dokter. Tanda
dan gejala yang timbul saat itu adalah nyeri di daerah perut bawah dan adanya
penonjolan di daerah skrotalis.
Pengkajian dilakukan pada hari kedua post operasi Herniotomy atas
indikasi Hernia Scrotalis Sinistra Irreponibilis, dengan spinal anastesi, sehingga
tanda dan gejala yang timbul adalah nyeri dan tak tampak penonjolan di skrotum
lagi. Hasil observasi: keadaan umum yaitu tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, mobilisasi bertahap di tempat tidur seperti duduk, terpasang
infus DIR di lengan bawah kiri dan kateter. Observasi tanda-tanda vital yaitu
TD: 120/90 mmHg, N: 80 kali/menit, S: 36 oC, pernafasan 14 x/menit, HR: 87
x/menit. Klien mengeluh nyeri pada luka operasi intensitas 3-4, semalaman tidak
bisa tidur karena nyeri di luka operasi, badab terasa lemas, kaki dan pinggang
terasa pegal Keluhan mual, muntah, kram dan perut kembung tidak ada, TB; 158
cm, sedangkan BB: 60 kg, IMT: 24,03, kesimpulan : berat badan normal.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium yaitu: SGOT: 41 u/L, Gamma GT:
98 u/L, trombosit 126.000 /ul. Hasil USG prosatolithiasis. Adapun terapi yang
diberikan adalah Laxadine 3x15 cc, Detrusitol 2x1, Claneksi 500 3x1,
Formabex-C 2x1, Esilgan 2 mg. K/P, Infus DIR 5 jam/kolf, Profenid supp 3x1,
k/p tramal supp 3x1, injeksi Taxegram 3x1 gram IV.
Klien mempunyai riwayat sakit stroke sejak 1 tahun yang lalu, dan
dirawat di Elisabeth, PKSC. Dan pada saat yang sama klien juga mempunyai

16
hipertensi. Tekanan darah saat itu/paling tertinggi yaitu 170/100 mmHg. Sejak
saat itu klien rutin kontrol ke dokter dan rutin mengkonsumsi obat-obatan seperti
captopril, vitamin dan neurobion. Dan selain itu sejak 4 tahun yang lalu klien
pernah menderita Hepatitis B dan dirawat terakhir di RS. Pelni. Klien sudah 3
kali dirawat dengan sakit yang sama. Pernah dilakukan suatu tindakan seperti
dibor pada daerah pinggang belakang kanan di RS tersebut. Dan sejak saat itu
penyakit tidak berulang sehingga sekarang tidak rutin kontrol untuk levernya.
Kurang lebih 10 tahun yang lalu, klien bekerja yaitu dengan seringnya
mengangkat beban berat + 100 kg.
Dari hasil pengkajian masalah yang ditemukan pada hari kedua post
operasi Herniotomy adalah nyeri pada luka operasi, gangguan pola tidur,
intoleransi beraktivitas, resiko injuri, kurang pengetahuan.

17
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Dari hasil yang diambil dilakukan analisa antara konsep teori dan kasus
nyata terdapat beberapa perbedaan dan persamaan, yang akan diuraikan tahap
demi tahap.
A. Pengkajian
Klien sudah menjalani hari ke-2 post op Herniotomy atas indikasi
hernia skrotalis sinistra irreponibilis dimana hernia tidak dapat dikembalikan
secara spontan biasanya disebabkan karena adanya perlekatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Ini termasuk hernia inguinalis lateralis
indirek.
Saat pengkajian tanda dan gejala yang sesuai dengan teori adalah
nyeri karena adanya insisi luka operasi. Benjolan pada daerah skrotum tidak
tampak lagi dikarenakan sudah dilakukan tindakan operasi yaitu herniotomi.
Hernia yang dialami klien yaitu bersifat irreponisible dimana tidak terjadi
obstruksi usus, sehingga vaskularisasi masih adekuat. Terjadinya hernia pada
Tn. S tidak dikarenakan faktor kongenital tapi berhubungan dengan
kebiasaan atau aktivitas klien dimana kurang lebih 10 tahun klien bekerja
selalu mengangkat beban berat + 100 kg seperti gula. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intra abdomen terus-menerus
sehingga dinding otot abdomen melemah.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada teori terdapat beberapa diagnosa keperawatan dan yang
ditemukan pada pasien Tn. S adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan adanya insisi luka operasi.
Masalah ini diangkat karena pasien mengatakan nyeri di daerah operasi
dan waktu klien berubah posisi, ekspresi wajah tampak meringis.
2. Resiko injuri pada insisi luka operasi berhubungan dengan lemahnya area
operasi.
Masalah ini diangkat karena klien post operasi Herniotomy hari ke-2.
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow up.

18
Sedangkan masalah yang ada pada pasien tidak ada pada teori adalah:
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri area luka operasi.
2. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan post operasi Herniotomy dan
efek dari spinal anastesi.

C. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan yang diberikan pada pasien mengacu pada
referensi yang berkaitan dengan penyakit hernia dan juga kebutuhan pasien
itu sendiri.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana
yang dibuat pada diagnosa. Pelaksanaan yang dilakukan pada DP1 adalah
mengobservasi TTV, mengkaji intensitas, lokasi, karakteristik nyeri,
menganjurkan tarik nafas dalam jika timbul nyeri, menganjurkan untuk tirah
baring, melaksanakan program medik yaitu terapi profenid Supp. Untuk DP 2
adalah menganjurkan untuk tarik nafas dalam bila timbul nyeri,
melaksanakan program medik: profenid Supp. Untuk DP3 adalah
menganjurkan menekan luka operasi dengan bantal jika batuk/bersin, teknik
nafas dalam, mengobservasi TTV, menganjurkan konsumsi makanan tinggi
serat dan minum air putih 2-3 liter/hari, menganjurkan menggunakan celana
penyokong. Kemudian DP4 adalah menganjurkan aktivitas bertahap,
mengobservasi daerah luka operasi. Dan untuk DP5 adalah menganjurkan
untuk tidak mengangkat barang berat, tidak mengejan, diit tinggi serat,
banyak minum, kontrol teratur.

E. Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan keperawatan kemudian evaluasi
dilakukan, masalah keperawatan yang terjadi pada klien belum teratasi secara
keseluruhan mengingat waktu yang terbatas tetapi untuk masalah
pengetahuan tentang perawatan di rumah: klien mengatakan mengerti tentang
penjelasan dari perawat dan akan mencoba/mengusahakannya seperti untuk
tidak mengangkat benda berat selama 6-8 minggu, diit tinggi serat banyak
minum, tidak mengejan, dan kon trol secara teratur.

19
BAB V
KESIMPULAN

Hernia skrotalis sinistra irreponibel merupakan suatu hernia inguinalis


lateralis yang mencapai skrotum pada sisi kiri dan bersifat sudah terjadi
perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia hal ini bisa terjadi
karena dua hal yaitu pertama faktor kongenital dimana kanalis inguinalis tidak
menutup sedangkan yang kedua dikarenakan terjadi peningkatan tekanan intra
abdominal misalnya sering mengangkat beban yang berat, obesitas, kehamilan,
konstipasi, batuk kronik, BPH, yang akibatnya dinding otot abdomen melemah
sehingga terjadilah penonjolan abnormal abdomen.
Kasus pada Tn. S yang menyebabkan timbulnya benjolan pada daerah
skrotum dan nyeri saat berkemih. Pada kondisi lebih lanjut akan dilakukan
tindakan pembedahan yaitu Herniotomy yaitu tindakan memotong kantong
hernia. Sehingga akan timbul nyeri di luka operasi.
Tindakan keperawatan yang tepat pada klien ini penyuluhan tentang
aktivitas, makan tinggi serat, pemantauan daerah luka operasi, istiraha yang
cukup dan konsumsi makanan bergizi, menggunakan celana penyokong, patuh
terhadap terapi medik yang dianjurkan dan aktifitas secara bertahap.
Diharapkan kepada masyarakat agar menghindari hal-hal yang akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan abdominal.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James.E (1983). Grant’s Atlas Of Anatomy. Eightth


edition
Brunner and Suddarth (2002). Text book of Medical Surgical Nursing , Alih
Bahasa: dr. H. Y. Kuncara (2002). Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8.
Edisi 8, Vol. 2. Jakarta EGC.
Doengoes, E. Marilynn (1993). Nursing Care Plans, Guidelines for Planning
and Documenting Patient Care. Alih bahasa: I Made Kariasa, S.Kp
(1993). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.
Ignatavicius D. Donna VB. Marilynn (2002). Medical Surgical Nursing:
Assessment and Management for Continuity of Care . Fifth Edition.
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problems . Fifth Edition. Missouri. By Mosby
Inc.
Long. C. Barbara (1985). Essentials of Medical Surgical Nursing: A Nursing
Process Approach . The CV. Mosby Company.
Guyton & Hall (1996). Textbook Of Medical Physiology . Alih Bahasa: dr.
Irawati Setiawan. Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC
Hardja Saputra (1997). Data Obat Indonesia . Edisi 10. Jakarta. Grafidian
Medipres.
http://www.kompas.co.id/kesehatan.Hernia , Jangan Dianggap
SEPELE! Sabtu.03 April 2004.
Panitia S.A.K. Komisi Keperawatan PKSC (2000). HERNIA . Seri III5. PKSC
Syamsuhidayat (1997). Ilmu Bedah . EGC.

21
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatnya yang tiada berkesudahan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Penerapan Asuhan Keperawatan Pada
Tn, S Dengan Post Herniotomy Hari Ke-2 Atas Indikasi Hernia Skrotalis
Sinistra Irreponibilis” di unit Lukas PK. Sint Carolus.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu A. Murni H. Suliantoro, MSi, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sint Carolus.
2. Sr. Theresea, CB selaku Direktur Keperawatan PK. Sint Carolus.
3. Ibu E. Sri Indiyah Supriyanti, SKp, M.Kes, selaku Ketua Program DIII
Keperawatan Sint Carolus.
4. Ibu E. Onna Monteiro, SKp, M. Kes, selaku Koordinator DKA 400
Keperawatan Medikal Bedah.
5. Ibu Asnet Leo Bunga, M.Kes, selaku penguji lisan DKA 400 Keperawatan
Medikal Bedah.
6. Ibu Agnes Togatorop, SKp, selaku kepala unit Lukas PKSC.
7. Sr. Ns. Lucilla, CB, Skep selaku penguji praktek dan lisan DKA 400.
8. Seluruh staf dan karyawan di Unit Lukas PK. Sint Carolus.
9. Kedua orang tua dan kakak tercinta serta seluruh keluarga yang selalu
memberi cinta, do’a, semangat dan dukungan baik materi maupun spiritual.
10. Teman-teman seperjuangan terutama di penginapan lantai IV gedung B atas
do’a, dukungan dan kerjasamanya.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam pendelegasian makalah ini yang
tidak disebutkan satu persatu.
Penulis menyadai bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak yang membaca demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kita
semua. Amin.
Jakarta, Agustus 2005
penulis

i
ii

Anda mungkin juga menyukai