Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “B” DENGAN MAKROSOMIA

DI RUMAH SAKIT ST. GABRIEL KEWAPANTE


TANGGAL 16 SEPTEMBER 2021

DISUSUN OLEH

MAGDALENA NOVIA YULRINSI SOFIA SODANG

YAYASAN STENMANNS
RS. ST. GABRIEL KEWAPANTE
KEWAPANTE 86181 MAUMERE-FLORES-NTT
TELP/FAX :03822425116 - HP 081237629456 - EMAIL :
rs.stgabriel@yahoo.co.idTAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN

Laporan ini dengan judul“ Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny B Dengan Makrosomia Di RS.

ST. Gabriel Kewapante Tanggal 16 September 2021”

Disusun oleh :

Magdalena Novia Yulrinsi Sofia Sodang

Telahdisetujui oleh :

Penguji I

Sr. Maria De Sara Gosta, SSps. S.Kep.Ns (...........................................)

Penguji II

Sr. Maria Kristiani Nasri, SSps. S.Kep.Ns (...........................................)

Penguji III

Sr. VerydianaMisales.SSpS (...........................................)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya

sehingga Laporan Asuhan Kebidanan ini dapat di selesaikan. Dalam penulisan Laporan ini

berbagai hambatan di hadapi oleh penulis dari tahap persiapan sampai dengan penyelesaian

tulisan. Namun, berkat bantuan, bimbingan, dan kerja sama dengan berbagai pihak maka

hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi.

Oleh karena itu perkenankanlah kami penulis dengan kerendahan hati menyampaikan

terima kasih atas segala bantuan, bimbingan saran dan motivasi kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan.

Dan akhirnya atas segala bantuan, penulis tidak dapat berbuat apapun sebagai imbalan

kecuali ucapan terima kasih dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga jasa dan

bantuan yang telah di berikan mendapat balasan yang setimpal.

Kewapante, 20 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

DAFTAR SINGKATAN................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6

A. Tinjauan Teori Tentang Bayi Baru Lahir............................................... 6

B. Tinjauan Teori Tentang Makrosomia..................................................... 9

C. Konsep Asuhan Kebidanan.................................................................... 16

D. Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Pasien ............................... 22

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 24

A. Pengkajian Data...................................................................................... 24

B. Identifikasi Masalah Aktual................................................................... 28

C. Identifikasi Masalah Potensial............................................................... 29

D. Tindakan Segera/Emergency.................................................................. 30

E. Intervensi................................................................................................ 30

F. Implementasi ......................................................................................... 32

iii
G. Evaluasi ................................................................................................. 33

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 36

A. Kesimpulan ............................................................................................ 36

B. Saran ...................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Keterangan

UNICEF United Nation Internasional Children’s Emergency Fund

BBLR Berat Badan Lahir Rendah

SC Sectio Caesarea

SDKI Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

BKB Bayi Kurang Bulan

BCB Bayi Cukup Bulan

BLB Bayi Lebih Bulan

IMD Inisiasi Menyusui Dini

GDS Gula Darah Sewaktu

DM Diabetes Melitus

IMT Indeks Massa Tubuh

ASI Air Susu Ibu

HPHT Hari Pertama Haid Terakhir

HTP Hari Tafsiran Persalinan

ANC Ante Natal Care

TT Tetanus Toksoid

TTV Tanda-Tanda Vital

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makrosomia merupakan istilah medis untuk menggambarkan bayi dengan berat

lahir lebih dari 4.000 gram.Makrosomia adalah salah satu komplikasi pada kehamilan

yang akan berdampak buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir apabila

komplikasi tersebut tidak dideteksi secara dini dan segera ditangani. Bayi besar

(makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 4000 gram.

Dalam setiap kelahiran bayi, berat lahir menjadi salah satu indikator yang

menentukan kesejahteraan bayi.Definisi menurut berat lahir, berat bayi normal yaitu

berat lahir bayi antara 2.500 gram sampai 4.000 gram.Sedangkan bayi yang memiliki

berat badan dibawah 2.500 gram atau diatas 4.000 gram disebut memiliki berat badan

yang tidak normal.

Belakangan ini diketahui bahwa makrosomia sering dikaitkan dengan riwayat

diabetes melitus gestasional dan obesitas pada Ibu.Dua faktor tersebut merupakan

faktor penting untuk mengetahui perkembangan makrosomia (Alberico, 2014;

Cunningham et al, 2010). Faktor risiko lain yang mempengaruhi bayi terlahir besar

adalah usia Ibu, kenaikan berat badan ketika hamil, multiparitas, lama kehamilan,

riwayat melahirkan bayi makrosomia, ras, etnis (Cunningham et al.,

2005;Cunninghamet al., 2010;Trisnasiwi dkk, 2012).

Survey SDKI Indonesia tahun 2018 mengatakan bahwa porporsi berat lahir >

4.000 gram di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2018 mengalami penurunan. Dari

6,4% pada tahun 2010, kemudian turun sebesar 1,6% menjadi 4,8 % di tahun 2013 dan

menurun lagi pada tahun 2017 sebesar 1,1% menjadi 3,7%.


1
Insiden makrosomia di dunia umumnya berkisar antara 6-10 % dari semua

kelahiran (Martin et al, 2006). Sebuah penelitian cohort berhasil mengevaluasi

prevalensi makrosomia selama 5 tahun, dari 20.000 kelahiran hidup 9% bayi memiliki

berat lahir 4000 gr. Sebesar 7,6% bayi memiliki berat lahir 4000-4499 gr dan 1,2%

memiliki berat lahir 4500-4999 gr. Sisanya 0,2% memiliki berat lahir ≥5000 gr

(Najafian et al, 2012). Angka kejadian bayi makrosomia semakin meningkat dari

tahun ke tahun, dalam 2-3 dekade terakhir di banyak populasi berbeda di seluruh dunia

terjadi peningkatan 15-25% proporsi wanita yang melahirkan bayi makrosomia.

(Gyselaers &Martens, 2012) (tidak perlu dimasukan)

Penelitian Mohammadbeigi et al (2013) menunjukkan bahwa diantara 160 Ibu

hamil yang berpartisipasi dalam penelitian tersebut, 32 Ibu (20%) melahirkan bayi

makrosomia dengan 2 kasus kematian bayi makrosomia. Penelitian ini menyimpulkan

bahwa diabetes melitus gestasional merupakan prediktor penting dalam menentukan

kelahiran makrosomia. Diabetes melitus gestasional, riwayat melahirkan bayi

makrosomia, dan preeklampsia dapat meningkatkan risiko kelahiran bayi makrosomia

masing-masing 11,9 ; 3,8 ;3,3 kali lipat.

Bayi-bayi yang memiliki berat badan lahir tidak normal akan berpotensi

mengalami komplikasi sebagai akibat dari usaha-usaha tubuh untuk melakukan

adaptasi terhadap lingkungan eksternal tubuh yang terbatas oleh kondisi dan

kemampuan tubuh tersebut (dalam hal ini adalah berat lahir bayi). Sedangkan, bayi

dengan berat normal akan mampu beradaptasi dengan lingkungan eksternalnya

maupun kondisi fisiologis dalam tubuhnya. Tidak hanya BBLR yang menjadi masalah

berat lahir janin, namun berat lahir bayi yang terlalu besar (makrosomia) juga harus

2
diperhatikan mengingat potensial komplikasi yang cukup serius dapat terjadi akibat

kelahiran bayi makrosomia.

Istilah makrosomia digunakan untuk menggambarkan bayi dengan ukuran yang

lebih besar dari ukuran normal. Berat badan lahir ≥ 4000 gr merupakan patokan yang

sering digunakan dalam mendefinisikan makrosomia (Cunningham et al, 2010 ;

Trisnasiwi, 2012). Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang ketika dilahirkan

memiliki berat badan lebih dari 4000 gram, karena berat neonatus pada umumnya

adalah kurang dari 4000 gram dan tidak lebih dari 5000 gram (Prawirohardjo, 2005;

Trisnasiwi, 2012) (tidka perlu dimasukan)

Berat lahir bayi merupakan indikator penting dalam memperkirakan tingkat

kematangan dan kemampuan bayi untuk bertahan.Berat lahir bayi tergantung dari

lamanya kehamilan dan tingkat pertumbuhan janin.Berat lahir sering digunakan

peneliti sebagai alat ukur risiko mortalitas.Angka kejadian bayi berat lahir rendah

dalam suatu populasi biasanya dipertimbangkan sebagai indikator kesehatan utama

pada Ibu hamil dan janinnya, namun implikasi kesehatan atas bayi makrosomia masih

kurang mendapat perhatian (Cunningham et al., 2005). (hampir sama dengan

paragraph kedua)

Makrosomia merupakan salah satu penyebab penting morbiditas dan mortalitas

pada janin dan Ibu. Ibu yang mengandung janin makrosomia berisiko untuk

melahirkan secara SC (caesarean section)(Wheler, 2003). Pada persalinan pervaginam

(persalinan normal), Ibu yang melahirkan bayi makrosomia dapat mengalami

komplikasi persalinan seperti perdarahan postpartum, laserasi jalan lahir, dan

endometritis pascapartum (Ezegwui et al.,2011;Wheler, 2003;Sinclair, 2003). Bayi

makrosomia yang dilahirkan melalui persalinan normal berisiko tinggi mengalami

3
shoulder dystocia. Terjadinya shoulder dystocia ini dapat menyebabkan cedera pada

janin seperti plexus brachialis dan fraktur humerus (Ezegwui et al., 2011).

Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki persentase kelahiran makrosomia

cukup tinggi. Persentase berat lahir bayi ≥4000 gr di Indonesia telah mencapai 6,4%

(Kemenkes RI, 2010), angka ini sudah mencapai insiden makrosomia di dunia yang

umumnya berkisar antara 6-10 % dari total kelahiran (Martin et al, 2006). Persentase berat

lahir ≥ 4000 gr tertinggi adalah di Provinsi Papua Barat yaitu dengan persentase 13,5%

dan terendah adalah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan persentase 1,7%

(Kemenkes RI, 2010). Data yang diperoleh dari Rekam Medis RS. St. Gabriel Kewapante

jumlah persalinan dengan Makrosomia pada Tahun 2020 dari Januari-Desember adalah

sebanyak 2 kasus, sedangkan pada Tahun 2021 dari Januari-September adalah sebanyak 3

kasus.

Berdasarkan angka kejadian dan besarnya peran bidan dalam penanganan

komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi, maka penulisa tertarik untuk menelaah

kasus dengan “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.B Dengan Makrosomia di Rumah

Sakit St. Gabriel Kewapante Pada Tanggal 16 September 2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan

masalahnya “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. B Dengan Makrosomia di Rumah

Sakit St. Gabriel Kewapante Pada Tanggal 16 September 2021” (rumusan masalah

dalam bentuk kalimat tanya dan sesuai dengan banyaknya tujuan khusus)

1. Bagaimana melaksanakan pengkajian dan analisis data pada Bayi dengan

Makrosomia?

2. ……………

4
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dapat melaksanakan manajemen dan pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Pada Bayi Ny. B Dengan Makrosomia di Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante

Pada Tanggal 16 September 2021 dengan penerapan manajemen asuhan kebidanan

7 langkah varney dan pendokumentasian dengan format SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data pada Bayi dengan

Makrosomia (tidak perlu masukan nama rumah sakit)

b. Dapat merumuskan diagnose/masalah potensial Pada Bayi Ny. B Dengan

Makrosomia di Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante Pada Tanggal 16

September 2021

c. Dapat merencakanan tindakan Pada Bayi Ny. B Dengan Makrosomia di

Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante Pada Tanggal 16 September 2021

d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi guna pemecahan masalah

Pada Bayi Ny. B Dengan Makrosomia di Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante

Pada Tanggal 16 September 2021

e. Dapat melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. B Dengan

Makrosomia di Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante Pada Tanggal 16

September 2021

f. Dapat mengevaluasi tindakan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. B Dengan

Makrosomia di Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante Pada Tanggal 16

September 2021

5
g. Dapat mendokumentasikan semua data fokus dan tindakan dalam Asuhan

Kebidanan yang telah dilaksanakan Pada Bayi Ny. B Dengan Makrosomia di

Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante Pada Tanggal 16 September 2021

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Bayi Baru Lahir Normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42

minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram (Saifuddin, 2010).

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal

Bayi yang mempunyai berat badan 2.500-4.000 gram, panjang badan 48-52

cm, lingkar dada 32-34 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120-160

kali/menit, pernafasan ± 40-60 kali/menit, kulit kemerahan dan licin karena

jaringan subkutan cukup, lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik, kuku

agak panjang dan lemas, genetalian perempuan labia mayora sudah meutupi labia

minora dan genetalian laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada, refleks isap,

menelan dan moro telah terbentuk, mekonium keluar dalam 24 jam pertama dan

mekonium berwarna hitam kecoklatan (Sondakh, 2013).

3. Klasifikasi Neonatus

Bayi Baru Lahir atau Neonatus dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut

Kosim dkk (2012) :

a. Klasifikasi Menurut Berat Lahir

6
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi yang lahir dengan berat lahir < 2.500 gram tanpa memandang

masa gestasinya.

2) Bayi Berat Lahir Cukup/Normal

Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2.500 - 4.000 gram.

3) Bayi Berat Lahir Lebih

Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4.000 gram.

b. Klasifikasi Menurut Masa Gestasi atau Umur Kehamilan

1) Bayi Kurang Bulan (BKB)

Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (259 hari)

2) Bayi Cukup Bulan (BCB)

Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-294

hari)

3) Bayi Lebih Bulan (BLB)

Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi >42 minggu (294 hari)

4. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal

Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal menurut Wiknjosastro dkk, 2008),

yaitu :

a. Jaga Kehangatan

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan

membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.Bayi Baru

Lahir harus dibungkus agar tetap hangat.

b. Bersihkan Jalan Napas Bila Perlu

c. Keringkan dan Tetap Jaga Kehangatan

7
Keringkan bayi mulai dari wajah, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali

bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu

menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain

kering dan bersih.Biarkan bayi di atas perut ibu.

d. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit setelah

lahir. Pengikatan dan pemotongan tali pusat segera setelah persalinan banyak

dilakukan secara luas di seluruh dunia, tetapi penelitian menunjukkan hal ini

tidak bermanfaat bagi ibu maupun bayi. Penanganan tali pusat di kamar

bersalin harus dilakukan secara asepsis untuk mencegah infeksi tali pusat dan

tetanus neonatorum.

e. Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan cara kontak kulit bayi dengan

kulit ibu. Segera setelah bayi lahir dan tali pusat di ikat, letakkan bayi secara

tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu.

Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih,

bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri.

f. Berikan salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata. Salep mata

untuk mencegah infeksi mata. Pencegahan infeksi tersebut mengandung

antibiotika Tetrasiklin 1%. Salep antibiotika harus diberikan pada waktu 1 jam

setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan

lebih dari 1 jam setelah kelahiran.

g. Berikan suntikan Vitamin K

Memberikan suntikan vitamin K 1 mg intramuskular di paha kiri

anterolateral.Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K injeksi 1 mg

intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit danbayi selesai menyusu

8
untuk mencegah perdarahan bayi baru lahirakibat defisiensi vitamin K yang

dapat dialami oleh sebagian bayibaru lahir.

h. Memberikan Imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular di paha

kanananterolateral. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegahinfeksi

Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi

Hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K, pada saat

bayi berumur 2 jam.

B. Tinjauan Teori Tentang Makrosomia

1. Pengertian

Makrosomia atau bayi besar dan sering dikatakan sebagai giant merupakan

salah satu keadaan abnormal dalam pertumbuhan janin dalam kandungan di mana

janin berkembang melebihi pekembangan normal.

Bayi dikatakan makrosomia apabila berat badan lahir diatas 4000 gram (Husin,

2013).

Makrosomia didefinisikan sebagai berat janin >4000 gram (Benson,

2009).Bayi berat lahir lebih adalah Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir lebih >

4000 gram (Kosim dkk, 2012).

2. Etiologi

a. Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada janin(akibat

hiperglikemia ibu) dan hiperinsulinisme janin.

b. Bayi Lewat Bulan

Resiko persalinan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram pada kehamilan

posterm meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan aterm (Saifuddin,

2010).

9
c. Keturunan

Seorang ibu hamil gemuk beresiko 10-20% untuk melahirkan bayi besar.Bayi

besar dapat disebabkan berat badan ibu yang berlebihan baik sebelum hamil

(obesitas) maupun kenaikannya selama hamil lebih dari 15 kg.

d. Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya.

Bila bumil punya riwayat melahirkan bayi makrosomia sebelumnya, maka ia

beresiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomia

dibandingkan wanita yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia karna

umumnya berat seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80-

120 gr. Bayi besar (bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gr) dan sering

terjadi pada ibu yang telah sering melahirkan (multipara) dibandingkan dengan

kehamilan pertama.

3. Tanda dan Gejala Makrosomia

Sebenarnya, agak sedikit sulit untuk mengetahui makrosomia saat bayi masih

di dalam kandungan. Meski begitu, ada dua tanda yang biasanya dijadikan acuan

dokter untuk melihat pertumbuhan janin yang sedang terjadi, masih normal atau

sudah berlebih, yaitu :

a. Tinggi fundus uteri ibu hamil sudah melebihi normal

Saat Anda datang ke dokter untuk kontrol kondisi kehamilan, dokter biasanya

akan memeriksa tinggi fundus uteri. Tinggi fundus uteri adalah jarak antara

puncak uterus atau rahim hingga tulang pubis.Jika tingginya melebihi normal,

maka ada kemungkinan bahwa bayi mengalami makrosomia.

b. Cairan ketuban berlebihan

10
Cairan ketuban atau cairan amniotik yang jumlahnya berlebih disebut sebagai

polihidramnion.Jumlah cairan ketuban bisa dijadikan patokan untuk

mendeteksi bayi makrosomia karena cairan ini bisa menggambarkan jumlah

urine yang keluar dari janin.Semakin banyak urine yang keluar, maka semakin

besar pula ukuran janin.

4. Karakteristik Makrosomia

a. Badan montok dan bengkak

b. Kulit kemerahan

c. Lemak tubuh banyak

d. Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata (Cunningham, 2013)

5. Diagnosis

a. Keturunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkannyadan

adanya DM (diabetes mellitus).

b. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (edemaatau

sebagainya).

c. Pemeriksaan teliti tentang disproporsi sefalo atau feto-pelvik dalam halini

dianjurkan untuk mengukur kepala bayi dengan ultra-sonografi(Mochtar,

2013).

6. Faktor Resiko

Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kehamilan

makrosomia (bayi besar). Faktor-faktor tersebut diantaranya :

a. Ibu yang menderita Diabetes Mellitus (DM) sebelum dan selama kehamilan.

Kadar gula darah ibu hamil penderita Diabetes Mellitustergolong tinggi.

11
Kondisi inilah yang menberi peluang untuk tumbuhmelebihi ukuran rata-rata

(Husin, 2013).

b. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar. Ibu yang padakehamilan

pertama melahirkan bayi makrosomia berpeluang besarmelahirkan anak kedua

dengan kondisi yang sama pada kehamilanberikutnya (Cunningham, 2010).

c. Faktor genetik obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapatmenurun

pada bayi.

d. Usia gestasi lama (David, 2013).

7. Patofisiologi

Saat kehamilan plasenta memproduksi hormon insulin untuk dapat memenuhi

kebutuhan glikogen janin. Pada ibu dengan diabetes militus, produksi insulin

plasenta akan meningkatkan sejumlah glukosa darah yang masuk melalui sawar

plasenta. Glukosa darah yang tinggi pada ibu akan menimbulkan respon

penambahan kadar insulin untuk dapat mengubah glukosa menjadi glikogen dalam

tubuh janin.

Perubahan tersebut akan disimpan oleh janin dalam hati,thymus, kelenjar

adrenal, otot, serta lemak. Karena kadar glukosa yang tersedia berlebih akibat ibu

menderita diabetes mellitus, akan banyak glikogen yang reproduksi dan

mengakibatkan cadangan glikogen janin meningkat menimbulkan pertumbuhan

janin yang melebihi ukuran seharusnya (Husin, 2013).

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada bayi makrosomia (bayi besar) menurut Wiknjosastro dkk

(2008),antara lain:

a. Menjaga kehangatan

12
b. Membersihkan jalan nafas

c. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat

d. Melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)

e. Membersihkan badan bayi

f. Memberikan obat mata

g. Memberikan injeksi vitamin K

h. Membungkus bayi dengan kain hangat

i. Mengkaji keadaan kesehatan pada bayi dengan makrosomia dengan

mengobservasi keadaan umum dan vital sign serta memeriksa kadar glukosa

darah sewaktu pada umur 3 jam

j. Memantau tanda gejala komplikasi yang mungkin terjadi

k. Memberikan terapi sesuai komplikasi yang dialami oleh bayi

9. Komplikasi atau Masalah Yang Dapat Terjadi

a. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu

Komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu akibat bayi makrosomia adalah

antara lain:

1) Kesulitan saat proses persalinan

Bayi yang berukuran besar akan lebih sulit untuk keluar secara normal

melalui vagina. Ia berisiko tersangkut di jalan lahir dan bahkan tersangkut

yang bisa menyebabkan cedera pada ibu.Saat hal ini terjadi, dokter

biasanya akan menyarankan persalinan dengan bantuan vakum atau

dialihkan menjadi prosedur operasi Caesar.

2) Sobeknya jaringan vagina

13
Melahirkan bayi makrosomia bisa membuat jaringan vagina

sobek.Selain itu, kondisi ini juga berisiko menyebabkan terjadinya robekan

pada otot yang terletak antara anus dan vagina (perineum).

3) Perdarahan setelah persalinan

Kerusakan yang terjadi di jaringan vagina dan otot di sekitarnya,

membuat otot-otot rahim akan sulit untuk berkontraksi atau kembali

menutup setelah persalinan selesai. Akibatnya, akan ada kemungkinan

perdarahan hebat yang terjadi pada ibu.

4) Ruptur rahim

Bagi ibu yang sebelumnya pernah melalui prosedur operasi Caesar atau

operasi lain yang melibatkan rahim, maka risiko terjadinya ruptur rahim

akan meningkat. Kondisi ini jarang terjadi. Namun jika sampai terjadi, akan

menyebabkan sobeknya rahim sepanjang alur luka jahit akibat operasi

Caesar sebelumnya.

b. Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi

Sementara itu untuk bayi baru lahir, beberapa hal yang bisa terjadi akibat

kondisi makrosomia adalah :

1) Distosia bahu

Distosia bahu adalah kondisi yang terjadi saat bahu bayi tersangkut di

jalur lahir, meski kepalanya telah berhasil keluar.Kondisi ini bisa

menyebabkan bayi mengalami patah tulang selangka, patah tulang lengan,

dan cedera saraf.Pada beberapa kasus, kondisi ini bisa menyebabkan

kerusakan otak atau bahkan kematian bayi.Sementara itu pada ibu, distosia

14
bahu bisa menyebabkan perdarahan hebat, ruptur rahim, dan kerusakan

jaringan vagina.

2) Kadar gula darah lebih rendah dari normal

Bayi yang lahir dengan makrosomia, berisiko lebih tinggi memiliki

kadar gula darah yang rendah. Bayi yang gula darahnya rendah, harus

dirawat khusus di rumah sakit hingga kadar gula darahnya kembali normal

dan stabil.Ketika glukosa darah tetap rendah dibawah kadar yang dapat

diterima dan pemberian asi secara langsung tidak berhasil atau tidak

mencukupi untuk meningkatkan kadar glukosa darah maka diperlukan susu

formula (Holmes, 2012).

3) Obesitas saat masa anak-anak

Makrosomia adalah penyakit yang bisa menyebabkan obesitas dini

pada anak.Bayi yang lahir dengan berat badan berlebih, juga berisiko lebih

tinggi mengalami obesitas di kemudian hari yang bisa mengganggu

kesehatannya.

4) Sindrom metabolic

Sindrom metabolik adalah kondisi gabungan antara tekanan darah

tinggi, gula darah tinggi, dan tumpukan lemak berlebih di perut serta kadar

kolesterol tinggi yang terjadi secara bersamaan. Bayi makrosomia, berisiko

lebih tinggi mengalami kondisi ini sejak usia anak-anak.

10. Cara mencegah terjadinya makrosomia

Makrosomia adalah kondisi yang sulit diprediksi.Sebab, diagnosis baru bisa

diberikan saat bayi lahir dan ditimbang berat badannya. Sehingga, penting bagi ibu

untuk melakukan hal-hal yang bisa mencegah terjadinya kondisi ini, seperti :

15
a. Rutin memeriksakan kandungan ke dokter.

b. Menjaga kenaikan berat badan selama kehamilan. Jika Anda memiliki berat

badan normal sebelum kehamilan, Anda dapat menaikkan berat badan hanya

untuk sekitar 11 sampai 16 kg.

c. Melakukan langkah yang tepat untuk mengatur kadar gula darah, jika

menderita diabetes.

d. Tetap aktif selama hamil dengan olahraga atau rutin melakukan aktivitas fisik

yang sesuai.

C. Konsep Asuhan Kebidanan

Tujuh Langkah proses manajemen kebidanan menurut Hellen Varney, yaitu :

1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

a. Data Subjektif

Adapun data subjektif yang dikumpulkan untuk kasus bayi baru lahir

dengan makrosomia adalah :

1) Identitas Pasien

Makrosomia diduga disebabkan oleh adanya glukosa janin yang

berlebihan akibat hiperglikemi pada ibu, selain faktor lainnya seperti ibu

yang gemuk, ras dan etnis (Saifuddin, 2010).

2) Riwayat Kehamilan Ibu

Sekitar sepertiga wanita yang melahirkan bayi sebesar lebih dari 4000

gram akan melahirkan bayi serupa pada kehamilan berikutnya. Berarti

paritas bukan pada primigravida (Cunningham, 2013).

3) Riwayat Kesehatan Ibu

16
Riwayat kehamilan perlu diketahui karena keadaan ibu selamahamil

sangat berpengaruh terhadap bayi yang dihasilkan. Dalamkasus bayi baru

lahir dengan makrosomia (bayi besar), perlu diketahui beberapariwayat

kesehatan ibu, yaitu:

a) Diabetes Melitus

Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan dengandiabetes

sangat bervariasi.Pada janin meningkatkan resiko terjadi makrosomia,

trauma persalinan, hiperbilirubinemia, hipoglikemi, hipokalsemia,

polisitemia, hiperbilirubinemia neonatal, sindroma distres respiratory

(RDS) serta meningkatkan mortalitas atau kematian janin (Saifuddin,

2010).

b) Kenaikan Berat Badan Selama Hamil

Perempuan hamil dengan obesitas atau dengan kenaikan berat badan

waktu hamil berlebihan nilai IMT (Indeks Massa Tubuh) normal ibu

hamil yaitu 19,8 – 26,6 (Sulistyawati,2009)merupakan faktor resiko

utama terjadinya preeklamsi, seksiosesarea, kelahiran prematur,

makrosomia janin, dan kematianjanin (Saifuddin, 2010).

c) Riwayat Persalinan

Pada bayi makrosomia, komplikasi utama yang terjadi padapersalinan

adalah trauma kelahiran seperti distosia bahu, frakturtulang, injuri

pleksus brakialis.Bayi juga berisiko mengalamihipoglikemi dan

kelainan metabolik lainnya (Saifuddin, 2010).

d) Nutrisi Ibu Hamil

17
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil

dapatmempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang

dikandung.Selainitu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang

dilahirkan, makapemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan

(Kosimdkk, 2012).

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui keadaan umum

kesadaran dan vital sign meliputi nadi, suhu, dan pernafasan (Kosim dkk,

2012).

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan berat badan perlu dilakukan pada bayi makrosomia (bayi

besar) untuk mengetahui berat badan bayi lebih dari 4000

gram.Pemeriksaan fisik diperlukan untuk mengetahui karakteristik

makrosomia berupa wajah berubi, lemak tubuh banyak, badan montok,

kulit kemerahan serta tali pusat lebih besar dari rata-rata (Cunningham,

2013).

3) Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan kadar gula darah,

kadar kalsium dan hematokrit dan kadar serum bilirubin harus diperiksa

bila bayi tampak kuning (Indarso, 2010).

2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Diagnosa kebidanan bayi baru lahir dengan makrosomia adalah Bayi Baru

Lahir Ny. B sesuai masa kehamilan umur 2 jam 20 menit dengan makrosomia.

18
a. Data Subjektif

Faktor genetik obesitas dan overweight yang dialami ayah dan ibu, serta usia

gestasi yang lama dapat meningkatkan risiko terjadi bayimakrosomia (David,

2010).

b. Data Objektif

Pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui keadaan umumkesadaran

dan vital sign meliputi nadi, suhu, dan pernafasan (Kosim dkk,

2012).Pemeriksaan berat badan perlu dilakukan pada bayimakrosomia (bayi

besar)untuk mengetahui berat badan bayi lebih dari 4000 gram.Pemeriksaan

fisik diperlukan untuk mengetahui karakteristik makrosomia (bayi besar)

berupa wajah berubi, lemak tubuh banyak, badan montok,kulit kemerahan serta

tali pusat lebih besar dari rata-rata (Cunningham,2013).

Pada pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan kadar guladarah,

kadar kalsium dan hematokrit dan kadar serum bilirubin harusdiperiksa bila

bayi tampak kuning (Indarso, 2010).

3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau MasalahPotensial/Diagnosa

Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya

a. Diagnosa potensial pada kasus makrosomia (bayi besar), antara lain:

1) Hipoglikemia, langkah antisipasinya dengan melakukanpengukuran

glukosa darah sewaktu

2) Hipokalsemia, langkah antisipasinya dengan melakukanpemeriksaan kadar

kalsium dalam serum darah

3) Hiperbilirubinemia dan polisitemia antisipasinya dengan pantau Hbdarah

tiap 6-12 jam tanpa gejala (Cunningham, 2013)

19
b. Penananganan antisipasi bidan : Supaya tidak terjadi hipoglikemi

danhipokalsemi yaitu dengan cara memberikan nutrisi pada bayi terutamaASI

(Fraser, 2009). Berkolaborasi dengan laboratorium untukpemeriksaan gula

darah (Husin, 2013).

4. Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Kasus makrosomia diperlukan tindakan kolaborasi dengan dokterspesialis anak

untuk pemberian terapi berupa intravena glukosa danpemeriksaan laboratorium

berupa pemeriksaan kadar glukosa, kalsium danbilirubin yang berguna untuk

mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi(Bobak, 2005).

5. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh

Penatalaksanaan pada bayi makrosomia menurut Wiknjosastro dkk (2008), antara

lain:

a. Jaga kehangatan

b. Bersihkan jalan nafas

c. Potong tali pusat dan perawatan tali pusat

d. Lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)

e. Bersihkan badan bayi

f. Berikan obat mata

g. Berikan injeksi vitamin K

h. Bungkus bayi dengan kain hangat

i. Kaji keadaan kesehatan pada bayi dengan makrosomia (bayi besar)

denganmengobservasi keadaan umum dan vital sign serta memeriksa

kadarglukosa darah sewaktu pada umur 3 jam

j. Pantau tanda gejala komplikasi yang mungkin terjadi

20
k. Berikan terapi sesuai komplikasi yang dialami oleh bayi.

6. Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien danAman

Penatalaksanaan pada bayi makrosomia (bayi besar) menurut Wiknjosastro dkk

(2008), antara lain:

a. Menjaga kehangatan

b. Membersihkan jalan nafas

c. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat

d. Melakukan inisiasi menyusui dini

e. Membersihkan badan bayi

f. Memberikan obat mata

g. Memberikan injeksi vitamin K

h. Membungkus bayi dengan kain hangat

i. Mengkaji keadaan kesehatan pada bayi dengan makrosomia

denganmengobservasi keadaan umum dan vital sign serta memeriksa

kadarglukosa darah sewaktu pada umur 3 jam

j. Memantau tanda gejala komplikasi yang mungkin terjadi

1) Hipoglikemia, langkah antisipasinya dengan melakukanpengukuran

glukosa darah sewaktu

2) Hipokalsemia, langkah antisipasinya dengan melakukanpemeriksaan kadar

kalsium dalam serum darah

3) Hiperbilirubinemia dan polisitemia antisipasinya denganpantau Hb darah

tiap 6-12 jam tanpa gejala (Cunningham, 2013)

k. Memberikan terapi sesuai komplikasi yang dialami oleh bayi

7. Langkah VII : Evaluasi

21
Evaluasi yang diharapkan pada kasus bayi baru lahir denganmakrosomia (bayi

besar) adalah kondisi bayi sudah baik, kadar glukosa dan kalsiumdalam darah

normal (Varney, 2007)

D. Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Pasien

Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secara benar, jelas, singkat,logis dalam

suatu metode pendokumentasian. Menurut Varney, alur berpikirlogis bidan

saatmerawat klien meliputi tujuh langkah. Agar orang lainmudah mengerti maka

dibuat SOAP (Varney, 2007). Follow up dilakukan selama 2 hari.

1. S = Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis sebagai Langkah I Varney.

Data subjektif pada kasus bayi baru lahir dengan makrosomia didapatkan dari

hasil pemantauan bidan berupa keterangan dari ibu/keluarga yaitu berat badan bayi

> 4000 gram, mempunyai wajah berubidan badan bengkak (Cunningham, 2013)

2. O = Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,hasil

laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam datafokus untuk

mendukung asuhan sebagai Langkah 1 Varney.

Data objektif meliputi pemeriksaan umum yang terdiri dari datapemeriksaan

keadaan umum bayi, kesadaran, vital sign (nadi, suhu danrespirasi), pemeriksaan

22
khusus yang terdiri dari data hasil inspeksi,palpasi, perkusi serta auskultasi melalui

pemeriksaan head to toe, refleks iritabilitas, keaktifan gerak, pola nutrisi dan

eliminasi, serta datapenunjang yang dapat berupa pemeriksaan laboratorium.

3. A = Assessment

a. Diagnosa dalam kasus ini yaitu bayi Ny. B sesuai masa kehamilanumur 2 jam

20 menit dengan Makrosomia (bayi besar).

DS : Faktor genetik obesitas dan overweight yang dialami ayah dan ibu, serta

usia gestasi yang lama dapat meningkatkan risiko terjadi bayi

makrosomia (David, 2010)

DO : Pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui keadaan umum

kesadaran dan vital sign meliputi nadi, suhu dan pernafasan

(Cunningham, 2013). Pemeriksaan berat badanperlu dilakukan pada

bayi makrosomia untuk mengetahuiberat badan bayi lebih dari 4000

gram. Pemeriksaan fisikdiperlukan untuk mengetahui karakteristik

makrosomia berupawajah berubi, lemak tubuh banyak, badan montok,

kulitkemerahan serta tali pusat lebih besar dari rata-rata(Cunningham,

2013)

b. Masalah yang mungkin muncul pada bayi dengan makrosomia yaitubayi

kurang bisa menyusu dan lesu (Behrman, 2010)

c. Kebutuhan pada bayi makrosomia yaitu memberikan susu pada bayiterutama

ASI (Fraser, 2009).

4. P = Plan

23
Menggambarkan penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaandan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan yaitu: mengevaluasi hasiltindakan yang

telah diberikan, memonitor keadaan umum bayi dan tanda – tanda vital, menjaga

Personal hygiene bayi dengan cara menggantipopok ketika BAB dan BAK,

melakukan perawatan tali pusat dengankassa steril (Wiknjosastro dkk , 2008).

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Data

Tanggal/Jam Lahir : 16 September 2021/08.10 Wita

Tanggal/Jam Pengkajian : 16 September 2021/08.50 Wita

Langkah I. Identifikasi Data Dasar

1. Identitas Bayi

Nama Bayi : Bayi Ny. B

Tanggal Lahir : 16 September 2021

Anak ke : III (Tiga)

Jenis Kelamin :♂ (Laki-laki)

2. Identitas Orang Tua

Nama :Ny. B / Tn. R

Umur : 37 Tahun / 44 Tahun

Nikah/Lamanya : 1 Kali / ± 11 Tahun

Suku : Jawa / Jawa


24
Agama : Kristen Protestan / Kristen Protestan

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Jl. Melati

3. Data Biologis

a. Riwayat Kehamilan Ibu

1) GIII PII A0

2) HPHT 19 Desember 2020

3) HTP 26 September 2021

4) Gestasi 38minggu 4 hari

5) Ibu melakukan pemeriksaa ANC sebanyak 5 kali selama kehamilannya dan

mendapatkan suntikan TT sebanyak 4 kali di puskesmas pada kehamilan

sebelumnya

6) Ibu tidak ada riwayat alergi dan ketergantungan obat-obatan

b. Riwayat kesehatan ibu

1) Ibu tidak ada riwayat penyakit jantung, DM dan hipertensi

2) Ibu tidak pernah mengalami gangguan kejiwaan selama hamil

3) Ibu tidak ada ketergantungan obat-obatan dan alcohol

c. Riwayat Persalinan lalu dan sekarang

Umur Jenis Penolong Jenis Keadaan Berat


Tahun Kehamilan Kehamilan Persalinan Persalinan Kelamin Sekarang Badan

2010 I Aterm Spontan Bidan P Sehat 3.900 gr

2012 II Aterm Spontan Bidan L Sehat 4.300 gr

2021 III Aterm SC Dokter L Sehat 4.100 gr

25
d. Riwayat sosial ekonomi keluarga

1) Nutrisi

a) Bayi menghisap ASI dengan baik

b) Bayi sering disusui ibunya

2) Eliminasi

a) Bayi sudah BAB dan BAK

3) Personal Hygiene

a) Kulit bayi bersih kemerahan

b) Bayi sudah dimandikan

c) Tali pusat masih basah

e. Riwayat Sosial, Ekonomi, Keluarga

1) Ibu dan suami serta keluarga sangat bahagia dengan kelahiran bayinya

2) Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami

f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : baik Kesadaran : Composmentis

2) BBL : 4.100 gram (N : 2500-4000 gram)

3) PBL : 50 cm (N : 45-50 cm)

4) Tanda-tanda vital

a) Nadi : 142 x/i (N : 140-160 x/i)

b) Suhu : 36,8⁰C (N : 36,5-37,5 ⁰C)

c) Pernafasan : 42 x/i (N : 40-60 x/i)

5) Lingkar kepala : 37 cm (N : 33-35 cm)

Lingkar dada : 38 cm (N : 30-33 cm)

26
Lingkar perut : 39 cm (N : 30-35 cm)

Lingkar lengan : 13 cm (N : 10-11 cm)

(Synopsis Obstetri,Edisi 3,hal.253)

6) Pemeriksaan palpasi, inspeksi dan auskultasi

a) Kepala

Rambut hitam dan halus, sutura tampak jelas, ubun-ubun belum

menutup dan tidak terdapat luka

b) Wajah

Simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan

c) Mata

Simetris kiri dan kanan, tidak ada kotoran, konjungtiva merah muda,

sclera putih

d) Hidung

Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret dan tidak ada nyeri tekan

e) Mulut

Reflex menghisap (sucking) sudah baik, tidak ada bibir sumbing

f) Telinga

Simetris kiri dan kanan, daun telinga bulat dan tidak ada serumen

g) Leher

Tidak ada benjolan

h) Dada dan perut

Simetris kiri dan kanan, tarikan nafas normal, tali pusat masih basah

i) Punggung dan bokong


27
Tidak ada benjolan pada punggung dan tampak ada lipatan pada

bokong

j) Genetalia dan anus

Terlihat anus dan saluran kencing lancar, testis lengkap, tampak testis

sudah turun ke skrotum

k) Ekstremitas

Simetris kiri dan kanan, jari-jari tangan dan kaki lengkap, reflex graps

baik.

7) Pemeriksaan Penunjang

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

GDS 54 gr/dl 50-60 mg/dl

B. Identifikasi Masalah Aktual

Langkah II . Identifikasi Masalah Aktual

Diagnosa : Bayi Cukup Bulan, Makrosomia

DS : HPHT : 19 Desember 2020

Ibu melahirkan cukup bulan tanggal 16 September 2021

DO : Gestasi 38 minggu 4 hari

BBL : 4.100 gr (N : 2500-4000 gr)

PBL : 50 cm (N : 45-50 cm)

Lingkar kepala : 37 cm (N : 33-35 cm)

Lingkar dada : 38 cm (N : 30-33 cm)

28
Lingkar perut : 39 cm (N : 30-35 cm)

Lingkar lengan : 13 cm (N : 10-11 cm)

TTV :Nadi : 142 x/i (N : 140-160 x/i)

Suhu : 36,8⁰C (N : 36,5-37,5 ⁰C)

Pernafasan : 42 x/i (N : 40-60 x/i)

Genetalia : Testis lengkap, tampak testis sudah turun ke skrotum

Reflex hisap : Sudah terbentuk dengan baik

Analisa dan interpretasi data

Istilah makrosomia digunakan untuk menggambarkan bayi dengan ukuran yang lebih

besar dari ukuran normal. Berat badan lahir ≥ 4000 gr merupakan patokan yang sering

digunakan dalam mendefinisikan makrosomia (Cunningham et al, 2010 ; Trisnasiwi,

2012). Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang ketika dilahirkan memiliki berat

badan lebih dari 4000 gram, karena berat neonatus pada umumnya adalah kurang dari

4000 gram.

C. Identifikasi Masalah Potensial

Langkah III. Identifikasi Masalah Potensial

Diagnosa : Potensial terjadinya hipoglikemia pada bayi

DS :-

DO : Bayi segera menangis

Kulit bayi kemerah-merahan

TTV :Nadi : 142 x/i (N : 140-160 x/i)


29
Suhu : 36,8⁰C (N : 36,5-37,5 ⁰C)

Pernafasan : 42 x/i (N : 40-60 x/i)

Analisa dan interpretasi data

Hipoglikemia adalah keadaan kadar glukosa serum pada 3 hari pertama di bawah 30

mg% pada neonatus cukup bulan, di bawah 20 mg% pada bayi kurang bulan. Bayi dari

ibu penderita diabetes melittus ternyata 50 % menderita hipoglikemia.(Maryunani,

2013).Kira-kira 20-50% bayi dengan ibu diabetes melittus mengalami hipoglikemia

pada 24 jam pertama setelah lahir, biasanya pada bayi makrosomia dengan kelainan

vaskular, hipoglikemia biasanya terjadi setelah 6-12 jam lahir, karenan

hiperinsulinemia dan cadangan glikogen yang kurang (Saifuddin,2010).

D. Tindakan Segera/Emergency

Langkah IV. Tindakan Segera/Kolaborasi

Tidak ada data yang menunjang

E. Intervensi

Langkah V. Rencana Tindakan/Intervensi

Tujuan : Berat badan bayi bertambah

Kebutuhan nutrisi bayi akan terpenuhi

Tidak terjadi hipotermi

Kriteria :Berat badan bayi tidak turun lebih 10% dari berat badan lahir

Bayi menyusui dengan baik,dan reflex mengisap baik

Tanda-Tanda vital dalam batas normal

30
Nadi : 142 x/i (N : 140-160 x/i)

Suhu : 36,8⁰C (N : 36,5-37,5 ⁰C)

Pernafasan : 42 x/i (N : 40-60 x/i)

Intervensi

Tanggal 16 September 2021, Jam 08.10 wita

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi

Rasional : mencegah terjadinya infeksi

2. Bersihkan jalan napas

Rasional : dengan membersihkan jalan napas dengan lender yang menyambut

saluranpernapasan dapat memperlancar proses respirasi

3. Rawat tali pusat

Rasional : merawat tali pusat untuk mencegah terjadinya infeksi

4. Pasang pakaian dan bungkus bayi dengan kain yang kering dan bersih

Rasional : mencegah kehilangan panas yang terjadi melalui evaporasi, konveksi,

radiasi dan konduksi karena bayi berada di tempat yang suhunya lebih

rendah dari bayi

5. Ganti pakaian/popok bayi setiap kali basah

Rasional : pakaian bayi yang basah dapat mempengaruhi suhu badan bayi yaitu

evaporasi

6. Cek GDS pada bayi baru lahir

Rasional : dengan mengecek GDS pada bayi baru lahir dapat mencegah terjadinya

hipoglikemia

31
7. Anjurkan ibu untuk memberi ASI pada bayinya sesering mungkin/andemand

Rasional : ASI mengandung zat-zat antibody yang sangat dibutuhkan oleh bayi

untukpertumbuhan dan perkembangannya, selain itu pemberian ASI juga

dapat meningkatkan kasih saying antara ibu dan bayi

8. Observasi tanda-tanda infeksi

Rasional : agar dapat diketahui dengan segera apabila ada infeksi seperti bengkak,

merah, bernanah, demam dan dapat segera di tangani

9. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : untuk mengetahui bayi dalam keadaan normal

10. Beri He pada ibu tentang :

a. Gizi ibu menyusui

b. Manfaat ASI

c. Imunisasi

F. Implementasi

Langkah VI. Implementasi

Tanggal 16 September 2021, jam 08.15 wita

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi

Hasil : sudah dilakukan

2. Mengobservasi tanda-tanda vital

Hasil : Nadi : 142 x/i (N : 140-160 x/i)

Suhu : 36,8⁰C (N : 36,5-37,5 ⁰C)

Pernafasan : 42 x/i (N : 40-60 x/i)

3. Merawat tali pusat

Hasil : tali pusat bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi


32
4. Memasang pakaian bayi dan membungkus bayi dengan kain yang kering dan

bersih

Hasil : bayi terbungkus dan memakai pakaian dengan rapi

5. Menggantikan pakaian/popok bayi setiap kali basah

Hasil : bayi memakai pakaian/popok yang kering dan bersih

6. Memeriksa GDS pada bayi baru lahir

Hasil: 54 gr/dl

7. Memberikan He pada ibu tentang :

a. Manfaat ASI

ASI mengandung semua zat gizi yang bernilai sangat tinggi baik dalam jumlah

maupun mutu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kecerdasan bayi serta

anak.

b. Gizi ibu menyusui

Setelah melahirkan ibu boleh makan seperti biasa, setiap hari minum air putih

minimal 8 gelas, karena gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan

produksi ASI.

c. Imunisasi

Agar ibu dapat terhindar dari penyakit-penyakit tertentu.

Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya

8. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar

a. Gendong bayi ibu dengan seluruh tubuhnya menghadap tubuh ibu

b. Posisi hidung dan dagu bayi menghadap payudara

c. Tahan kepala, leher dan punggung bayi dengan tangan ibu

33
d. Bayi ibu sebaiknya menangkupkan seluruh bagian dari putting dan areola

(bagian hitam dan sekitar putting masuk ke mulutnya)

Hasil : ibu mengerti dan mengetahui cara menyusui yang baik dan benar

G. Evaluasi

Langkah VII. Evaluasi

Tanggal 16 September 2021, jam 08.20 wita

1. keadaan umum baik, ditandai dengan :

a. TTV dalam batas normal

Nadi : 142 x/i (N : 140-160 x/i)

Suhu : 36,8⁰C (N : 36,5-37,5 ⁰C)

Pernafasan : 42 x/i (N : 40-60 x/i)

b. BB : 4.100 gram

PB : 50 cm

2. Tidak terjadi gangguan nutrisi

3. Tidak terjadi tanda-tanda infeksi

4. Tidak terjadi hipotermi ditandai dengan bayi sudah di bedong

5. Suhu tubuh bayi dalam batas normal (36,5 ⁰C-37,5 ⁰C)

CATATAN PERKEMBANGAN

S Tidak Ada Keluhan

34
O KU :Baik Kesadaran : Composmentis
 Kontrol TTV
Nadi : 142 kali/menit
Pernafasan : 42 kali/menit
Suhu : 37,3 oC
 Observasi : BAB/BAK : -/-

A Neonatus Aterm Umur 0 Hari + Makrosomia

P  Anjurkan ibu dan keluarga untuk tetap menjaga kehangatan bayi


 Anjurkan ibu dan keluarga untuk menyusui bayinya setiap 2 jam
Berikan terapi sesuai advicedokter:
 Cek GDS : Hasilnya 54 gr/dl
 ASI 8 x 20 Jam
 Vitamin K
 HBo
 Chlorampenicole
CATATAN PERKEMBANGAN

S Tidak Ada Keluhan


O KU :Baik Kesadaran : Composmentis
 Kontrol TTV
Nadi : 138 kali/menit
Pernafasan : 42 kali/menit
Suhu : 36,8 oC
 Observasi : BAB/BAK : +/+

A Neonatus Aterm Umur 1 Hari + Makrosomia

P  Anjurkan ibu dan keluarga untuk tetap menjaga kehangatan bayi


 Anjurkan ibu dan keluarga untuk menyusui bayinya setiap 2 jam
Berikan terapi sesuai advicedokter :
 ASI 8 x 20 Jam

35
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Makrosomia (bayi besar) adalah

Bayi yang ketika dilahirkan memiliki berat badan lebih dari 4000 gram.

Makrosomia (bayi besar) merupakan salah satu penyebab penting morbiditas dan

mortalitas pada janin dan Ibu.Ibu yang mengandung janin makrosomia (bayi besar)

berisiko untuk melahirkan secara caesarean section (Wheler, 2003).Pada persalinan

pervaginam (persalinan normal), Ibu yang melahirkan bayi makrosomia (bayi besar)

dapat mengalami komplikasi persalinan seperti perdarahan postpartum, laserasi jalan

lahir, dan endometritis pascapartum.

36
Faktor resiko yang mempengaruhi bayi terlahir besar adalah usia Ibu, kenaikan

berat badan ketika hamil, multiparitas, lama kehamilan, riwayat melahirkan bayi

makrosomia (bayi besar), ras, dan etnis.

B. Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapakan melakukan Asuhan Kebidanan yang lebih intensif pada bayi baru

lahir khususnya pada bayi dengan Makrosomia (Bayi Besar) agar dapat dicegah

terjadinya komplikasi-komplikasi yang lebih berat dan mendapatkan penanganan

yang cepat dan tepat.

2. Untuk Bidan

a. Bidan harus lebih waspada dalam mengkaji penyebab-penyebab kejadian

Makrosomia (bayi besar) dan menetapkan masalahnya.

b. Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam menangani kasus bayi

Makrosomia (bayi besar)

3. Bagi Pasien

Bagi pasien agar rutin memeriksakan kehamilan di Puskesmas dan Rumah Sakit

agar dapat mengetahui kondisi janin dan mendapatkan penanganan segera

mungkin.

4. Bagi Rumah Sakit

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya penerapan manajemen

kebidanan, dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan dikembangkan

mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna

menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan profesional.

37
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad M. 2014.ASKEP BAYI PATOLOGI MAKROSOMIA


https://www.scribd.com/document/433445366/Askeb-Bayi-Patologi-
Makrosomiadiakses pada tanggal 20 September 2021
Nurul Y. 2016. Makalah Makrosomia https://pdfcoffee.com/makalah-makrosomia-7-pdf-
free.htmldiakses pada tanggal 20 September 2021
Putri NH. 2020. Makrosomia
https://www-sehatq-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.sehatq.com/artikel/makrosomia-
adalah-bayi-lahir-terlalu-besar-bukannya-gemas-justru-penyakit/amp?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16332377814482&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.sehatq.com%2Fartikel%2Fmakrosomia-adalah-bayi-lahir-terlalu-besar-
bukannya-gemas-justru-penyakitdiakses pada tanggal 20 September 2021
Sugeng M. 2014. Makalah Makrosomia (Bayi Besar)
http://warungbidan.blogspot.com/2020/11/makalah-makrosomia-bayi-besar.html?
m=1 diakses pada tanggal 20 September 2021

38
Triani S. 2018. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Makrosomia di Indonesia (Analisis Data
Indonesian Family Life Survey 2014)
https://repository.unsri.ac.id/351/1/RAMA_13201_10011281419103_0228068801_01
_front_ref.pdfdiakses pada tanggal 20 September 2021

39

Anda mungkin juga menyukai