E
DENGAN DIAGNOSA MEDIS BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RUANGAN CENDANA (NICU) RSUD TORABELO SIGI
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
FERDIYANTO IBRAHIM
DEWI PRIYANTI PILOK
KIKI FATMAWATI PAKAYA
DITA MULIATY A. MANOPPO
ASRIANI
PUTRI RAHMADANI
AMALIA
LEGIANTI
OLEH
KELOMPOK 5
Menyetujui,
(…………………………..) (…………………………..)
I
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kebesaran
dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami kelompok V dapat
menyelesaikan laporan seminar kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak pada
By. Ny. E Dengan Diagnosa Medis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di
Ruangan Cendana (NICU) RSUD Torabelo Sigi”
. Shalawat serta salam tidak lupa pula penyusun kirimkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Adapun penulisan laporan ini bertujuan sebagai pelaporan hasil dari hasil
pemberian asuhan keperawatan anak pada dengan BBLR di ruangan Cendana
(NICU) RSUD Torabelo Sigi. Dalam penyusunan laporan ini, tidak terlepas dari
bimbimgan, saran, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Dalam penulisan laporan ini, kami menyadari pengetahuan dan
keterbatasan penulis. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih baik dan bermanfaat.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok V
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... I
DAFTAR I SI ..................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumuan masalah............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Konep medis .......................................................................................... 4
1. Defenisi ................................................................................................. 4
2. Etologi ...................................................................................................4
3. Manisfestai klinik. .................................................................................. 5
4. Patofisiologi ........................................................................................... 6
5. Pemeriksaan penunjang .......................................................................... 9
6. Penatalaksanaaan .................................................................................... 9
2. Konsep keperawatan .............................................................................. 12
1. Pengkajian ..............................................................................................12
2. Diangnosa keperawatan ......................................................................... 15
3. Intervensi keperawatan .......................................................................... 16
BAB III ASUHANKEPERAWATAN
A. Pengkajian................................................................................................27
1. Data neonatus ......................................................................................... 27
2. Riwayat kesehatan .................................................................................. 27
3. Pengkajian fisik neonatus ....................................................................... 28
4. Riwayat sosial ........................................................................................ 31
5. Data tambahan ........................................................................................ 32
6. Pemeriksaan laboratorium ...................................................................... 33
B. Pengumpulan data ....................................................................................33
C. Klasifikai data ......................................................................................... 35
D. Analisa data.............................................................................................. 37
E. Rencana keperawatan ............................................................................... 42
F. Implementasi............................................................................................51
G. Catatan perkembangan…………………………………………………….57
H. Catatan perkembangan…………………………………………………….64
I
BAB IV PEMBAHASAN
A. Tahap pengkajian ..................................................................................... 70
B. Tahap diagnosa ........................................................................................ 70
C. Tahap perencanaan ................................................................................... 72
BABVPENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 73
B. Saran ........................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 74
I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator pertama dalam
menentukan derajat kesehatan anak. Selain itu, angka kematian bayi juga
merupakan cerminan dari status kesehatan masyarakat. Sebagian besar
penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi
yang baru lahir/neonatal (usia 0-28 hari) (Susilowati dkk, 2016).
Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB) adalah berat
badan lahir rendah (BBLR). BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan
yang memerlukan perjatian khusus di berbagai negara teruatam pada negara
berkembang atau negara dengan sosial – ekonomi rendah. Definisi WHO
tahun 2019 terkait BBLR yaitu sebagai bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500
gr. WHO menjelaskan bahwa sebesar 60 – 80 % dari Angka Kematian Bayi
(AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR.
Setiap tahun, kurang lebih 20 juta bayi lahir dengan BBLR, 97 %
diantaranya terjadi di Negara berkembang khususnya dinegara-negara di
wilayah Asia dan Afrika. Secara global, prevalensi BBLR tahun 2019 cukup
tinggi, yaitu 15% sampai 20% dan saat ini diupayakan agar tercapai
pengurangan sebesar 30% pada tahun 2025 (WHO,2019).
Dalam penelitian (Fatimah dan Siti,2015) salah satu penyebab angka
kematian bayi di Indonesia adalah kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
sebesar 38,85%. Sedangkan berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2017 angka kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
Sulawesi Tengah menduduki peringkat pertama mencapai 8,9%.
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah yang
sangat kompleks dan memberikan kontribusi berbagai hasil kesehatan yang
buruk karena tidak hanya menyebabkan tingginya angka morbiditas dan
mortalitas, tetapi dapat juga menyebabkan kecacatan, gangguan, atau
1
menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif, dan penyakit kronis
dikemudian hari (Susilowati dkk, 2016).
Menurut penelitian Anggraini dan Salsabila (2016) Tatalaksana untuk bayi
BBLR harus dilakukan sedini mungkin sejak bayi masih berada di Neonatal
Intensive Care Unit (NICU). Hal terpenting dalam perawatan dini bayi BBLR
di NICU adalah pemberian nutrisi yang adekuat sehingga terjadi peningkatan
berat badan pada bayi BBLR. Pada bayi BBLR intervensinutrisi yang paling
optimal, yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan otak,
adalah nutrisi protein tinggi post-natal secara cepat (immediate). Hal ini dapat
diperoleh dengan Total Parenteral Nutrition (TPN) dan Air Susu Ibu (ASI)
terfortifikasi untuk membatasi extrauterin growth restriction dan untuk
mengejar pertumbuhan post-term.
Berdasarkan uraian diatas penulistertarikmembahastentang “Asuhan
Keperawatan Anak pada By. Ny. E Dengan Diagnosa Medis Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Di Ruangan Cendana (NICU) RSUD Torabelo Sigi”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada By. Ny. E Dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Di Ruangan Cendana (NICU) RSUD Torabelo Sigi”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada Bayi Ny. E dengan BBLR
di ruang NICU Cendana RSUD Torabelo Sigi
2. Tujuan Khusus
a. Dilakukan pengkajian pada pasien Bayi Ny. E dengan BBLR
2
e. Dilakukan evaluasi pada pasien Bayi Ny.E dengan BBLR
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Hasil penulisan ini diharapakan dapat menjadikan sebagai panduan dalam
intervensi keperawatan.
2. Bagi Mahasiswa
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi tentang
masalah kelahiran bayi denganBerat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
RSUD Torabelo Sigi
3. Bagi Rumah Sakit
Penulisan ini diharapkan dapat mengoptimalkan pelayanan keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan
kulitas pelayanan pada semua pasien di RSUD Torabelo Sigi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Bayi dengan berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang
berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Tri Fitri Inriani, 2020).
Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC,
2013).
Menurut Ribek dkk. (2011), berat badan lahir rendah yaitu bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012). Dikutip
dalam buku Nanda, (2013).
2. Etiologi
a. Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit
jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat,
infeksi trauma , danlain-lain.
b. Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban
pecahdini.
c. Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, mionum alkohol, dan status
ekonomi sosial.
4
3. Manifestasi Klinik (Tanda dan Gejala)
a. Sebelum bayi lahir
1. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus dan lahirmati.
2. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanyakehamilan.
3. Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat,
gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah
agaklanjut.
4. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya.
5. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa
pula dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil
lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan antepartum.
b. Setelah bayi lahir
1. Berat lahir < 2500 gram
2. Panjang badan < 45cm
3. Lingkaran dada < 30cm
4. Lingkaran kepala < 33cm
5. Umur kehamilan < 37minggu
6. Kepala relatif lebih besar dari badannya
7. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak
8. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus
9. Tangisnya lemah dan jarang.
10. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea
11. Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi
12. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus
dan kepala mengarah ke satusisi.
14. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan
5
4. Patofisiologi
Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih
menjadi masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya
kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan
bayi BBLR. Kurang gizi yang kronis pada masa anak-anak dengan/tanpa
sakit yang berulang akan menyebabkan bentuk tubuh yang
“Stunting/Kuntet” pada masa dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi
BBLR.
Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat,
komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa
ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-zat
gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan
baik. Oleh sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar
uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang
sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin
mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya,
baik anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya :
a. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu
tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari
kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang
relatif lebih luas dibandingkan BB, otot yang tidak aktif, produksi
panas yang berkurang.
b. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada
BBLR, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru
yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah.
Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat
dari motilitas usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu
pengosongan lambungbertambah
c. Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi
urine berkurang
6
d. Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi
berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi
prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya
fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih belumbaik.
e. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi
prematur sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan,
akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di mana
keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah dan
keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya otoregulasi serebral
pada bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh
kapiler yang rapuh.
7
5. Pathway
prematuritas
Pertumbuhan Imaturitas
Konjungsi
dinding dada sentrum-sentrum
bilirubin
belum baik belum sempurna vital
Ketidakefektifan
Pola napas
8
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin
sertamenemukan gangguan pertumbuhan.
b. Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau
dilaboratorium.
c. Pemerioksaan hematokrit.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan
bayi SMK
e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan
menderita aspirasi mekonium.
7. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan
yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi
BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan , pemberian makanan bayi, dan
menghindari infeksi.
9
bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan
memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi atau dengan
menggu nakan metode kangguru. Cara lain untuk mempertahankan suhu
tubuh bayi sekiter 36 C-37 C adalah dengan memakai alat perspexheat
shield yang diselimuti pada bayi di dalam inkubator. Alat ini berguna
untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah
mulai digunakan inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor
(thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu inkubator di
kontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat
dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini
sangat bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangatrendah.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting
untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,perubahan
tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga
penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan serta
pengobatan dapat dilaksanakan secepat – cepatnya.
b. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh,
khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi
terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi
disebabkan oleh kadar imunoglobulin serum pada bayi BBLR masih
rendah, aktifitas baktersidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih
rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.
Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi
diagnosis dini dapt ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan
(kelainan) tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum.
Perubahan tersebut antara lain : malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh
meningkat, frekwensi pernafasan meningkat, muntah, diare, berat badan
mendadak turun. Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan
terhadap bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh
kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker
10
dan abjun khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka talipusat,
perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat yang
digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien
yang idea, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama,
mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.
c. Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian dan
jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu
Ibu) merupakan pilihan pertama jioka bayi mampu mengisap. ASI juga
dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup mengisap.
Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat
digunakan susu formula yang komposisinya mirip mirip ASI atau susu
formula khusus bayi BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan
pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya
udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan kontak yang minimal,
tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi
kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan dalam posisi
dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat mengisap dan
sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan
diberikan melaluiNGT.
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat
badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada
bayi dengan Berat Badan lebih rendah.
d. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea,
bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli.
Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan
akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan
asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan
asfiska perinatal. Bayi BBLR juga berisiko mengalami serangan apneu dan
11
defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup
yang sebelumnya di peroleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir),
dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk
atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal , dilakukan ventilasi, intubasi
endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian natrium bikarbonat dan
pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya
aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus mengatasi asfiksia
sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.
12
3. Pemeriksaan fisik head to toe
a) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih
cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak.
Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
b) Rambut
Inspeksi : lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih atau
bercabang dan halus atau kasar.
Palpasi : mudah rontok atau tidak
c) Mata
Inspeksi : biasanya konjungtiva dan sklera berwarna normal, lihat
refleks kedip baik atau tidak, terdapat radang atau tidak an pupil
isokor. Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.
d) Hidung
Inspeksi : biasanya terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat
sekret berlebih, terpasang alat bantu nafas CPAP (Peep : 7 cmH2),
Flow : 8,.
e) Mulut dan faring
Inspeksi : pucat, sianosis, membran mukosa kering dan pucat, bibir
kering dan pucat.
f) Telinga
Inspeksi : adanya kotoran atau cairan dan bagaimana tulang
rawannya
Palpasi : adanya respon nyeri pada daun telinga
g) Thoraks
Inspeksi : napas cepat dan tarikan dada bagian bawah ke dalam, pada
lingkar dada sama dengan atau <30 cm.
h) Abdomen
Inspeksi : lihat kesimetrisan dan pembesaran pada abdomen Palpasi :
adanya nyeri tekan dan pembesaran abdomen.
i) Kulit dan kelamin
Inspeksi : pada kulit terlihat keriput, tipis, penuh lanugo, pada dahi,
pelipis, telinga, dan lengan terlihat hanya sedikit lemak jaringan.
Pertumbuhan genitalia belum sempurna
13
Palpasi : pada bayi laki-laki testis belum turun sedangkan pada bayi
perempuan labia mayora belum menonjol (labia mayora belum
menutup labio minora)
j) Muskuloskeletal
Inspeksi : tumit terlihat mengkilap dan telapak kaki teraba halus,
tonus otot masih lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah. Tubuhnya kurang berisi ototnya, dan kulitnya pun terlihat keriput
dan tipis
Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan
Fungsi saraf yang belum efektif dan tangisannya lemah Reflek morrow :
kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam) Reflek menghisap : suckling
Reflek menelan swallowing : masih buruk atau kurang Reflek batuk yang
belum sempurna
f. Kebutuhan dasar
1. Pola nutrisi
Pada neonatus dengan BBLR perlu perawatan khusus, karena organ tubuh
terutama lambung belum sempurna.
2. Pola eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna.
3. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama
saat BAB dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti popok khusus bayi
BBLR yang kering dan halus.
4. Pola tidur
Terlihat gerak bayi masih pasif, tangisannya masih merintih, meskipun
keadaan lapar bayi tetap tidak menangis, bayi cenderung lebih banyak
tidur dan pemalas.
g. Aktivitas/istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama tidur sehari rata-rata
20 jam.
h. Pernafasan
14
1. Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran
cesaria atau persentasi bokong.
2. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron
dari dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang
mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung,
i. Makanan/cairan
k. Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya
harus dipertahankan.
l. Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat
dan kering.
2. Diagnosa Keperawatan
15
3. Intervensi Keperawatan
• Imaturitas Neurologis
18
2 Hipotermia berhubungan dengan NOC : NIC :
kegagalan mempertahankan suhu tubuh
1. Thermoregulation Temperature Regulation (pengaturan suhu)
- Penurunan suhu tubuh dibawah rentang 36,5-37,0°C) 4. Monitor warna dan suhu kulit
normal. Nadi dan RR dalam rentang normal (N: 5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
- Pucat 130-160, R: 30-60)
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Kulit dingin
7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
- Kuku sianosis kehangatan tubuh
20
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Nutritional Status Nutrition Management
kurangnya kemampuan menghisap Nutritional Status : food and FluidIntake 1. Kaji adanya alergi makanan
Nutritional Status : nutrientIntake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlahkalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk Weightcontrol
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
keperluan metabolisme tubuh. Kriteria Hasil : 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
Batasan karakteristik : Adanya peningkatan berat badan (0,1-
dan vitamin C
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah 0,3 kg)
5. Berikan substansi gula
ideal Tidak ada tanda tanda malnutrisi (perut
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
- Dilaporkan adanya intake makanan membengkak, berat badan rendah,
serat untuk mencegah konstipasi
yang kurang dari RDA (Recomended panjang badan pendek)
7. Berikan makanan yang terpilih (Sudah
Daily Allowance) dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Menunjukkan peningkatan fungsi
Membran mukosa dan konjungtiva pucat 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
pengecapan dari menelan
- Kelemahan otot yang digunakan untuk makanan harian.
menelan/mengunyah 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Luka, inflamasi pada rongga mulut 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
mengunyah makanan nutrisi yang dibutuhkan
- Dilaporkan atau fakta adanya Nutrition Monitoring
kekurangan makanan 12. BB pasien dalam batas normal
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi 13. Monitor adanya penurunan berat badan
rasa 14. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk dilakukan
21
mengunyah makanan 15. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
- Miskonsepsi makan
- Kehilangan BB dengan makanan cukup 16. Monitor lingkungan selama makan
- Keengganan untuk makan 17. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
- Kram pada abdomen selama jam makan
- Tonus otot jelek 18. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa 19. Monitor turgor kulit
patologi 20. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
- Kurang berminat terhadap makanan patah
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
21. Monitor mual dan muntah
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak 22. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
(rontok) kadar Ht
- Suara usus hiperaktif 23. Monitor makanan kesukaan
- Kurangnya informasi,mis informasi 24. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
22
4 Ikterus neonatus berhubungan dengan NOC : NIC :
tingginya kadar biirubindalam sirkulasi Breasfeeding lnefektif Phothoterapy : Neonate
Breasfeeding Interupted 1. Meninjau sejarah ibu dan bayi untuk faktor risiko
Definisi : Kulit dan membran mukosa Liver Function, Risk of Impaired untuk hiperbilirubinemia (misalnya,
neonatus berwarna kuning yang terjadi Blood Glucose, Risk for Unstable ketidakcocokan Rh atau ABO, polisitemia, sepsis,
setelah 24 jam kehidupan sebagai akibat Kriteria Hasil : prematuritas, mal presentasi)
bilirubin tak terkonjugasi ada didalam Menyusui secara adekuat 2. Amati tanda-tanda icterus
sirkulasi Tetap mempertahankan laktasi 3. Agar serum billirubin tingkat sebagai protokol
Mengetahui tanda-tanda penurunan
Batasan Karakteristik per yang sesuai atau permintaan praktisi primer
suplai ASI
Profil darah abnormal (hemolis; 4. Melaporkan nilai laboratorium untuk praktisi
Ibu mampu mengumpulkan dan
bilirubin serum total >2 mg/dl; bilirubin primer
menyimpan ASI secara aman
serum total pada rentang 5. Tempat bayi di Isolette
Berat badan bayi mencukupi dalam
resiko tinggi menurut usia pada 6. lnstruksikan keluarga pada prosedur fototerapi
batas normal ( 2000 gr)
nomogram spesifik-waktu) dan perawatan
Memar kulit abnormal 7. Terapkan tambalan untuk menutup kedua mata,
Membran mukosa kuning menghindari tekanan yang berlebihan
Kulit kuning sampai orange 8. Hapus tambalan mata setiap 4 jam atau ketika
Sclera kuning lampu mati untuk kontak orangtua dan makan
Faktor Yang Berhubungan 9. Memantau mata untuk edema, drainase, dan
Penurunan berat badan abnormal (>7- warna
8% pada bayi baru lahir yang menyusui 10. Tempat fototerapi lampu di atas bayi pada
ASI; 15% pada bayi cukup bulan) ketinggian yang sesuai
23
Pola makan tidak ditetapkan dengan 11. Periksa intensitas lampu sehari-hari
baik 12. Memonitor tanda-tanda vital per protokol atau
Bayi menunjukkan kesulitan dalam sesuai kebutuhan
transisi ke kehidupan ekstrauterin 13. Ubah posisi bayi setiap 4 jam atau per protocol
Usia neonatus 1-7 hari 14. Memantau tingkat biIirubin serum per protokol
Feses (mekonium) terlambat keluar atau permintaan praktisi
15. MengevaIuasi status neurologis setiap 4 jam
atau per protocol
16. Amati tanda-tanda dehidrasi (misalnya, depresi
fontanel, turgor kulit mengerut, kehilangan berat
badan)
17. Timbang setiap hari
18. Mendorong delapan kali menyusui perhari
19. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam
terapi cahaya
20. Instruksikan keluarga pada fototerapi di rumah
yang sesuai
24
5 Resiko infeksi berhubungan penurunan NOC : NIC :
daya tahan tubuh
1. ImmuneStatus Infection Control (Kontrol infeksi)
2. Knowledge : Infection control 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
Definisi : Peningkatan resiko masuknya
3. Risk control lain
organisme patogen
Kriteria Hasil : 2. Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko :
Tidak ada tanda dan gejala infeksi (tumor, 3. Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Invasif
calor, dolor, rubor, dan fungsio laesa) 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk
Jumlah leukosit dalam batas tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
menghindari paparan patogen
normal (5000-10000 /µl) meninggalkan pasien
- Trauma
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
- Kerusakan jaringan dan peningkatan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
paparan lingkungan
tindakan keperawatan
- Ruptur membran amnion
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
- Agen farmasi(imun osupresan)
pelindung
- Malnutrisi
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama
- Peningkatan paparan lingkungan
pemasangan alat
patogen
9. Ganti letak IV perifer dan line central dan
- Imonusupresi
dressing sesuai dengan petunjuk umum
- Ketidakadekuatan imum buatan
10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
- Tidak adekuat pertahanan sekunder
infeksi kandung kencing
(penurunan Hb, Leukopenia,
11. Tingktkan intake nutrisi
penekanan respon inflamasi)
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Tidak adekuat pertahanan tubuh
25
primer (kulit tidak utuh, trauma Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
jaringan, penurunan kerja silia, cairan 13. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
tubuh statis, perubahan sekresi pH, lokal
perubahan peristaltik). 14. Monitor hitung granulosit,WBC
- Penyakit kronik 15. Monitor kerentanan terhadap infeksi
16. Batasi pengunjung
17. Saring pengunjung terhadap penyakit menular
18. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko
19. Pertahankan teknik isolasik/p
20. Berikan perawatan kuliat pada area epidema
21. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
22. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
23. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
24. Dorong masukan cairan
25. Dorong istirahat
26. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
27. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
28. Ajarkan cara menghindari infeksi
29. Laporkan kecurigaan infeksi
30. Laporkan kultur positif
26
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS (ASUHAN KEPERAWATAN)
A. Pengkajian
1. Data Neonatus
Nama Neonatus : By. Ny. E
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/usia : 05-02-2022/3 hari
Nama orang tua : Ny.E
Pendidikan ayah ibu : SD
Pekerjaan ayah ibu : Petani
Agama : Islam
Alamat : Desa Bora
Diagnosa medis : Berat badan lahir rendah (BBLR)
Tanggal di rawat : 05-02-2022
Tanggal di kaji : 08-02-2022
2. Riwayat Kesehatan
a. Saat masuk rumah sakit/ ruangan perawatan
Bayi masuk ruang NICU tanggal 05-02-2022 dengan BBLR. Kondisi
bayi masuk sesak, refleks menghisap lemah, refleks menangis lemah,
dan tidak ada cianosis.
b. Saat di kaji
Bayi masih sesak, refleks menghisap lemah, dan tidak ada cianosis,
dan menggunakan alat bantu nafas CPAP (Peep: 7 cmH2O, Flow: 8,
FiO2: 40%)
c. Keluhan Utama/ kondisi utama
Bayi tanpak sesak
d. Riwayat keluhan utama
Ibu masuk inpartu tanggal 05-02-2022 pukul 15.00 wita dengan
aterm eklamsia. P2A0H2 usia kehamilan 38 minggu. Tanda-tanda
vital ibu TD: 160/90 mmhg, N: 108×/menit, R: 22×/menit, SB: 36, 8
°C. Tanggal 05/02/2022 pukul 17.30 bayi lahir di sectio caersarea
dengan apgar score 7 dan berat badan lahir 1.670 gr.
27
e. Riwayat kesehatan neonatus
Apgar score: (7) Aktivity otot : 2
Pulse 1
Grimance 1
Appearance 2
Respiration 1
Usia gestasi : 38 minggu
Berat badan lahir : 1.670 gr
Panjang badan : 43 cm
Lingkar kepala : 31 cm
Lingkar dada : 27 cm
Li/La : 10 cm
f. Riwayat kesehatan ibu
Usia : 40 tahun
GPA : G2 P1 A0
Jenis persalinan : Operasi Sectio caersarea (SC)
Alasannya : Aterm eklamsia dan Bekas SC anak pertama
3. Pengkajian fisik neonatus
Saat di kaji (Tanggal 08-02-2022)
Keadaaan umum : Lemah
Berat badan : 1.630 gr
Tanda-tanda vital : N : 72×/menit
R : 153×/menit
SB : 36,6 °C
1) Refleks
Refleks Moro : baik, saat di kejutkan suara atau gerakan maka
kedua tangan serta kakinya akan merentang atau
membuka dan menutup lagi.
Refleks Rooting : lemah, saat bayi disentu sudut mulutnya dengan
jari atau dot botol susu, bayi tidak mampu
28
mengisapnya.
Relfeks Walking : baik, saat bayi di pegang lengannya, sedangkan
kakinya dibiarkan menyentuh permukaan rata dan
keras, tapi bayi masih lemah menggerakan
tungkainya dalam suatu gerakkan berjalan atau
melangkah.
Refleks Plantar : Bayi masih lemah saat menggenggam
Refleks suching : lemah, saat di beri dot botol susu, bayi membuka
mulutnya dan tanpak lemah dalam mengisap.
2) Tonus/ aktivitas
Tonus/aktivitas bayi lemah, dan menangis lemah.
3) Kepala leher
Inspeksi : fontanale anterior tanpa lunak, sutura segitalis
tanpak tepat, gambaran wajah simetris, tanpak
molding kepala bayi dan tidak terdapat caput
succedaneum
4) Mata
Inspeksi : Tidak terdapat sekret pada mata, tanpak sclera
kuning dan konjungtiva pucat
5) Hidung dan telinga
Inspeksi : bentuk telinga seperti huruf C, tidak terdapat
serumen, refleks pendengaran tanpak baik, karena
saat di beri ransangan kaget, bayi kaget dan langsung
menangis. tidak ada nyeri tekan pada mastoid.
Hidung tidak ada secret, tidak ada devisiasi septum,
tidak ada nyeri tekan pada tulang sinus, dan Bayi
menggunakan alat bantu nafas CPAP (Peep: 7
cmH2O, Flow: 8, FiO2: 40%),
6) Mulut dan palatum
Inspeksi : warnah bibir merah mudah, tidak sianosis, bayi
terpasang OGT, keadaan palatum utuh dan tidak ada
peradanagn tonsil.
29
7) Thorax
Inspeksi : Bentuk dada simetris, dan ada retraksi dinding dada.
Lingkar dada 27 cm
8) Paru-paru
Inspeksi : Pola nafas abnormal dengan respirasi 72×/menit (30-
60×/menit). Tanpak menggunakan otot bantu
pernafasan, dan bayi menggunakan alat bantu nafas
CPAP (Peep: 7 cmH2O, Flow: 8, FiO2: 40%)
Palpasi : Adanya fibrasi pada kedua paru, fase ekspirasi dan
fase inspirasi teraba.
Perkusi : Terdengar suara sonor.
Auskultasi : Suara nafas kiri dan kanan sama yaitu vesikuler tidak
terdengar suara tambahan.
9) Jantung
30
10) Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut bulat, tanpak simetris, dan tidak ada
benjolan disekitaran luka.
Auskultasi : Terdengar suara bissing usus ± 7×/menit
Palpasi: Liver, hepar teraba di bawah ICS 12 tidak ada
benjolan disekitaran pusat
Perkusi : Terdengar suara timpani pada kuadran 2 dan 4,
terdengar suara pekak pada kuadran 1 dan 3
11) Ekstremitas
Ekstremitas atas : simetris, kedua tangan sama panjang, jumlah jari
lengkap, kuku normal, tonus/aktivitas lemah dan
terpasang IVFD dextrose 10% 6 ml/menit (di
tangan kanan).
Ekstremitas bawah: simetris kedua kaki panjang, jumlah jari lengkap,
tidak ada edema pada kaki, dan tonus/aktivitas
lemah.
12) Genetalia
terdapat labia mayora, minora, sekret berwarnah putih dan klioris.
13) Anus
lubang anus paten, dan bayi sering BAB frekuensi ± 7-8×/hari.
14) Kulit
Akral teraba hangat, warnah kulit tanpak kuning (ikterik) dengan
suhu badan 36,6 °C
4. Riwayat sosial
a. Riwayat kesehatan keluarga ( genogram)
By. Ny. E
//
31
Keterangan : : Laki-laki
: Perempuan
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
/// : Klien/pasien
X : Meninggal
: Garis serumah
Bayi Ny. E merupakan anak kedua, ada keturunan berat badan lahir
rendah (BBLR) dalam keluarga yaitu bapaknya dan saudaranya.
Bayi Ny. E serumah dengan bapak, ibu dan saudaranya.
b. Perencanaan makan bayi
Selama dirawat di rumah sakit By.Ny. E diberikan minum susu
formula 10 ml/3jam
c. Hubungan orang tua dan bayi
IBU TINGKAH LAKU AYAH
√ Menyentuh √
√ Memeluk
√ Berbicara √
√ Berkunjung √
√ Memanggil nama √
√ Kontak mata √
5. Data tambahan
a. Tindakan keperawatan/medis
- Ukur tanda-tanda vital
- Timbang berat badan/ hari
- Perawatan tali pusat
- Melayani injeksi
32
- Pemasangan IVFD
- Pemasangan OGT
- Bayi menggunakan alat bantu nafas CPAP (Peep: 7 cmH2O, Flow: 8,
FiO2: 40%)
- Diet minumnya susu formula 10ml/3jam
- Pemasangan foto therapi 48 jam mulai tanggal 08-02-2022 pukul
10.00 WITA sampai dengan tanggal 10-02-2022 pukul 10.00
WITA.
b. Obat-obattan
- Injeksi cefotaxime 80 mg/12jam/iv
- Injeksi gentamicine 7 mg/36jam/iv
- Injeksi aminophilin 3 mg/8jam/iv
6. Pemeriksaan diagnostik
Tanggal 08-02-2022
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Bilirubin direct 0.66 mg/dl 0.00-0.20 mg/dl
Bilirubin total 10.04 mg/dl 0.00-2.00 mg/dl
B. Pengumpulan Data
By. Ny. E lahir aterm dengan usia gestasi 38 minggu
Usia bayi saat dikaji adalah 3 hari
Riwayat persalinan = hamil aterm eklampsia
APGAR score :
Aktivitas otot =2
Denyut jantung = 1
Refleks =1
Warna tubuh =2
Pernafasan =1
Score =7
BBL By. Ny. E = 1670 gram
BB saat dikaji 1630
33
LK = 31 cm
Li/La = 10 cm
PB = 43 cm
LD = 27 cm
TTV :
N = 153 x/m
R = 72 x/m
SB = 36.6 ℃
KU : Lemah
Refleks menghisap tampak lemah
Konjungtiva tampak pucat
Bayi terpasang OGT
Tampak menggunakan alat bantu nafas CPAP (Peep : 7 cmH2), Flow : 8,
FiO2 : 40%)
Bayi tampak sesak
Bayi tampak menggunakan otot bantu pernafasan
34
C. Klasifikasi Data
36
D. Analisa Data
37
2 Data Subjektif : Faktor Ibu (Umur, paritas, Ketidakseimbangan nutrisi
- infertilitas, riwayat kurang dari kebutuhan tubuh
Data Objektif : kehamilan tak baik,
By. Ny. E lahir aterm hipertensi)
dengan usia gestasi 38
minggu Berat badan lahir rendah
Usia bayi saat dikaji
adalah 3 hari Fungsi organ – organ belum
APGAR score : baik
Aktivitas otot =2
Denyut jantung =1 Otak
Refleks =1
Warna tubuh =2 Imaturitas setrum – setrum
Pernafasan =1 vital
Score =7
Riwayat persalinan = Refles menelan belum
hamil aterm eklampsia sempurna
BBL By. Ny. E =
1670 gram Ketidakseimbangan
BB saat dikaji = nutrisi kurang dari
1630 gram kebutuhan tubuh
LK = 31 cm
Li/La = 10 cm
PB = 43 cm
LD = 27 cm
TTV :
N = 153 x/m
R = 72 x/m
SB = 36.6 ℃
KU : Lemah
Refleks menghisap
tampak lemah
38
Konjungtiva tampak
pucat
Bayi terpasang OGT
Bayi terpasang IVFD
Dexstrose 10 %
ditangan kanan
Aktivitas otot =2
Refleks =1
Pernafasan =1 baik
Score =7
Hiperbilirubun
Riwayat persalinan =
hamil aterm eklampsia
Ikterus Neonatus
BBL By. Ny. E =
1670 gram
TTV :
N = 153 x/m
R = 72 x/m
SB = 36.6 ℃
KU : Lemah
39
Kulit bayi tampak
kuning atau ikterik
Hasil lab :
Bilirubin direct =
0.66 mg/dl
Bilirubin total =
10.04 mg/dl
Bayi diberikan foto
therapy selama 48 jam
Score =7
1670 gram
40
KU : Lemah
Akral teraba hangat
42
E. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Rasional
Tujuan Intervensi
1. Ketidakefaktifan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor respirasi dan status 1. Memonitor pencapaian
nafas berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 8 jam oksigen dapat membantu untuk
imaturitas organ diharapkan ketidakefektifan pola pernafasan cepat
pernafasan. nafas dapat teratasi dengan kriteria
Di tandai dengan : hasil : 2. Monitor pola nafas 2. Mengetahui pola nafas bayi
Data Subjektif : Sesak tidak ada
- Frekuensi nafas dalam rentang 3. Suara nafas tambahan dapat
3. Auskultasi suara nafas, catat
Data Objektif : normal (30 -60 x/m) menjadi tanda jalan nafas
By. Ny. E lahir aterm adanya suara nafas tambahan
Tidak menggunakan alat bantu yang tidak adekuat
dengan usia gestasi 38
minggu pernafasan
Usia bayi saat dikaji Tidak sianosis 4. Atur posisi bayi untuk 4. Pengaturan posisi dapat
adalah 3 hari memaksimalkan ventilasi memaksimalkan ventilasi
APGAR score :
Aktivitas otot =2
5. Kolaborasi pemberian alat 5. Untuk memberikan oksigen
Denyut jantung =1
Refleks = 1 bantu nafas yang tepat sesuai kebutuhan
Warna tubuh =2 bayi
Pernafasan =1
Score =7
Riwayat persalinan =
hamil aterm eklampsia
42
TTV :
N = 153 x/m
R = 72 x/m
SB = 36.6 ℃
KU : Lemah
Bayi tampak
menggunakan otot
bantu pernafasan
Bayi tampak sesak
Terdapat retraksi
dindining dada
Tampak menggunakan alat
bantu nafas CPAP (Peep :
7 cmH2), Flow : 8, FiO2 :
40%)
2 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor jumlah nutrsi 1. Untuk mengetahui jumlah
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3 x 8 jam nutrisi
tubuh berhubungan dengan diharapkan ketidakseimbangan 2. Monitor adanya penurunan atau 2. Untuk mengetahui penurunan
43
kurangnya kemampuan nutrisi dapat teratasi dengan kenaikan berat badan atau kenaikan berat badan
menghisap. kriteria hasil : 3. Monitor turgor kulit 3. Untuk melihat tumbuh
Di tandai dengan : Adanya peningkatan berat kembang bayi
Data Subjektif : badan (0.1 – 0.3) kg 4. Timbang berat badan 4. Untuk mengetahui berat
- Refleks menghisap kuat badan apakah mengalami
Data Objektif : OGT tidak terpasang lagi kenaikan atau penurunan
5. Ukur antropometri
By. Ny. E lahir aterm 5. Untuk melihat pertumbuhan
dengan usia gestasi 38 dan perkembangan
6. Berikan informasi tentang
minggu 6. Agar kedua orangtua bayi
kebutuhan nutrisi pada ibu
Usia bayi saat dikaji mengetahui tentang
seperti tentang pentingnya
adalah 3 hari pentingnya kebutuhan nutrisi
pemberian ASI 6 bulan pertama
APGAR score :
Aktivitas otot =2
7. Kolaborasi pemberian OGT
Denyut jantung =1 7. Untuk pemenuhan nutrisi
Refleks =1 8. Kolaborasi pemberian susu
8. Untuk menganti intake yang
Warna tubuh =2 formula
kurang
Pernafasan =1
Score =7
Riwayat persalinan =
hamil aterm eklampsia
BBL By. Ny. E =
1670 gram
44
BB saat dikaji =
1630 gram
LK = 31 cm
Li/La = 10 cm
PB = 43 cm
LD = 27 cm
TTV :
N = 153 x/m
R = 72 x/m
SB = 36.6 ℃
KU : Lemah
Refleks menghisap
tampak lemah
Konjungtiva tampak
pucat
Bayi terpasang OGT
Bayi terpasang IVFD
Dexstrose 10 %
ditangan kanan
3 Ikterus neonates Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda – tanda ikterik 1. Untuk mengetahui tanda –
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam tanda ikterus
45
tingginya kadar bilirubin diharapkan ikterus neonates dapat 2. Monitor kebutuhan internal 2. Untuk mengetahui tanda –
dalam sirkulasi teratasi dengan kriteria hasil : tanda dehidrasi
di tandai dengan: Kulit tidak kuning lagi 3. Ajurkan ibu menyusui sesering 3. Agar ibu paham tentang
data Subjektif : Hasil lab bilirubin dalam batas mungkin manfaat menyusui
- normal, bilirubin direct (0,00 – 4. Untuk mengetahui kadar
Data Objektif : 0,20 mg/dl) dan bilirubin total 4. Kolaborasi pemeriksaan darah bilirubin apakah mengaami
By. Ny. E lahir aterm (0.00 – 2.00 mg/dl) vena bilirubin peningkatan atau penurunan
dengan usia gestasi 38
minggu 5. Kolaborasi pemasangan foto 5. Prosedur foto terapi dan
Aktivitas otot =2
Denyut jantung =1
Refleks =1
Warna tubuh =2
Pernafasan =1
Score =7
Riwayat persalinan =
hamil aterm eklampsia
BBL By. Ny. E = 1670
gram
46
TTV :
N = 153 x/m
R = 72 x/m
SB = 36.6 °C
KU : Lemah
Kulit bayi tampak kuning
atau ikterik
Hasil lab :
Bilirubin dirrect =
0.66 mg/dl
Bilirubin total =
10.04 mg/dl
Bayi diberikan foto
therapy selama 48 jam
47
4 Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu secara kontinue 1. Suhu diatas normal
suhu tubuh berhubungan keperawatan selama 3 x 8 jam menunjukkan adanya proses
dengan kegagalan diharapkan resiko infeksius akut.
mempertahankan suhu ketidakseimbangan suhu tubuh 2. Monitor warna dan suhu kulit 2. Perubahan pola warna dan
tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil suhu kulit merupakan
Faktor resiko : : indikasi demam
By. Ny. E lahir aterm Suhu badan (36.5 – 37.0°C) 3. Memonitor intake cairan
3. Tingkatkan intake cairan dan
dengan usia gestasi 38 TTV dalam batas normal (N = nutrisi
bertujuan untuk
minggu 130 – 160 x/m, R = 30 – 60 mengetahui jumlah cairan
Usia bayi saat dikaji x/m, dan SB = 36.5 – 37.0 °C) yang hilang
adalah 3 hari 4. Untuk mencegah
Tidak ada perubahan warna kulit 4. Selimuti bayi untuk mecegah
APGAR score : kehilangan panas
hilangnya kehangatan
Aktivitas otot =2
Denyut jantung =1 5. PMK bisa membuat suhu
5. Anjurkan ibu untuk melakukan
Refleks =1 tubuh bayi stabil
PMK
Warna tubuh =2
Pernafasan =1
Score =7
Riwayat persalinan =
hamil aterm eklampsia
BBL By. Ny. E = 1670
gram
TTV :
48
N = 153 x/m
R = 72 x/m
SB = 36.6 ℃
KU : Lemah
Akral teraba hangat
49
50
F. Implementasi Dan Evaluasi
O:
14.35 2 Memonitor pola nafas, dengan hasil pola - Hasil respirasi 72 x/m
nafas tampak abnormal - Status oksigen 95 – 95 %
- Pola nafas tampak abnormal
14.40 3. Auskultasi suara nafas, catat adanya
- Suara nafas terdengar vesikuler
suara nafas tambahan, dengan hasil :
- Tidak ada suara nafas tambahan
suara nafas vesikuler dan tidak terdapat
- Posisi by Ny. E dielevasikan untuk
suara nafas tambahan
memaksimalkan ventilasi
51
alat bantu nafas CPAP (Peep : 6 cmH2), 1. Monitor respirasi dan status oksigen
Flow : 8, FiO2 : 25 %) 2. Monitor pola nafas
15.00 2. Memonitor adanya penurunan atau dan terpasang IFVD dexstrose 10% 6 ml/menit
kenaikan berat badan, dengan hasil - Turgor kulit tampak kering
: berat badan by. Ny. E dilakukan - By. Ny. E ditimbang berat badannya setiap
penimbangan setiap pagi hari untuk pagi hari
melihat adanyan penurunan atau
- Berat badan by. Ny. E saat ditimbang
kenaikan
yaitu 1630 gram
- LK = 31 cmLi/La = 10 cm, PB = 43 cm, LD =
15.05 3. Memonitor turgor kulit, dengan hasil :
27 cm
turgor kulit tampak kering
52
15.10 4. Menimbang berat badan, dengan hasil : - kedua orang tua by. Ny. E mengerti terkait
By. Ny. E ditimbang berat badannya penjelasan yang diberikan
yaitu 1630 gram - by. Ny. E terpasang OGT untuk pemenuhan
nutrisi karena refleks hisap lemah
15.15 5. Mengukur antropometri, dengan hasil :
LK = 31 cmLi/La = 10 cm, PB = 43 cm, A:
LD = 27 cm Tujuan belum tercapai (ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh)
15.20 6. Memberikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi pada ibu seperti P : Lanjutkan intervensi :
tentang pentingnya pemberian ASI 6 1. Monitor jumlah nutrsi
bulan pertama, dengan hasil : kedua 2. Monitor adanya penurunan atau kenaikan
orang tua by. Ny. E mengerti terkait berat badan
penjelasan yang diberikan 3. Monitor turgor kulit
4. Timbang berat badan
7. Mengkolaborasi pemberian OGT, 5. Ukur antropometri
15.25
dengan hasil : by. Ny. E terpasang OGT
untuk pemenuhan nutrisi karena refleks
hisap lemah
53
15.30 8. Kolaborasi pemberian susu formula,
dengan hasil : by. Ny. E diberikan susu
formula melalui OGT sebanyak 10 ml/3
jam.
3. Rabu / 09 Ikterus Neonatus 15.35 1. Memonitor tanda – tanda ikterik, Rabu, 09 Februari 2022 pukul 21.00
Februari dengan hasil : by. Ny. E tampak kuning, S:
2022 dan konjungtiva tampak pucat - ibu Ny. E mengatakan akan sering mencoba
untuk menyusui
54
vena bilirubin, dengan hasil A:
pemeriksaan Bilirubin dirrect = 0.66 Tujuan belum tercapai (ikterus neonatus)
mg/dl dan Bilirubin total = 10.04
mg/dl P : Lanjutkan intervensi :
1. Monitor tanda – tanda ikterik
15.55 5. Mengkolaborasi pemasangan foto 2. Monitor kebutuhan internal
therapy, dengan hasil : by. Ny. E 3. Ajurkan ibu menyusui sesering mungkin
terpasang foto therapy selama 48 jam 4. Kolaborasi pemeriksaan darah vena
bilirubin
5. Kolaborasi pemasangan foto therapy
4 Rabu / 09 Resiko 16.00 1. Memonitor suhu secara continue, dengan Rabu, 09 Februari 2022 pukul 21.00
Februari Ketidakseimbangan hasil : By. Ny. E diobservasi setiap tiga S:
2022 suhu tubuh jam sekali untuk diukur suhunya, dan -
55
16.10 3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi, kulit teraba hangat
dengan hasil : By. Ny. E diberikan susu - : By. Ny. E diberikan susu formula melalui
formula melalui OGT 10 ml/3 jam dan OGT 10 ml/3 jam dan terpasanagan dexstrose
terpasanagan dexstrose 10% 6 ml/ml 10% 6 ml/ml
- by. Ny. E lagi dalam keadaan tidak diselimuti
4. Selimuti bayi untuk mecegah karena sedang di lakukan foto teraphy
16.15
kehilangan panas, dengan hasil : by.
Ny. E lagi dalam keadaan tidak A:
diselimuti karena sedang di lakukan Tujuan belum tercapai resiko ketidakseimbangan
foto teraphy suhu tubuh)
56
G. Catatan Perkembangan
2022 O:
09.35 3 Memonitor pola nafas, dengan hasil pola - Hasil respirasi 68 x/m
nafas tampak abnormal - Status oksigen 96 %
- Pola nafas tampak abnormal
09.40 3. Auskultasi suara nafas, catat adanya
- Suara nafas terdengar vesikuler
suara nafas tambahan, dengan hasil :
- Tidak ada suara nafas tambahan
suara nafas vesikuler dan tidak terdapat
- Posisi by Ny. E dielevasikan untuk
suara nafas tambahan
memaksimalkan ventilasi
57
nafas)
09.50 5. Kolaborasi pemberian alat bantu
nafas, dengan hasil : by. Ny. E P : Lanjutkan intervensi :
terpasang alat bantu nafas CPAP 1. Monitor respirasi dan status oksigen
(Peep : 6 cmH2), Flow : 8, FiO2 : 25 2. Monitor pola nafas
%)
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
nafas tambahan
58
2. Kamis / Ketidakseimbangan 09.55 1. Memonitor jumlah nutrsi, dengan hasil : Kamis, 10 Februari 2022 pukul 14.00
10 nutrisi kurang dari by. Ny. E diberikan susu formula 10 S:
Februari -
kebutuhan tubuh ml/3 jam dan terpasang IVFD dexstrose
2022
10% 6 ml/menit O:
- By. Ny. E diberikan susu formula 10 ml/3 jam
10.00 2. Memonitor adanya penurunan atau dan terpasang IFVD dexstrose 10% 6 ml/menit
kenaikan berat badan, dengan hasil - Turgor kulit tampak kering
: berat badan by. Ny. E dilakukan - By. Ny. E ditimbang berat badannya setiap
penimbangan setiap pagi hari untuk pagi hari
melihat adanyan penurunan atau
- Berat badan by. Ny. E saat ditimbang
kenaikan
yaitu 1630 gram
- LK = 31 cmLi/La = 10 cm, PB = 43 cm, LD =
10.05 3. Memonitor turgor kulit, dengan hasil :
27 cm
turgor kulit tampak kering
59
10.10 4. Menimbang berat badan, dengan hasil : - kedua orang tua by. Ny. E mengerti terkait
By. Ny. E ditimbang berat badannya penjelasan yang diberikan
yaitu 1630 gram - by. Ny. E terpasang OGT untuk pemenuhan
nutrisi karena refleks hisap lemah
10.15 5. Mengukur antropometri, dengan hasil :
LK = 31 cmLi/La = 10 cm, PB = 43 cm, A:
LD = 27 cm Tujuan belum tercapai (ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh)
P : Lanjutkan intervensi :
1. Monitor jumlah nutrsi
2. Monitor adanya penurunan atau kenaikan
berat badan
3. Monitor turgor kulit
4. Timbang berat badan
5. Ukur antropometri
60
3. Kamis / Ikterus Neonatus 10.35 1. Memonitor tanda – tanda ikterik, Kamis, 10 Februari 2022 pukul 14.00
10 dengan hasil : by. Ny. E tampak kuning, S:
Februari dan konjungtiva tampak pucat - ibu Ny. E mengatakan akan sering mencoba
61
vena bilirubin, dengan hasil A:
pemeriksaan Bilirubin dirrect = 0.66 Tujuan belum tercapai (ikterus neonatus)
mg/dl dan Bilirubin total = 10.04
mg/dl P : Lanjutkan intervensi :
1. Monitor tanda – tanda ikterik
10.55 5. Mengkolaborasi pemasangan foto 2. Monitor kebutuhan internal
therapy, dengan hasil : by. Ny. E 3. Ajurkan ibu menyusui sesering mungkin
terpasang foto therapy selama 48 jam 4. Kolaborasi pemeriksaan darah vena
bilirubin
5. Kolaborasi pemasangan foto therapy
4 Kamis / Resiko 11.00 1. Memonitor suhu secara continue, dengan Kamis, 10 Februari 2022 pukul 14.00
10 Ketidakseimbangan hasil : By. Ny. E diobservasi setiap tiga S:
Februari suhu tubuh jam sekali untuk diukur suhunya, dan -
62
11.10 3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi, kulit teraba hangat
dengan hasil : By. Ny. E diberikan susu - : By. Ny. E diberikan susu formula melalui
formula melalui OGT 10 ml/3 jam dan OGT 10 ml/3 jam dan terpasanagan dexstrose
terpasanagan dexstrose 10% 6 ml/ml 10% 6 ml/ml
- by. Ny. E lagi dalam keadaan tidak diselimuti
4. Selimuti bayi untuk mecegah karena sedang di lakukan foto teraphy
11.15
kehilangan panas, dengan hasil : by.
Ny. E lagi dalam keadaan tidak A:
diselimuti karena sedang di lakukan Tujuan belum tercapai resiko ketidakseimbangan
foto teraphy suhu tubuh)
63
H. Catatan Perkembangan
P : Hentikan intervensi :
64
2. Jumat / Ketidakseimbangan 09.55 1. Memonitor jumlah nutrsi, dengan hasil : Jumat, 11 Februari 2022 pukul 14.00
11 nutrisi kurang dari by. Ny. E diberikan susu formula 10 S:
Februari -
kebutuhan tubuh ml/3 jam dan terpasang IVFD dexstrose
2022
10% 6 ml/menit O:
- By. Ny. E diberikan susu formula 10 ml/3 jam
10.00 2. Memonitor adanya penurunan atau dan terpasang IFVD dexstrose 10% 6 ml/menit
kenaikan berat badan, dengan hasil - Turgor kulit tampak kering
: berat badan by. Ny. E dilakukan - By. Ny. E ditimbang berat badannya setiap
penimbangan setiap pagi hari untuk pagi hari
melihat adanyan penurunan atau
- Berat badan by. Ny. E saat ditimbang
kenaikan
yaitu 1640 gram
- LK = 31 cmLi/La = 10 cm, PB = 43 cm, LD =
10.05 3. Memonitor turgor kulit, dengan hasil :
27 cm
turgor kulit tampak kering
65
10.10 4. Menimbang berat badan, dengan hasil : - kedua orang tua by. Ny. E mengerti terkait
By. Ny. E ditimbang berat badannya penjelasan yang diberikan
yaitu 1640 gram - by. Ny. E terpasang OGT untuk pemenuhan
nutrisi karena refleks hisap lemah
10.15 5. Mengukur antropometri, dengan hasil :
LK = 31 cmLi/La = 10 cm, PB = 43 cm, A:
LD = 27 cm Tujuan belum tercapai (ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh)
P : Lanjutkan intervensi :
1. Monitor jumlah nutrsi
2. Monitor adanya penurunan atau kenaikan
berat badan
3. Monitor turgor kulit
4. Timbang berat badan
5. Ukur antropometri
66
3. Jumat / Ikterus Neonatus 10.35 1. Memonitor tanda – tanda ikterik, Jumat, 11 Februari 2022 pukul 14.00
11 dengan hasil : by. Ny. E sudah tidak S:
Februari tampak kuning, dan konjungtiva tampak - ibu Ny. E mengatakan akan sering mencoba
10.40
O:
2. Memonitor kebutuhan internal, dengan
- By. Ny. E sudah tidak tampak kuning, dan
hasil : By. Ny. E diberikan susu formula
konjungtiva tampak pucat
melalui OGT 10 ml/3 jam dan
- By. Ny. E diberikan susu formula melalui
terpasanagan dexstrose 10% 6 ml/menit
OGT 10 ml/3 jam dan terpasanagan dexstrose
10% 6 ml/menit
10.45 3. Menganjurkan ibu menyusui sesering
- hasil pemeriksaan Bilirubin dirrect = 0.10
mungkin, dengan hasil : ibu Ny. E
mg/dl dan Bilirubin total = 2.04 mg/dl
mengatakan akan sering mencoba untuk
- by. Ny. E sudah dihentikan foto therapy s
menyusui
67
vena bilirubin, dengan hasil A:
pemeriksaan Bilirubin dirrect = 0.10 Tujuan tercapai (ikterus neonatus)
mg/dl dan Bilirubin total = 2. 04
mg/dl P :Hentikan intervensi :
4 Jumat / Resiko 11.00 1. Memonitor suhu secara continue, dengan Jumat, 11 Februari 2022 pukul 14.00
11 Ketidakseimbangan hasil : By. Ny. E diobservasi setiap tiga S:
Februari suhu tubuh jam sekali untuk diukur suhunya, dan -
68
11.10 3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi, kulit teraba dingin
dengan hasil : By. Ny. E diberikan susu - : By. Ny. E diberikan susu formula melalui
formula melalui OGT 10 ml/3 jam dan OGT 10 ml/3 jam dan terpasanagan dexstrose
terpasanagan dexstrose 10% 6 ml/ml 10% 6 ml/ml
- by. Ny. E lagi dalam keadaan tidak diselimuti
4. Selimuti bayi untuk mecegah karena sedang di lakukan foto teraphy
11.15
kehilangan panas, dengan hasil : by.
Ny. E lagi dalam keadaan diselimuti A:
dan dimasukkan ke dalam inkubator Tujuan belum tercapai resiko ketidakseimbangan
suhu tubuh)
69
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Tahap Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Februari 2022 data yang didapatakan
adalah ibu masuk inpartu tanggal 05 Februari 2022 jam 15.00 degan aterem
eklamsia ( sc sito ) P2A0H1 usia kehamilan 38 minggu, ttv ibu TD 160/90
Mmhg nadai : 108 R : 22x/M S : 38 C Tanggal 05 februri 2022 jam 17 : 30 SC
bayi lahir SC Apgar score 5-7 BB Lahir 1.670 gram pasien masuk diruagan
NICU pada tanggal 05 Februari 2022 dengan BBLR, kondisi bayi sesak , tdak
ada sianosis, refleks menghisap lemah dan menagis lemah.
B. Tahap Diagnosa
Kami melakukan asuhan keperawatan pada tanggal 8 Februari 2022 di ruang
NICU RSUD Torabelo Kabupaten Sigi dalam pengkajian menemukan
masalahkeperawatan pada By.Ny. E :
70
subjektif : - , Data objektif : bayi lahir aterm usia gestasi 38 minggu di sc
tanggal 05 februari 2022 apgar score: Aktivitas otot : 2, denyut jantung : 1,
respon danrefleks : 1, warna tubuh : 2 pernapasan : 1 score : 7, BBL bayi :
1.670 Gram, LK : 31 CM , LI/LA : 10 CM, PB : 43 CM
LD : 27 CM, riwayat persalinan : hamil aterm eklamsia, usia bayi : 3 hari BB
saat ini 1.630 Gram TTV : N : 153x/m. R : 72 x/m S : 36.6 C, refleks menghisap
lemah , kunjungtiva pucat bayi terpasang o gr, bayi terpasang D 10 % Ditangan
kanan
71
C. Tahap Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi
Pada tahap perencanaan ini, kami menyesuaikan teori dan keadaan
pasien. Untuk masalah ketidak efektifan pola nafas kami menggunakan
intervensi Tampak menggunakan alat bantu nafas CPAP (Peep : 7 cmH2),
Flow : 8, dan ketidakseimbangan nutrisi kami menggunakan intervensi
pemsangan OGT Karena By.Ny E refleks hisapnya lemah dan minumnya 30
ml/3 jam dan ikterik neunatus kami menggunakan intervensi foto therapy
selama 48 jam karena By.Ny. E tampak kuning / ikterik
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB) adalah berat badan lahir
rendah (BBLR). BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan
perjatian khusus di berbagai negara teruatam pada negara berkembang atau negara
dengan sosial – ekonomi rendah. Definisi WHO tahun 2019 terkait BBLR yaitu sebagai
bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr. WHO menjelaskan bahwa sebesar 60 – 80 % dari
Angka Kematian Bayi (AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR.
Bayi dengan berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram (Tri Fitri Inriani, 2020). Berat badan lahir rendah
adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan
Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada By. Ny. E dengan diagnose medis BBLR
selama masa praktek didapatkan 4 diagnosa yaitu : ketidakefektifan pola nafas,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ikterus neonates, dan resioke
ketidakseimbangan suhu tubuh.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa upaya pencegahan dan
pengendalian BBLR sangat penting dilakukan sehingga dapat berpengaruh untuk
menurunkan AKB. Upaya pencegahan dan pengendalian tersebut diantaranya yaitu
meliputi pendidikan kesehatan, pengawasan dan pemantauan, pencegahan hipotermia
pada bayi, melakukan terapi tanpa biaya yang dapat dilakukan, mengukur status gizi ibu
hamil, melakukan perhitungan dan persiapan langkah–langkah dalam kesehatan
(Antenatal Care)
73
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes, RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017. Jakarta : Kemenkes
Mahmudah, U., Widya, H.C., & Anik, S.W., 2011. Faktor Ibu dan Bayu yang
Berhubungan dengan Kejadian Kematian Perinatal. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
7(1): 41-50.
Supiati., 2016. Karakteristik Ibu kaitanyya dengan Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah. Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, 1(1): 1-99.
WHO | Global Nutrition Targets 2025: Low birth weight policy brief. (2018). WHO.
WR, R. D. (2019). Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang
Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUD dr.Rasidin Padang Tahun 2019.
74
75
52
53