Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

E DENGA DIAGNOSA
MEDIS HARGA DIRI RENDAH DI RUANGAN
ANGGUR RSUD MADANI PALU

LAPORAN SEMINAR KASUS

Disusun Oleh :
Kelompok III

Tri Desfira Rahmadani Ana Valiana


Nuralfi Syahreani L Arma
Wulan Nurjanah Putri Rahayu
Siti Rahmadiani Efendi Mawaddah
Dwisya Wulandari Graviano Rian Mesak Molano
Steven Djenndrik Sanpardi Emi Febrianti
Nurzein Anhar Desi Nurulain
Nurfadilah Syahril Ramadan S. Patahua
Yunus.Y.Bumulo Moh Sigit
Syafitri Damayanti Mohamad Fadel
Srimanika Ayu Rivaldi Lahuna
Ditya Yunita S.M. Amin Hardiani
Rai Cristovel Sri Wahyuni
Welly Safira

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2022
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KELOMPOK SEMINAR KASUS

PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN JIWA

RSUD UNDATA PALU

Di susunOleh :

Kelompok III

Telah diperiksa dan disetujui oleh Perceptor Klinik dan Perceptor Institusi pada

Hari tanggal, / /2022

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU JURUSAN


KEPERAWATAN PRODI NERS PALU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan laporan seminar kasus
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan seminar kasus ini ditulis
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan praktik klinik keperawatan jiwa
program pendidikan profesi ners Poltekkes Kemenkes Palu.
Penulis menyadari bahwa laporan seminar kasus ini dapat diselesaikan
berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis berterima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian laporan
seminar kasus ini dan secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Helena Pangaribuan, S.Kep. Ns., M.Kep
( Koordinator mata kuliah keperawatan jiwa )
2.
( Pembimbing klinik mata kuliah keperawatan jiwa )
3.
( Pembimbing lahan Ruang Anggur )
4. Seluruh rekan-rekan mahasiswa / mahasiswi profesi Ners Angkatan VI
terutama kelompok III yang telah memberikan banyak dorongan, kritik
dan masukan dalam menyelesaikan laporan seminar kasus ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
ikut berpartisipasi dalam penyusunan laporan kasus seminar ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan


semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan seminar kasus
ini. Penulis menyadari bahwa laporan kasus seminar ini masih banyak
kekurangan,  oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan akan penulis terima dengan senang hati.  Akhir kata, semoga
laporan seminar kasus ini dapat menjadi alat yang besar dalam upaya kita
meningkatkan kualitas pendidikan kesehatan.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................ii

KATA PENGANTAR.................................................................................iii

DAFTAR ISI................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................

B. Rumusan Masalah............................................................................

C. Tujuan Penulisan..............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian.........................................................................................

B. Etiologi.............................................................................................

C. Manifestasi Klinis............................................................................

D. Rentang Respon...............................................................................

E. Dampak atau Akibat yang Ditimbulkan...........................................

F. Proses Keperawatan.........................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS

A. SPBHSP...........................................................................................

B. Pengkajian........................................................................................

C. Pengumpulan Data...........................................................................

D. Daftar Masalah Keperawatan ..........................................................

E. Pohon Masalah.................................................................................

F. Intervensi (SP Teori)........................................................................

G. SPTK................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN KASUS

A. Pembahasan Kasus...........................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................

B. Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan
secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. Harga
diri rendah juga sering terjadi secara tiba-tiba atau yang biasa kita kenal
sebagai harga diri rendah situasional (Keliat, 2011).
Harga diri rendah situasional merupakan munculnya persepsi
negatif tentang makna diri sebagai respon terhadap situasi saat ini. Harga
diri rendah situasional merupakan bentuk trauma yang tiba-tiba seperti,
harus operasi, kecelakaan, putus sekolah, perceraian, dan korban
perkosaan. Pengelolaan pada pasien harga diri rendah situasional harus
segera ditangani dengan tepat agar tidak berkelanjut pada harga diri rendah
kronik (Nurarif dan Hardhi, 2015).
Harga diri rendah merupakan salah satu respon maladaptif dalam
rentang respon neurobiologi. Proses terjadinya harga diri rendah kronik
dapat dijelaskan dengan menganalisa stressor predisposisi dan presipitasi
yang bersifat biologis, psikologis, dan sosial budaya sehingga
menghasilkan respon bersifat maladaptif yaitu perilaku harga diri rendah
kronik. Respon terhadap stressor pada pasien harga diri rendah
memunculkan respon secara kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
sosial. Respon-respon tersebut akan dianalisis lebih lanjut, sehingga
memunculkan rentang respon (Pardede, Keliat, & Yulia, 2015).
Berdasarkan data World Health Organitation (WHO)
menunjukkan terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
demensia. Salah satu bentuk ganggua jiwa adalah skizofrenia. Tingginya
angka gangguan kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan yang besar
jika dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada di
masyarakat. Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus mendapat perhatian
sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas sektor pemerintah baik di
tingkat pusat maupun daerah, serta perhatian dari seluruh masyarakat
(Who, 2016).
Berdasarkan data Hasil Riset Kesehatan Dasar data gangguan jiwa
cukup meningkat yaitu naik sekitar 1,7 sampai dengan 7 per mil. Artinya
per 1.000 rumah tangga terdapat 7 rumah tangga yang memiliki ODGJ
sehingga dapat disimpulkan terdapat sekitar 450.000 orang yang menderita
gangguan jiwa (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
jumlah Prevalensi depresi pada penduduk sulteng umur ≥ 15 tahun yaitu
12,3% dan prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk sulteng
umur ≥15 tahun yaitu 19,8% (Dinkes Provinsi Sulteng, 2018)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diurai diatas, rumusan masalah
yang perlu dibahas dalam laporan seminar kasus ini adalah “Bagaimana
Asuhan Keperawatan Pada Nn. E dengan diagnosa medis harga diri rendah
di Ruangan Manggis di Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu ?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Nn. E dengan diagnosa
medis harga diri rendah di Ruangan Manggis di Rumah Sakit Umum
Daerah Madani Palu.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Nn. E dengan diagnosa
medis harga diri rendah di Ruangan Manggis di Rumah Sakit
Umum Daerah Madani Palu.
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada Nn. E dengan diagnosa
medis harga diri rendah di Ruangan Manggis di Rumah Sakit
Umum Daerah Madani Palu.
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada Nn. E dengan diagnosa
medis harga diri rendah di Ruangan Manggis di Rumah Sakit
Umum Daerah Madani Palu.
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada Nn. E dengan
diagnosa medis harga diri rendah di Ruangan Manggis di Rumah
Sakit Umum Daerah Madani Palu.
e. Melakukan evaluasi pada Nn. E dengan diagnosa medis harga diri
rendah di Ruangan Manggis di Rumah Sakit Umum Daerah
Madani Palu.
f. Melakukan dokumentasi pada Nn. E dengan diagnosa medis harga
diri rendah di Ruangan Manggis di Rumah Sakit Umum Daerah
Madani Palu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan
secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. Harga
diri rendah juga sering terjadi secara tiba-tiba atau yang biasa kita kenal
sebagai harga diri rendah situasional (Keliat, 2011).
Harga diri rendah situasional merupakan munculnya persepsi
negatif tentang makna diri sebagai respon terhadap situasi saat ini. Harga
diri rendah situasional merupakan bentuk trauma yang tiba-tiba seperti,
harus operasi, kecelakaan, putus sekolah, perceraian, dan korban
perkosaan. Pengelolaan pada pasien harga diri rendah situasional harus
segera ditangani dengan tepat agar tidak berkelanjut pada harga diri rendah
kronik (Nurarif dan Hardhi, 2015).
Harga diri rendah merupakan salah satu respon maladaptif dalam
rentang respon neurobiologi. Proses terjadinya harga diri rendah kronik
dapat dijelaskan dengan menganalisa stressor predisposisi dan presipitasi
yang bersifat biologis, psikologis, dan sosial budaya sehingga
menghasilkan respon bersifat maladaptif yaitu perilaku harga diri rendah
kronik. Respon terhadap stressor pada pasien harga diri rendah
memunculkan respon secara kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
sosial. Respon-respon tersebut akan dianalisis lebih lanjut, sehingga
memunculkan rentang respon (Pardede, Keliat, & Yulia, 2015).
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan
persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap
situasi yang sedang dialami (Firdaus, 2016).
B. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang menurut (Muhith, 2015)
1. Faktor predisposisi Ada beberapa faktor predisposisi yang
menyebabkan Harga Diri Rendah yaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak
dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya
dan akan gagal pula untuk mencintaui orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang
tuanya atau orang tua yang penting/dekat individu yang
bersangkutan.
3) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna, orang
tua atau orang terdekat sering mengkritik sering merevidasikan
individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan
merasa rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa
percaya diri.
2. Faktor presipitasi Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari
munculnya Harga Diri Rendah menurut (Pardede, Keliat, & Yulia
2020), mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dalam
perampokan. Respon terhadap trauma pada umunya akan
mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi dan
denial.
3. Perilaku
a. Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai dengan
mengobservasi penampilan Klien, misalnya kebersihan, dandanan,
pakaian. Kemudian Perawat mendiskusikannya dengan Klien
untuk mendapatkan pandangan Klien tentang gambaran dirinya.
b. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang
Rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
mengekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai
berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci
diri sendiri dan menolak diri sendiri (Pardede, Keliat, & Wardani,
2013).
C. Manifestasi Klinik
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
4. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
5. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakapcakap
dengan klien lain/perawat
6. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, pandangan hidup yang
pesimis
7. Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas atau penurunan
produktivitas
8. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap dan penolakan
terhadap kemampuan sendiri
9. Tidak atau jarang melakukan kegiatan sehari-hari
D. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Aktualisasi Aktualisasi Aktualisasi Aktualisasi


Diri Diri Diri Diri Diri

Keterangang :
a. Respon adaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta
bersifat membangun (konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta
bersifat merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri : Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat
mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif : Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan
kelemahannya secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu
berpikir secara positif dan realistis.
e. Kekacauan identitas : Suatu kegagalan individu untuk
mengintegritasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam
kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
f. Depersonalisasi : Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan
dirinya dari lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas
panik dan kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan
dalam membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya sendiri
terasa tidak nyata dan asing baginya.
E. Dampak atau Akibat yang Ditimbulkan
Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya
isolasi sosial : menarik diri, isolasi soasial menarik diri adalah gangguan
kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. Dan sering
dirtunjukan dengan perilaku antara lain :
1. Data subyektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau
pembicaraan.
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang
lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
2. Data obyektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara.
b. Apatis.
c. Ekspresi wajah kosong.
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal.
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.
F. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan (Purba, 2019)
Pengkajian menurut Deden (2013) melalui beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran
yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan
peran yang sesuai dengan kebudayaan.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang
tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur
sosial yang berubah.
b. Faktor presipitasi
1) Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau
faktor dari luar individu (internal or eksternal sources), yang
dibagi 5 (lima) kategori :
a) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan
frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang
diharapkan
b) Konflik peran : ketidaksesuaian peran antara yang
dijalankan dengan yang diinginkan.
c) Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan individu
tentang peran yang dilakukannya.
d) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk
menampilkan seperangkat peran yang komleks.
e) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang
berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
2) Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya
orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau
kematian orang yang berarti.
3) Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh
keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat
disebabkan:
a) Kehilangan bagian tubuh.
b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi
tubuh.
c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan.
d) Prosedur pengobatan dan perawatan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
b. Isolasi sosial : Menarik diri
c. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
3. Intervensi Keperawatan

N
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
O
1 Gangguan konsep diri : Harga diri Tujuan Umum : Pasien dapat melakukan
rendah. hubungan sosial secara bertahap. 1. Bina hubungan saling percaya
Tujuan Khusus 1 : Pasien dapat membina a. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun
hubungan saling percaya. Kriteria nonverbal
Evaluasi :
b. Perkenalkan diri dengan sopan
a. Pasien dapat mengungkapkan
perasaannya
c. Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan
b. Ekspresi Wajah bersahabat. yang disukai pasien
c. Ada kontak mata d. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati janji
d. Menunjukkan rasa senang. e. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa
e. Mau berjabat tangan. adanya
f. Mau menjawab salam f. Beri perhatian pada pasien
g. Pasien mau duduk berdampingan g. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
h. Pasien mau mengutarakan
tentang penyakit yang dideritanya
h. Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien
i. Katakan pada pasien bahwa ia adalah seorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu
mendorong dirinya sendiri
2. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien dan diberi pujian atas kemampuan
mengungkapkan perasaannya
b. Saat bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian
negatif. Utamakan memberi pujian yang realitis.
3. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
a. Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan selama sakit.
b. Diskusikan juga kemampuan yang dapat
dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di
rumah nanti.
4. Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
a. Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari setiap hari sesuai
kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
kondisi pasien.
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh
pasien lakukan (sering klien takut
melaksanakannya
5. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
dan kemampuannya.
a. Beri kesempatan pasien untuk mncoba kegiatan
yang direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan pasien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengkajian
Ruang : Manggis
Tanggal Dirawat : 17 maret 2023
Tanggal pengkajian : 17 Maret 2023
I. Identitas Klien
Inisial : Nn.B
Umur : 50 tahun
No Rm : 09-26-91
Pendidikan : SD
Informal : keluarga pasien dan buku status
II. Alasan Masuk
klien masuk rumah sakit dengan di antar anaknya dengan
menggunakan ambulance dari desa Bk dengan alasan utama gelisa
yang di rasakan sejak kurang lebih 15 tahun dan keadaan memberat
sejak 2 tahun belakangan yang mana dari hasil ananmese dari anaknya
2 bulan klien suka mengamuk , dan mengejar anak – anak yang ribut di
sekitar klien,serta suka melempar rumah warga menggunakan batu ,
anak klien mengatakan klie baru pertama berobat.
Keluhan saat dikaji :
Saat di kaji klien kurang merespon dengan baik, dari hasil pengkajian
di dapatkan klien sering mendengar suara- suara bisikan seperti suara
ibunya sedang memukulnya dan merasa dirinya sakit seluruh
badanseperti habis di pukul, klien mengatakan merasa bersalah dan
tidak bisa menjadi istri yang baik buat suaminya semenjak suaminya
meninggal tenggelam di sungai,klien terlihat tenang saat di kaji dengan
pembicaraan koheren dan sirkuntasial dengan mengurangi beberapa
pertanyaan agar klien menjawab benar
III. Faktor Predisposisi
Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu :
Klien tidak mengalami gangguan jiwa jika muncul sejak 15 tahun lalu
di karenakan kejadian kejadian traumatis
a. Pengobatan sebelumnya :
Klien belum pernah berobat sebelumnya
Masalah keperawatan : -
b. Aniaya fisik :
Korban aniaya fisik oleh ibunya dengan kejadian traumatis di
pukul ibunya saat klien gelisah dan mengamuk di rumah mulai dari
sakit sampai sekarang di karnakan akal klien mulai sakit,klien
tinggal dengan ibunya menurut cerita dari anak perempuannya.
Aniaya seksual : tidak pernah
Penolakan : tidak pernah
Kekerasan dalam keluarga : klien pernah di pukul oleh ibunya saat
klien mengamuk dan gelisah di rumah
Tindakan criminal : tidak pernah
Masalah keperawatan : isolasi sosial
c. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa :
Dari hasil pengkajian pada anak klien tidak ada keluarga dari
ibunya yang pernah mengalami gangguan jiwa
Masalah keperawatan : -
d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Dari hasil pengkajian di dapatkan klien mengalami kejadian
traumatis pada kurantg lebih 15 tahun sebelumnya dengan
kejadaian pasien dan suami yang meyebrang sungai dengan saat itu
arus sungai yang sangat deras sehingga membut suaminya terbawa
arus sungai dan meninggal dunia menyisahkan klien yang selamat.
Sejak kejadian itu klien sering berdiam diri, sering menyalahkan
dirinya atas meninggalnya suaminya, klie juga mempunyai trauma
dipukul ibunya saat klien gelisah dan mengamuk.
Masalah keperawatan : Berduka situasional
IV. Fisik
a. Tanda tanda vital
TD : 140/80 mmhg
N : 88 x/mnt
S : 36,6oC
R : 20 x/mnt
Saturasi oksigen : 98 %
Masalah keperawatan : -
b. Ukur
TB : 150 cm
BB : 55 kg
c. Keluhan fisik
Klien mengatakan sakit pada bagian badannya pada bagian badan,
kaki dan bibirnya serta tangannya dengan memegang bagian –
bbagian yang di rasakan yang sakit untuk menunjukan ke perawat.
Masalah keperawatan : -
V. PSIKOSOSIAL
I. Genogram
Keterangan :

: Laki –Laki : Garis pernikahan

: Perempuan : Garis keturunan

: Klien

----- : Tinggal serumah


X : Meninggal

Masalah keperawatan : -
a. Konsep Diri
1) Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai seluruh anggota
tubuhnya
2) Identitas : Klien mengatakan dirinya adalah seorang ibu dari
anak-anaknya dan sebagai seorang istri bagi suamninya
3) Peran : Klien mengatakan tidak bisa menjadi istri yang
baik karena suaminya meninggal, saat ini klien tidak bisa memenuhi
peran sebagai ibu bagi anak-anaknya
4) Ideal diri : Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya
dan segera pulang kerumah dengan anaknya
5) Harga diri : Klien mengatakan tidak mau melakukan aktivitas
ataupun bekerja, klien terlihat tidak peduli pendapat orang lain tentang
dirinya klien terlihat terlihat hanya diam tidak banyak melakukan
aktivitas dan malas melakukan perawatan diri.
Masalah keperawatan: Harga diri rendah defisit perawatan diri
b. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti
Orang yang berarti bagi klien adalah suaminya yang meninggal
dan anaknya. Terutama anak perempuannya karena klien lebih dekat
dengan anak perempuannya menurut informan/anak perempuannya
sendiri.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Menurut informan klien dirumah tidak mengikuti kegiatan
kelompok/masyarakat dalam bentuk apapun. Menurut informan klien
hanya diam dirumah saja.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Menurut informan dirumah klien jarang berinteraksi dengan orang lain,
biasanya klien mau berinteraksi dengan informan dari orang terdekat saja.
Dari pengkajian yang dilakukan pada klien beberapa kali. Klien terlihat
tidak koperatif pada pertanyaan yang diberikan perawat. Sehingga harus
mengulangi beberapa kali agar klien menjawab walaupun dengan bantuan
informan.
Masalah keperawatan : isolasi sosial dan harga diri rendah
c. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan dinya beragama islam
2) Kegiatan ibadah : Klien jarang melakukan ibadah sholat,
informan mengatakan klien terkadang sholat saat diajak oleh informan
jika klien mengajak dan klien sedang dalam keadaan tenang
Masalah Keperawatan : -
II. STATUS MENTAL
1) Penampilan
Klien terlihat tidak rapi rambut terlihat lepek, klien terlihat kusam.
Menurut informan klien jarang mandi, klien mandi jika mengiyakan
informan untuk dimandikan jadi klien mandi jika dimandikan oleh orang
lain dalam inisiatifnya sendiri.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2) Penampilan
Pembicaraan klien koheren, tetapi terkadang klien hanya diam dan
harus ditanyakan kembali agar klien menjawab. Biasa klien berbicara
pelan dan terkadang cepat.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah dan isolasi sosial
3) Aktivitas Motorik
Saat pengkajian klien terlihat tenang.
Masalah Keperawatan : -
4) Alam perasaan
Klien merasa sedih karena ditinggal suaminya.
Masalah Keperawatan : Keputusasaan
5) Afek
Klien terlihat labil dan hanya diam-diam saja
Masalah Keperawatan : -
6) Interaksi saat wawancara
Klien beberapa kali terlihat tidak koperatif saat ditanyakan pertanyaan
sehingga perawat harus mengurangi pertanyaan agar klien menjawab. Dan
klien terlihat menghindari kontak mata dengan perawat.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
7) Presepsi
Pendengaran : Klien mengataka suka mendengar suara ibunya yang sedang
hendak memukulnya. Muncul pada malam hari.
Masalah Keperawatan : Gangguan presepsi sensori halusinasi
8) Arus pikir
Saat pengkajian klien terlihat koheren dan sirkumtansial dengan
mengurangi pertanyaan agar klien menjawab dengan benar.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
9) Isi pikir
Klien phobia tidak suka mendengar keributan
Masalah Keperawatan : Gangguan isi pikir
10) Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori dan biasa menggigit
Masalah Keperawatan : -
11) Tingkat kesadaran
Klien terkadang bingung tetapi tidak disorientasi, waktu, tempat,
orang.
Masalah Keperawatan : -
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung dan konsentrasi
Masalah Keperawatan : -
13) Kemampuan Penilaian
Klien mengambil keputusan dengan bantuan orang lain
Masalah Keperawatan : -
14) Daya tilik diri
Klien menyadari dirinya dirawat di Rsud Madani Palu.
Masalah Keperawatan : -
III. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1) Kemampuan Klien Memenuhi Kebutuhan
a) Makanan
Klien makan terpenuhi biasa makan sendiri terkadang di suap
b) Keamanan
Klien mengatakan nyaman selama dirawat diruangan Anggur
c) Perawatan Kesehatan
Perawatan kesehatan terpenuhi seperti mandi dan dimandikan oleh
anaknya jika klien mengiyakan
d) Pakaian
Pakaian terpenuhi, biasa dipakaikan oleh anaknya atau dengan
sendirinya
e) Transportasi
Tranportasi terpenuhi, klien diantar oleh anaknya jika pulang
f) Tempat Tinggal
Tempat tinggal terpenuhi, klien memiliki tempat tinggal
2) Kegiatan hidup sehari-hari
a) Perawatan diri
 Mandi : Klien jarang mandi biasanya klien dibantu oleh
anaknya, klien mandi 1 kali sehari tanpa mengosok gigi.
 Kebersihan : klien terlihat kurang bersih, kuku klien nampak
panjang dan kotor serta gigi klien terlihat kurang bersih dan
berwarna kuning.
 Makanan : klien makan 3 kali sehari, klien makan kadang di
suap oleh anaknya atau makan sendiri.
 BAB/BAK : BAB/BAK klien mandiri tanpa bantuan siapapaun
 Pakaian : klien meganti pakaianya setiap habis mandi dan
kadang mngganti pakaianya sendiri atau dibantu oleh anaknya
Masalah Keperwatan : Defisit Perawatan Diri
b) Nutrisi
 Apakah anda puas dengan pola makan anda?
Klien mengatakan puas dengan pola makan di rumah sakit
 Apakah anda memisahkan diri?
Klien nampak hanya didalam kamar,jika keluar klien akan
memisahkan diri dari teman-teman yang ada diruangan
 Frekuensi makan sehari 3 kali
 Nafsu makan : Anak klien mengatakan nafsu makannya baik
c) Tidur
 Apakah ada masalah tidur ?
Klien mengatakan tidurnya terganggu karena ada suara bisik-
bisikan
 Apakah merasa segar saat bangun tidur?
Klien mengtakan merasa segar saat bangun tidur
 Apakah ada kebiasaan tidur siang?
Klien mengtakan sering tidur siang
 Lama tidur siang ± 4 Jam
 Tidur Malam
Klien mengatakan tidur malam jam 21.00 WITA - 22.00 WITA
Masalah Keperawatan :
3) Kemampuan klien dalam
a) Klien tidak mampu mengatasi kebutuhan sendiri
b) Membuat keputusan berdasarkan keinginn sendiri
Klien tidak mampu membuat keputusan sendiri
c) Mengatur penggunaan obat
Klien tidak dapat mengatur obatnya sendiri
Masalah Keperawatan : -

4) Klien memiliki sistem pendukung


Klien memiliki dukungan dari keluarga
Masalah Keperawatan :
5) Pemeliharaan kesehatan
Anak klien mendukung dalam pemeliharaan kesehatan klien
Masalah Keperawatan : -
6) Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi
Masalah Keperawatan : -
7) Kegiatan didalam rumah
Klien tidak aktif dalam kegiatan dirumah maupun kegiatan diluar
rumah
Masalah Keperawatan : -
IV. MEKANISME KOPING
Klien memiliki koping malad Inaptif karena reaksi berlebihan mengamuk
jika ada keluarga yang ribut atau teman yang membuatnya emosi.
Masalah Keperawatan : Mekanisme koping in efektif
V. MASALAH PSIKOSISOAL DAN LINGKUNGAN
Klien tidak memiliki masalah psikososial
VI. ASPEK MEDIS
- Diagnosa Medis Skizofenia
- Terapi Medik :
VII. MASALAH KEPERAWATAN
- Perubahan sensori halusinasi pendengaran
- Harga diri rendah
- Isolasi Sosial
- Defisit Perawatan Diri
- Mekanisme Koping Individu In Efektif

Pohon Masalah
Gangguan persepsi sensori
Halusinasi Pendengaran
Defisit Perawatan Diri

Isolasi Sosial Kurang Memperhatikan Diri

Harga Diri Rendah

Berduka Kompleks

Fokus Pasca Trauma


VIII. Intervensi Keperawatan
N
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
O
1 Gangguan konsep diri : Harga diri Tujuan Umum : Pasien dapat melakukan
rendah. hubungan sosial secara bertahap. 6. Bina hubungan saling percaya
Tujuan Khusus 1 : Pasien dapat membina j. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun
hubungan saling percaya. Kriteria nonverbal
Evaluasi :
k. Perkenalkan diri dengan sopan
a. Pasien dapat mengungkapkan
perasaannya
l. Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan
b. Ekspresi Wajah bersahabat. yang disukai pasien
c. Ada kontak mata m. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati janji
d. Menunjukkan rasa senang. n. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa
e. Mau berjabat tangan. adanya
f. Mau menjawab salam o. Beri perhatian pada pasien
g. Pasien mau duduk berdampingan p. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
h. Pasien mau mengutarakan
tentang penyakit yang dideritanya
q. Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien
r. Katakan pada pasien bahwa ia adalah seorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu
mendorong dirinya sendiri
7. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
c. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien dan diberi pujian atas kemampuan
mengungkapkan perasaannya

d. Saat bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian


negatif. Utamakan memberi pujian yang realitis.
8. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan selama sakit.
d. Diskusikan juga kemampuan yang dapat
dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di
rumah nanti.
9. Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
d. Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari setiap hari sesuai
kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total.
e. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
kondisi pasien.
f. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh
pasien lakukan (sering klien takut
melaksanakannya
10. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi
sakit dan kemampuannya.
d. Beri kesempatan pasien untuk mncoba kegiatan
yang direncanakan
e. Beri pujian atas keberhasilan pasien
f. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Intervensi :
Tanggal :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif:
Klien mengatakan dia merasa bersalah karena dirinya suaminya
meninggal.
Data Objektif:
 Ekspresi wajah bersahabat
 Ada kontak mata namun saat berbicara yang sedih sesekali klien
menunduk.
2. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
3. Tujuan
a. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
b. Klien dapat merencanakan kegiatan sesui dengan kemampuannya
4. Tindakan keperawatan
 Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
 Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
 Memilih kemampuan pertama yang dipilih
 Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Teraupetik
Assalamualaikum ibu B, sesuai dengan janji saya kemarin saya
datang membicarakan mengenai hal-hal yang dapat ibu lakukan?
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini? Ibu masih ingat dengan nama
saya? Hari ini apa sajah yang ibu B lakukan?
c. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hal-hal
yang ibu B lakukan sehari-hari.
Waktu : Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat : Ibu B mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau
disini saja?
2. Fase Kerja
Baiklah ibu B, Apa yang membuat ibu dari tadi didalam kamar dan
menyendiri? Kegiatan apa yang ibu lakukan sehari-hari? Dan kegiatan
apa yang ibu sukai? Bagaimana kalau sekarang ibu melakukan kegiatan
yang ibu sukai? Saya berharap ibu dapat memasukkan kegiatan ini dalam
jadwal harian ibu?
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimna perasaan ibu setelah kita ngabrol? Ibu merasa senang
setelah mengaji?
b. Evaluasi Objektif
 Klien nampak mau koperatif saat diajak berkomunikasi
 Ekspersi wajah klien bersahabat
 Ada kontak mata
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah ibu karena waktu sudah habis, besok saya akan datang lagi
ya ibu. Ibu bisa istirahat kembali.
d. Kontrak
Topik : Baiklah ibu, bagaimana besok kita belajar menilai
kemapuan yang dimili ibu B dan bisa digunakan untuk
kegiatan selanjutnya.
Waktu : Bagaimana kita bicara 10 menit?
Tempat : Bagaimana besok kita bicara disini saja atau ditempat
duduk diluar?
No IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/ Diagnosa
Jam Implementasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
Harga Diri SP1 Subjektif:
Rendah Orientasi
Assalamu’alaikum ibu, sesuai dengan janji saya  Klien menagatakan
kemarin, saya datang untuk membicarakan hal- “walaikumsalam”
hal yang disukai dan dapat dilakukan ibu?  Klien mengatakan diluar terlalu
ramai lebih tenag didalam kamar
Kerja suster
Baiklah ibu, apa yang membuat ibu dari tadi  Klien menjawab saya setelah
didalam kamar dan menyendiri? Kegiatan apa bangun pagi sholat, mengaji,
yang ibu lakukan sehari-hari? Dan kegiatan apa bersih-bersih, buat kue, masak
yang ibu sukai? suster
Bagaimana sekarang ibu melakukan kegiatan  Klien menjawab “mengaji, iya
yang ibu sukai? Saya berharap ibu dapat bisa suster”
memasukkan kegiatan ini dalam jadwal kegiatan
harian ibu? Objektif:
 Ekspersi wajah bersahabat
Terminasi  Ada kontak mata
Baiklah ibu karena waktu sudah habis, besok
saya akan datang lagi ya ibu, ibu boleh istirahat. Analisa:
SP1 tercapai

Planning:
 Intervensi dilanjutkan
 Melatih kemampuan klien yang
dipilih kedua
 Masukkan kedalam jadwal
harian klien
BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini membahas kesenjangan antara teori dan proses keperawatan Ny. B

dengan gangguan Harga Diri Rendah yang dilakukan pengkaijan pada tanggal 17

maret 2023 di Ruang Anggur RSUD Madani Palu. Pembahasan ini

memperhatikan aspek proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosis

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah

diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau

kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena

tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Iyus Yosep, 2016). Gangguan

harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain

yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri

seseorang berda dalam rentang tinggi sampai rendah.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan

(Rohmah & Walid, 2017). Pengkajian merupakan tahap yang paling

menentukan bagi tahap berikutnya. Data yang dikumpulkan berupa data

biologis, data psikologis, sosial dan spiritual. Berdasarkan pengkajian yang

telah dilakukan pada Ny. B diperoleh data subjektif dan data objektif yang

sesuai dengan prioritas masalah yang dialami oleh Ny.B yaitu Harga diri

rendah didukung dengan data subjektif. Ny. B mengatakan merasa minder

sama teman temannya, karena klien tidak bisa melanjutkan kuliah karna tidak

ada biaya. Ny.B selalu merasa tidak mampu untuk melakukan sesuatu, Ny.B
mengatakan di rumah sering marah-marah karena tidak suka kebisingan dan

juga banyak orang. Data objektif: Ny.B tampak sering menyendiri dalam

kamar.

B. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan

respons manusia keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau

potensial dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal

mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau

mencegah perubahan. Masalah keperawatan yang dapat disimpulkan dari

hasil pengkajian adalah: harga diri rendah, isolasi sosial, gangguan persepsi

(halusinasi pendengaran dan penglihatan), mekanisme koping tidak evektif,

dan regimen terapeutik tidak efektif.

C. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan adalah pengembangan strategi, untuk

mencegah, mengurangi, menghambat, menurunkan, mengatasi masalah-

masalah yang telah diindentifikasi dalam diagnosis keperawatan (Rohma &

Walid, 2017). Perencanaan ini dibuat sesuai kondisi klien dengan kondisi

yang ditegakkan, sehingga masalah keperawatan dapat teratasi. Diagnosa

prioritas yaitu tentang harga diri rendah, dilakukan perencanaan keperawatan

jiwa seperti membina hubungan saling percaya terhadap klien, mendiskusikan

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien dan diberi pujian atas

kemampuan mengungkapkan perasaannya, mendiskusikan kemampuan klien


yang masih dapat digunakan selama sakit, merencanakan bersama klien

aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan, dan memberi

kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang direncanakan.

D. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan

sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru. Untuk membina

hubungan saling percaya pada klien dengan Harga diri rendah kadang-kadang

perlu waktu yang tidak singkat. Perawat harus konsisten bersikap terapeutik

kepada klien selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan,

pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil bila klien sudah percaya

maka apapun yang akan diprogramkan klien akan mengikutinya, tindakan

yang bisa dilakukan dalam membina hubungan saling percaya yaitu

Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien, Berkenalan dengan

klien, Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini, Buat kontak asuhan,

Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk

kepentingan terapi, Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien, dan

Penuhi kebutuhan dasar klien saat berinteraksi. Beberapa keterampilan yang

dibutuhkan dalam hal ini yaitu yang pertama keterampilan kognitif mencakup

pengetahuan keperawatan yang menyeluruh. Perawat harus mengetahui

alasan untuk setiap intervensi terapeutik memahami respon fisiologis,

psikologis normal, dan abnormal, mampu mengidentifikasi kebutuhan


pembelajaran dan pemulangan klien, serta mengenali aspek-aspek promotif

kesehatan klien dan kebutuhan penyakit. Kedua keterampilan interpersonal

penting untuk tindakan keperawatan yang efektif. Perawat harus

berkomunikasi dengan jelas kepada klien, keluarganya, dan anggota tim

perawatan kesehatan lainnya. Perhatian dan rasa saling percaya ditunjukkan

ketika perawat berkomunikasi secara terbuka dan jujur. Penyuluhan dan

konseling harus dilakukan hingga tingkat pemahaman yang diinginkan dan

sesuai dengan penghargaan klien. Perawat juga harus sensitif pada respons

emosional klien terhadap penyakit dan pengobatan. Penggunaan keterampilan

interpersonal yang sesuai memungkinkan perawat mempunyai perseptif

terhadap komunikasi verbal dan non verbal klien. Ketiga keterampilan

psikomotor mencakup kebutuhan langsung terhadap perawatan kepada klien,

seperti perawatan luka, memberikan suntikan, melakukan pengisapan lendir,

mengatur posisi, membantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari

dll.

Tindakan yang perawat lakukan pada Ny.B dengan gangguan Harga

Diri Rendah di Ruang Anggur RSUD Madani Palu yaitu melakukan bina

hubungan saling percaya menggunakan pendekatan terapeutik, dan terapi

untuk mengidentifikasi penyebab klien menarik diri, setelah melakukan

pendekatan dan mengidentifikasi penyebab klien menarik diri perawat

melakukan tindakan berdiskusi dengan klien keuntungan berhubungan dan

kerugian jika tidak berhubungan, setelah klien mampu mengungkapkan

perasaannya, klien melaksanakan hubungan sosial secara bertahap berkenalan


dengan satu orang dan kemudian dengan dua orang, memasukkan latihan

berkenalan dan berbincang-bicang ke dalam latihan aktivitas harian klien

sesuai waktu yang diinginkan oleh klien, dan mengevaluasi jadwal kegiatan

harian klien. Namun dari semua rencana tindakan kendala dalam keluarga

karena tdak ada respon untuk memberikan dukungan kepada klien yang

seharusnya klien dapatkan sebagai motivasinya untuk menjadi lebih baik,

dalam pendekatannya klien dapat menerima sebagian perawat dan mampu

menceritakan tentang kesedihannya, kerinduannya, dan penyesalannya pada

masa lalunya dukungan moril yang klien miliki saat ini belum sepenuhnya

didapat akan tetapi klien yakin apa yang dia lakukan sekarang adalah salah

satu usaha untuk menebus kesalahannya dimasa lalu.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengakhiri

intervensi keperawatan, memodifikasi intervensi keperawatan, dan

meneruskan intervensi keperawatan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hani Tuasikal dkk (2019) dalam jurnal yang berjudul upaya

peningkatan harga diri rendah dengan terapi aktivitas kelompok (stimulasi

persepsi)
BAB V
KSIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai