Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN

DIRI

Dosen: Uswatun Hasanah, S.ep., Ns., M.Kep.,Sp.KepJ.

Disusun oleh Kelompok 11/Kelas A:

1. Zanifa Dinda A. (20191660003)


2. Vina Agustin K. (20191660050)
3. M. Luqman Fariz (20191660058)
4. Achmad Reza R. H. (20191660111)
5. Salsa Meydita F. A. (20191660136)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2021
Lembar Pernyataan Orisinalitas

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sanksi sesuai peraturan akademik yang berlaku.

Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.

Surabaya, 24 September 2021

Nama NIM Tanda tangan mahasiswa


Zanifa Dinda Abidin 20191660003
Galih Nurca Dewa 20191660037
Muhammad Fausi 20191660010
2
Befiarisa Dewi Ramadhani 20191660103
Fahira Amalia 20191660131
Galuh Ivani Aprilia Putri 20191660149

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang memberikan nikmat serta
karuniaNya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ketidakberdayaan dan
Keputusasaan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 1.
Makalah ini tidak tersusun dengan sempurna dan masih terdapat kekurangan
dalam penulisannya. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar makalah ini dapat disusun kembali dengan baik dan benar.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuannya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Demikianlah
yang dapat kami sampaikan terima kasih atas perhatian, kritik, serta saran yang
pembaca berikan kepada kami.

Surabaya, 24 September 2021

Tim Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………………...

PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………………………………………

KATA PENGANTAR………………………………………………………...……………….

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang………………………………………………………………………………

1.2 Tujuan penulisan……………………………………………………………………………

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN………………………...

2.1.1 Definisi ketidakberdayaan dan keputusasaan……………………………………………..

2.1.2 Faktor predisposisi presipitasi ketidakberdayaan dan keputusasaan……………………...

2.1.3 Tanda gejala ketidakberdayaan dan keputusasaan………………………………………..

2.1.4 Penanganan klien yang mengalami ketidakberdayaan dan keputusasaan………………...

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN………………………………………………….

2.2.1 Pengkajian………………………………………………………………………………...

2.2.2 Analisa
data………………………………………………………………………………..

2.2.3 Diagnosis………………………………………………………………………………….

2.2.4 Intervensi………………………………………………………………………………….

2.2.5 Implementasi……………………………………………………………………………...

2.2.6 Evaluasi…………………………………………………………………………………...

2.2.7 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SPTK)


………………………………………

BAB 3 PEMBAHASAN ARTIKEL JURNAL


TERKAIT…………………………………..
BAB 4 KESIMPULAN DAN
SARAN………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….

Lampiran Bukti cek


plagiasi…………………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penderita gangguan mental di Indonesia banyak yang menerima perlakuan diskriminatif dan
tidak manusiawi. Buruknya penanganan pada penderita gangguan kejiwaan di Indonesia
bahkan disoroti oleh badan Human Right Watch hingga menerbitkan laporan sebagai bentuk
teguran (Darling,2019).Survei Global Health DataExchange tahun 2017 menunjukkan ada
27,3 juta orang di Indonesia mengalami masalah kejiwaan. Indonesia jadi negara dengan
jumlah pengidap gangguan jiwa tertinggi di Asia Tenggara (Deliandra,2019).

Menurut data World Health Organization (WHO) (2016), terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 jutaorang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia.Menurut National Alliance of Mental Illness (NAMI) berdasarkan hasil
sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2013, di perkirakan 61.5 juta penduduk yang berusia
lebih dari 18 tahun mengalami gangguan jiwa, 13,6 juta diantaranya mengalami gangguan
jiwa berat seperti skizofrenia, gangguan bipolar. Indonesia, dengan berbagai faktor biologis,
psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa
terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang.

Beberapa dampak menurut (Tarwoto,2011) yang sering mucul pada masalah personal
hygiene antara lain dampak fisik (gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku), psikososial (kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan mencintai dan dicintai kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial) seperti pengucilan oleh masyarakat setempat.

Kekambuhan pada pasien skizofrenia ada beberapa faktor dan yang menjadi salah satu faktor
penyebab kekambuhan pasien skizofrenia adalah hubungan pasien dengan keluarga. Jika
hubungan pasien dan keluarga tidak harmonis dan keluarga tidak mengetahui cara merawat
anggota keluarganya yang sakit maka akan sering terjadi kekambuhan pada pasien. Angka
kekambuhan pasien skizofrenia mengalami kenaikan pada tahun 2017 (Prabowo, 2010).
Keluarga yang lengkap dan fungsional akan dapat meningkatkan kesehatan mental para
anggota keluarganya. Keluarga lebih dekat hubungannya dengan anak dibandingkan dengan
masyarakat luas. Keluarga merupakan lingkungan yang sangat penting dari keseluruhan
sistem lingkungan, karena berpengaruh langsung terhadap individu dan merupakan
mikrosistem yang menentukan kepribadian dan kesehatan mental anak.Walaupun demikian,
banyak sekali kondisi-kondisi keluarga yang justru menjadi hazard (penyebab/prevalensi)
bagi setiap anggota keluarganya dan tentunya beresiko bagi terganggunya mental,
diantaranya : perceraian dan perpisahan, keluarga yang tidak fungsional, dan perlakuan atau
pengasuhan. Sehingga pada pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (OGD) peran keluarga
sangat berpengaruh untuk meminimalkan membuat ODGJ kambuh, hal ini dimaksudkan
meminimalisir stresor yang menjadi penyebab ODGJ merasa tertekan secara psikologis.
Keadaan tertekan secara psikis yang berkepanjangan akan memicu kekambuhan. Perawatan
ODGJ sangat diperlukan dan dilakukan secara berkesinambungan.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pembuatan makala ini adalah :
1. Agar mahasiswa mampu memahami apa itu defisit perawatan diri.
2. Agar mahasiswa mampu memahami apa saja tanda dan gejala yang muncul.
3. Agar mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
gangguan defisit perawatan diri.
4. Agar mahasiswa mengerti apa penyebab terjadinya gangguan defisit perawatan diri
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DEFISIT PERAWATAN DIRI

2.1.1 Definisi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Perawatan Diri


Hygiene adalah ilmu kesehatan, cara perawatan diri manusia untuk memelihara
kesehatan mereka disebut hygiene perorangan, cara perawatan diri menjadi rumit
dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Pemeliharaan hygiene
perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.Seperti
pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan kesehatan sendiri, pada orang sakit
atau tantangan fisik memerlukan bantuan perawat untuk melakukan praktik kesehatan
yang rutin.Selain itu, beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik
hygiene klien (Potter & Perry, 2006).
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personalyang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat.Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis sesuai kondisi kesehatannya (Tarwoto & Wartonah, 2006).

B. JENIS-JENIS DEFISIT PERAWATAN DIRI


Jenis – jenis defisit perawatan diri menurut Dermawan (2013) terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri mandi atau kebersihan
Defisit perawatan diri mandi adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi, menggosok gigi dan aktifitas perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri berpakaian dan berdandan
Defisit perawatan diri berpakaian dan berhias adalah gangguan kemampuan
seseoarang dalam memakai pakaian dan aktivitas berdandan atau berhias untuk
diri sendiri
c. Defisit perawatan diri makan dan minum
Defisit perawatan diri makan adalah gangguan kemampuan pasien untuk
menyelesaikan aktivitas makan dan minum sendiri.
d. Defisit perawatan diri toileting
Defisit perawatan diri toileting adalah gangguan kemampuan seseorang untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas buang air besar dan buang air kecil
secara mandiri

2.1.2 PENYEBAB DEFISIT PERAWATAN DIRI


Menurut Irman (2016) penyebab defisit perawatan diri sebagai berikut :
A. Faktor predisposisi
1. Faktor Biologis
Faktor biologis yang bisa menyebabkan defisit perawatan diri diantaranya:
- Faktor herediter
Faktor keturunan seperti adanya anggota keluarga lain yang mengalami
gangguan jiwa
- Penyakit fisik berupa struktur otak abnormal, atropik otak, pembesaran
ventikal, perubahan besar serta bentuk sel kortikal dan limbik dan mental
berupa yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri
serta gangguan fungsi otak.Menurut Keliat (2013) jenis – jenis gangguan
fungsi otak diantaranya :
1) Gangguan kognitif
Gangguan kognitif pada pasien defisit perawatan diri ditandai dengan
gejala diantaranya tidak mampu berfikir dan memiliki persepsi yang
tidak realistik, tidak mampu berespon baik terhadap aktivitas
perawatan diri
2) Gangguan afek
Gangguan efek yang terjadi pada pasien defisit perawatan diri ditandai
dengan gejala diantaranya perasaan yang tidak sesuai,tidak peduli
terhadap diri sendiri maupun aktivitas perawatan diri
3) Gangguan prilaku
Gejala gangguan prilaku pada pasien defisit perawatan diri diantaranya
rasa takut berinteraksi dengan orang lain, tidak bersosialisasi dengan
orang lain, tidak peduli dengan diri sendiri dan lingkungan, tidak
peduli terhadap aktivitas perawatan diri
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang menyebabkan seseorang mengalami defisit perawatan
diri diantaranya adalah :
- Faktor perkembangan yang disebabkan oleh keluarga terlalu melindungi
dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif pasien
terganggu.
- Kemampuan realitas menurun, pasien gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
3. Faktor Sosial
Faktor yang datang dari lingkungan sekitar dapat berupa kurang dukungan dan
situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri.
B. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah

2.1.3 Tanda Gejala Ketidakberdayaan dan Keputusasaan


Tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Irman (2016) dapat dinilai dari
pernyataan pasien tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan
minum, Bbuang air besar dan buang air kecil dan didukung dengan data hasil
observasi diantaranya sebagai berikut :
a. Data subjektif
Pasien defisit perawatan diri mengatakan tentang :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias atau berdandan
6) Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau alat kebersihan
diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8) Buang air besar dan buang air kecil tidak pada tempatnya
9) Tidak membersihkan diri dan tempat setelah Buang air besar dan buang air
kecil
10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
b. Data objektif
1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, tidak
menggunakan alat – alat mandi, tidak mandi dengan benar.
2) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, pakaian tidak
rapi,tidak mau berdandan, tidak mau memilih mengambil dan memakai
pakaian, tidak memakai sandal, sepatu, resleting dan tidak memakai
barang– barang yang perlu dalam berpakaian.
3) Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat
mandi, tidak mampu menyiapkan makanan dan memindahkan makanan ke
alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut, tidak mengunyah,
menelan makanan secara aman dan juga tidak menyelesaikan makan.
4) Buang air besar dan buang air kecil tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri setelah buang air besar dan buang air kecil

2.1.4 DAMPAK DEFISIT PERAWATAN DIRI


Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah defisit
perawatan diri sebagai berikut :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita pasien karena tidak terpeliharanya
kebersihan pasien dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
masalah sosial yang berhubungan dengan defisit perawatan diri adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi social

2.1.5 PENATALAKSANAAN
Menurut Purba (2010) perencanaan tindakan keperawatan untuk pasien deficit
perawatan diri juga ditujukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan
pasien dalam melakukan perawatan diri Tindakan keperawatan defisit perawat diri
sebagai berikut :
a. Tindakan keparawatan untuk pasien defisit perawatan diri
Tujuan dari tindakan keperawatan defisit perawatan diri
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias dan berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan buang air besar dan buang air kecil secara mandiri
b. Tindakan keperawatan pasien defisit perawatan diri
Menurut Purba (2010), tindakan keperawatan pada pasien defisit perawatan diri
diantaranya :
 Melatih pasien cara – cara perawatan kebersihan diri.Untuk melatih pasien
dalam menjaga kebersihan diri perawat harus dapat melakukan tahapan
tindakan yang meliputi :
1) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
2) Menjelaskan alat - alat untuk menjaga kebersihan diri
3) Menjelaskan cara melakukan kebersihan diri
4) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
 Melatih pasien berhias atau berdandan
Perawat dapat melatih pasien berdandan, pasien laki – laki harus di
bedakan dengan wanita. Untuk pasien laki – laki meliputi :
- berpakaian, menyisir rambut dan bercukur. Sedangkan untuk pasien
perempuan meliputi : berpakaian, menyisir rambut dan berhias
 Melatih pasien makan dan minum secara mandiri
Untuk melatih pasien perawat dapat melakukan tahapan sebagai berikut :
1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan dan minum
2) Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib dan baik
3) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan dan minum
4) Praktek makan dan minum sesuai dengan tahapan makan dan minum yang
baik
 Mengajarkan pasien melakukan buang air besar dan buang air kecil secara
mandiri.Perawat dapat melatih pasien buang air besar dan buang air kecil
mandiri sesuai tahapan berikut :
1) Menjelaskan tempat buang air besar dan buang air kecil
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah buang air besar dan buang air
kecil
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat buang air besar dan buang air
kecil
c. Tindakan keperawatan pada keluarga pasien defisit perawatan diri
1) Pentingnya tindakan keperawatan keluarga
Keluarga merupakan orang yang sangat dekat dengan pasien dan tahu dengan
kondisi pasien sehingga dukungan keluarga dalam penatalaksanaan pasien
sangat dibutuhkan. Menurut Fitria (2009).keluarga dapat meneruskan dan
melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan diri
meningkat namun dalam memberikan asuhan keperawatan perlu di perhatikan
tingkat kemandirian keluarga, dimana setiap keluarga memiliki tingkat
kemandirian yang berbeda – beda.
2) Tujuan tindakan keperawatan pada keluarga dengan pasien defisit
perawatan diri yaitu keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah defisit perawatan diri
3) Tindakan keperawatan pada keluarga dengan pasien defisit perawatan diri
perawat harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat
meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam
perawatan diri meningkat. maka perawat harus melakukan intervensi
diantaranya :
- Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien
- Anjurkan keluarga untuk terlibat merawat diri pasien dan membantu
mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah
disepakati)
- Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien
dalam merawat diri

Anda mungkin juga menyukai