DIRI
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang memberikan nikmat serta
karuniaNya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ketidakberdayaan dan
Keputusasaan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 1.
Makalah ini tidak tersusun dengan sempurna dan masih terdapat kekurangan
dalam penulisannya. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar makalah ini dapat disusun kembali dengan baik dan benar.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuannya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Demikianlah
yang dapat kami sampaikan terima kasih atas perhatian, kritik, serta saran yang
pembaca berikan kepada kami.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………………...
PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………...……………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...
BAB 1 PENDAHULUAN
2.2.1 Pengkajian………………………………………………………………………………...
2.2.2 Analisa
data………………………………………………………………………………..
2.2.3 Diagnosis………………………………………………………………………………….
2.2.4 Intervensi………………………………………………………………………………….
2.2.5 Implementasi……………………………………………………………………………...
2.2.6 Evaluasi…………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
Penderita gangguan mental di Indonesia banyak yang menerima perlakuan diskriminatif dan
tidak manusiawi. Buruknya penanganan pada penderita gangguan kejiwaan di Indonesia
bahkan disoroti oleh badan Human Right Watch hingga menerbitkan laporan sebagai bentuk
teguran (Darling,2019).Survei Global Health DataExchange tahun 2017 menunjukkan ada
27,3 juta orang di Indonesia mengalami masalah kejiwaan. Indonesia jadi negara dengan
jumlah pengidap gangguan jiwa tertinggi di Asia Tenggara (Deliandra,2019).
Menurut data World Health Organization (WHO) (2016), terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 jutaorang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia.Menurut National Alliance of Mental Illness (NAMI) berdasarkan hasil
sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2013, di perkirakan 61.5 juta penduduk yang berusia
lebih dari 18 tahun mengalami gangguan jiwa, 13,6 juta diantaranya mengalami gangguan
jiwa berat seperti skizofrenia, gangguan bipolar. Indonesia, dengan berbagai faktor biologis,
psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa
terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang.
Beberapa dampak menurut (Tarwoto,2011) yang sering mucul pada masalah personal
hygiene antara lain dampak fisik (gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku), psikososial (kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan mencintai dan dicintai kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial) seperti pengucilan oleh masyarakat setempat.
Kekambuhan pada pasien skizofrenia ada beberapa faktor dan yang menjadi salah satu faktor
penyebab kekambuhan pasien skizofrenia adalah hubungan pasien dengan keluarga. Jika
hubungan pasien dan keluarga tidak harmonis dan keluarga tidak mengetahui cara merawat
anggota keluarganya yang sakit maka akan sering terjadi kekambuhan pada pasien. Angka
kekambuhan pasien skizofrenia mengalami kenaikan pada tahun 2017 (Prabowo, 2010).
Keluarga yang lengkap dan fungsional akan dapat meningkatkan kesehatan mental para
anggota keluarganya. Keluarga lebih dekat hubungannya dengan anak dibandingkan dengan
masyarakat luas. Keluarga merupakan lingkungan yang sangat penting dari keseluruhan
sistem lingkungan, karena berpengaruh langsung terhadap individu dan merupakan
mikrosistem yang menentukan kepribadian dan kesehatan mental anak.Walaupun demikian,
banyak sekali kondisi-kondisi keluarga yang justru menjadi hazard (penyebab/prevalensi)
bagi setiap anggota keluarganya dan tentunya beresiko bagi terganggunya mental,
diantaranya : perceraian dan perpisahan, keluarga yang tidak fungsional, dan perlakuan atau
pengasuhan. Sehingga pada pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (OGD) peran keluarga
sangat berpengaruh untuk meminimalkan membuat ODGJ kambuh, hal ini dimaksudkan
meminimalisir stresor yang menjadi penyebab ODGJ merasa tertekan secara psikologis.
Keadaan tertekan secara psikis yang berkepanjangan akan memicu kekambuhan. Perawatan
ODGJ sangat diperlukan dan dilakukan secara berkesinambungan.
2.1.5 PENATALAKSANAAN
Menurut Purba (2010) perencanaan tindakan keperawatan untuk pasien deficit
perawatan diri juga ditujukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan
pasien dalam melakukan perawatan diri Tindakan keperawatan defisit perawat diri
sebagai berikut :
a. Tindakan keparawatan untuk pasien defisit perawatan diri
Tujuan dari tindakan keperawatan defisit perawatan diri
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias dan berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan buang air besar dan buang air kecil secara mandiri
b. Tindakan keperawatan pasien defisit perawatan diri
Menurut Purba (2010), tindakan keperawatan pada pasien defisit perawatan diri
diantaranya :
Melatih pasien cara – cara perawatan kebersihan diri.Untuk melatih pasien
dalam menjaga kebersihan diri perawat harus dapat melakukan tahapan
tindakan yang meliputi :
1) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
2) Menjelaskan alat - alat untuk menjaga kebersihan diri
3) Menjelaskan cara melakukan kebersihan diri
4) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
Melatih pasien berhias atau berdandan
Perawat dapat melatih pasien berdandan, pasien laki – laki harus di
bedakan dengan wanita. Untuk pasien laki – laki meliputi :
- berpakaian, menyisir rambut dan bercukur. Sedangkan untuk pasien
perempuan meliputi : berpakaian, menyisir rambut dan berhias
Melatih pasien makan dan minum secara mandiri
Untuk melatih pasien perawat dapat melakukan tahapan sebagai berikut :
1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan dan minum
2) Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib dan baik
3) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan dan minum
4) Praktek makan dan minum sesuai dengan tahapan makan dan minum yang
baik
Mengajarkan pasien melakukan buang air besar dan buang air kecil secara
mandiri.Perawat dapat melatih pasien buang air besar dan buang air kecil
mandiri sesuai tahapan berikut :
1) Menjelaskan tempat buang air besar dan buang air kecil
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah buang air besar dan buang air
kecil
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat buang air besar dan buang air
kecil
c. Tindakan keperawatan pada keluarga pasien defisit perawatan diri
1) Pentingnya tindakan keperawatan keluarga
Keluarga merupakan orang yang sangat dekat dengan pasien dan tahu dengan
kondisi pasien sehingga dukungan keluarga dalam penatalaksanaan pasien
sangat dibutuhkan. Menurut Fitria (2009).keluarga dapat meneruskan dan
melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan diri
meningkat namun dalam memberikan asuhan keperawatan perlu di perhatikan
tingkat kemandirian keluarga, dimana setiap keluarga memiliki tingkat
kemandirian yang berbeda – beda.
2) Tujuan tindakan keperawatan pada keluarga dengan pasien defisit
perawatan diri yaitu keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah defisit perawatan diri
3) Tindakan keperawatan pada keluarga dengan pasien defisit perawatan diri
perawat harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat
meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam
perawatan diri meningkat. maka perawat harus melakukan intervensi
diantaranya :
- Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien
- Anjurkan keluarga untuk terlibat merawat diri pasien dan membantu
mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah
disepakati)
- Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien
dalam merawat diri