Anda di halaman 1dari 10

PERAN DAN FUNGSI KELUARGA DALAM KEPERAWATAN PALIATIF

Oleh Kelompok 4:

1. Befiarisa Dewi R (20191660103) 8. Desi Ike Putri Purwati (2019166119)


2. Salsa Fitria Indriani (20191660102) 9. Fahira Amalia (20191660131)
3. Lutfi Alfi Tyas Sukma (20191660105) 10. Arina Reza Akmalia (20191660132)
4. Achmad Reza Rizky H (20191660111) 11. Friska Nanda K (20191660134)
5. Adelia Anwar Safitri (20191660114) 12. Rossie Seftiani Mulia (2019166013)
6. Shafin Rafidatul Jannah (20191660116) 13. Salsa Meydita Fairus A (20191660136)
7. Novia Nurlaili (2019166117) 14. Galuh Ivani Aprilia P (20191660149)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah keperawatan Menjelang Ajal dan
Paliatif. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 15 Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health Organization
(WHO), 2016).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif
seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit
pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan
perawatan paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal
di karenakan penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang
yang membutuhkan perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan
usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu
6% (Baxter, et al., 2014).
Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua Pasifik
Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22% (WHO,2014).
Benua Asia terdiri dari Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Timur dan Asia
Tenggara.Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam benua Asia
Tenggara dengan kata lain bahwa Indonesia termasuk dalam Negara yang
membutuhkan perawatan paliatif.
erdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi tumor/kanker di
Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang, diabete melitus
2.1%, jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok
umur 65 -74 tahun yaitu 3.6%.Kementrian kesehatan (KEMENKES, 2016)
mengatakan kasus HIV sekitar 30.935, kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke sekitar
1.236.825 dan 883.447 kasus penyakit jantung dan penyakit diabetes sekitar 1,5%
(KEMENKES, 2014).

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengkajian fisik dan psikologis pada pasien paliatif
2. Untuk mengetahui tinjauan agama,social dan budaya tentang perawatan paliatif
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tinjauan agama tentang perawatan paliatif?
2. Bagaimana tinjauan sosial dan budaya tentang perawatan paliatif?
BAB II

PEMBAHASAN

a. Pengkajian Fisik dan Psikologis


 Pengkajian
 Anamnesis yang teliti baik dari pasien maupun keluarganya.( keluhan, lokasi)
 Pemeriksaan fisik, penunjang, status mental dan laporan harian selama perawatan
 Gejala-gejala yang berhubungan

Pengkajian Fisik pada Pasien Paliatif


1. SISTEM PENCERNAAN
 Disfagia, mual muntah, anoreksia, konstipasi, Diare, inkontinensia alvi dan
abstruksi usus, Dehidrasi, keletihan

2. SISTEM GENITOURINANARIA
 Frekwensi dan urgensi berkemih
 Inkontinensia urine
 Disfungsi sexsual

3. SISTEM PERNAPASAN
 Pola nafas, gangguan pernafasan, peningkatan sekresi paru, gejala gg obstruksi
jalan nafas.

4. SISTEM CARDIOVASKULER dan SISTEM NEUROLOGI


 Frekuensi nadi, penurunan fungsi jantung, Tekanan Darah, sianosis dll.
 Kesadaran, kelumpuhan, odem dll.

5. SISTEM INTEGUMEN dan MUSKULOSKLETAL


 Kondisi kulit, luka, decubitus, gatal-gatal
 Kelemahan, kelumpuhan, nyeri.

SKALA INTENSITAS NYERI VISUAL ANALOG SCALE (VAS)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Pain Pain as
Bad as it Could
Possibly be
Nilai : 1-4 : nyeri ringan
5-6 : nyeri sedang
7-10 : nyeri berat

Pengkajian Psikososial
Adanya kehilangan yang terjadi pada masa menjelang ajal dan berduka cita Antara lain:
 Kesehatan fisik
 Keyakinan akan tetap sehat dalam batas waktu
 Keyakinan akan kepastian
 Keluarga
 Peran dan identitas
 Pekerjaan dan jabatan
 Produktif dan masa kompeten
 Kemandirian
 Pengendalian dirir
 Masa depan
 Hubungan dengan Tuhan
 Harapan dan Makna

RESPONS PSIKOLOGIS
 Respon alamia terhadap suatu kehilangan adalah berduka cita.
 Fase alam awal dalam berduka : Antara lain distress emosi (Kesedihan, depresi,
kemarahan, ansietas, rasa bersalah , kerinduan dan perasaan lain.
 Respon Kesepian dan isolasi
 Respon perasaan Tidak berguna
 Respon marah
 Respon ansietas dan ketakutan
 Depresi
 Bunuh diri
 Ketergantungan
b. Tinjauan Agama Tentang Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif dalam agama islam menggunakan Metode Counselling. Konseling
Islam yang dilakukan diarahkan pada peningkatan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman
pada pasien dengan penyakit terminal terhadap ajaran Islam, seperti:
 Mengakui kesalah (taubat nasuha)
 Tekun beribadah
 Mendekatkan diri pada Allah
 Menjalani kehidupan selanjutnya dengan lebih bermakna
Proses ini mampu mengantarkan pasien mendapat kondisi psikologis positif dan mampu
meningkatkan kualitas hidup pasien terutama dalam menangani masalah
psikososiospiritual pasien. Peningkatan kualitas hidup pasien inilah yang berarti
terwujudnya palliative care.

c. Tinjauan Sosial dan Budaya Tentang Perawatan Paliatif

Indonesia terdiri dari beragam etnis tertentu memiliki banyak budaya dalam
masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis yang lain dapat berbeda jauh.
Hal ini menyebabkan suatu budaya sangat positif, dapat dianggap budaya negatif etnis
lainnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu
kompleknya.
Sosial budaya seringkali dijadikan petunjuk dan tata cara berperilaku dalam
bermasyarakat, hal ini dapat berdampak positif namun juga dapat berdampak negative.
Disinilah kaitanya dengan kesehatan, ketika suatu tradisi yang telah menjadi warisan turun-
temurun dalam sebuah masyarakat namun ternyata tradisi tersebut memiliki dampak negatif
bagi derajat kesehatan masyarakatnya. Misalnya, cara masyarakat memandang tentang
konsep sehat dan sakit dan persepsi masyarakat tentang penyebab terjadinya penyakit disuatu
masyarakat akan berbeda-beda tergantung dari kebudayaannya yabg ada dalam masyarakat
tersebut.
Sosial budaya yang mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu masyarakat
terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini akan sangat
dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam masyarakat
tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang memiliki kekuatan gaib
seperti penyembuhan ketika masyarakat sakit dan bayi yang akan menderita demam atau
diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pindah di jalan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa sosial budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu maupun kelompok.
Dalam kajian sosial budaya, perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan.
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi
dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik psikologis
dan spiritual (WHO 2011)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budaya memegang peranan penting
dalam perawatan paliatif, pengkajian dapat terfokus pada pertanyaan yang diperlukan pasien
sehingga pasien dapat menyampaikan permasalahan yang dimiliki serta diharapkan dapat
menangani masalah fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kualitas hidup pasien.
Perawatan paliatif selama ini di Indonesia masih mengacu teori dan kondisi dari barat,
belum mengaplikasikan secara nyata asuhan keperawatan dnegan nilai-nilai budaya setempat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang memiliki
penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas hidup pasien serta
mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan memperhatikan aspek
psikologis dan spiritual. Perawatan ini juga menyediakan sistem pendukung untuk menolong
keluarga pasien menghadapi kematian dari anggota  keluarga yang dicintai sampai pada proses
perkabungan. Dimulai sejak penyakit terdiagnosis. Perawatan paliatif adalah perawatan
kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang
terintegrasi antara dokter, perawat, terapis, petugas sosial-medis, psikolog, rohaniwan, relawan,
dan profesi lain yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Haq, Nadia dkk. 2018. “Tinjauan Sosial dan Budaya pada Perawatan Paliatif” diakses dari
https://pdfcoffee.com/tinjauan-sosial-dan-budaya-pada-perawatan-paliatif-makalah-2-pdf-
free.html

Lidya. 2019. “Tinjauan Agama pada Perawatan Paliatif” diakses dari


https://www.scribd.com/presentation/427776754/Tinjauan-Agama-Terhadap-Perawatan-
Paliatif

Anda mungkin juga menyukai