Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH MEDIA SOSIAL DI KALANGAN REMAJA

Disusun untuk memenuhi Tugas Metodologi Penelitian

Dosen: Dr. Nur Mukarromah, S.KM.,M.Kes.

Nama Mahasiswa / Disusun oleh :

Zanifa Dinda Abidin 20191660003

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2021/2022

1
Abstrak

Era globalisasi ini teknologi semakin maju, tidak dapat dipungkiri hadirnya internet semakin
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kegiatan sosialisasi, pendidikan, bisnis,
dsb. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam
kehidupan seseorang. Seseorang yang awalnya kecil bisa menjadi besar dengan media sosial,
atau sebaliknya. Bagi masyarakat khususnya kalangan remaja, media sosial sudah menjadi
candu yang membuat penggunanya tiada hari tanpa membuka media sosial.

Padahal dalam masa perkembangannya, di sekolah remaja berusaha mencari identitasnya


dengan bergaul bersama teman sebayanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh media sosial Menjelaskan mengenai apa saja pengaruh media sosial bagi remaja
dimasa perkembangannya kemudian untuk mengetahui apa saja pengaruh terhadap perilaku
remaja yang disebabkan oleh media sosial saat ini.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena ingin
mendalami suatu fakta, gejala dan peristiwa pengaruh media sosial terhadap perilaku remaja
di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan
remaja secara alami. Peneliti menginginkan hasil penelitian berupa rincian data yang lebih
kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif dan tidak
memerlukan pengolahan data secara statistika. Hasil dari penelitian kualitatif yang
dibutuhkan peneliti adalah berupa informasi yang mendalam mengenai pengaruh media sosial
bagi remaja itu sendiri.

Kata Kunci:Pengaruh, Media, Sosial, Perilaku, Remaja

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi ini, teknologi semakin maju. Tidak dapat dipungkiri hadirnya internet
semakin dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kegiatan sosialisasi,
pendidikan, bisnis, dan sebagainya. Dengan semakin majunya internet maka media sosial
pun ikut berkembang pesat. Media sosial merupakan situs dimana seseorang dapat
membuat web page pribadi dan terhubung dengan setiap orang yang tergabung dalam
media sosial yang sama untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jika media tradisional
menggunakan media cetak dan media broadcast , maka media sosial menggunakan internet.
Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberi
feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang
cepat dan tak terbatas. Sangat mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama bagi
seseorang dalam membuat akun di media sosial. Kalangan remaja yang mempunyai media
sosial biasa nya memposting tentang kegiatan pribadinya, curhatannya, serta foto-foto
bersama teman-temannya. Semakin aktif seorang remaja di media sosial maka mereka
semakin dianggap keren dan gaul. Namun kalangan remaja yang tidak mempunyai media
sosial biasanya dianggap kuno, ketinggalan jaman, dan kurang bergaul. Pesatnya
perkembangan media sosial juga dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media
sendiri. Jika untuk media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal
yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media sosial. Para
pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan jaringan internet tanpa biaya yang
besar dan dapat dilakukan sendiri dengan mudah. Media sosial terbesar yang paling sering
digunakan oleh kalangan remaja antara lain; Facebook, Twitter, Path, Youtube, Instagram,
Kaskus, LINE, Whatsapp, Blackberry Messenger. Masing-masing media sosial tersebut
mempunyai keunggulan khusus dalam menarik banyak pengguna media sosial yang
mereka miliki (Sedulur, 2012: http://sedulur-kabeh.blogspot.com, diunduh 1 september
2014). Media sosial memang menawarkan banyak kemudahan yang membuat para remaja
betah berlama-lama berselancar di dunia maya. Para pengguna media sosial pun dapat
dengan bebas berkomentar serta menyalurkan pendapatnya tanpa rasa khawatir. Hal ini

3
dikarenakan dalam internet khususnya media sosial sangat mudah memalsukan jati diri atau
melakukan kejahatan.
Media sosial menghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi. Dalam media sosial
tidak ada batasan ruang dan waktu, mereka dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun
mereka berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh yang
besar dalam kehidupan seseorang. Seseorang yang asalnya kecil bisa menjadi besar dengan
media sosial, begitu pula sebaliknya. Bagi masyarakat Indonesia khususnya kalangan
remaja, media sosial seakan sudah menjadi candu, tiada hari tanpa membuka media sosial,
bahkan hampir 24 jam (Jessica, 2013: http://tikomjessicadevina.blogspot.com, diunduh 2
september 2014). Di kalangan remaja, penggunaan media sosial/media sosial dapat
mempengaruhi pola kehidupannya. Banyaknya fitur-fitur menarik dalam media
sosial/media sosial membuat mereka cenderung malas dan kecanduan.. Keadaan tersebut
membuat waktu mereka banyak yang terbuang dan aktivitas yang terganggu, seperti
sekolah, belajar, makan, tidur, bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan membantu
orangtua. Karena anak tersebut terlalu lelah dengan kesenangan dalam media/media sosial
tersebut.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana penggunaan media sosial dikalangan remaja?
2. Apakah dampak dari penggunaan media sosial dikalangan remaja?
3. Bagaimanakah cara mengatasi

1.3 Tujuan
1. Mengetahui adanya dampak media social bagi remaj

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan referensi
mengenai pola asuh orang tua terhadap media sosial. Selain itu juga diharapkan
dapat memperkuat teori yang ada terkait hubungan keluarga terhadap pengaruh
media sosial.

4
1.4.2 Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini, dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah terutama
guru kelas dan konseling berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi media
sosial sehingga dapat melakukan intervensi secara tepat dalam upaya mencegah dan
memberikan treatment pada anak yang memiliki pengaruh terhadap media sosial.
Selain itu juga, dapat menjadi masukan kepada orangtua, khususnya ibu bahwa pola
asuh berperan penting dalam perkembangan anak. Oleh karena itu, para ibu
diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang sesuai dalam mendidik anak-anaknya
sehingga dapat mencegah anaknya terpengaruh oleh media sosial

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan individu dari masa kanak- kanak
menuju masa dewasa, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan
yang sangat pesat baik fisik, psikologis dan sosial (Potter & Perry, 2005). Masa remaja
terdiri atas tiga subfase yang jelas, yaitu: masa remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun), masa
remaja pertengahan (usia 15 sampai 17 tahun), dan masa remaja akhir (usia 18 sampai 20
tahun) (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009). Berikut ini
dijelaskan satu persatu dari ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa remaja.
A. Perkembangan Kognitif
Pada usia remaja, anak berada pada tahap operasional formal. Tahap operasional formal
dicirikan dengan kemampuan penalaran anak berubah dari penalaran secara naluriah
menjadi lebih logis dan ilmiah. Mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang
berbeda, unik dan terpisah dari individu lain. Pola berpikir remaja juga mengalami
perkembangan yang dicerminkan dalam pola pikir yang sistematis ketika mereka
memecahkan suatu masalah dengan menghubungkan sebab dan akibat yang terjadi.
Remaja dapat memandang masalah dari beberapa sudut pandang dan
menyelesaikannya dengan melakukan banyak pertimbangan (Wong, Hockenberry,
Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009; Potter & Perry, 2005; DeLaune & Ladner,
2002).
B. Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial anak usia remaja berada pada tahap pencarian identitas dan
penolakan versus kebingungan peran. Proses pembentukan identitas diri merupakan
tugas perkembangan remaja yang paling penting. Remaja berusaha untuk
mengembangkan identitas diri mereka melalui pencarian identitas kelompok terlebih
dahulu. Pencarian identitas kelompok menjadi sangat penting karena remaja sangat
membutuhkan penerimaan dan popularitas. Remaja akan berusaha untuk menyesuaikan
diri dengan kelompok sehingga mereka dapat diterima dan menjadi bagian dalam
kelompok (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009; Potter &
Perry, 2005; DeLaune & Ladner, 2002).

6
C. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial pada remaja merupakan kelanjutan dari perkembangan sosial
pada tahap perkembangan sebelumnya. Pada tahap remaja, perkembangan sosial
terlihat lebih jelas dari aktivitas dalam membentuk kelompok seusianya. Karakteristik
lain dari perkembangan sosial remaja adalah pada umumnya remaja memiliki dorongan
untuk dapat berdiri sendiri dan cenderung ingin memisahkan diri dari orang tua serta
lebih suka berkumpul dengan kelompoknya (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein
& Schwartz, 2009).
a. Hubungan remaja dengan orang tua
Keluarga merupakan kelompok pertama yang dimiliki oleh anak. Pada periode awal
kehidupan yaitu pada masa bayi hingga prasekolah, keluarga memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap perkembangan anak. Pada usia remaja, keluarga
khususnya orang tua berpengaruh terhadap pembuatan keputusan yang penting
(Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009).
b. Masa remaja merupakan masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat dan
penanaman nilai-nilai yang didapatkan dalam keluarga. Di dalam keluarga, remaja
mendapatkan pembelajaran tingkah laku dari interaksinya dengan orang tua untuk
dijadikan bekal berperilaku ketika ada di dalam masyarakat sehingga pengawasan
dan kontrol dari orang tua tetap merupakan hal yang penting selama masa remaja
dan mungkin memiliki pengaruh langsung terhadap perilaku remaja (Wong,
Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009).

2.2 Pola Asuh


Pola Asuh Orangtua Setiap anak dilahirkan dari sebuah keluarga. Keluarga adalah agen
sosialisasi utama bagi seorang anak yang memiliki pengaruh paling signifikan dalam
kehidupan seorang anak (Ahmad & Braithwaite, 2004). Dalam keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak biasanya terjadi interaksi dimana dalam proses interaksi dengan
anaknya, ayah dan ibu menerapkan pola pengasuhan tertentu. Terdapat berbagai definisi
pola asuh orangtua yang diungkapkan oleh beberapa ahli. Brooks (2008) mengartikan pola
asuh sebagai suatu serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan oleh orangtua dalam
membantu perkembangan anak baik aspek fisik, psikologis, dan sosial. Terdapat tiga tujuan
pola asuh yang disebutkan oleh Brooks:
a. pertama, orangtua menjamin kesehatan fisik dan kehidupan anak

7
b. kedua, mempersiapkan anak agar menjadi orang dewasa yang dapat memenuhi
kebutuhan finansialnya sendiri
c. ketiga, mendukung atau mendorong perilaku sosial dan personal yang positif.

Martin dan Colbert (1997) menjelaskan bahwa pola asuh sebagai proses yang biasanya
melibatkan orang dewasa dalam proses melahirkan, melindungi, memelihara, dan
mengarahkan anak. Berdasarkan berbagai definisi diatas, disimpulkan bahwa pola asuh
orangtua adalah serangkaian proses interaksi antara orang tua dan anak dimana dalam
proses tersebut melibatkan proses melahirkan, melindungi, memelihara, dan mengarahkan
anak dengan tujuan untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan seorang anak
dari kecil hingga dewasa.

2.3 Dimensi Pola Asuh Orang Tua


Hubungan orangtua dengan anak digambarkan dengan interaksi antara dua dimensi
perilaku orangtua, yaitu warmth atau responsiveness dan control atau demandingness.
Kedua dimensi ini diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baumrind (1971
dalam Martin & Colbert 1997) mengenai pola-pola pengasuhan anak yang diterapkan oleh
orangtua.
A. Dimensi Warmth atau Responsiveness
Dimensi dikenal dengan istilah dimensi emosional, yaitu seberapa besar penerimaan,
respon dan kasih sayang orangtua (Hetherington & Parke, 1999; Martin & Colbert
1997). Orangtua yang menerapkan warmth atau responsiveness yang tinggi sangat
menerima, responsif terhadap kebutuhan anak-anaknya, seringkali terlibat dalam
diskusi terbuka dengan anak, mendukung proses saling memberi dan menerima secra
verbal, dan berusaha untuk melihat sesuatu dari perspektif anak (Hetherington & Parke,
1999; Martin & Colbert 1997). Orangtua yang menerapkan warmth atau responsiveness
yang tinggi juga akan menerapkan hukuman yang bersifat fisik dalam upaya untuk
membatasi tingkah laku anak, akan tetapi dalam pemberian hukuman orangtua juga
memberikan penjelasan dan alasan yang mendasari pemberian hukuman tersebut
(Hetherington & Parke, 1999). Sebaliknya, orangtua yang menerapkan warmth atau
responsiveness rendah seringkali menolak, tidak mempedulikan anaknya, tidak
responsif terhadap kebutuhan anak (Hetherington & Parke, 1999). Selain itu, mereka
juga seringkali mengkritik, memberi hukuman, mengabaikan dan tidak sensitif
terhadap kebutuhan emosional anak (Martin & Colbert, 1997).
B. Dimensi Control atau Demandingness

8
Menurut Hetherington dan Parke (1999), kasih sayang orangtua saja tentu tidak cukup
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya dalam aspek sosial. Orangtua
juga perlu menerapkan sejumlah kontrol jika mereka menginginkan anak mereka
berkembang menjadi individu yang kompeten dalam hal intelektual dan sosial.
Orangtua yang menerapkan kontrol tinggi, menetapkan standar yang tinggi terhadap
tingkah laku anaknya dan terus-menerus memonitor tingkah laku anaknya untuk
meyakinkan bahwa mereka dapat memenuhi standar tersebut (Martin & Colbert 1997).
Selain itu, mereka juga cenderung menggunakan metode power assertive seperti
hukuman fisik untuk mengontrol tingkah laku anaknya, khususnya tingkah laku agresif
(Hetherington & Parke, 1999). Orangtua yang menerapkan kontrol yang rendah,
menuntut lebih sedikit dari anak, kurang menghambat atau membatasi tingkah laku
anak, memberi lebih banyak kebebasan kepada anak dengan sedikit bimbingan atau
arahan. Selain itu, mereka juga umumnya lebih sedikit memberi tekanan dalam usaha
untuk mengubah tingkah laku anak, penerapan disiplinnya cenderung kurang konsisten,
dan dalam menerapkan kontrol mereka berusaha agar ketaatan anak pada standar
tingkah laku yang diterapkan orangtua didasarkan pada keinginan dalam diri anak
sendiri dan bukan pada ketakutan akan adanya kontrol eksternal oleh orangtua (Boyd
& Bee, 2006; Martin & Colbert 1997; Hetherington & Parke, 1999).

2.4 Jenis - Jenis Pola Asuh Orang Tua


Berdasarkan interaksi antara kedua dimensi diatas (emosi dan kontrol) maka terbentuk
empat tipe pola asuh orangtua, yaitu otoritarian, otoritatif, permisif dan uninvolved. Tiga
tipe pola asuh pertama yaitu pola asuh otoritatif, otoritarian, dan permisif ditemukan oleh
Baumrind (1971, dalam Martin & Colbert, 1997). Kemudian pola asuh yang terakhir, yaitu
uninvolved ditambahkan oleh Maccoby dan Martin (1983, dalam Boyd & Bee, 2006).
A. Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh yang demanding dan responsif, dimana orangtua
menggunakan pendekatan yang rasional dan demokratis (Boyd & Bee, 2006). Orangtua
yang menerapkan pola asuh otoritatif ini memberikan kehangatan dan kasih sayang,
menghargai minat, pendapat, keunikan pribadi anak dan keputusan anak (Boyd & Bee,
2006; Papalia, Olds, & Feldman, 2007). Walaupun mereka menghargai kebebasan
anak, orangtua otoritatif juga tegas dalam menetapkan standar dan menggunakan
hukuman bila diperlukan. Mereka tetap menjelaskan pertimbangan yang mendasari
penetapan standar tersebut dan mendorong proses saling memberi dan menerima secara
9
verbal. Dalam pemberian hukuman, mereka lebih memberi perhatian pada masalah
daripada ketakutan anak pada hukuman (Papalia, Olds, & Feldman, 2007). Anak
dengan orangtua otoritatif cenderung untuk memiliki kontrol dan percaya diri yang
baik, bahagia, orientasi pada prestasi, kooperatif dengan orang dewasa, memiliki
hubungan pertemanan yang baik, dan dapat mengatasi stres atau masalah dengan baik
diperlukan (Santrock, 2007).
B. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah pola asuh yang responsif tetapi tidak menuntut (Boyd & Bee,
2006). Pola asuh ini menggunakan pendekatan yang sangat toleran terhadap perilaku
anak. Orangtua yang menerapakan pola asuh ini cenderung untuk membiarkan perilaku
anak dan tidak menghukum perbuatan anak, walaupun perilaku dan perbuatannya
tersebut buruk. Selain itu, orangtua pada pola asuh ini cenderung menerapkan disiplin
yang tidak konsisten (Boyd & Bee, 2006; Hetheringthon & Parke, 1999). Tingkah laku
yang biasanya muncul pada anak adalah Mereka jarang belajar untuk menghargai orang
lain dan keuslitan untuk mengontrol tingkah lakunya, serta pada masa remaja mereka
cenderung menjadi agresif, impulsif, dominan dan tidak mau mengalah (Santrock,
2007).
C. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang demanding, namun kurang responsif terhadap
hak dan keinginan anak (Boyd & Bee, 2006). Pola asuh ini menekankan pada kontrol
dan ketaatan anak. Orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter memiliki jumlah
standar yang mutlak dan mengharapkan anak untuk menaati tanpa bertanya atau
memberi komentar. Mereka selalu menekankan anak untuk patuh pada standar yang
telah ditetapkan dan menghukum dengan keras jika anak menampilkan perilaku yang
tidak sesuai dengan standar tersebut. Selain itu, mereka juga cenderung menjaga jarak
dan kurang responsif terhadap hak-hak dan kebutuhan anak (Martin & Colbert, 1997;
Papalia, Olds, & Feldman, 2007). Anak yang secara terus- menerus mendapatkan
perlakuan secara otoriter akan cenderung menjadi anak yang moody, tidak bahagia,
penuh rasa takut, cemas, menarik diri dari lingkungan, kurang memiliki komunikasi
yang baik dan cepat marah (Santrock, 2007).
D. Pola Asuh Uninvolved
Pola asuh uninvolved adalah pola asuh yang undemanding dan tidak responsif. Ciri
orangtua yang menerapkan pola asuh ini adalah adanya tindakan mengabaikan anak
dan kurang melibatkan diri dalam pengasuhan anak (Hetheringthon & Parke, 1999).
10
Orangtua yang menerapkan pola asuh ini tidak melakukan kontrol sama sekali kepada
anaknya karena mereka menolak anaknya ataupun sudah tidak memiliki waktu dan
tenaga untuk anaknya karena permasalahan hidup mereka. Anak-anak dari pola asuh
uninvolved cenderung tidak memiliki kompetensi baik secara sosial maupun akademik.
Mereka juga cenderung terlibat dengan kenakalan remaja dan perilaku antisosial pada
saat mereka remaja (Boyd & Bee, 2006).

2.5 Media Sosial


Media sosial adalah sebuah media online yang memudahkan penggunanya untuk
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi seperti sebuah blog dan jejaring sosial, namun
ada pendapat lain yang mengatakan media sosial adalah media online yang mendukung
interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah
komunikasi menjadi dialog interaktif (www.ptkomunikasi.wordpress.com 2012).
Pengguna media sosial dapat leluasa menambahkan tulisan, gambar, video dan berbagai
content lainnya. Menurut Chris Garret dalam Chrisg.com, media sosial adalah alat, jasa,
dan komunikasi yang memfasilitasi hubungan antara satu orang dengan yang lain serta
memiliki kepentingan atau ketertarikan yang sama.
Media sosial pada era sekarang ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
aktivitas kehidupan sehari-hari dari hampir semua orang. Lenhart, Smith, Anderson,
Duggan, dan Perrin pada tahun 2015 telah mengidentifikasi bahwa kelompok usia 13-17
tahun merupakan pengguna berat media sosial, dengan 87% memiliki akses ke komputer,
dan 58% ke perangkat tablet/smartphone. Media sosial telah menjadi ruang dimana kita
membentuk dan membangun hubungan, membentuk identitas diri, mengekspresikan diri,
dan belajar tentang dunia di sekitar kita. Namun perlu diingat kembali bahwa seperti halnya
teknologi pada umumnya, penggunaan media sosial tentunya memiliki pengaruh baik dan
buruk pada berbagai aspek kehidupan penggunanya, terutama pada segi kesehatan mental
pengguna. Mengingat pengguna media sosial sebagian besar adalah anak remaja dan pada
usia tersebut merupakan fase yang sangat penting bagi perkembangan emosional dan
psikososial mereka, maka kami membuat ulasan ini dengan tujuan untuk meninjau dan
menganalisis secara sistematis artikel-artikel ilmiah mengenai pengaruh penggunaan media
sosial bagi kesehatan mental anak remaja untuk dijadikan sebagai sumber bagi masyarakat
pada umumnya untuk memahami lebih dalam terkait dampak negatif dari penggunaan
media sosial.

11
Namun ada berbagai macam media sosial yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya,
contohnya seperti Bigo live, Video.com, dan . adalah sebuah situs web video sharing
(berbagi video) populer yang bias membuat penggunanya dapat memuat, menonton, dan
berbagi klip video secara gratis. Umumnya video-video yang di unggah di adalah klip
musik (video clip), film, acara TV, serta video penggunanya sendiri (Zainudin, 2012).
Selain ada media audio visual yang bernama Bigo live. Bigo live adalah aplikasi media
sosial yang menggunakan konsep video live streaming, dengan aplikasi media sosial ini
penggunanya akan berinteraksi menggunakan video yang sedang live streaming dan saling
bertatap muka dengan broadcaster favouritnya

Berbicara tentang media sosial, tidak dapat di pungkiri bahwa media sosial mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan seseorang. Seseorang yang awalnya kecil
bisa menjadi besar dengan media sosial atau sebaliknya. Bagi masyarakat khususnya
kalangan remaja, media sosial sudah menjadi candu yang membuat penggunanya tiada hari
tanoa membuka media sosial. Dalam Media sosial, siapapun dapat memalsukan
identitasnya sehingga siapapun dapat dengan bebas berkomentar serta menyalurkan
perndapatnya tanpa rasa khawatir. Hal ini dikarenakan dalam internet khususnya media
sosial sangat mudah memalsukan jati diri atau melakukan kejahatan. Perkembangan media
sosial yang semakin pesat tidak hanya terjadi pada negara-negara maju saja, di negara
berkembang seperti negara Indonesia ini. Di negara Indonesia banyak sekali user atau
pengguna media sosial dan menjadi pengganti peran media massa atau konvensional dalam
menyebarkan berita atau informasi. Karjaluoto (2008: 2) mengungkapkan bahwa istilah
media sosial menggambarkan sebuah media yang dapat menjadikan para penggunanya
dapat berpartisipasi dengan mudah dan memberikan kontribusi di dalam media tersebut.
Karakteristik umum yang dimiliki setiap media sosial yaitu adanya keterbukaan dialog
antar para pengguna. Sosial media dapat dirubah oleh waktu dan diatur ulang oleh
penciptanya, atau dalam beberapa situs tertentu, dapat diubah oleh suatu komunitas.
Karakteristik umum yang dimiliki setiap media sosial yaitu adanya keterbukaan dialog
antar para pengguna. Sosial media dapat dirubah oleh waktu dan diatur ulang oleh
penciptanya, atau dalam beberapa situs tertentu, dapat diubah oleh suatu komunitas.
Berdasarkan Karjaluoto (2008: 4), media sosial ada 6 macam yaitu:
1. Blog (blogs or web blogs)
yaitu sebuah website yang dapat digunakan untuk memasang tulisan 18 menyediakan
ruang sehingga pembaca tulisan dapat memberi komentar. Banyak macam-macam blog
12
di dunia, dan blog menjadi popular karena menyediakan perspektif yang utuh dan asli
mengenai topik-topik tertentu.
2. Forum (Forums)
yaitu sebuah situs dimana beberapa pengguna (users) dapat menyusun topik dan
mengomentari topik yang dibuat. Semua orang yang mengunjungi situs tersebut dapat
memberikan komentar. Selain itu, biasanya forum ini dijadikan rujukan bagi mereka
yang tertarik pada suatu topik. Contoh dari forum yang cukup popular adalah kaskus.
Di dalam kaskus terdapat berbagai topik yang diciptakan oleh para pengguna situs atau
diusulkan oleh para pengunjung situs tersebut.
3. Komunitas Konten (content communities)
yaitu situs yang memungkinkan pengguna (users) untuk memasang atau menyebarkan
konten. Konten yang dipasang dan disebarkan biasanya berupa video atau foto untuk
bercerita dan berbagi. Beberapa situs ini menyediakan layanan untuk voting, sehingga
pengunjung dapat ikut menentukan relevansi konten yang akan dipasang dan
disebarkan.
4. Dunia virtual (virtual worlds)
merupakan sebuah situs yang menyediakan dunia virtual bagi para
pengunjungnya.Yaitu dunia yang seolah-olah nyata, dikarenakan pengunjung bisa
saling berinteraksi dengan pengunjung lainnya, namun pada dasarnya dunia tersebut
hanya ada di dalam internet. Salah satu contoh yang cukup popular dari dunia virtual
adalah situs game on-line. Pengunjung dapat berinteraksi dan berjuang bersama dengan
pengunjung lain atau dapat juga bersaing dengan pengunjung lain.
5. Wikis
yaitu situs penghasil data-data atau dokumen-dokumen.Dalam situs ini, pengunjung
yang telah diterima sebagai pengguna (users) resmi dapat mengganti atau menambah
konten yang ada dalam situs dengan sumber yang lebih baik. Wikipedia merupakan
salah satu contoh dari situs wikis.
6. Jejaring Sosial (social networks)
yaitu komunitas virtual yang memungkinkan pengguna (users) untuk berkoneksi
dengan pengguna (users) yang lainnya. Beberapa situs jejaring sosial dibuat untuk
memperluas jaringan kelompok (contohnya Facebook), sementara yang lainnya dibuat
berdasarkan wilayah tertentu saja (contohnya Linkedln).

13
2.6 Dampak Media Sosial
Dalam hal ini yang menjadi fokus adalah pengguna media sosial bernama dan apakah
pengguna tersebut menirukan apa yang di informasikan dalam baik itu hal negatif maupun
positif. merupakan salah satu media sosial yang sangat populer sekarang. Dimana sekarang
banyak orang yang menggunakan sebagai tempat untuk berkarya terutama untuk anak
muda. Rata-rata anak mudayang menggunakan sebagai tempat berkarya adalah dengan
membuat video-video entah itu video lucu, romantis, atau sebagainya.
Namun dari semua keuntungan dalam menggunakan atau menikmati ada dampak yang
ditimbulkan yaitu berdampak positif dan berdampak negatif. Namun itu semua tergantung
dari pemanfaatan itu sendiri bagi penggunanya. Bila digunakan untuk mencari video
berbagai macam tutorial ataupun tentang pengetahuan dan sebagainya yang berbau hal
positif atau hal baik, bila hanya digunakan untuk mencari video-video yang berbau negatif
atau tidak etis maka hal tersebut akan berdampak negatif bagi penggunanya.
2.6.1 Dampak positif
Dapat mencari video tutorial, dan bisa menjadi artis dadakan, selain itu dalam pengguna
juga berbagi pengetahuan dan membuat orang kreatif dengan videp yang menarik.
2.6.2 Dampak negative
Dapat dipakai untuk mencari video porno, video-video kekerasan, video yang dapat
merusak atau menyesatkan.

14
BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teori

MEDIA SOSIAL

FAKTOR POSTIF : FAKTOR NEGATIF :


1. Bertemu orang baru 1. Kecanduan gadget
2. Sarana jualan online SOSIALISASI 2. Pemalsuan identitas
3. Berbagi kisah positif 3. Menyebar berita
4. Membantu mencari HOAX
berita yang akurat 4. Melakukan kejahatan
5. Berkomunikasi 5. Putusnya sosialisasi
dengan mudah

Terbatas Lingkungan Sosialisasi

Kesehatan :

1. Menyebabkan sakit mata


2. Kecanduan gadget Psikologis :

1. Kurang berinteraksi
2. Mudah minder
3. Gampang terobsesi
4. Aktivitas terganggu
5. Kurangnya konsentrasi

3.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variable Dependen

Isolasi Sosial
Media Sosial

Gangguan Aktivitas
15
3.3 Hipotesis
Terdapat pengaruh media sosial terhadap tingkat isolasi sosial dan gangguan aktivitas
remaja

16
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana menyeluruh peneliti untuk memperoleh jawaban dari
pertanyaan penelitian dan untuk menguji hipotesis penelitian (Polit & Beck, 2004). Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Desain deskriptif korelatif
menguji hubungan antara variabel dalam sebuah kelompok dengan tujuan untuk
mendeskripsikan variabel-variabel (Burn & Grove, 2009). Penelitian ini ingin melihat
hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku bullying remaja.

4.2 POPULASI
Polulasi dalam metode penelitian ini adalah remaja yang mengalami gangguan pola
pikir terhadap kecanduan media sosial pada remaja

4.3 SAMPEL PENELITIAN


Sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang menderita gangguan pola pikir
terhadap kecanduan media sosial.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah secara Purposive Sampling. Pengambilan sampel didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012:54).

n = N /1 + N(d)2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N =Jumlah Populasi = 3.600
d = Derajat penyimpangan 10%
Sehingga estimasi jumlah sampel dapat dihitung sebagai berikut:
n = 3.600/1 + 3.600 (0,1) 2 = 97,2972 orang ≈ 98
jadi, minimal sampel yang dibutuhkan pada pasien gangguan jiwa sebanyak 98 orang
a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah:

17
1) Pasien gangguan pola pikir terhadap kecanduan media sosial yang berobat jalan
periode Maret-November 2021 dengan data rekam medis lengkap
2) Pasien gangguan pola pikir yang sudah mendapatkan pengobatan gangguan
pola pikir minimal I bulan sebelum pengambilan data
3) Keluarga pasien bersedia mengisi kuesioner
b. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1) Pasien remaja dengan gangguan pola pikir yang ada di Surabaya
2) Pasien dengan data rekam medik tidak lengkap

4.4 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Indikator Skala Instr Skor


umen

Independen : Media sosial Pengaruh media sosial di Ordinal Test 1.SS (Sangat
Media Sosial di merupakan situs kalangan remaja menyebabkan Setuju) : 61%
Kalangan Remaja dimana seseorang terjadinya gangguan pola pikir
2.S (Setuju) :
dapat membuat web dan isolasi sosial bagi
33%
page pribadi dan remaja,faktor perubahan pola
terhubung dengan pikir merupakan faktor utama 3.KS (Kurang

setiap orang yang untuk mencapai hasil cara Setuju) : 5%

tergabung dalam berpikir yang benar agar sesuai 4.TS (Tidak


media sosial yang dengan perkembangan Setuju) : 1%
sama untuk berbagi
informasi dan
berkomunikasi

Dependen : Pengetahuann orang Besarnya perhatian orang tua Ceklis Tingkat


Prestasi Akademik tua terhadap prestasi terhadap prestasi akademik anak Ordinal pengetahuan
akademik anak orang tua dari
paham/tidak
paham
terhadap

18
pengaruh
media sosial

4.5 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibuat oleh peneliti dalam bentuk
kuesioner yang mengacu pada tinjauan pustaka dan dimodifikasi dari beberapa sumber dengan
menyesuaikan keadaan siswa dan siswi di wilayah penelitian. Kuesioner dipilih karena dapat
dipakai untuk memperoleh data yang cukup luas, dari kelompok atau masyarakat yang
berpopulasi besar, dan bertebaran tempatnya (Notoatmodjo, 2010).

4.6 Pengumpulan Data


Pengumpulan data penelitian melalui tahapan sebagai berikut:
1. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Kaprodi S1 Keperawatan FIK Universitas
Muhammadiyah Surabaya untuk mendapatkan surat keterangan pelaksanaan penelitian di
SMK WACHID HASYIM SURABAYA.
2. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin kepada Kepala Sekolah SMK WACHID HAYSIM
SURABAYA untuk melakukan penelitian.
3. Peneliti meminta data siswa-siswi yang duduk di kelas XI SMK WACHID HASYIM SURABAYA
4. Peneliti memberikan penjelasan termasuk menjelaskan hak respoden untuk menolak mengisi
kuesioner sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan.
5. Selanjutnya, jika responden menyetujui permohonan pengisian kuesioner, responden
diberikan informed consent untuk ditandatangani.
6. Peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner dan memberikan
kesempatan kepada responden untuk bertanya mengenai hal- hal yang belum dimengerti.
7. Peneliti memulai proses pengumpulan data dengan memberikan kuesioner kepada
responden dan dilanjutkan dengan pengumpulan kembali kuesioner yang telah diisi oleh
responden
8. Peneliti memeriksa kejelasan dan kelengkapan kuesioner.

4.7 Analisis Data


Proses analisa data dilakukan terutama untuk menjawab tujuan penelitian. Untuk melakukan
pengujian hipotesis, analisis data yang dilakukan adalah:
1. Analisis Univariat

19
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik masing- masing variabel yang
diteliti. Analisis univariat dalam penelitian ini menggambarkan frekuensi dan persentase dari
seluruh variabel yang diteliti yaitu karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu), variable terhadap pengaruh media sosial.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel independen dengan
satu variabel dependen. Penelitian ini melihat hubungan antara pola asuh ibu terhadap
pengaruh media sosial.Jenis data pola asuh ibu dan remaja adalah data kategorik sehingga
analisis yang digunakan adalah uji Chi Square.

4.8 Etika Penelitian


Penelitian ini hanya melibatkan responden yang mau terlibat secara sadar dan tanpa paksaan.
Peneliti menerapkan prinsip-prinsip etik dalam melakukan penelitian ini guna melindungi
responden dari berbagai kekhawatiran dan dampak yang mungkin timbul selama kegiatan
penelitian, yaitu (Polit & Beck, 2004; Nursalam, 2008):
1. Self determination, responden mempunyai hak memutuskan keterlibatannya dalam kegiatan
penelitian termasuk mengundurkan diri ketika kegiatan penelitian sedang berlangsung.
Penelitian ini dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan. Calon responden yang memenuhi
kriteria diberi kebebasan untuk berpartisipasi atau menolak berpartisipasi dalam penelitian
ini.
2. Informed consent, responden mempunyai hak mendapat informasi secara lengkap tentang
tujuan kegiatan penelitian, responden mempunyai hak memutuskan keterlibatannya dalam
kegiatan penelitian. Peneliti menjelaskan informed consent terkait penelitian ini kepada
responden. Kesediaan responden dibuktikan dengan penandatanganan surat persetujuan
menjadi responden.
3. Fair treatment, responden berhak mendapatkan perlakuan yang adil baik sebelum, selama,
dan setelah berpartisipasi dalam penelitian, tanpa adanya diskriminasi. Peneliti
memperlakukan responden secara adil dalam penelitian ini. Setiap responden penelitian
harus mendapat penjelasan yang sama terkait prosedur, tujuan, dan manfaat penelitian.
4. Privacy, responden mempunyai hak supaya data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu
perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan bersifat rahasia (confidentiality). Semua data yang
dikumpulkan selama penelitian disimpan dan dijaga kerahasiaanya, dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Identitas responden berupa nama diganti dengan inisial

20

Anda mungkin juga menyukai