Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang memberikan nikmat serta
karuniaNya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ketidakberdayaan dan
Keputusasaan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 1.
Makalah ini tidak tersusun dengan sempurna dan masih terdapat kekurangan
dalam penulisannya. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar makalah ini dapat disusun kembali dengan baik dan benar.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuannya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Demikianlah
yang dapat kami sampaikan terima kasih atas perhatian, kritik, serta saran yang
pembaca berikan kepada kami.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………………...
PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………...……………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...
BAB 1 PENDAHULUAN
2.2.1 Pengkajian………………………………………………………………………………...
2.2.2 Analisa
data………………………………………………………………………………..
2.2.3 Diagnosis………………………………………………………………………………….
2.2.4 Intervensi………………………………………………………………………………….
2.2.5 Implementasi……………………………………………………………………………...
2.2.6 Evaluasi…………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
Gangguan jiwa adalah kondisi terganggunya fungsi mental, emosional, pikiran, kemauan,
perilaku psikomotori dan verbal yang menjelma dalam kelompok gejala klinis, yang disertai
oleh penderitaan dan mengakibatkan terganggunya fungsi humanistik individu (Suliswati,
2005). Salah satu contoh gangguan jiwa yaitu perilaku ketidakberdayaan dan keputusasaan.
Perilaku Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakan tersebut tidak akan
mempengaruhi hasil yang diharapkan.Ketidakberdaayn merupakan Suatu keadaan dimana
seseorang kurang dapat mengendalikan kondisinya atau kegiatan yang baru dirasakan.
A. Ketidakberdayaan
B. Keputusasaan
- Faktor presipitasi
Faktor ini yang paling banyak ditemukan adalah kondisi fisik akibat penyakit (waktu
<6 bulan/ saat mulai tmbulnya gejala s/d saat dikaji)
a. Biologis
• Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu, Program
pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka panjang, sulit
dan kompeks) (proses intoksifikasi dan rehabilitasi).
• Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
• Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang menimbulkan kejang
atau trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan
limbic
• Terdapat gangguan sistem endokrin
• Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
b. Psikologis
• Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
• Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas sosial
yang berdampak pada keputusasaan.
• Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan pekerjaan.
• Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan melakukan
tanggungjawab peran.
• Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan orang lain.
c. Sosial budaya
• Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau
kehidupannya yang sekarang.
• Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada dalam
lingkungan perawatan kesehatan).
• Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab yang
lain
• Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan (misalnya:
pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau orang terdekat
yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir)
• Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
2. Keputusasaan
- Faktor predisposisi
1. Faktor resiko biologis
Status nutrisi menurun, berat badan menurun akibat klien kehilangan nafsu
makannya.
2. Faktor resiko psikologis
Psikologis pasien menjadi tidak stabil setelah pasien didiagnosis HIV oleh
dokter, pasien sering mengurung diri di kamar dan sering uring-uringan saat
ada anggota keluarga yang ingin membujuknya. Pasien tidak memiliki
semangat untuk sembuh, ia merasa sudah tidak memiliki harapan hidu lagi.
3. Faktor resiko sosiokultural
Sejak pasien didiagnosis oleh dokter mengidap HIV, hubungan pasien dengan
lingkungan sekitarnya menjadi sangat tidak baik. Tetangga sering
menggunjingkannya sehingga pasien merasa malu dengan keadaannya.
Keluarga pasien merasa sangat sedih karena dukungan dan semangatnya tidak
dapat membuatnya semangat untuk sembuh. Selain itu, pasien menjadi tidak
yakin dengan spiritualnya akibat dari keputusasaan yang dialami. Pasien
merasa hidupnya tidakakan lama lagi.
- Faktor presipitasi
1. Nature
Status nutrisi pasien semakin menurun akibat pasien kehilangan nafsu
makannya.
2. Origin
- Internal: persepsi negatif individu pada dirinya dan lingkungan di
sekitarnya
- Eksternal: pasien mendapat dukungan keluarga, tetapi tidak dengan
lingkungan sekitar dan teman-temannya
3. Timing
Stress yang dialami pasien terjadi dalam waktu dekat. Pasien mengalami
stress secara terus-menerus dan berkepanjangan.
4. Number
Kondisi pasien menjadi stressor yang paling berat dirasakan pasien. Pasien
merasa tidak ada harapan sembuh serta merasa hidupnya tidak akan lama
lagi.
BAB 3
PEMBAHASAN ARTIKEL JURNAL TERKAIT
Gangguan jiwa adalah kondisi terganggunya fungsi mental, emosional, pikiran, kemauan,
perilaku psikomotori dan verbal yang menjelma dalam kelompok gejala klinis, yang disertai
oleh penderitaan dan mengakibatkan terganggunya fungsi humanistik individu (Suliswati,
2005). Salah satu contoh gangguan jiwa yaitu perilaku ketidakberdayaan dan keputusasaan.
Ketidakberdayaan adalah tingkah laku makhluk hidup yang dipaksa untuk menahan tindakan
yang menyakitkan atau tidak menyenangkan untuk beberapa waktu tanpasa bisa menghindari
hingga menjadi tidak mampu dan tidak mau untuk menghindari tindakan ulang yang sama
walaupun cara menghindarinya cukup mudah dikali yang kedua.Teori ketidakberdayaan yang
diajarkan memandang bahwa depresi klinis dan penyakit mental terkait dapat terjadi akibat
dari perasaan tak dapat mengendaikan hasil buruk dari sebuah situasi.
Keputusan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan bersifat subjektif ysng
muncul saat individu tidak melihat adanya alternative lain atau pilihan pribadi untuk
mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diinginkan serta tidak dapat
mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.Terdapat Faktor Predisposisi
Presipitasi Ketidakberdayaan dan Keputusasaan
- Ketidakberdayaan
-Faktor presipitasi : Faktor ini yang paling banyak ditemukan adalah kondisi fisik akibat
penyakit (waktu <6 bulan/ saat mulai tmbulnya gejala s/d saat dikaji).seperti :
- Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu, Program pengobatan
yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka panjang, sulit dan kompeks)
(proses intoksifikasi dan rehabilitasi).
- Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas sosial yang
berdampak pada keputusasaan.
- Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
Keputusasaan
-Faktor predisposisi
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ketidakberdayaan adalah pengalaman hidup kurang pengendalian terhadap
persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan memengaruhu
hasil.
Keputusasaan adalah keadaan subyektif ketika seorang individu memandang
keterbatasan atau tidak adanya pilihan alternative serta tidak mampu memobilisasi
energy untuk kepentingannya sendiri.
Keputusasaan ini memiliki beberapa batasan karakteristik, diantaranya:
gangguan pola tidur, kurang irusiatif, pasif, meninggalkan orang yang diajak
bicara, penurunan selera makan, kurang kontak mata,dan sebagainya. FaKtor-
faktor yang berhubungan yakni: isolasi soasial, penurunan kondisifisiologis, stress
jangka panjang, serta kehulangan nilai kepercayaan.Keputusasaan merupakan
suatu keadaan emosional yang dialami ketika individu merasa kehidupannya
sangat berat untuk djalani dan dirasa mustahil.
B. Saran
Diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuan klien dalam menghadapi
tekanan yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Serta dapat
menyelesakan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap
situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Diharapkan perawat
dapat mempertahankan dan meningkatkan asuhan keperawatan dengan masalah
koping ketidakberdayaan dan keputusasaan agar dapat memberikan Asuhan
Keperawatan yang berkualitas. Diharapkan dapat mengerti dan terus meningkatkan
kualitas dan kuantitas dalam pembekalan, pengetahuan, dan keterampilan terutama
dalam pemberian asuhan keperawatan dengan masalah koping, serta tindakan-
tindakan yang diambil dalam membuat asuhan keperawatan koping ketidakberdayaan.
Agar asuhan keperawatan psikososial harus dilakukan oleh perawat di ruang
rawat umum sesuai dengan masalah keperawatan psikososial klien. Perawat perlu
senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan psikososial. Bidang perawatan dan diklat keperawatan diharapkan
membantu peningkatan kapasitas perawat terkait asuhan keperawatan psikososial
melalui kegiatan pelatihan dan supervisi kemampuan perawat dan kegiatan sejenis
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran Bukti cek plagiasi
https://www.scribd.com/document/395814392/Asuhan-Keperawatan-Klien-
Dengan-Ketidakberdayaan-Dan-Keputusasaan
https://www.researchgate.net/profile/Jek-
Amidos/publication/346820101_Konsep_Ketidakberdayaan/links/5fd7a206a6fdc
cdcb8c9aa3c/Konsep-Ketidakberdayaan.pdf?origin=publication_detail
http://scholar.unand.ac.id/45539/
https://id.m.wikipedia.orf/wiki/Ketidakberdayaan_yang_diajarkan