Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH KEPERAWATAN PALIATIF

“ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF DITINJAU DARI ASPEK BUDAYA”

KELOMPOK 6
1.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah- Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai tugas dari Mata Kuliah Keperawatan Paliatif dengan
judul “Asuhan Keperawatan Paliatif Ditinjau Dari Aspek Budaya”, dengan
segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan . Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini,
mohon kritik, saran dan kesan dari semua yang membaca makalah ini terutama
Bapak/Ibu Dosen Mata Kuliah Keperawatan Paliatif, sebagai pengajar untuk
mengkoreksi makalah kami.

Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatian Bapak/Ibu terhadap


makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan
khususnya pembaca.

Jakarta, Juni 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B.TUJUAN...........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN EORI.......................................................................................3


A. Definisi............................................................................................................3

B. Pola Normal Spiritual......................................................................................3

C. Perkembangan Aspek Spiritual........................................................................5

D. Aspek Spiritual.............................................................................................9

E. Karakteristik Spiritual...................................................................................10

F. Perubahan Fungsi Spiritual............................................................................12

BAB III..................................................................................................................14

TINJAUAN KASUS..............................................................................................14

A. Kasus.......................................................................................................14

B. Pengkajian Spiritual................................................................................14

C. Analisa Data...................................................................................................17

D. Diagnosa Keperawatan..................................................................................20

E. Intervensi Keperawatan................................................................................21

F. Implentasi keperawatan..................................................................................24

BAB IV PENUTUP...............................................................................................38

A. Kesimpulan...................................................................................................38

B. Saran............................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO palliative Care merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi
masalah yang berkaitan dengan masalah yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghentikan penderitaan dengan identifikasi dan
penilaian dini,penanganan nyeri dan masalah lainnya,seperti fisik,psikologis,sosial dan spiritual (WHO,2017). Paliatif Care merupakan sebuah
pendekatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup orang dengan penyakit yang mengancam jiwa dan keluarga mereka dalam menghadapi
masalah tersebut,baik dari aspek fisik,psikoligis,sosial maupun spiritual.

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit progresif yang memerlukan penanganan lama dan biaya yang besar.Pasien dengan
penyakit ini tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri,sesak nafas,penurunan berat badan,gangguan aktifitas,tetapi juga
mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya.Kebutuhan pasien yang memiliki
penyakit pada stadium lanjut tidak hanya pada pemenuhan atau pengobatan gejala fisik,tetapi juga membutuhkan dukungan terhadap kebutuhan
psikologis,sosial dan spiritual yang di kenal sebagai perawatan paliatif.

Prevalensi penderita diabetes melitus terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi
penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013,antaralain kanker,stroke,penyakit ginjal kronis,diabetes
melitus dan hipertensi. Berdasarkan pemeriksaan gula darah,prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen. Angka tersebut
belum ditambah dengan pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita diabetes melitus.

Agar diabetes mellitus tidak bertambah parah maupun menimbulkan komplikasi gangguan kesehatan lainnya,maka diabetes melitus harus
dapat dikontrol. Salah satu perawatan yang tepat untuk menangani penderita diabetes melitus adalah perawatan paliatif. Perawatan ini merupakan
perawatan holistik yang bukan hanya mengontrol kondisi fisik pasien,tetapi juga kondisi emosional.
Perawatan paliatif juga bisa dilakukan di rumah sehingga pasien akan merasa lebih nyaman.Dengan perawatan paliatif,pasien diabetes
mellitus dapat terhindar dari komplikasi yang mungkin dapat terjadi,seperti penyakit ginjal,gangren,hipertensi maupun penyakit jantung.Paliatif
juga memerlukan dukungan keluarga pasien.Dengan paliatif ini,pasien dapat tetap menjalani sisa hidupnya dengan perasaan bahagia dan tanpa rasa
sakit.Selain bermanfaat bagi pasien,paliatif juga dapat memperbaiki kondisi emosional keluarga yang merawat.Saat melihat kualitas hidup pasien
terjaga,maka keluarga juga akan bahagia karena tidak perlu menyaksikan penderitaan yang dialami pasien.

B.TUJUAN
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui mengenai perawatan paliatif pada pasien budaya.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan informasi mengenai konsep dasar perawatan paliatif pada pasien aspek budaya.

b. Memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan paliatif pada pasien aspek budaya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa
memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat
mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya
dengan kesehatan.
Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan
telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat.

B. faktor perilaku kesehatan masyarakat :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan
ketika mereka mengalami sakit, ini akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam
masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika
mereka sakit, dan bayi yang menderita demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu maupun kelompok.
Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan tersebut seringkali berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan tersebut
adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda
hasil karya manusia.

C. Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif


Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana
proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah
tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah
terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan.
Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya
dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang mengancam kehidupan.

D. Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif


Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah penderitanya pun tak sedikit. Sayang, banyak penderita justru
memilih ke dukun alias pengobatan alternatif. Ujung-ujungnya, malah bertambah parah. Banyak penderita yang baru berobat ke
dokter setelah menderita kanker payudara stadium tinggi.
Selain itu, fenomena dukun Ponari sempat menyita perhatian masyarakat Indonesia beberapa tahun yang lalu, cerita
kemunculan dukun Ponari dengan batu saktinya sebagai media penyembuhan dengan cara di celupkan ke air.
Kabar tentang kehebatan ponari ini terus meluas hingga menyebabkan jumlah pasien yang berobat kerumah Ponari dari hari
kehari semakin meningkat. Tindakan masyarakat yang datang ke Dukun Ponari itu tidak terlepas dari peran budaya yang ada di
masyarakat kita terhadap hal-hal yang bersifat mistis. Percaya terhadap kesaktian batu yang dimiliki Ponari itu merupakan sebuah
budaya yang mengakar dan bertahan dimasyarakat sebagai bagian dari kearifan lokal.
Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara turun-temurun merupakan bagian dari kearifan lokal yang
sulit untuk dilepaskan. Hingga pemahaman magis yang irasional terhadap pengobatan melalui dukun seperti diatas sangat dipercayai
oleh masyarakat. Peranan budaya dan kepercayaan yang ada dimasyarakat itu diperkuat oleh rendahnya tingkat pendidikan dan
tingkat ekonomi.

BAB III

TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Seorang laki-laki usia 52 tahun, penderita DM tipe II dengan komplikasi luka ganggren pada digiti 1,2,dan 3 kaki kanannya . Pasien juga mengalami
gagal ginjal , dan sedang dilakukan dialisa 2 x seminggu yang sudah dijalaninya selama 10 tahun. Saat ini pasien masih terdaftar sebagai seorang
karyawan swasta, dan jarang masuk kerja karena kondisi sakitnya.

Pasien ingin pensiun dari pekerjaannya, karena merasa sudah tidak dapat bekerja dengan optimal ( harus HD 2x seminggu ), ditambah adanya luka
pada kaki kanannya yang masih basah, dan sering menimbulkan bau tidak sedap sehingga pasien tidak bisa menggunakan sepatu saat kekantor.
Pasien tidak dapat masuk kerja setiap hari, karena kondisi sakitnya (harus hemodialisa 2 x seminggu, serta luka yang masih basah dan berbau tidak
sedap ).

Pihak manajemen berencana untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk pensiun dini , tetapi belum sempat dibicarakan, mengingat kondisi
klien yang belum membaik.

TUGAS :

1. Lakukan pengkajian budaya terkait kasus diatas


2. Berikan data yang perlu ditambahan untuk menegakkan diagnosa budaya.
3. Buat Diagnosa budaya ( 3 diagnosa )
4. Buat rencana intervensi dan evaluasi ( mandiri dan kolaborasi )

B. Pengkajian Spiritual
1. Data Subjektif (DS):
a. Pasien mengatakan sejak mengalami komplikasi luka gangren, pasien jarang masuk kerja karena kondisi sakitnya.
b. Pasien mengatakan mengalami gagal ginjal, dan sedang dilakukan dialisa 2x seminggu yang sudah dijalaninya selama 10 tahun.
c. Pasien mengatakan tidak dapat masuk kerja setiap hari, karena kondisi sakitnya (harus hemodialisa 2 x seminggu, serta luka yang masih
basah dan berbau tidak sedap)
d. Pasien ingin pensiun dari pekerjaannya, karena merasa sudah tidak dapat bekerja dengan optimal
e. Pasien mengatakan pihak manajemen berencana untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk pensiun dini
f. Pasien mengatakan tidak bisa menggunakan sepatu saat kekantor karena adanya luka pada kaki kanannya yang masih basah, dan sering
menimbulkan bau tidak sedap
g. Pasien mengungkapkan keputusasaan
2. Data Objektif (DO):
a. Pasien tidak mampu berkerja optimal
b. Pasien tampak luka ganggren pada digiti 1,2,dan 3 kaki kanannya
c. Pasien tampak berperilaku pasif
d. Pasien tampak kurang inisatif
e. Afek pasien tampak datar
f. Pasien mengatakan sejak mengalami komplikasi luka gangren, pasien selalu taburkan tembakau ke luka
g. Pasien tampak menyembunyikan luka gangrene pada kakinya
h. Pasien tampak menghindari melihat dan menyentuh kaki yang terdapat luka gangren
A. Data Tambahan
1. Pasien mengungkapkan kakinya cacat karena adanya luka pada kaki kanannya yang masih basah
2. Pasien mengeluh malu dengan teman-teman dikantornya khawatir tidak diterima dilingkungan
3. Pasien mengatakan tidak mau menyentuh bagian kaki yang terdapat luka
4. Pasien selalu mempertanyakan makna dan tujuan hidupnya
5. Pasien mengeluh bahwa hidupnya sudah tidak bermakna lagi
6. Pasien mengatakan selalu merasa menderita atas penyakit yang dideritannya.
7. Pasien mengungkapkan keputusasaan
8. Pasien tampak berperilaku pasif
9. Pasien tampak kurang inisatif
10. Afek pasien tampak datar
11. Pasien tidak mau berobat ke faskes untuk perawatan luka ganggren
12. Pasien tampak menyembunyikan luka gangren pada kakinya
13. Pasien tampak menghindari melihat dan menyentuh kaki yang terdapat luka gangren
C. Analisa Data
Data Etiologi Masalah

DS: Kondisi Distress


- Pasien mengatakan sejak mengalami komplikasi luka gangren, pasien selalu Penyakit Budaya
taburkan tembakau ke luka Kronis
- Pasien mengatakan sholat yang dilakukannya percuma saja, karena luka
yang basah dan bau tidak sedap
- Pasien selalu mempertanyakan makna dan tujuan hidupnya
- Pasien mengeluh bahwa hidupnya sudah tidak bermakna lagi
- Pasien mengatakan selalu merasa menderita astas penyakit yang
dideritannya.
DO:

- Pasien tidak mau berobat ke faskes untuk perawatan luka ganggren


- Tampak luka ganggren pada kaki kanan

DS: Penurunan Keputusasaan


- Pasien selalu mempertanyakan makna dan tujuan hidupnya Kondisi
- Pasien mengeluh bahwa hidupnya sudah tidak bermakna lagi Fisiologis
- Pasien mengatakan selalu merasa menderita atas penyakit yang dideritannya.
- Pasien mengungkapkan keputusasaan
- Pasien mengatakan mengalami gagal ginjal, dan sedang dilakukan dialisa 2x
seminggu yang sudah dijalaninya selama 10 tahun.
DO:

- Pasien tampak berperilaku pasif


- Pasien tampak kurang inisatif
- Afek pasien tampak datar
- Pasien tampak Pasien kurang terlibat dalam aktivitas perawatan

DS: Perubahan Gangguan


- Pasien mengungkapkan kakinya cacat karena adanya luka pada kaki Struktur Citra Tubuh
kanannya yang masih basah, dan sering menimbulkan bau tidak sedap Tubuh
sehingga pasien tidak bisa menggunakan sepatu saat ke kantor.
- Pasien mengeluh malu dengan teman-teman dikantornya khawatir tidak
diterima dilingkungan
- Pasien mengatakan tidak mau menyentuh bagian kaki yang terdapat luka
DO:

- Pasien tampak menyembunyikan luka gangren pada kakinya


- Pasien tampak menghindari melihat dan menyentuh kaki yang terdapat luka
gangren

D. Diagnosa Keperawatan
1. Distress budaya berhubungan dengan kondisi penyakit kronis
2. Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
E.

Intervensi Keperawatan

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN

1. Distress budaya Tujuan: Distress budaya teratasi 1. Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidakberdayaan.
Kriteria Hasil:
berhubungan 1. Verbalisasi makna dan tujuan hidup meningkat. 2. Identifikasi pandangan tentang hubungan antara budaya dan kesehatan.
dengan kondisi 2. Verbalisasi kepuasan hidup meningkat. 3. Identifikasi kekuatan dan harapan pasien.
penyakit kronis. 3. Verbalisasi perasaan bersalah menurun. 4. Berikan kesempatan mengekspresikan tentang penyakit dan
4. Mampu melakukan kebudayaan yang baik. kebudayan.
5. Diskusikan kebudayaan tentang kebiasaan yang baik.
6. Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing.

1.

3. Gangguan citra Tujuan: 1. Identifikasi budaya, agam, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh.
tubuh berhubungan Pasien mampu meningkatkan penampilan, struktur 2. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial.
dengan perubahan dan fungsi fisik individu 3. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya.
struktur tubuh. Kriteria Hasil: 4. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis.
1. Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan 5. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh.
tubuh menurun. 6. Latih fungsi tubuh yang dimiliki.
2. Verbalisasi perubahan gaya hidup menurun. 7. Latih peningkatan penampilan diri.
3. Hubungan sosial membaik.

F. Implementasi keperawatan
Implementasi Umum :

1. Bersikap empati yang berarti memahami dan mengalami prasaan klien


2. Menerapkan tehnik komunikasi terapuetik dengan teknik mendukung, menerima, bertanya, memberi informasi, refleksi, serta menggali
perasaan dan kekuatan yang di miliki klien
3. Memahami masalah klien tanpa menghukum walaupun tidak berarti menyetujui klien
4. Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal klien
Diagnosa 1

1. Melakukan promosi Kesehatan dalam pengobatan pasien


2. Menunjukkan afek positif, bahwa nilai kebudayan itu sebagai kultur yang harus bisa bersinambung dengan Kesehatan, dan membantu
kesembuhan pasien
3. Meningkatkan perasaan penuh harapan terhadap Allah SWT bahwa setiap sakit pasti ada obatnya, dan Allah memberikan ujian itu tanpa batas
kemampuan hambanya.
4. Memfasilitasi pasien dalam hubungan dengan keluarga atau kerabat untuk mengungkapkan pesan verbal atau pesan yang akan membantu
menentramkan pasien.
5. Mendengarkan pendapat pasien tentang hubungan social dan budaya dalam Kesehatan
6. Kolaborasi dengan keluarga untuk memotivasi dan selalu memberi dukungan untuk kesembuhan pasien

Diagnosa 2

1. Mengindetifikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup, kemampuan yang dimiliki, dampak situasi terhadap perubahan peran dan
hubungan.
2. berdiskusikan perubahan peran yang dialami pasien
3. Bersikap empati yang berarti memahami dan mengalami prasaan klien
4. Menerapkan tekhnik komunikasi terapuetik dengan teknik mendukung, menerima, bertanya, memberi informasi, refleksi, serta menggali
perasaan dan kekuatan yang di miliki klien
5. Memahami masalah klien tanpa menghukum walaupun tidak berarti menyetujui klien
6. Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal klien
7. Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis dan sabar dalam menghadapi cobaan
8. Kolaborasi dengan keluarga agar selalu memberi dukungan dan selalu berada didekat pasien.
Diagnosa 3

1. Berdiskusi dengan pasien tentang perubahan tubuh dan fungsinya.dan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis.
2. menjelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh.
3. melatih fungsi tubuh yang dimiliki oleh pasien
4. melatih peningkatan penampilan diri.

Evaluasi Keperawatan

1. Distsres budaya berhubungan dengan kodisi penyalkit kronis setelah di lakukan asuhan keperawatan. Pasien sudah mampu memenyesuaikan
kebudayaan dengan bidang kesehan.
2. Keputusasaan berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis setelah dilakukan asuhan keperawatan. Pasien dapat menerima kondisinya adalah
cobaan dari tuhan dan mengatakan bersemangat untuk segera sembuh.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh setelah di lakukan asuhan keperawatan pasien masih malu untuk
berinteraksi dengan tetangga karena luka DM nya masih bau dan hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keuarganya dalam
menghadapi masalah masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal serta terapi dan masalah lain, fisik, psikososial dan spirittual.
Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan merupakan suatu tingkah laku yang selektif, terencana, dan tanda dalam
suatu sistem kesehatan yang merupakan bagian dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku tersebut terpola dalam kehidupan
nilai sosial budaya yang ditujukan bagi masyarakat tersebut. Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan
sekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma
kelompok yang bersangkutan. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan
individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit
maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat dalam
hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu-individunya terutama dalam paliatif care.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan
pelayanan perawatan pasien paliatif dalam tinjauan sosial budaya. Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan. Dengan  mengetahui pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu
ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu Purnamaningrum, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Perilaku Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Mata (Factors Related To The Community’s Behaviour
To Get Eye Health Servic), Universitas Diponegoro. (diakses tgl 20
februari 2015)
Dwi Hapsari, dkk.,2012, Pengaruh Lingkungan Sehat, Dan Perilaku
Hidup Sehat Terhadap Status Kesehatan, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Jakarta. (diakses tgl
20 februari 2015)
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya
Bakti : Bandung.
Fitri Nur azizah. 2013. Aspek Sosial Mempengaruhi Kesehatan,
(diakses tgl 23 februari 2015)
Lukman Hakim, dkk., 2013, Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi
Masyarakat Dalam Berobat (Socio-Cultural Factors And Societal
Orientation In The Treatment), Universitas Jember (UNEJ),
Jember. (Diakses tgl 20 februari 2015)
Momon sudarman, sosiologi untuk kesehatan, google book. (Diaskes
20 februari)
Notoatmodjo Soekidjo, 1990, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-
UI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai