KELOMPOK 6
1.
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah- Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai tugas dari Mata Kuliah Keperawatan Paliatif dengan
judul “Asuhan Keperawatan Paliatif Ditinjau Dari Aspek Budaya”, dengan
segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan . Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini,
mohon kritik, saran dan kesan dari semua yang membaca makalah ini terutama
Bapak/Ibu Dosen Mata Kuliah Keperawatan Paliatif, sebagai pengajar untuk
mengkoreksi makalah kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B.TUJUAN...........................................................................................................2
D. Aspek Spiritual.............................................................................................9
E. Karakteristik Spiritual...................................................................................10
BAB III..................................................................................................................14
TINJAUAN KASUS..............................................................................................14
A. Kasus.......................................................................................................14
B. Pengkajian Spiritual................................................................................14
C. Analisa Data...................................................................................................17
D. Diagnosa Keperawatan..................................................................................20
E. Intervensi Keperawatan................................................................................21
F. Implentasi keperawatan..................................................................................24
BAB IV PENUTUP...............................................................................................38
A. Kesimpulan...................................................................................................38
B. Saran............................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO palliative Care merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi
masalah yang berkaitan dengan masalah yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghentikan penderitaan dengan identifikasi dan
penilaian dini,penanganan nyeri dan masalah lainnya,seperti fisik,psikologis,sosial dan spiritual (WHO,2017). Paliatif Care merupakan sebuah
pendekatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup orang dengan penyakit yang mengancam jiwa dan keluarga mereka dalam menghadapi
masalah tersebut,baik dari aspek fisik,psikoligis,sosial maupun spiritual.
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit progresif yang memerlukan penanganan lama dan biaya yang besar.Pasien dengan
penyakit ini tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri,sesak nafas,penurunan berat badan,gangguan aktifitas,tetapi juga
mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya.Kebutuhan pasien yang memiliki
penyakit pada stadium lanjut tidak hanya pada pemenuhan atau pengobatan gejala fisik,tetapi juga membutuhkan dukungan terhadap kebutuhan
psikologis,sosial dan spiritual yang di kenal sebagai perawatan paliatif.
Prevalensi penderita diabetes melitus terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi
penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013,antaralain kanker,stroke,penyakit ginjal kronis,diabetes
melitus dan hipertensi. Berdasarkan pemeriksaan gula darah,prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen. Angka tersebut
belum ditambah dengan pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita diabetes melitus.
Agar diabetes mellitus tidak bertambah parah maupun menimbulkan komplikasi gangguan kesehatan lainnya,maka diabetes melitus harus
dapat dikontrol. Salah satu perawatan yang tepat untuk menangani penderita diabetes melitus adalah perawatan paliatif. Perawatan ini merupakan
perawatan holistik yang bukan hanya mengontrol kondisi fisik pasien,tetapi juga kondisi emosional.
Perawatan paliatif juga bisa dilakukan di rumah sehingga pasien akan merasa lebih nyaman.Dengan perawatan paliatif,pasien diabetes
mellitus dapat terhindar dari komplikasi yang mungkin dapat terjadi,seperti penyakit ginjal,gangren,hipertensi maupun penyakit jantung.Paliatif
juga memerlukan dukungan keluarga pasien.Dengan paliatif ini,pasien dapat tetap menjalani sisa hidupnya dengan perasaan bahagia dan tanpa rasa
sakit.Selain bermanfaat bagi pasien,paliatif juga dapat memperbaiki kondisi emosional keluarga yang merawat.Saat melihat kualitas hidup pasien
terjaga,maka keluarga juga akan bahagia karena tidak perlu menyaksikan penderitaan yang dialami pasien.
B.TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi mengenai konsep dasar perawatan paliatif pada pasien aspek budaya.
b. Memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan paliatif pada pasien aspek budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa
memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat
mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya
dengan kesehatan.
Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan
telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat.
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan
ketika mereka mengalami sakit, ini akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam
masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika
mereka sakit, dan bayi yang menderita demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu maupun kelompok.
Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan tersebut seringkali berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan tersebut
adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda
hasil karya manusia.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Seorang laki-laki usia 52 tahun, penderita DM tipe II dengan komplikasi luka ganggren pada digiti 1,2,dan 3 kaki kanannya . Pasien juga mengalami
gagal ginjal , dan sedang dilakukan dialisa 2 x seminggu yang sudah dijalaninya selama 10 tahun. Saat ini pasien masih terdaftar sebagai seorang
karyawan swasta, dan jarang masuk kerja karena kondisi sakitnya.
Pasien ingin pensiun dari pekerjaannya, karena merasa sudah tidak dapat bekerja dengan optimal ( harus HD 2x seminggu ), ditambah adanya luka
pada kaki kanannya yang masih basah, dan sering menimbulkan bau tidak sedap sehingga pasien tidak bisa menggunakan sepatu saat kekantor.
Pasien tidak dapat masuk kerja setiap hari, karena kondisi sakitnya (harus hemodialisa 2 x seminggu, serta luka yang masih basah dan berbau tidak
sedap ).
Pihak manajemen berencana untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk pensiun dini , tetapi belum sempat dibicarakan, mengingat kondisi
klien yang belum membaik.
TUGAS :
B. Pengkajian Spiritual
1. Data Subjektif (DS):
a. Pasien mengatakan sejak mengalami komplikasi luka gangren, pasien jarang masuk kerja karena kondisi sakitnya.
b. Pasien mengatakan mengalami gagal ginjal, dan sedang dilakukan dialisa 2x seminggu yang sudah dijalaninya selama 10 tahun.
c. Pasien mengatakan tidak dapat masuk kerja setiap hari, karena kondisi sakitnya (harus hemodialisa 2 x seminggu, serta luka yang masih
basah dan berbau tidak sedap)
d. Pasien ingin pensiun dari pekerjaannya, karena merasa sudah tidak dapat bekerja dengan optimal
e. Pasien mengatakan pihak manajemen berencana untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk pensiun dini
f. Pasien mengatakan tidak bisa menggunakan sepatu saat kekantor karena adanya luka pada kaki kanannya yang masih basah, dan sering
menimbulkan bau tidak sedap
g. Pasien mengungkapkan keputusasaan
2. Data Objektif (DO):
a. Pasien tidak mampu berkerja optimal
b. Pasien tampak luka ganggren pada digiti 1,2,dan 3 kaki kanannya
c. Pasien tampak berperilaku pasif
d. Pasien tampak kurang inisatif
e. Afek pasien tampak datar
f. Pasien mengatakan sejak mengalami komplikasi luka gangren, pasien selalu taburkan tembakau ke luka
g. Pasien tampak menyembunyikan luka gangrene pada kakinya
h. Pasien tampak menghindari melihat dan menyentuh kaki yang terdapat luka gangren
A. Data Tambahan
1. Pasien mengungkapkan kakinya cacat karena adanya luka pada kaki kanannya yang masih basah
2. Pasien mengeluh malu dengan teman-teman dikantornya khawatir tidak diterima dilingkungan
3. Pasien mengatakan tidak mau menyentuh bagian kaki yang terdapat luka
4. Pasien selalu mempertanyakan makna dan tujuan hidupnya
5. Pasien mengeluh bahwa hidupnya sudah tidak bermakna lagi
6. Pasien mengatakan selalu merasa menderita atas penyakit yang dideritannya.
7. Pasien mengungkapkan keputusasaan
8. Pasien tampak berperilaku pasif
9. Pasien tampak kurang inisatif
10. Afek pasien tampak datar
11. Pasien tidak mau berobat ke faskes untuk perawatan luka ganggren
12. Pasien tampak menyembunyikan luka gangren pada kakinya
13. Pasien tampak menghindari melihat dan menyentuh kaki yang terdapat luka gangren
C. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
D. Diagnosa Keperawatan
1. Distress budaya berhubungan dengan kondisi penyakit kronis
2. Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
E.
Intervensi Keperawatan
1. Distress budaya Tujuan: Distress budaya teratasi 1. Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidakberdayaan.
Kriteria Hasil:
berhubungan 1. Verbalisasi makna dan tujuan hidup meningkat. 2. Identifikasi pandangan tentang hubungan antara budaya dan kesehatan.
dengan kondisi 2. Verbalisasi kepuasan hidup meningkat. 3. Identifikasi kekuatan dan harapan pasien.
penyakit kronis. 3. Verbalisasi perasaan bersalah menurun. 4. Berikan kesempatan mengekspresikan tentang penyakit dan
4. Mampu melakukan kebudayaan yang baik. kebudayan.
5. Diskusikan kebudayaan tentang kebiasaan yang baik.
6. Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing.
1.
3. Gangguan citra Tujuan: 1. Identifikasi budaya, agam, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh.
tubuh berhubungan Pasien mampu meningkatkan penampilan, struktur 2. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial.
dengan perubahan dan fungsi fisik individu 3. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya.
struktur tubuh. Kriteria Hasil: 4. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis.
1. Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan 5. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh.
tubuh menurun. 6. Latih fungsi tubuh yang dimiliki.
2. Verbalisasi perubahan gaya hidup menurun. 7. Latih peningkatan penampilan diri.
3. Hubungan sosial membaik.
F. Implementasi keperawatan
Implementasi Umum :
Diagnosa 2
1. Mengindetifikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup, kemampuan yang dimiliki, dampak situasi terhadap perubahan peran dan
hubungan.
2. berdiskusikan perubahan peran yang dialami pasien
3. Bersikap empati yang berarti memahami dan mengalami prasaan klien
4. Menerapkan tekhnik komunikasi terapuetik dengan teknik mendukung, menerima, bertanya, memberi informasi, refleksi, serta menggali
perasaan dan kekuatan yang di miliki klien
5. Memahami masalah klien tanpa menghukum walaupun tidak berarti menyetujui klien
6. Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal klien
7. Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis dan sabar dalam menghadapi cobaan
8. Kolaborasi dengan keluarga agar selalu memberi dukungan dan selalu berada didekat pasien.
Diagnosa 3
1. Berdiskusi dengan pasien tentang perubahan tubuh dan fungsinya.dan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis.
2. menjelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh.
3. melatih fungsi tubuh yang dimiliki oleh pasien
4. melatih peningkatan penampilan diri.
Evaluasi Keperawatan
1. Distsres budaya berhubungan dengan kodisi penyalkit kronis setelah di lakukan asuhan keperawatan. Pasien sudah mampu memenyesuaikan
kebudayaan dengan bidang kesehan.
2. Keputusasaan berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis setelah dilakukan asuhan keperawatan. Pasien dapat menerima kondisinya adalah
cobaan dari tuhan dan mengatakan bersemangat untuk segera sembuh.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh setelah di lakukan asuhan keperawatan pasien masih malu untuk
berinteraksi dengan tetangga karena luka DM nya masih bau dan hanya berinteraksi dengan keluarga
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keuarganya dalam
menghadapi masalah masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal serta terapi dan masalah lain, fisik, psikososial dan spirittual.
Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan merupakan suatu tingkah laku yang selektif, terencana, dan tanda dalam
suatu sistem kesehatan yang merupakan bagian dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku tersebut terpola dalam kehidupan
nilai sosial budaya yang ditujukan bagi masyarakat tersebut. Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan
sekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma
kelompok yang bersangkutan. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan
individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit
maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat dalam
hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu-individunya terutama dalam paliatif care.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan
pelayanan perawatan pasien paliatif dalam tinjauan sosial budaya. Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu
ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA