LANSIA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II
Dosen Pengampu : Suwanti, S.Kep., Ns., MNS.
Disusun Oleh :
Kelompok IV
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Agregat Dalam Komunitas :Kesehatan
Lansia”. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Kesehatan Lansia. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan asuhan keperawatan ini
masih banyak kekurangan baik dari materi maupun dari teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman kami, maka dari itu saran dan kritik yang membangun, sangat kami
butuhkan dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan asuhan keperawatan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi semua usaha kita.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak
berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia,
baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah
sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia
lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang
dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Masalah kesehatan adalah
suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain
diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya
dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut. Komunitas adalah kelompok sosial
yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta
mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang
sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus
yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa
dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh
dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu
keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses
keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh,
daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di sekolah.
Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh
pelajar dan lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas
akademika sendiri. Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia
dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam
identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah
kesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan
kesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus
pada peningkatan harapan dan kualitas hidup. Meningkatnya usia harapan hidup (UHH)
memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan
UHH mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara.
Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya
jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh
keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas
lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami
perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan
fungsional dalam aktivitas kehidupan seharihari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih
rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua
perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk
lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya
sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85%
dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep teori tentang kelompok lansia ?
b. Bagaimana pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah yang ada ?
c. Bagaimana diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus lansia ?
d. Bagaimana intervensi asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia ?
e. Bagaimana implementasi keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia ?
f. Bagaimana evaluasi pada asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus
lansia.
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan memperoleh informasi dan gambaran tentang
Askep Agregat dalam Komunitas Kesehatan Lansia.
b. Tujuan khusus
1) Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok lansia.
2) Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan
masalah yang ada.
3) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok
khusus lansia.
4) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
5) Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus lansia.
6) Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok khusus lansia yang bermasalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus
menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis dan bio kimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh secara keseluruhan ( Maryam, R,Siti dkk,2008 ).
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua akan dialami
oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan
dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf
dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih
rentan terkena berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain (Kholifah, 2016).
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan
tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupanya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakkan lambat, dan
figure tubuh yang tidak proporsional (Wahyudi Nugroho, 2008 ).
a. Teori Biologis
1) Teori Genetik
a) Teori Genetic Clock
Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh
terdapat waktu biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori
ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu waktu genetik atau jam
biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang
telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia
akan mati (Nugroho, 2008).
b) Teori Mutasi Somatik
Penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang
buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses
translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya
akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau
penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas
adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
Menurut Azizah (2011), terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik
akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
2) Teori Non-Genetik
a) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)
Menurut Nugroho (2008), teori ini dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh
karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria.
Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena
mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom
atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam
tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi
oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi. Radikal bebas dianggap sebagai
penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di
lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan,
radiasi dan sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan
kolagen pada proses menua.
b) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory)
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat dan
asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah
fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis dan hilangnya fungsi
pada proses menua (Nugroho, 2008).
c) Teori Imunologis (Auto-Immune Theory)
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya (self recognition). Jika mutasi yang merusak
membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga akan
dirusak.
d) Teori Fisiologis
Terdiri atas teori dipakai-aus (wear and tear) dan teori oksidasi stress. Di
sini terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai
(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal)
(Nugroho, 2008).
Menurut Stanley (2006), teori ini mengutarakan bahwa akumulasi sampah
metabolik atau zat nutrisi yang dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong
malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini
percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
b. Teori Psikososial
a) Teori Pembebasan/Penarikan Diri (Disengagement Theory)
Menurut Nugroho (2008), teori ini membahas putusnya pergaulan atau
hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori
ini pertama kali diajukan oleh Cumming dan Henry (1961), menyatakan bahwa dengan
bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lansia
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas, sehingga sering para lansia mengalami kehilangan
peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen. Menurut teori ini, seorang
lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri
dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan
mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
b) Teori Aktivitas
Menurut Nugroho (2008), teori ini mengemukakan ketentuan tentang semakin
menurunnya jumlah kegiatan lansia secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lansia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial,
lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin dan mempertahankan hubungan antara sistem sosial-
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia. Stanley dan Beare
(2006), berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap
aktif.
c) Teori Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Nugroho (2008) menyatakan, dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah
pada lansia. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan
adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman
hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi
lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku dan harapan seseorang ternyata
tidak berubah, walaupun ia telah berusia lanjut.
d) Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory)
Menurut Nugroho (2008), teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia
bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci
mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. Pokok-
pokok teori ini yaitu masyarakat terdiri atas pelaku sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing dan untuk mencapai tujuan akan terjadi interaksi sosial yang
memerlukan biaya dan waktu.
1. Sel
2. Sistem pernafasan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
3. Sistem Pendengaran
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada
lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35derajat
celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak sehingga
terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak
berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur – angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml,
atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah
dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c. Atrofi vulva
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara
perbedaan integritas dan keputusasaan.
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui
nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan
sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.
7. Pendekatan perawatan lanjut usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
BAB III
A. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh, dan situasi
sosial. Pengkajian yang difokuskan pada etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi
gangguan mental pada lanjut usia yang dirawat (Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan pengkajian secara
umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan subsistem yang mempengaruhinya. Inti
komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta
data-data tentang subsistem sebagai berikut :.
1. Data inti
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk lansia dalam
wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan, agama, nilai – nilai,
keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas yang dapat dicontohkan
sebagai berikut :
Jumlah penduduk : 987 jiwa
Pendidikan penduduk : Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga lulus SLTA dan
beberapa diantaranya perguruan tinggi.
Suku Bangsa : Suku Jawa
a. Lingkungan fisik
1) Kualitas udara
2) Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas, apakah
terdapat polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan warga atau tidak Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keadaan
saluran air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia, contohnya
seperti pabrik.
4) Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan.
b. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana pendidikan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.
c. Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam atau polisi.
Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Sarana transportasi
yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari menggunakan kendaraan umum atau
kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk
saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari luar
misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g. Ekonomi
B. Analisa Data
No Problem Simptom
1 Gangguan proses keluarga DS :
Para lansia mengatakan sangat kangen dengan
cucu mereka, dan jarang dijenguk
DO :
Dari data kunjungan yang ada rata-rata lansia
hanya di jenguk 1-2 bulan sekali oleh keluarga
mereka.
2. Resiko jatuh DS :
Lansia mengatakan takut dan sangat berhati-hati
jika berada dikamar mandi
DO :
Tidak ada pegangan saat di kamar mandi.
3. Distress spiritual DS :
Lansia mengatakan bahwa dirinya kurang damai
dan tidak berdaya
Lansia tidak bisa mengatakan arti hidupnya
DO :
Lansia tampak lesu
Lansia tampak tidak bersemangat
C. Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses keluarga yang berhubungan dengan perubahan interaksi dengan keluarga
dibuktikan dengan tidak mampu berkomunikasi secara terbuka diantara anggota keluarga.
Risiko jatuh dibuktikan dengan lingkungan tidak aman, kekuatan otot menurun, dan gangguan
keseimbangan.
Distress spiritual yang berhubungan dengan kesepian, pengasingan sosial, kejadian hidup yang
tidak diharapkan dibuktikan dengan mempertanyakan makna/tujuan hidupnya, dan merasa
menderita/tidak berdaya.
D. Strategi Intervensi Keperawatan
Pendidikan Kesehatan :
- Berikan penkes tentang Activities Daily
Living (ADL) lansia
Pemberdayaan :
- Pembentukan supportive group
Pendidikan kesehatan :
- Berikan penkes tentang pelatihan dan
pencegahan resiko jatuh
Pendidikan kesehatan :
- Berikan penkes tentang pentingnya
melakukan aktivitas spiritual dalam
keseharian
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
i. Bagi perawat
Daily Living (ADL) Pada Lansia dari Panti Sosial Tresna Werdha Miniaula Kendari.Jurnal
penelitian“
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.
Medika, K. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika.
Rosita, M.D., 2012. Hubungan antara Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi sosial
pada Lansia di kelurahan Mandan Wilayah Kerja Sukoharjo