Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT DALAM KOMUNITAS : KESEHATAN

LANSIA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II
Dosen Pengampu : Suwanti, S.Kep., Ns., MNS.

Disusun Oleh :
Kelompok IV

1. Ririn Asmoro Putri (010118A119)


2. Risna Yuni S (010118A120)
3. Riswanda Muharram (010118A121)
4. Rizki Aprilriana (010118A122)
5. Rizki Wahyu Adi S (010118A123)
6. Rizqi Sofiatun (010118A124)
7. Rochmani Zuliasih (010118A125)
8. Rustiannisa Risma (010118A126)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Agregat Dalam Komunitas :Kesehatan
Lansia”. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Kesehatan Lansia. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan asuhan keperawatan ini
masih banyak kekurangan baik dari materi maupun dari teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman kami, maka dari itu saran dan kritik yang membangun, sangat kami
butuhkan dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan asuhan keperawatan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi semua usaha kita.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh.

Ungaran, 15 Maret 2021

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak
berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia,
baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah
sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia
lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang
dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Masalah kesehatan adalah
suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain
diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya
dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut. Komunitas adalah kelompok sosial
yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta
mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang
sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus
yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa
dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh
dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu
keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses
keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh,
daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di sekolah.
Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh
pelajar dan lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas
akademika sendiri. Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia
dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam
identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah
kesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan
kesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus
pada peningkatan harapan dan kualitas hidup. Meningkatnya usia harapan hidup (UHH)
memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan
UHH mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara.
Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya
jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh
keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas
lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami
perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan
fungsional dalam aktivitas kehidupan seharihari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih
rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua
perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk
lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya
sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85%
dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep teori tentang kelompok lansia ?
b. Bagaimana pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah yang ada ?
c. Bagaimana diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus lansia ?
d. Bagaimana intervensi asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia ?
e. Bagaimana implementasi keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia ?
f. Bagaimana evaluasi pada asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus
lansia.
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan memperoleh informasi dan gambaran tentang
Askep Agregat dalam Komunitas Kesehatan Lansia.
b. Tujuan khusus
1) Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok lansia.
2) Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan
masalah yang ada.
3) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok
khusus lansia.
4) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
5) Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus lansia.
6) Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok khusus lansia yang bermasalah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus
menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis dan bio kimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh secara keseluruhan ( Maryam, R,Siti dkk,2008 ).

Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua akan dialami
oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan
dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf
dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih
rentan terkena berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain (Kholifah, 2016).
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan
tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupanya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakkan lambat, dan
figure tubuh yang tidak proporsional (Wahyudi Nugroho, 2008 ).

2. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia


Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain
kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan
yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti
bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak
teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk
kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia
meliputi :
(1) Kebutuhan fisik ( physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti
pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.
(2) Kebutuhan ketentraman ( safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan
ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan,
kemandirian dan sebagainya
(3) Kebutuhan sosial ( social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga,
kesamaan hobby dan sebagainya
(4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui
akan keberadaannya, dan
(5) Kebutuhan aktualisasi diri ( self actualization needs) adalah kebutuhan untuk
mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya
masingmasing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan
sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000).
Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya
sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan
tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya .
Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam
kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).

3. Teori-teori Proses Menua


Menurut Nugroho (2008), proses menua bersifat individual, yaitu tahap proses
menua terjadi pada seseorang dengan usia yang berbeda, setiap lansia memiliki kebiasaan
yang berbeda dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
Menurut Potter dan Perry (2005), teori-teori yang menjelaskan tentang proses menua biasanya
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori psikososial.

a. Teori Biologis
1) Teori Genetik
a) Teori Genetic Clock
Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh
terdapat waktu biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori
ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu waktu genetik atau jam
biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang
telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia
akan mati (Nugroho, 2008).
b) Teori Mutasi Somatik
Penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang
buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses
translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya
akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau
penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas
adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
Menurut Azizah (2011), terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik
akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.

2) Teori Non-Genetik
a) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)
Menurut Nugroho (2008), teori ini dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh
karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria.
Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena
mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom
atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam
tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi
oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi. Radikal bebas dianggap sebagai
penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di
lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan,
radiasi dan sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan
kolagen pada proses menua.
b) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory)
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat dan
asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah
fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis dan hilangnya fungsi
pada proses menua (Nugroho, 2008).
c) Teori Imunologis (Auto-Immune Theory)
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya (self recognition). Jika mutasi yang merusak
membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga akan
dirusak.

d) Teori Fisiologis
Terdiri atas teori dipakai-aus (wear and tear) dan teori oksidasi stress. Di
sini terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai
(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal)
(Nugroho, 2008).
Menurut Stanley (2006), teori ini mengutarakan bahwa akumulasi sampah
metabolik atau zat nutrisi yang dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong
malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini
percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.

e) Teori Riwayat Lingkungan


Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan seperti karsinogen dari
industri, sinar matahari, trauma dan infeksi dapat membawa perubahan dalam
proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan,
dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder (Stanley & Beare,
2006).
f) Teori Metabolisme
Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa pengurangan
asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur,
sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Nugroho, 2008). Perpanjangan umur karena jumlah kalori
tersebut disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses
metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi
sel misalnya insulin dan hormon pertumbuhan. Modifikasi cara hidup yang kurang
aktif menjadi lebih aktif mungkin dapat juga meningkatkan umur panjang (Azizah,
2011).
g) Teori Keracunan Oksigen
Teori ini menjelaskan tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel
di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat
racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu.
Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur
membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik
(Azizah, 2011).
h) Teori Stres
Teori ini mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh
tidak dapat melakukan regenarasi (Maryam et al, 2008).

b. Teori Psikososial
a) Teori Pembebasan/Penarikan Diri (Disengagement Theory)
Menurut Nugroho (2008), teori ini membahas putusnya pergaulan atau
hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori
ini pertama kali diajukan oleh Cumming dan Henry (1961), menyatakan bahwa dengan
bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lansia
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas, sehingga sering para lansia mengalami kehilangan
peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen. Menurut teori ini, seorang
lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri
dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan
mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
b) Teori Aktivitas
Menurut Nugroho (2008), teori ini mengemukakan ketentuan tentang semakin
menurunnya jumlah kegiatan lansia secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lansia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial,
lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin dan mempertahankan hubungan antara sistem sosial-
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia. Stanley dan Beare
(2006), berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap
aktif.
c) Teori Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Nugroho (2008) menyatakan, dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah
pada lansia. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan
adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman
hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi
lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku dan harapan seseorang ternyata
tidak berubah, walaupun ia telah berusia lanjut.
d) Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory)
Menurut Nugroho (2008), teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia
bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci
mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. Pokok-
pokok teori ini yaitu masyarakat terdiri atas pelaku sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing dan untuk mencapai tujuan akan terjadi interaksi sosial yang
memerlukan biaya dan waktu.

4. Perubahan- Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Perubahan -perubahan fisik

1. Sel

a. Lebih sedikit jumlahnya


b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler

c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati

d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel

e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%

2. Sistem pernafasan

a. Cepat menurunnya persarafan

b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.

c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,


mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

d. Kurangnya sensitif pada sentuhan

3. Sistem Pendengaran

a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan ataudaya


pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65
tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis

c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya kreatin


d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa
atau stres
4. Sistem penglihatan

a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada
lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan

c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapanmenjadi


lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya membedakan
warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler

a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.


b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
( mengakibatkan pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluhdarah
perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90
mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu


menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:

a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35derajat
celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak sehingga
terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi

a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak
berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang

f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal

a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease


b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar

c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan


menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya


aliran darah

f. Menciutnya ovari dan uterus

g. Atropi payudara

h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur – angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun

j. Selaut lendir menurun


9. Sistem Genitourinaria

Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% fungsi tubulus berkurang.

a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml,
atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah
dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun

c. Atrofi vulva

10. Sistem Endokrin

a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.

b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat

e. Menurunnya produksi aldosteron


f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosteron
11. Sistem kulit

a. Kulit keriput atau mengkerut

b. Permukaan kulit kasar dan bersisik

c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.

d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.

f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas


g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

12. Sistem muskoloskeletal

a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh


b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

5. Tugas Perkembangan Lansia

Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara
perbedaan integritas dan keputusasaan.

1. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja.

Tugas ini membutuhkan pergeseran sistem nilai seseorang, yang


memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan
mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah
hilang dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-
cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan okupasi.
2. Body transcendence versus preokupasi tubuh.
Sebagian besar lansia mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa
orang, kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut
mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka.
Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan
aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik.
Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, ”sumber-sumber
kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan
kenyamanan fisik semata.”
3. Transendensi ego versus preokupasi ego.
Peck mengemukakan bahwa cara paling konstruktif untuk hidup di tahun-
tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : ”hidup secara dermawan dan tidak egois
yang merupakan prospek dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa
disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah
diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada
yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini melalui
warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan
persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna,
atau lebih bahagia bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah kematian.”
Untuk mengklarifikasi, ”individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir
tentang apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka
hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara
egosentris. (Stanley & Beare, 2006).

6. Permasalahan yang timbul Pada Lansia


Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia
1) Permasalah Umum
a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia
memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi
lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi
209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ).
Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu
1990-2000 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia
e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan
popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
2) Permasalahan Khusus

a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia

Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan


dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan
terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut
beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran
juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena proses
ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang,
kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas
menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh
darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien,
terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak
menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu
menurun

b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia

Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui
nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan
sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.
7. Pendekatan perawatan lanjut usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab

c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh, dan situasi
sosial. Pengkajian yang difokuskan pada etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi
gangguan mental pada lanjut usia yang dirawat (Kushariyadi, 2010).

Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan pengkajian secara
umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan subsistem yang mempengaruhinya. Inti
komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta
data-data tentang subsistem sebagai berikut :.
1. Data inti

a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik

Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk lansia dalam
wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan, agama, nilai – nilai,
keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas yang dapat dicontohkan
sebagai berikut :
Jumlah penduduk : 987 jiwa

a) Laki – laki : 523 jiwa

b) Perempuan : 464 jiwa

Pendidikan penduduk : Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga lulus SLTA dan
beberapa diantaranya perguruan tinggi.
Suku Bangsa : Suku Jawa

Status perkawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk di komunitas tersebut


adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya meninggal.
Nilai dan kepercayaan : Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal nilai
kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan,
dan takziyah.
Agama: Mayoritas beragama Islam dan beberapa diantaranya beragama nasrani
2. Data subsistem

a. Lingkungan fisik

1) Kualitas udara

2) Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas, apakah
terdapat polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan warga atau tidak Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keadaan
saluran air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia, contohnya
seperti pabrik.
4) Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan.
b. Pendidikan

Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana pendidikan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.
c. Keamanan dan transportasi

Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam atau polisi.
Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Sarana transportasi
yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari menggunakan kendaraan umum atau
kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan

Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga


memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
e. Pelayanan social dan kesehatan

Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai


pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau
apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan
kesehatan.
f. Komunikasi

Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk
saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari luar
misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.

g. Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau


tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi

Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya


terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan
komunitas untuk mengurangi stress.

B. Analisa Data
No Problem Simptom
1 Gangguan proses keluarga DS :
 Para lansia mengatakan sangat kangen dengan
cucu mereka, dan jarang dijenguk
DO :
 Dari data kunjungan yang ada rata-rata lansia
hanya di jenguk 1-2 bulan sekali oleh keluarga
mereka.

2. Resiko jatuh DS :
 Lansia mengatakan takut dan sangat berhati-hati
jika berada dikamar mandi
DO :
 Tidak ada pegangan saat di kamar mandi.

3. Distress spiritual DS :
 Lansia mengatakan bahwa dirinya kurang damai
dan tidak berdaya
 Lansia tidak bisa mengatakan arti hidupnya
DO :
 Lansia tampak lesu
 Lansia tampak tidak bersemangat

C. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan proses keluarga yang berhubungan dengan perubahan interaksi dengan keluarga
dibuktikan dengan tidak mampu berkomunikasi secara terbuka diantara anggota keluarga.
 Risiko jatuh dibuktikan dengan lingkungan tidak aman, kekuatan otot menurun, dan gangguan
keseimbangan.
 Distress spiritual yang berhubungan dengan kesepian, pengasingan sosial, kejadian hidup yang
tidak diharapkan dibuktikan dengan mempertanyakan makna/tujuan hidupnya, dan merasa
menderita/tidak berdaya.
D. Strategi Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Strategi Intervensi


1. Gangguan proses keluarga Setelah dilakukan intervensi selama Program Kelompok :
yang berhubungan dengan 3x24 jam, maka proses keluarga - Diskusikan dukungan sosial sekitar
perubahan interaksi dengan meningkat dengan kriteri hasil : keluarga
keluarga dibuktikan dengan - Adaptasi keluarga terhadap
tidak mampu berkomunikasi situasi 5 Kemitraan :
secara terbuka diantara - Kemampuan keluarga - Kerja sama dengan kader kesehatan, bidan
anggota keluarga. berkomunikasi secara terbuka di desa sert perangkat desa setempat untuk
antara anggota keluarga 5 pembentukan kelompok lansia sehat
- Kemampuan keluarga memenuhi - Kerja sama dengan kader kesehatan dan
kebutuhan emosional anggota bidan setempat dalam rangka memotivasi
keluarga 5 sasaran lansia untuk mengikuti penyulihan
- Aktivitas mendukung yang diadakan oleh tenaga kesehatan
keselamatan keluarga 5 sebulan sekali
- Sikap respek antara anggota
keluarga 5 Pemberdayaan :
- Adapasi keluarga terhadap - Anjurkan mendiskusikan dukungan sosial
perubahan 5 dari sekitar keluarga

Pendidikan Kesehatan :
- Berikan penkes tentang Activities Daily
Living (ADL) lansia

2. Risiko jatuh dibuktikan Setelah dilakukan intervensi selama Program kelompok :


dengan lingkungan tidak 3x24 jam, diharapkan : - Lakukan terapi relaksasi otot progresif
aman, kekuatan otot - Pasien dapat melakukan bersama lansia setiap 1 minggu sekali
menurun, dan gangguan terapi relaksasi otot
keseimbangan. progresif sendiri Kemitraan :
- Pasien dapat melakukan - Bantu kader kesehatan setempat dalam
aktivitas dengan bergerak memotivasi sasaran untuk mengikuti
secara seimbang kegiatan lansia sehat

Pemberdayaan :
- Pembentukan supportive group

Pendidikan kesehatan :
- Berikan penkes tentang pelatihan dan
pencegahan resiko jatuh

3. Distress spiritual yang Setelah dilakukan intervensi selama Program kelompok :


berhubungan dengan 3x24 jam, diharapkan : - Lakukan mekanisme koping distress
kesepian, pengasingan - Pasien dapat melakukan spiritual setiap 1 minggu sekali
sosial, kejadian hidup yang mekanisme koping distress
tidak diharapkan dibuktikan spiritual Kemitraan :
dengan mempertanyakan - Pasien mengetahui - Bantu kader kesehatan setempat dan bidan
makna/tujuan hidupnya, dan pentingnya melakukan desa dalam memotivasi sasaran untuk
merasa menderita/tidak aktivitas spiritual dalam mengikuti kegiatan lansia sehat
berdaya. keseharian
Pemberdayaan :
- Anjurkan sasaran lansia untuk menjelaskan
tentang keseharian menjalankan proses
spiritual

Pendidikan kesehatan :
- Berikan penkes tentang pentingnya
melakukan aktivitas spiritual dalam
keseharian
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara


usia 65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli
demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus
menigkat sampai abad selanjutnya. Lanjut usia merupakan istilah tahap
akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut
usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga
aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek  biologi, aspek ekonomi dan
aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari
pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan
masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai
beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara
negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.

2. Saran
i. Bagi perawat

Perawat yang menjalankan perawatan komunitas hendaknya sudah


memiliki SIP, harus kompeten dalam bidangnya, bertanggung jawab
terhadap tugasnya.

ii. Bagi pasien dan keluarga

Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat terbuka terhadap


perawat lansia, mengikuti anjuran dari perawat, membantu dalam proses
tindakan keperawatan, dan dapat bersifat kooperatif dalam menerima
informasi dari perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik .

Budiono, Hubungan Kemampuan Aktifitas Fisik Lansia dengan Pemenuhan Kebutuhan


Activities of

Basford, L. &. (2006). Teori & Praktik Keperawatan.

Daily Living (ADL) Pada Lansia dari Panti Sosial Tresna Werdha Miniaula Kendari.Jurnal
penelitian“

Health Information” Vol. 3 No. 2.Desember.( 2011).

Kemenkes RI. (2016). Buku Kesehatan Lanjut Usia

Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.

Kushariyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia.

Medika, K. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika.

Meiner, S. E. (2015). Gerontologic Nursing (fifth edit). Missouri: ELSEVIER

Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC.

Potter, P. A. (2005). Buku Ajar Fundamental .

Rosita, M.D., 2012. Hubungan antara Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi sosial
pada Lansia di kelurahan Mandan Wilayah Kerja Sukoharjo

Stanlet, M. &. (2006). Buku Ajar Keperawatan.

Sugeng, R. (2007). Keperawatan Kesehatan Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai