Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang besar. Banyak
korban yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah, tempat kerja, ternak, dan
peralatan menjadi rusak atau hancur. Korban juga mengalami dampak psikologis
akibat bencana, misalnya - ketakutan, kecemasan akut, perasaan mati rasa secara
emosional, dan kesedihan yang mendalam. Bagi sebagian orang, dampak ini memudar
dengan berjalannya waktu. Tapi untuk banyak orang lain, bencana memberikan dampak
psikologis jangka panjang, baik yang terlihat jelas misalnya depresi ,
psikosomatis (keluhan fisik yang diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun yang tidak
langsung : konflik, hingga perceraian.
Beberapa gejala gangguan psikologis merupakan respons langsung terhadap
kejadian traumatik dari bencana. Namun gejala-gejala yang lain juga akan menyusul,
ini adalah dampak tidak langsung dan bersifat jangka panjang yang dapat mengancam
berbagai golongan terutama kelompok yang rentan yaitu anak-anak, remaja, wanita dan
lansia.
Dalam banyak kasus, jika tidak ada intervensi yang dirancang dengan baik,
banyak korban bencana akan mengalami depresi parah, gangguan kecemasan,
gangguan stress pasca-trauma, dan gangguan emosi lainnya. Bahkan lebih dari dampak
fisik dari bencana, dampak psikologis dapat menyebabkan penderitaan lebih panjang,
mereka akan kehilangan semangat hidup, kemampuan social dan merusak nilai-nilai
luhur yang mereka miliki.

B. Tujuan
1) Untuk mengetahui dampak psikologis pada lansia
2) Untuk mengetahui terapi psikologis pada lansia

C. Rumusan Masalah
1) Dampak psikologis pada bencana
2) Dampak psikologis bencana pada lansia
3) Aktifitas pskososial dalam menanggulangi dampak psikologis
4) Strategi komunikasi dalam melakukan terapi psikologis pada lansia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak Psikologis Dalam Bencana


1. Dampak psikologis pada individu
Dalam bencana tidak ada patokan yang kaku tentang tahapan dalam
merespon bencana, ada banyak variasi pada setiap tahap dan tahap tumpang tindih.
Oleh karena itu munculnya gejala gangguan psikologis dapat bervariasi, tergantung
banyak factor, namun bisa mencapai 90% atau bahkan lebih korban akan
menunjukkan setidaknya beberapa gejala psikologis yang negatif setelah beberapa
jam paska bencana . Jika tidak diatasi dan diselesaikan dengan tepat dan cepat,
reaksi tersebut dapat menjadi gangguan psikologis yang serius.
a. Tahap Tanggap Darurat
Tahap ini adalah masa beberapa jam atau hari setelah bencana. Pada
tahap ini kegiatan bantuan sebagian besar difokuskan pada menyelamatkan
penyintas dan berusaha untuk menstabilkan situasi. Penyintas harus
ditempatkan pada lokasi yang aman dan terlindung, pakaian yang pantas,
bantuan dan perhatian medis, serta makanan dan air yang cukup.
Gejala-gejala dibawah ini dapat muncul pada tahap tanggap darurat:
 Kecemasan berlebihan
Korban menunjukkan tIbu-ibu/Bapak-tIbu-ibu/Bapak kecemasan, mudah
terkejut bahkan oleh hal-hal yang sederhana, tidakmampu untuk bersantai,
atau tidak mampu untuk membuat keputusan.
 Rasa bersalah
korban yang selamat, namun anggota keluarganya meninggal, seringkali
kemudian menyalahkan diri sendiri. Mereka merasa malu karena telah
selamat, ketika orang yang dikasihinya meninggal.
 Ketidaksatbilan emosi dan pikiran
Beberapa korban mungkin menunjukkan kemarahan tiba-tiba dan bertindak
agresif atau sebaliknya, mereka menjadi apatis dan tidak peduli, seakan
kekurangan energi. Mereka menjadi mudah lupa ataupun mudah menangis.

2
 Kadang-kadang, korban muncul dalam keadaan kebingungan, histeris
ataupun gejala psikotik seperti delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, dan
terlalu perilaku tidak teratur juga dapat muncul.
b. Tahap Pemulihan
Setelah situasi telah stabil, perhatian beralih ke solusi jangka panjang.
Disisi lain, euforia bantuan mulai menurun, sebagian sukarelawan sudah tidak
datang lagi dan bantuan dari luar secara bertahap berkurang. Para korban mulai
menghadapi realitas. Pada tahap ini berbagai gejala pasca-trauma muncul,
misalnya "Pasca Trauma Stress Disorder," "Disorder Kecemasan Generalized,"
"Abnormal Dukacita, " dan " Post Traumatic Depresi ".
Akut Stress Paska Trauma:
Gejala-gejala dibawah ini adalah normal, sebagai reaksi atas kejadian yang tidak
normal (traumatik). Biasanya gejala-gejala diawah ini akan menghilang seiring
dengan berjalannya waktu.
 Emosi
Mudah menangis ataupun kebalikkannya yakni mudah marah, emosinya
labil, mati rasa dan kehilangan minat untuk melakukan aktivitas, gelisah,
perasaan ketidakefektifan, malu dan putus asa.
 Pikiran
Mimpi buruk, mengalami halusinasi ataupun disasosiasi, mudah curiga
(pada penyintas kasus bencana karena manusia), sulit konsentrasi,
menghindari pikiran tentang bencana dan menghindari tempat, gambar,
suara mengingatkan penyintas bencana; menghindari pembicaraan tentang
hal itu
 Tubuh
Sakit kepala, perubahan siklus mensruasi, sakit punggung, sariawan atau
sakit magh yang terus menerus sakit kepala, berkeringat dan menggigil,
tremor, kelelahan, rambut rontok, perubahan pada siklus haid, hilangnya
gairah seksual, perubahan pendengaran atau penglihatan, nyeri otot
 Perilaku
Menarik diri, sulit tidur, putus asa, ketergantungan, perilaku lekat yang
berlebihan atau penarikan social, sikap permusuhan, kemarahan, merusak
diri sendiri, perilaku impulsif dan mencoba bunuh diri.

3
Post Trauma Stress Disorder (PTSD):
Meliputi: Jika setelah lebih dari dua bulan gejala gejala di atas (ASPT) masih
ada maka, maka dapat diduga mengalami PTSD, jika memunjukkan gejala ini
selepas 2 bulan dari kejadian bencana:
 Reecperience atau mengalami kembali
Korban akan mengalami kembali peristiwa traumatic yang mengganggu;
misalnya melalui mimpi buruk setiap tidur, merasa mendengar, melihat
kembali kejadian yang berhubungan dengan bencana, dalam pikirannya
kejadian bencana terus menerus sangat hidup, apapun yang dilakukan tidak
mampu mengalihkan pikirannya dari bencana. Pada anak-anak korhan
konflik senjata, mereka bermain perang-perangan berulang-ulang.
 Avoidance atau menghindar
Hal-hal yang berkaitan dengan ingatan akan bencana, misalnya
menghindari pikiran atau perasaan atau percakapan tentang bencana;
menghindari aktivitas, tempat, atau orang yang mengingatkan korban dari
trauma, ketidakmampuan untuk mengingat bagian penting dari bencana,
termenung terus dengan tatapan dan pikiran yang kosong
 Hyperarusal atau rangsangan yang berlebihan
Misalnya kesulitan tidur; sangat mudah marah atau kesulitan
berkonsentrasi; jantung mudah berdebar-debar, keringat dingin, panik dan
nafas terengah-engah saat teringat kejadian, kesulitan konsentrasi dan
mudah terkejut.
Generalized Anxiety Disorder:
Meliputi: Kecemasan yang berlebihan dan khawatir tentang berbagai peristiwa
ataupun kegiatan (tidak terbatas bencana). Cemas berlebihan saat air tidak
mengalir, seseorang tidak muncul tepat waktu.
Dukacita Eksrim:
Biasanya, setelah kematian orang yang dicintai. Seringkali respon pertama
adalah penyangkalan. Kemudian, mati rasa dan kadang kemarahan.
Post Trauma Depresi:
Depresi berkepanjangan adalah salah satu temuan yang paling umum dalam
penelitan terhadap penyintas trauma. Gangguan ini sering terjadi dalam

4
kombinasi dengan Post Traumatic Stress Disorder. Gejala umum depresi
termasuk kesedihan, gerakan yang lambat, insomnia (ataupun kebalikannya
hipersomnia), kelelahan atau kehilangan energi, nafsu makan berkurang (atau
berlebihan nafsu makan), kesulitan dengan konsentrasi, apatis dan perasaan tak
berdaya, anhedonia (tidak menunjukkan minat atau kesenangan dalam aktivitas
hidup), penarikan sosial, pikiran negatif, perasaan putus asa, ditinggalkan, dan
mengubah hidup tidak dapat dibatalkan, dan lekas marah.
c. Tahap Rekonstruksi
Satu tahun atau lebih setelah bencana, fokus bergeser lagi. Pola kehidupan
yang stabil mungkin telah muncul. Selama fase ini, walaupun banyak korban
mungkin telah sembuh, namun beberapa yang tidak mendapatkan pertolongan
dengan tepat menunjukkan gejala kepribadian yang serius dan dapat bersifat
permanen. Pada tahap ini risiko bunuh diri dapat meningkat, kelelahan
kronis, ketidakmampuan untuk bekerja, kehilangan minat dalam kegiatan
sehari-hari, dan kesulitan berpikir dengan logis. Mereka menjadi pendendam
dan mudah menyerang orang lain termasuk orang-orang yang ia
sayangi. Gangguan ini pada akhirnya merusak hubungan korban dengan
keluarga dan komunitasnya.
2. Dampak Bencana Pada Komunitas
Bencana tidak hanya berdampak pada pribadi tapi juga pada komunitas.
Paska bencana dapat saja tercipta masyarakat yang mudah meminta (padahal
sebelumnya adalah pekerja yang tangguh), masyarakat yang saling curiga (padahal
sebelumnya saling peduli), masyarakat yang mudah melakukan kekerasan (padahal
sebelumnya cinta damai). Bencana yang tidak ditangani dengan baik akan mampu
merusak nilai-nilai luhur yang sudah dimiliki masyarakat.
Saat korban dipaksa untuk meninggalkan tanah mereka dan bermigrasi di
tempat lain, tanpa pelatihan dan bekal yang memadai, tidak hanya kehidupan
mereka yang terancam, namun juga identitas dirinya. Mereka dipaksa menjadi
peladang padahal sepanjang hidupnya adalah nelayan, ataupun sebaliknya. Sebagai
akibat jangka panjangnya, konflik perkawinan meningkat, kenaikan tingkat
perceraian pada tahun-tahun setelah bencana dapat terjadi dan juga meningkatnya
kekerasan intra-keluarga (kekerasan pada anak dan pasangan).
Pemberian bantuan yang tidak terpola pada akhirnya merusak etos kerja
mereka dan terjadi ketergantungan pada pemberi bantuan. Bencana fisik bisa

5
menghancurkan lembaga masyarakat, seperti sekolah dan komunitas agama, atau
dapat mengganggu fungsi mereka karena efek langsung dari bencana pada orang
yang bertanggung jawab atas lembaga-lembaga, seperti guru atau imam. Saat guru,
tokoh adat atau tokoh agama menjadi korban dari bencana dan tidak dapat
mejalankan fungsinya, maka sarana dukungan sosial dalam komunitas menjadi
terganggu.

B. Dampak Psikologis Bencana pada Lansia


Para lansia telah mengalami penurunan kemampuan fisik dan mental.
Kemampuan adaptasi yang dimiliki juga sudah sangat jauh berkurang, sehingga sangat
rentan terhadap perubahan. Selain itu kaum lanjut usia ini juga telah kehilangan peran,
sehingga merasa dirinya tidak berarti dan tidak dibutuhkan lagi oleh keluarganya.
Mereka juga rentan terhadap kemungkinan diabaikan oleh keluarga.

C. Aktivitas Psikososial Dalam Menanggulangi Dampak Psikologis


1. Aktivitas Psikososial Berdasarkan Tahap Bencana
Tahap Tanggap Darurat : Pasca dampak-langsung
a. Menyediakan pelayanan intervensi krisis untuk pekerja bantuan, misalnya
defusing dan debriefing untuk mencegah secondary trauma
b. Memberikan pertolongan emosional pertama (emotional first aid), misalnya
berbagai macam teknik relaksasi dan terapi praktis
c. Berusahalah untuk menyatukan kembali keluarga dan masyarakat.
d. Menghidupkan kembali aktivitas rutin bagi anak
e. Menyediakan informasi, kenyamanan, dan bantuan praktis.
Tahap Pemulihan: Bulan pertama
a. Lanjutkan tahap tanggap darurat
b. Mendidik profesional lokal, relawan, dan masyarakat sehubungan dengan efek
trauma
c. Melatih konselor bencana tambahan
d. Memberikan bantuan praktis jangka pendek dan dukungan kepada penyintas
e. Menghidupkan kembali aktivitas sosial dan ritual masyarakat
Tahap Pemulihan akhir: Bulan kedua
a. Lanjutkan tugas tanggap bencana.

6
b. Memberikan pendidikan dan pelatihan masyarakat tentang reseliensi atau
ketangguhan.
c. Mengembangkan jangkauan layanan untuk mengidentifikasi mereka yang
masih membutuhkan pertolongan psikologis.
d. Menyediakan "debriefing" dan layanan lainnya untuk penyintas bencana yang
membutuhkan.
e. Mengembangkan layanan berbasis sekolah dan layanan komunitas
lainnya berbasis lembaga.
Fase Rekonstruksi
a. Melanjutkan memberikan layanan psikologis dan pembekalan bagi pekerja
kemanusiaan dan penyintas bencana.
b. Melanjutkan program reseliensi untuk antisipasi datangnya bencana lagi.
c. Pertahankan "hot line" atau cara lain dimana penyintas bisa menghubungi
konselor jika mereka membutuhkannya.
d. Memberikan pelatihan bagi profesional dan relawan lokal tentang
pendampingan psikososial agar mereka mampu mandiri.
2. Aktivitas Psikososial Pada Lansia
a. Berikan keyakinan yang positif
b. Dampingi pemulihan fisiknya dengan melakukan kunjungan berkala
c. Berikan perhatian yang khusus untuk mendapatkan kenyamanan pada lokasi
penampungan
d. Bantu untuk membangun kembali kontak dengan keluarga maupun lingkungan
sosial lainnya
e. Dampingi untuk menapatkan pengobatan dan bantuan keuangan
3. Trauma Healing
Untuk mengatasi trauma pada korban bencana, maka dilaksanakan program trauma
healing. Trauma healing merupakan salah satu program yang bertujuan untuk
penyembuhan luka trauma yang dialami oleh korban bencana, mulai dari anak-
anak, dewasa, dan lansia. Beberapa program trauma healing yang dapat
dilaksanakan yaitu:

a. Diskusi kelompok

7
Diskusi kelompok dapat dijalankan dengan membentuk FGD (Focus Group
Discussion) dimana dalam kelompok ini, peserta mendiskusikan sebuah topic
masalah kemudian mencari pemecahan masalah dari topic yang diangkat dan
disepakati.1
b. Kegiatan ibadah
Kegiatan ibadah sangat membantu korban bencana dalam menerima apa yang
dialaminya dengan ikhlas dan lapang dada. Selain, fisik, rohani korban juga
perlu diberikan siraman agar korban tetap tegar dalam menjalani kondisinya
saat pasca bencana. Salah satu kegiatan ibadah yang dapat dijalankan untuk
korban dewasa yaitu majelis taklim.
c. Kesenian dan keterampilan
Kegiatan kesenian dan keterampilan yang dilakukan hendaknya kegiatan yang
dapat menghasilkan uang, sehingga kegiatan ini memberikan manfaat bagi
korban dewasa. Diantara kegiatan kesenian dan keterampilan yang dapat
dilakukan, yaitu: menyulam, merajut, memasak, dan lain-lain.
d. Terapi Aktivitas dan exercise pada lansia
Melakukan latihan fisik secara teratur dengan tujuan meningkatkan kesehatan,
bisa dilakukan individu dan kelompok.

BAB III
8
SKENARIO

A. Naskah Role Play


Tanggal 23 oktober 2018, Banjir merendam ratusan rumah warga di Kota
Pekanbaru tepatnya didaerah Rumbai akibatnya, ratusan warga harus dievakuasi ke
tempat yang lebih aman. Banjir terjadi akibat hujan deras yang mengguyur kawasan
tersebut sepanjang Kamis sore hingga Jumat pagi. Serta diperparah meluapnya Sungai
Satu kelompok relawan yang terdiri dari mahasiswa keperawatan STIKes mitra
bunda persada batam, datang ke Kecamatan Rumbai untuk memberikan Trauma
Healing pada wanita ,lansia dan remaja di salah satu desa di Kecamatan Rumbai ini,
banyak terdapat lansia dan remaja dengan bermacam-macam trauma (kehilangan
harta, rumah, orang tua, anak/cucu, istri/suami, keluarga).

1. Pelaksanaan Kegiatan
a. Topik : Pengkajian Psikologis Pada Korban Pasca Bencana
b. Sasaran : Lansia dan Remaja Korban Pasca Banjir
c. Metode : Diskusi
d. Media Dan Alat : Audio dan buku gambar beserta peralatan gambar
e. Tempat : Balai Desa Kecamata Rumbai
f. Hari/Tanggal : 2018
g. Waktu : 09.00-09.30 WIB

2. Pengorganisasian
Struktur Pengorganisasian
a. Pembaca Naskah : Lidya Nanda sari
b. Leader : Tari Martiana
c. Co Leader : Dwi Fadhila Rahma
d. Fasilitator :
e. Observer : 1. Cindy Dwi Sastika
2. Kharis Adha
f. Ibu : 1. Ikar Nurjannah
2. Kerty Windi Wulandari
3. Mardalisa
4. Nur Hanani Afifa
9
5. Rizka Ayu Gustia
6. Tania Afriani
g. Bapak : 1. Ma Ufi Azmi

3. Tugas Pengorganisasian
a. Narator
- Yang menceritakan narasi, yakni kisah yang lengkap dengan kronoligi
waktunya .
b. Leader
- Menyusun rencana pembuatan proposal
- Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
- Merencanakan dan mengontrol therapi aktifitas kelompok
- Membuka aktifitas kelompok
- Memimpin diskusi dan therapi aktifitas kelompok
- Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota diskusi
lainnya untuk memperkenalkan diri
- Membacakan tujuan therapi aktivitas kelompok
c. Co leader
- Membantu leader mengorganisasi anggota
- Apabila therapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader
- Menggerakkan anggota kelompok
d. Fasilitator
- Memotivasi dan memfasilitasi para masyarakat untuk bertanya
- Mengajak para warga untuk menyampaikan luahan hati
- Meminimalkan gangguan dari luar yang menghambat lancarnya
kegiatan

e. Observer
- Mengobservasi jalannya therapi aktifitas kelompok mulai dari persiapan,
proses dan penutup.
- Mencari serta mengarahkan respon klien
- Mencatat semua proses yang terjadi
- Memberi umpan balik pada kelompok

10
- Melakukan evaluasi pada therapi aktifitas kelompok
- Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
- Membacakan kontrak waktu
f. Bapak / ibu
- Berperan sebagai lansia yang akan melakukan proses terapi trauma
healing,

11
B. Strategi Komunikasi
Tahap orientasi
Leader : “ Assalamu’alaikum Ibu-ibu/Bapak”
Peserta : “
Wa’alaikum salam”
Leader : “Bagaimana kabarnya pagi ini?”

12
Semua peserta : “ Baik (beberapa orang menjawab sehat)”
Leader : “ Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu-ibu/Bapak yang telah
meluangkan waktunya untuk datang ke balai desa ini dan bertemu dengan kami ”
Leader : “ Perkenalkan nama saya Fiya kumala, biasa dipanggil fiya.
Teman saya yang berada hadapan Ibu-ibu/Bapak sekalian yang sebelah kanan saya
namanya Tari. yang ini namanya Rani dan yang ini namanya Hervina kami berempat
adalah mahasiswa Keperawatan STIKes Mitra Bunda Persada Batam Ibu-ibu/Bapak.”
Fasilitator : “ Salam kenal Ibu-ibu/Bapak “
Leader : “ Apakah Ibu-ibu/Bapak semua sudah saling kenal?”
Peserta : “ Sudah dek....”
Leader : “ Baiklah, kan semuanya udah saling kenal, sekarang kami juga
ingin mengenal Ibu-ibu/Bapak. Sekarang kita kenalan dulu ya Bu. Dimulai dari Ibu yang
di sebelah kanan saya. Silahkan Bu, perkenalkan nama, nama panggilan, dan alamatnya.“
( Masing-masing ibu memperkenalkan diri. )
Leader : “Oke, semua ibu telah memperkenalkan diri, saya ulangi ya Bu.
( Leader menyebutkan nama masing-masing Ibu). Kami datang ke sini agar sejenak
melepaskan rasa sedih yang ibu alami pasca bencana yaitu dengan saling berbagi
kesedihan dan kami pun ingin sedikit menjelaskan bagaimana agar hati kita bisa tegar
menghadapi cobaan ini, dan kami juga ingin memberikan terapi kepada Bapak Ibu semua
yaitu berupa teknik relaksasi otot, gunanya merilekskan kondisi pikiran tubuh melalui
olah otot. Bagaimana Ibu-ibu/Bapak?? Setuju??”
Peserta : “Setuju”
Leader : “Selama 30 menit ke depan, kami juga akan membantu Ibu-
ibu/Bapak dalam relaksasi otot tersebut”

Fase kerja
Co Leader : “Baik, sebelum kita semua melakukan terapi ada tidak diantara
Ibu / Bapak semua yang ingin berbagi tentang pengalaman ataupun isi hati tentang
bencana banjir ini”?
Ibu 2 : “Saya dek, saya sangat khawatir sekali sama keadaan kami ini
dek, sedih bagaimana nasib kami kedepannya nanti, rumah saya tenggelam dan saya tidak

13
tau bagaimana kondisinya, anak saya sekarang sulit disuruh makan, saya stress dibuatnya
nak”.
Ibu 3 : “Saya pusing saya gak bisa berpikir lagi karna saya kehilangan
rumah saya dan harta saya, saya seorang diri di sini, anak anak saya merantau, saya hidup
dengan gaji pensiunan saya, dan peninggalan suami saya, tapi sekarang sudah hanyut
semua, anak anak saya belum tau kondisi tentang saya sedangkan saya belum memeberi
kabar”,
Ibu 5 : “Saya juga pusing, semua harta saya hanyut, juga saya belum
mamberi kabar keluarga saya di kota di karenakan komunikasi melalui hp saja saya tidak
bisa”,
Ibu 5 : “ Banjir ini membuat saya kehilangan semuanya “
Co Leader : ”Baiklah ibu, mari kita banyak berdo’a kepada Allah, yakin
bahwa disebalik musibah Allah telah menyiapkan hikmah yang luar biasa, mari kita
berprasangka baik kepada Allah, dan renungkan kembali apa dari kita yang menyebabkan
bencana banjir ini, apakah itu kita selalu membuang sampah sembarangan atau kita telah
menebang hutan secara liar?, sekarang mari kita lakukan hal-hal yang positif, mari kita
perbanyak interaksi sesama teman kita yang terkena musibah disini, agar kita tidak
merasa terlalu berat dalam menghadapi semua ini, apakah ada ibu bapak disini yang
kehilangan keluarganya?
Bapak : “ Saya nak, saya belum bertemu dengan keluarga saya”
Ibu 1 : “ Saya juga nak belum ketemu sama suami saya nak “
Ibu 4 : “Saya juga nak belum ketemu dengan cucu saya yang waktu
kejadian banjir sedang bermain di lapangan dan sampai sekarang belum ketemu, yang
saya khawatirkan cucu saya terbawa hanyut oleh banjir nak”
Co Leader : ” Oke, mari selepas ini kita bantu Bapak / Ibu yang belum
menemukan keluarganya, kita bantu bersama-sama agar lebih memudahkan,”
Leader : “ Baiklah Bapak / Ibu semua mari kita melakukan terapi berupa
tekhnik relaksasi otot, yang mana fungsinya merilekskan kondisi pikiran tubuh melalui
olah otot, Sebelumnya apakah sudah ada diantara Ibu-ibu/Bapak yang pernah
mencobakan teknik relaksasi otot??”
Ibu-ibu/Bapak : “ Belum”
Co Leader : “ Hm.. Baiklah, nanti kita akan latihan teknik relaksasi otot.
Bagaimana kalau sebelum memulai acara ini. Kita berdoa dulu?”

14
Relaksasi otot adalah cara untuk merilekskan kondisi pikiran tubuh melalui olah otot.
Penekanan utama pada relaksasi otot adalah menstimulasi otak untuk menyadari
kemampuan nya untuk memilih.
1. Tarik napas dalam-dalam, lalu tahan hitung 1…2…3....4.....5. (selama kira-kira 15-
20 detik). Lalu lepaskan.
2. Sekarang kerutkan dahi Ibu-ibu/Bapak sebanyak mungkin.
Tahan.1…tahan….2….semakin kuat 3…lebih kuat lagi, 4.....5…..Ya…. Lepaskan..
Ulangi lagi……(ulangi 2 kali, shg total 3 kali)
3. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
4. Sekarang buka mata Ibu-ibu/Bapak selebar mungkin. Tahan.
Hitung1….2…..3....4...tahan...5 ….Sekarang kendorkan. (Ulangi dua kali)
5. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
6. Tutup mata Ibu-ibu/Bapak sekuat mungkin, rasakan ketegangan disekitar kelopak
mata….hitung 1….2…..3…4...5... lepaskan…rilekskan….ulangi lagi dua kali
7. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
8. Sekarang buka mulut Ibu-ibu/Bapak selebar mungkin. Lebih lebar lagi.
1….2…..3…4...5... Ok kembali santai. ulangi lagi dua kali
9. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
10. Tegangkan bibir Ibu-ibu/Bapak dengan memonyongkan mulut Ibu-ibu/Bapak,
1….2…..3…4...5.... Ok sekarang kembali santai. ulangi lagi dua kali
11. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
12. Angkat kedua bahu Ibu-ibu/Bapak, bernapaslah dengan normal, 1….2…..3…4...5....
Sekarang jatuhkan tangan. ulangi lagi dua kali
13. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
14. Sekarang, kepalkan keras-keras tangan Ibu-ibu/Bapak, . Rasakan tegangan yang
terjadi. Hitung sampai lima, pada hitungan kelima lepaskan kepalan Ibu-ibu/Bapak.
ulangi lagi dua kali
15. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
16. Angkat tangan Ibu-ibu/Bapak lagi, lengkungkan jari-jari Ibu-ibu/Bapak ke belakang
mengarah ke tubuh Ibu-ibu/Bapak. 1….2…..3…4...5... lepaskan dan santai. ulangi
lagi dua kali
17. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks

15
18. Sekarang lengkungkan punggung Ibu-ibu/Bapak ke belakang. Tahan. Pastikan
tangan Ibu-ibu/Bapak santai, 1….2…..3…4...5.... Sekarang lepaskan. ulangi lagi dua
kali
19. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
20. Bungkukkan punggung Ibu-ibu/Bapak ke depan. Tahan dan pastikan Ibu-ibu/Bapak
bernapas dengan normal dan kedua tangan Ibu-ibu/Bapak tetap santai,
1….2…..3…4...5.... Sekarang kembali santai. ulangi lagi dua kali
21. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
22. Palingkan kepala Ibu-ibu/Bapak ke kanan dan tegangkan leher Ibu-ibu/Bapak
1….2…..3…4...5.... Santai, dan kembalikan posisi kepala Ibu-ibu/Bapak ke posisi
semula. ulangi lagi dua kali
23. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
24. Palingkan kepala ke kiri tegangkan leher Ibu-ibu/Bapak, 1….2…..3…4...5.... Santai
sekarang kembalikan posisi kepala ke posisi semula. ulangi lagi dua kali
25. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
26. Sekarang tundukkan kepala Ibu-ibu/Bapak hingga hampir menyentuh dada. Tahan.
Sekarang kembalikan posisi kepala Ibu-ibu/Bapak. ulangi lagi dua kali
27. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
28. Sekarang hirup udara dan simpan di dada, sehingga dada Ibu-ibu/Bapak membesar,
tahan 1…2…3….4...5.. (ulangi dua kali)
29. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
30. Pertahankan relaksasi ini, angkat kedua tungkai Ibu-ibu/Bapak 1….2…..3…4...5...
Sekarang turunkan.
31. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
32. Sekarang lengkungkan jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak mengarah ke tubuh Ibu-
ibu/Bapak. Lengkungkan sekeras mungkin. 1….2…..3…4...5...
33. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
34. Lengkungkan jari Ibu-ibu/Bapak ke arah sebaliknya. Perhatikan
tegangannya1….2….3. Sekarang santai kembali.
35. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
36. Santai, sekarang lengkungkan jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak, sekeras mungkin. Ok
relaks.
Ini mengakhiri secara resmi prosedur relaksasi ini. Sekarang eksplorasi tubuh Ibu-
ibu/Bapak dari kaki ke atas. Pastikan setiap otot santai.

16
- yang pertama jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak, tungkai Ibu-ibu/Bapak…, pantat Ibu-
ibu/Bapak…. perut Ibu-ibu/Bapak… bahu Ibu-ibu/Bapak… leher Ibu-ibu/Bapak…
mata Ibu-ibu/Bapak… dan terakhir dahi Ibu-ibu/Bapak
- Nah, sepertinya semua sudah santai sekarang. Tetaplah duduk (atau berbaringlah) di
sana, perhatikan pada rasa hangat yang dihasilkan oleh relaksasi ini. Tahan keadaan
ini (kira-kira 1 menit). Sekarang saya akan menghitung dari satu sampai lima. Saat
sampai hitungan ke lima saya ingin Ibu-ibu/Bapak membuka mata Ibu-ibu/Bapak
dengan perasaan sangat tenang ,santai dan sangat segar. Satu…merasa sangat
tenang; Dua… sangat tenang, sangat segar; Tiga… sangat segar; Empat…; dan
Lima.

Fase terminasi
Leader : “ Bagaimana perasaan Ibu-Ibu/Bapak setelah membuat karya tadi?”
Ibu 1 :” Segar nak”
Ibu 2 :” Senang, nak.”
Ibu 4 :” Sering-sering aja kayak gini nak.”
Leader :“Nanti setelah ini ibu bisa memperlihatkan dan mengajarkan kepada
teman-teman ibu. Jika memungkinkan, Ibu bahkan bisa membentuk kelompok untuk
melakukan teknik relaksasi otot ini”
Leader : “ Karena semua acara kita udah selesai,, kita akan menutup acara ini
dengan membacakan lafaz Alhamdulillah. Sampai ketemu lagi di lain waktu. Kami
berharap kedatangan kami ke sini memberi manfaat bagi Ibu-Ibu/Bapak semua. Mohon
Maaf Atas Semua kesalahan. Saya tutup dengan Asslamualaikum. Wr.wb. “
Peserta : “ Wa’alaikum salam. “

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
17
Pada masalah psikososial pada llansia dalam pasca bencana untuk mengatasi
trauma pada korban bencana, maka dilaksanakan program trauma healing. Trauma
healing merupakan salah satu program yang bertujuan untuk penyembuhan luka
trauma yang dialami oleh korban bencana, mulai dari anak-anak, dewasa, dan
lansia. Beberapa program trauma healing yang dapat dilaksanakan yaitu:
- Diskusi kelompok
- Kegiatan ibadah
- Kesenian dan keterampilan
- Terapi Aktivitas dan exercise pada lansia

18

Anda mungkin juga menyukai