Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT TROFOBLAS GESTASIONAL ( PTG )

Dosen Pengampu : Ns. Desi Ari Madianti M.Kep, Sp.Kep, Mat

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Ani Septianingrum 142012018004


Dewi Yunita 142012018010
M.Valid Aziz Aptaduri 142012018018
Mutahit 142012018024
Rika Asmita 142012018034
Rintan Ristianti 142012018035
Siti Munawaroh 142012018039

SI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ” PENYAKIT TROFOBLAS
GESTASIONAL ( PTG ) ”

Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang
telah memberikan kepada kami berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh
karena itu, kami bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak yang tak dapat saya sebutkan satu per satu, semua yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.

Pringsewu, Februari 2020

Kelompok 6

DAFTAR ISI
HALAHAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang......................................................................................
b. Rumusan Masalah.................................................................................
c. Tujuan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Trofoblas.............................................................................
b. Etiologi..................................................................................................
c. Patofisiologi dan Pathway.....................................................................
d. Tanda dan Gejala..................................................................................
e. Pemeriksaan Penunjang........................................................................
f. Komplikasi............................................................................................
g. Penatalaksanaan....................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian...............................................................................................
b. Diagnosa Keperawatan............................................................................
c. Intervensi Keperawatan...........................................................................
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan .............................................................................................
b. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Trofoblas adalah jaringan yang pertama kali mengalami diferensiasi pada


masa embrional dini kemudian berkembang menjadi jaringan ekstraembrionik
dan membentuk plasenta yang merupakan interfase janin maternal. Penyakit
trofoblas dapat berupa tumor atau keadaan yang merupakan predisposisi
terjadinya tumor (Wiknjosastro, 2009).

Penyakit trofoblas ganas merupakan suatu tumor ganas yang berasal dari
sito dan sinsiotrofoblas yang menginvasi miometrium, merusak jaringan di
sekitarnya dan pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan.2
Penyakit trofoblas gestasional merupakan sebuah spektrum tumor-tumor
terkait, termasuk mola hidatidosa, mola invasif, placental-site trophoblastic
tumor dan koriokarsinoma, yang memiliki berbagai variasi lokal invasi dan
metastasis. Menurut FIGO, 2006 istilah Gestational trophoblastic neoplasia
(GTN) atau Penyakit tropoblas ganas (PTG) menggantikan istilah - istilah
yang meliputi chorioadenoma destruens, metastasizing mole, mola invasif
dan koriokarsinoma

Demikian pula dengan penyakit trofoblas, pada hakekatnya merupakan


kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin
yang sempurna melainkan menjadi keadaan patologik yang terjadi pada
minggu – minggu pertama kehamilan berupa degenerasi hidropik dari jonjot
jorion sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola hidatidosa. Pada
umumnya penderita akan menjadi baik kembali, tetapi diantaranya yang
kemudian mengalami degenerasi keganasan berupa koriokarsinoma
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan
makalah sebagai berikut :
1. Apa definisi penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) ?
2. Apa etiologi Tro penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) ?
3. Bagaimakah patofisiologi penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) ?
4. Apa sajakah tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit Trofoblas
Gestasional (PTG) ?
5. Apa sajakah pemeriksaan penunjang penyakit Trofoblas Gestasional
(PTG) ?
6. Apa saja komplikasi penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) ?
7. Bagaimana penatalaksanaanya penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) ?
8. Bagaiman asuhan keperawatan penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui definisi penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) ?
2. Mengetahui etiologi Tro penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) ?
3. Mengetahui patofisiologi penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) ?
4. Mengetahui tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit Trofoblas
Gestasional (PTG) ?
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit Trofoblas Gestasional
(PTG)?
6. Mengetahui komplikasi penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) ?
7. Mengetahui penatalaksanaanya penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) ?
8. Mengetahui asuhan keperawatan penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TROPOBLAS
Penyakit Trofoblastik Gestasional adalah sekelompok penyakit yang
berasal dari khorion janin. Terdiri dari molahidatidosa, mola invasif,
koriokarsinoma dan Tumor Trofoblastik Plasental Site (PSTT) yang ditandai
oleh proliferasi jaringan trofoblastik yang abnormal. Molahidatidosa
merupakan bentuk jinak dari penyakit trofoblas gestasional dan dapat
mengalami transformasi menjadi bentuk ganasnya yaitu koriokarsinoma
(Anita Lockhart & Lyndon S, 2014).

Penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) atau Gestational Trophoblastic


Disease adalah kelainan proliferasi trofoblas pada kehamilan, berupa suatu
spektrum tumor saling berhubungan tetapi dapat dibedakan secara histologis
(Prawirohardjo, 2011).

Penyakit trofoblas gestasional (PTG) adalah spektrum tumor yang


berasal dari proliferasi abnormal jaringan trofoblas plasenta, mencakup
mola hidatidosa (komplit dan parsial), mola invasif, koriokarsinoma,
placental site trophoblastic tumor, dan epithelioid trophoblastic tumour.
(Anticancer Agents Med Chem. 2010)

B. ETIOLOGI
1. Penyebab yang pasti tidak diketahui (idiopatik).
2. Para peneliti riset meyakini bahwa penyakit trofoblastik gestasional
berkaitan dengan kondisi ibu yang buruk, khususnya asupan protein dan
asam folat yang kurang, ovum yang cacat, kelainan kromosom atau
gangguan keseimbangan hormonal.
3. Pada 50% pasien koriokarsinoma memiliki riwayat hamil mola.
4. Pada 50% lainnya penyakit tersebut biasanya didahului oleh abortus
spontan atau abortus yang diinduksi, kehamilan ektopik atau kehamilan
normal (Anita Lockhart & Lyndon S, 2014).
5. Faktor ovum
Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
6. Immunoselektif dari trofoblast
Yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi
menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hyperplasia sel- sel trofoblast.
7. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi
ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal
yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa.
8. Paritas tinggi
Ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya
abnormalitas pada kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan
kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa dan berikutnya menjadi
koriokarsinoma.
9. Kekurangan protein
Sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus
sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan
gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-
jonjot korion.
10. Infeksi virus dan faktor kromosom
C. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Sel-sel villi trofoblastik pada kelainan ini akan mengakibatkan
peningkatan ukuran yang cepat dan terisi dengan cairan. Sel trofoblast
terletak pada cincin sebelah luar blastoksit (struktur yang tebentuk lewat
pembelahan sel pada sekitar hari ke-3 hingga ke-4 pasca fertilisasi). Sel-sel
ini pada akhirnya akan menjadi bagian dari struktur yang membentuk
plasenta dan selaput janin. Ketika mulai berdegenerasi, sel-sel tersebut akan
terisi cairan. Sel trofoblast menjadi edematous dan gambarannya berupa
vesikel yang terlihat sebagai kumpulan buah anggur. Sebagai akibatnya,
embrio tidak dapat berkembang melewati tahap primitif awal (Anita Lockhart
& Lyndon S, 2014).
PATHWAY

Defisiensi nutrisi
(protein)

Embrio mati
(3-5 minggu)

Gangguan
peredaran darah

Penimbunan
cairan di
mesenkim vili

Terbentuk
gelembung

Degenerasi
keganasan

Penyakit Trofoblas
Gestasional

Kerusakan Invasi ke otot Metastase ke Peningkatan


jaringan dan pembuluh organ lain kadar hCG
Mk:
oleh darah uterus
Hipotalamus Mk: Defisit
karsinoma
volum cairan
Mual dan muntah

Perdarahan Massa tumor metastasis Paru Organ pencernaan


PK: ke cavum uteri, serviks,
per vagina
Perdaraha vulva, vagina
n
Invasi ke Gangguan absorbsi
Mk: Risiko alveoli
Gangguan
pertukaran gas Mk: Risiko nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
D. TANDA DAN GEJALA
1) Perdarahan yang tidak teratur setelah berakhirnya suatu kehamilan dan
dimana terdapat subinvolosio uteri juga perdarahan dapat terus menerus
atau intermiten dengan perdarahan mendadak dan terkadang masif.
2) Pada pemeriksaan ginekologi ditemukan uterus membesar dan lunak.
3) Kista tekalutein bilateral.
4) Lesi metastasis di vagina dan organ lain.
5) Perdarahan karena perforasi uterus atau lesi metastasis ditandai dengan:
- Nyeri perut,
- Batuk darah,
- Melena
- Peningkatan tekanan intrakranial berupa sakit kepala, kejang, dan
hemiplegia.
6) Kadar β hCG paska mola setelah menurun, tidak menurun malahan dapat
meningkat lagi atau titer β hCG yang meninggi setelah terminasi
kehamilan, mola atau abortus.
7) Pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan adanya lesi yang metastasis.
Pada sediaan histopatologis dapat ditemukan villus namun demikian
dengan tidak memperlihatkan gambaran patologik tidak dapat
menyingkarkan suatu keganasan.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radioimmunoassay menunjukkan kenaikan hCG yang
ekstrim pada awal kehamilan.
2. Pemeriksaan histology terhadap vesikel akan membantu konfirmasi
diagnosis.
3. Ultrasonografi yang dilakakukan sesudah kehamilan bulan ke-3 akan
memperlihatkan kumpulan mirip buah anggur dan bukan janin; skeleton
janin tidak terdeteksi dengan pemeriksaan USG; dan gambar USG
menunjukkan pola mirip serpihan salju.
4. Kadar hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah sel darah merah (eritrosit;
RBC), prothrombin time, partial thromoplastin time, kadar fibrinogen
dan hasil pemeriksaan fungsi hati serta renal semuanya menunjukkan
nilai yang abnormal.
5. Hitung leukosit dan laju endap darah mengalami peningkatan (Anita
Lockhart & Lyndon S, 2014).

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit trofoblas gestasional
diantaranya:
1. Perdarahan hebat sampai menyebabkan syok,
2. Perdarahan berulang yang dapat menyebabkan anemia
3. Infeksi dekunder
4. Perforasi karena keganasan dan karena keganasan
5. Beberapa akan mengalami gejala tirotoksikosis,
6. Serta terdapat kemungkinan yang cukup besar untuk terjadi keganasan
pasca mola yang dapat menyebabkan kematian bila tidak mendapat
pengobatan secara tepat, sehingga karakteristik klinis dari penderita PTG
mempunyai peranan penting untuk dapat membuat diagnosis yang cepat
dan tepat, terapi yang efektif dan efisien, yang pada akhirnya diharapkan
dapat memberikan prognosis yang baik.

G. PENATALAKSANAAN
PTG risiko rendah, di mana skor WHO kurang atau sama dengan 6 pada
FIGO stadium I-III. Hampir seluruh pasien risiko rendah diterapi dengan
kemoterapi agen tunggal dengan MTX atau Act-D. Kemoterapi agen tunggal
menunjukkan 50-90% kasus remisi. Terdapat variasi dalam dosis, frekuensi,
dan rute pemberian kemoterapi.
1. Penatalaksanaan Medis
a) Kemoterapi.
b) Melakukan tindakan induksi abortus jika abortus spontan tidak terjadi.
c) Pemeriksaan VT dan foto rontgen thorax dengan interval teratur.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Terapi
Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok
dan perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
 Jika pembukaan kelanis servikalis masih kecil
- Pasang batang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama
12 jam.
- Setelah itu pasang infus dektrosa 5% yang berisi 50 satuan
oktisitosin (pitosin atau sintosinon) ; cabut laminaria kemudian
setelah itu lakukan evakuasi isi fakum uteri dengan hati-hati.
- Paling baik dilakukan evakuasi jaringan dengan menggunakan
suction curettage diikuti sendok kuret besar dan terakhir dengan
menggunakan sendok kuret kecil.
- Evakuasi kontraksi uterus. Berikan methyl ergometrim intravena
untuk memperbaiki kontraksi uterus.
- Evakuasi perdarahan. Bila perdarahan banyak pasang tampon
uterovagina 24 jam.
 Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo-patologik dalam
dua porsi.
 Berikan uterotonika (methyl ergometrim), antibiotika, analgetika,
dan tranfusi darah sampai Hb mencapai 8 gr%.
 Kini lazimnya kerokan cukup dikerjakan 1x saja. Kerokan kedua
dilakukan bila pada kerokan pertama terlalu banyak jaringan
tertinggal dikarenakan uterus yang besar atau karena operator
khawatir akan terjadi perforasi uterus.
 Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi (high risk
mola): usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus
yang sangat besar (mola besar), yaitu setinggi pusat atau lebih.
2) Periksa Ulang ( Follow Up)
Penderita danjurkan untuk menunda kehamilan dan menggunakan
alat KB kondom.
 Penggunaan KB dengan preparat estrogen tidak dianjurkan karena
resiko memperlambat penurunan kadar B HCG.
 Penggunaan AKDR perlu berhati-hati karena meningkatkan resiko
perforasi dan efek sampai bercak dan pendarahan akan
menghamburkan gejala kekambuhan mola hidatisoda.
 Follow up dilakukan dengan memeriksa kadar B HCG darah serial
setiap 2 minggu sampai hasilnya negative 2x berturut-turut tercapai
dalam 12 minggu pasca evakuasi.
 Apabila kadar B HCG menetap atau meningkat, maka diagnosis
berubah menjadi penyakt trofoblas ganas walauoun hasil
pemeriksaan histopatologi tidak menentukan tanda-tanda
keganasan sehingga memerlukan ajuvant kemoterapi. Keganasan
masih dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola
hidatisoda menurut Harafah (1970) tumor timbul 34,5% dalam 6
minggu, 62,15 dalam 12 minggu dan 79,4% dalam 24 minggu serta
97,2% dalam 1 tahun setelah mola keluar.
3) Menghindari kehamilan sampai kadar hCG normal kembali (dapat
memerlukan waktu sampai 1 tahun) (Anita Lockhart & Lyndon S,
2014).
4) Sitotastika pada mola hidatisoda
Beberapa institute telah memberikan methotrexate (MTX) pada
penderita mola dengan tujuan sebagai gravilaksis terhadap keganasan
para ahli lain tidak setuju pemberin ini karena disatu pihak obat ini
tertentu mencegah keganasan, dipihak lain obat ini tidak luput dari efek
samping dan penyulit yang berat. Beberapa penulis menganjurkan
pemberian MTX trofilaksis bila:
 Pengamatan lanjutan sukar dilakukan.
 Apabila 4 minggu setelah efakuasi mola uji kehamilan biasa tetap
positif
 Pada high risk mola
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan


menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan
bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1. Identitas Klien
b. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi;
nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
c. Keluhan utama: kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang.
d. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Kaji adanya kehamilan molahidatidosa sebelumnya, apa
tindakan yang dilakukan, kondisi klien pada saat itu.
3) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya
DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga
g. Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang menorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya.
h. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
i. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluhan yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis
dan jenis obat lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya
terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan
penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
1) Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi,
lesi terhadap drainase.
2) Pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan.
3) Bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
b. Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh
dengan jari.
1) Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
2) Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
3) Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal.
c. Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung
pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang
organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
1) Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
2) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
d. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan
bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan
bunyi yang terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti
untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk
bising usus atau denyut jantung janin(Johnson & Taylor, 2005 : 39).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan lesi karena metastasis
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
4. Defisit volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX. TUJUAN INTRVENSI RASIONAL
KEP
1. Nyeri Klien akan 1. Kaji tingkat nyeri, 1.mengetahui tingkat
berhubun menunjukka lokasi dan skala nyeri yang dirasakan
gan n nyeri nyeri yang sehingga dapat
dengan berkurang/h dirasakan klien. membantu
lesi ilang. 2. Observasi tanda- menentukan
karena Kriteria tanda vital tiap 8 intervensi yang tepat
metastasi hasil : jam. 2.perubahan tanda-
s - Klien 3. Anjurkan klien tanda vital terutama
mengatak untuk melakukan suhu dan nadi
an nyeri teknik relaksasi merupakan salah
berkurang 4. Beri posisi yang satu
/ hilang nyaman indikasipeningkatan
- Ekspresi 5. Kolaborasi nyeri yang dialami
wajah pemberian oleh klien
tenang analgetik 3.tehnik relaksasi
- TTV dapat membuat klien
dalam merasa sedikit
batas nyaman dan
normal distraksi dapat
(90- mengalihkan
130/60- perhatian klien
90mmHg, terhadap nyeri
RR: 16- sehingga dapat
20x/menit membantu
, T:36,5- mengurangi nyeri
37,5, HR: yang dirasakan
60- 4.posisi yang nyaman
100x/men dapat
it). menghindarkan
penekanan pada area
luka atau nyeri
5.obat-obatan
analgetik akan
memblok reseptor
nyeri sehingga nyeri
tidak dapat
dipersepsikan
2. Ketidake Setelah di 1. Monitor tanda 1. ttv merupakan
fektifan lakukan tanda vital: indikator utama
perfusi tindakan mengumpulkan yang dapat
jaringan keperawata dan menganalisis diketahui ketika
perifer n selama sistem karbo terjadi perubahan
b.d 3x24 jam peskuler perkusi jaringan.
perdarah diharapkan pernafasan dan Aktifitas:
an klien akan suhu untuk a. Monitor tekanan
menunjukan menentukan dan darah,
perkusi mencegah nadi,suhu,dan RR
jaringan komplikasi setiap 6 jam atau
periper sesuai indikasi.
yang b. Monitor prekunsi
adekuat. dan irama
Dengan pernafasan.
kriteria 2. Monitor status c. Monitor pola
hasil: neurologi pernafasan
a. klien abnormal
melaporka d. Monitor suhu
n warna dan
badannya kelembapan kulit.
tidak e. Monitor sianosis
lemas perifer.
b. anemis (-) 2. perubahan status
c. CRT<2 neourolog
detik merupakan tanda
d. sianosis gejala yang dapat
(-) muncul
e. akral ketidakefektifan
hangat 3. Monitor perfusi jaringan
f. hb (11-15 keseimbangan yang disebabkan
g/dL) cairan perdarahan.
g. ttv dalam Aktivitas:
batas a. Monitor ukuran,
normal bentuk,
(td:90- simetrismitas, dan
130/60-90 reaktifitas pupil.
mmhg,RR b. Monitor tingkat
:16- kesadaran klien
20x/menit c. Monitor tingkat
,T;36,5- orientasi
37,5,HR d. Monitor GCS
60- e. Monitor respon
100x/men pasien terhadap
it) pekerjaan
f. Informasikan
pada dokter
tentang kondisi
pasien
3. Aktivitas:
a. Mencatat intake
dan outup cairan
b. Kaji adanya
tanda-tanda
dehidrasi(tugor
kulit jelek,mata
cekung dan lain-
lain)
c. Monitor status
nutrisi
d. Persiapkan
pemberian nutrisi
(seperti
mengecek darah
dengan identitas
pasien,menyiapka
n terpasangnya
alat transfusi)
e. Awasi pemberian
komponen darah
atau transfusi
f. Awasi respon
klien selama
pemberian
komponen darah
g. Monitor hasil
laboratorium
(kadar hb, besi,
besi serum, angka
trombosit)
3. Ansietas Setelah 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui sejauh
berhubun dilakukan kecemasan klien mana kecemasan
gan tindakan 2. Beri kesempatan tersebut
dengan keperawata pada klien untuk mengganggu klien
perubaha n selama mengungkapkan 2. Ungkapkan perasaan
n status 3x24 jam. perasaannya dapat memberikan
kesehata Diharapkan 3. Mendengarkan rasa lega sehingga
n. klien keluhan klien mengurangi rasa
menunjukka dengan empati kecemasan
n 4. Jelaskan pada klien
kecemasan tentang proses 3. Dengar
berkurang penyakit dan terapi mendengarkan
atau hilang. yang diberikan keluhan klien secara
Dengan 5. Beri dorongan empati maka klien
kriteria spiritual/suport merasa diperhatikan
hasil: 4. Menambah
a. Ekspresi pengetahuan klien
wajah sehingga klien tahu
tenang tentang penyakitnya
b. Klien
tidak 5. Menciptakan
sering ketenangan batin
bertanya sehingga kecemasan
tentang dapat berkurang.
penyakitn
ya
4. Defisit Setelah 1. Pertahankan catatan 1. Untuk mengetahui
volume dilakukan intake dan output dan menganalisis
cairan tindakan yang akurat data pasien untuk
berhubun keperawata 2. Monitor status mengatur
gan n selama hidrasi (kelembaban keseimbangan
dengan 3x24 jam, membran mukosa, cairan.
mual dan diharapkan nadi adekuat, 2. Untuk mengetahui
muntah mual dan tekanan darah, tanda-tanda adanya
muntah ortostatik), dehidrasi.
klien 3. Monitor TTV
berkurang.
Dengan 4. Monitor masukan
kriteria makanan dan hitung 3. Mengetahui adanya
hasil: intake kalori harian. perubahan TTV
a. Memperta 5. Monitor berat badan pasien.
hankan 6. Monitor status 4. Mengetahui intake
urine nutrisi dan kalori dalam
output 7. Dorong keluarga harian.
sesuai untuk membantu
dengan pasien makan 5. Mengetahui
usia dan 8. Kolaborasi perubahan berat
BB, BJ pemberian cairan IV badan
urine 6. Mengetahui jumlah
normal, nutrisi
HT 7. Untuk memenuhi
normal. supaya cairan yang
b. Tekanan ada di tubuh
darah, terpenuhi
nadi, suhu
tubuh 8. Untuk memenuhi
dalam cairan dalam tubuh
batas pasien.
normal.
c. Tidak ada
tanda-
tanda
dehidrasi,
elastisitas
turgor
kulit baik,
membran
mukosa
lembab,
tidak ada
rasa haus
yang
berlebihan
.
5. Resiko Setelah 1. Monitor kalori dan 1. Mengetahui jumlah
nutrisi dilakukan intake nutrisi. kalori dan masukan
kurang tindakan 2. Kaji kemampuan nutrisi.
dari keperawata pasien untuk 2. Mengetahui sampai
kebutuha n selama mendapatkan nutrisi mana kemampuan
n tubuh 3x24 jam yang dibutuhkan. pasien untuk
berhubun diharapkan 3. Monitor adanya mendapatkan ntrisi
gan nutrisi klien penurunan berat yang dibutuhkan.
dengan terpenuhi. badan.
ganggua Dengan 4. Berikan informasi 3. Mengetahui apakah
n kriteria tentang pemenuhan ada penurunan berat
absorbsi hasil: kebutuhan nutrisi. badan.
a. Adanya 5. Anjurkan pasien 4. Menambah
peningkat untuk meningkatkan pengetahuan pasien
an berat intake Fe, protein tentang pemenuhan
badan dan vitamin C. kebutuhan nutrisi.
sesuai 6. Kolaborasi dengan
dengan ahli gizi untuk 5. Untuk memenuhi
tujuan. menentukan jumlah kebutuhan nutrisi
b. Berat kalori dan nutrisi pasien.
badan yang dibutuhkan
ideal pasien
sesuai 7. Berikan makanan 6. Untuk memenuhi
dengan yang terpilih (sudah jumlah kalori dan
tinggi dikonsultasikan nutrisi supaya sesuai
badan. dengan ahli gizi). dengan yang
c. Mampu dibutuhkan.
mengident
ifikasi
kebutuhan 7. Untuk pemenuhan
nutrisi. kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada sesuai dengan yang
tanda- telah
tanda dikonsultasikan
malnutrisi dengan ahli gizi.
.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Trofoblas gestasional adalah sekumpulan penyakit yang berkaitan dengan
vili korialis, terutama sel trofoblas dan berasal dari suatu kehamilan. setiap
kehamilan berakhir dengan anak cukup bulan dan tidak cacat, namun hal ini
tidak selalu terjadi demikian kadang-kadang terjadi kegagalan dalam
kehamilan hal ini bergantung dari bentuk gangguan yang dialami salah
satunya bentuk kegagalan kehamilan yaitu vili korialis yangseluruhnya atau
sebagian berkembang tidak wajar berbentuk gelembung-gelembung seperti
anggur
B. SARAN
Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang Trofoblas gestasional oleh
tim medis dan para medis kepada masyarakat banyak, khusus nya yang ada di
daerah terpencil agar masyarakat lebih cepat mengetahui tandatanda dan
gejala dari Trofoblas gestasional terutama pada ibu-ibu, agar dapat di atasi
dengan cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Hartati Nurwijaya,D.D (2010). Cegah dan deteksi penyakit trofoblas


ganas.yogyakarta: Alex media komputindo.
Geri morgan,C,H (2009). Obstetri dan genekologi panduan praktikum, jakarta:
EGC
Pt. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo (2014). Ilmu Kandungan, Edisi ke 3
jakarta keramat sentiong no 49
Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (2007). Sinoppsis Obstetri, edisi ke 3, jakarta :
EGC
http://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/view/1499
https://www.scribd.com/document/375391989/askep-PTG-docx

http://luviony.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html

Anda mungkin juga menyukai