Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA

KEHAMILAN REMAJA DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN

Oleh :
Bintari Tri Anggraeni
011513243057

PROGRAM STUDI PROFESI


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN
2019

1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umur perkawinan pertama merupakan salah satu indikator kependudukan
terkait dengan fertilitas. Umur perkawinan pertama adalah indikator dimulainya
seorang perempuan berpeluang untuk hamil dan melahirkan. Dengan demikian
perkawinan pada usia muda akan mempunyai rentang waktu untuk hamil dan
melahirkan dalam waktu yang lebih panjang dibandingkan pada perempuan yang
menikah pada usia yang lebih tua.
Berdasarkan Riskesdas 2010, secara umum dapat dilihat bahwa usia rata-
rata perkawinan pertama adalah pada usia 20 tahun, namun apabila diperhatikan
persentase menurut kelompok umur perkawinan pertama menunjukkan bahwa
terdapat perkawinan pada usia muda 10-19 tahun (46,7%). Hasil riskesdas 2013
menyatakan angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68
persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun, meskipun sangat kecil
(0,02%) dan kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97 persen.
Proporsi kehamilan umur 10-54 tahun di Indonesia adalah 2,68 persen, di
perkotaan (2,8%) lebih tinggi dibanding perdesaan (2,55%). Pola kehamilan
berbeda menurut kelompok umur dan tempat tinggal. Di antara penduduk
perempuan umur 10-54 tahun tersebut, terdapat kehamilan pada umur sangat
muda (<15 tahun), meskipun dengan proporsi yang sangat kecil (0,02%), terutama
terjadi di perdesaan (0,03%). Proporsi kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun)
adalah 1,97 persen, perdesaan (2,71%) lebih tinggi dibanding perkotaan (1,28%)
[ CITATION Bid14 \l 1057 ].
Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja
berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial, baik terhadap
ibu maupun bayinya. Faktor kondisi fisiologis dan psikososial ibu maupun
bayinya. Faktor kondisi fisiologis dan psikososial secara intrinsik remaja, bila
diperberat lagi dengan faktor-faktor sosiodemografi seperti : kemiskinan,
pendidikan yang rendah, belum menikah, asuhan prenatal yang tidak adekuat akan
mengakibatkan resiko kehamilan dan kehidupan keluarga yang kurang baik.

2
Dari sudut obstetri, kehamilan remaja memberi risiko komplikasi yang
mungkin terjadai pda ibu dan anak seperti : anemia, pre eklampsia, abortus, partus
prematurus, kematian perinatal, perdarahan dan tindakan operatif obstetri lebih
sering dibandingkan dengan wanita hamil dengan usia 20-30 tahun. Penelitian
bagian obstetri dan ginekologi RSCM FKUI pada tahun 1984 mendapatkan
kejadian patologi kehamilan usia remaja 22,31 per mil dibandingkan dengan
kehamilan usia 20-30 tahun yang hanya sebesar 8, 31 per mil dan angka kematian
perinatal 109,68 per mil daibandingkan dengan 51,24 per mil serta risiko
kehamiland an persalinan 2,4 kali lebih tinggi pada remaja dibandingkan dengan
wanita hamil usia 20-30 tahun [ CITATION Soe10 \l 1057 ].
Bidan sebagai pemberi asuhan, sebaiknya mendalami dan lebih dalam
mengenai perubahan fisik dan psikologis kehamilan remaja dengan masalah-
masalah khusus yang lebih mendetail dan kompleks agar dapat memberikan
asuhan yang sesuai. Dengan demikian, mahasiswa pendidikan bidan wajib
mempelajari dan mendalami topik kehamilan pada remaja.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan
remaja dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen kebidanan
kompetensi bidan di Indonesia dan pendokumentasian menggunakan SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu hamil remaja
2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa aktual pada ibu hamil remaja
3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil remaja
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada ibu
hamil remaja
5. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada ibu hamil remaja
6. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan pada ibu hamil remaja
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada ibu hamil remaja
8. Mampu membuat dokumentasi asuhan kebidanan SOAP pada ibu hamil
remaja

3
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan serta dapat membuat
dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu hamil remaja

4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah penyatuan dari spermatozoa dan ovum (fertilisasi) dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Federasi Obstetri Ginekologi
Internasional)
Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan fisiologis yang terjadi pada
wanita yang didahului oleh suatu peristiwa fertilisasi yang membentuk zigot dan
akhirnya menjadi janin yang mengalami proses perkembangan dan akhirnya
menjadi janin yang mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan di dalam
uterus sampai proses persalinan.
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine
(dalam kandungan) dimulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan (Manuaba,1998:41).
2.1.2 Proses Terjadinya Kehamilan
Proses terjadinya kehamilan dimulai dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi
adalah pertemuan antara spermatozoa dan ovum.
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang
terjadi dari ovulasi, migrasi, spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan
zigot,nidasi pada uterus, pembentukan plasenta serta tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm
2.1.3 Tanda Mungkin Kehamilan
2.1.3.1 Tanda Subjetif (dirasakan oleh pasien)
1. Amenore (tidak dapat haid)
2. Fatigue (rasa mudah lelah)
3. Nyeri dan pembesaran payudara
4. Nausea (mual) dan emesis (muntah)
5. Merasa adanya quickening (pergerakan anak)
6. Gangguan berkemih(frekuensi berkemih bertambah)

5
2.1.3.2 Tanda Objektif (dirasakan Pemeriksa)
1. Pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi rahim
a. Tanda hegar : Isthmus uteri sedemikian lunaknya hingga jika
diletakkan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan lainnya pada
dinding perut diatas symphyse, maka isthmus ini tidak teraba seolah-
olah corpus uteri sama sekali terpisah dari cervix
b. Tanda piskasek: perubahan uterus yang m,enjadi tidak rata.
2. Perubahan pada cervix : dalam kehamilan cervix menjadi lunak pada
perabaan selunak bibir atau ujung bawah daun telinga.
3. Braxton hicks : kontraksi uterus pada palpasi
4. Teraba gerakan janin saat palpasi atau tampak pada imaging
5. Pembesaran uterus dan disertai pembesaran perut.
6. Hyperpigmentasi kulit seperti pada muka yang disebut chloasma
gravidarum. Hyperpigmentasi areola dan papilla mamae. Hyperpigmentasi
linea alba 9putih) yang menjadi linea fusca (coklat) atau linea nigra
(hitam)
7. Tanda chadwik: warna selaput lender vulva dan vagina menjadi biru
keunguan
8. Tes kehamilan : adanya gonadotropin korionik pada urin dan serum.
2.1.4 Tanda Pasti Hamil
1. Mendengar DJJ
2. Melalui USG dapat terlihat rangka janiN
3. Pemeriksa dapat merasa dan melihat pergerakan janin
2.1.5 Perubahan Fisik pada Kehamilan
2.1.5.1 Traktus Genitalia
1. Uterus
Uterus yang semula beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan
hyperplasia sehingga pada akhir kehamilan beratnya menjadi 1000 gr.
Pada usia kehamilan 28 minggu panjang fundus uteri 25 cm, usia
kehamilan 32 minggu menjadi 27 cm dan di usia kehamilan 36 minggu
panjangnya 30 cm. regangan dinding rahim kerena besarnya pertumbuhan

6
dan perkembangan janin menyebabkan isthmus uteri tertarik ke atas dan
menipis yang disebut segmen bawah rahim.
Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan
perlunakan akibat progesteron, warna menjadi livide / kebiruan, terjadi
perlunakan, sekresi lendir endoserviks meningkat
2. Vagina dan perineum
Selama proses kehamilan, peningkatan valkularisasi dan hyperemia
terlihat jelas pada kulit dan otot-otot perineum serta vulva. Perubahan ini
meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan
hipertrofi dari sel-sek otot polos.
Dinding vagina mengalami peningkatan ketebalan mukosa, mengendornya
jaringan ikat dan hipertrofi sel otot polos yang kemudian mengakibatkan
bertambahnya panjang dinding vagina sebagai persiapan peregangan saat
persalinan.
Peningkatan volume sekret vagina, dimana sekresi berwarna keputihan,
menebal dengan pH antara 3,5-6, yang merupakan hasil peningkatan
produksi as. Laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina oleh
Lactobacillus acidophilus (Sarwono, 2008: 179).
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel
baru juga ditunda. Pada salh satu ovarium dapat diketemukan corpus
luteum graviditatis namun setelah bulan ke-IV corpus luteum ini
menyusut. Fungsi corpus luteum digantikan placenta mulai kehamilan 14
minggu..
2.1.5.2 Perubahan Payudara
Payudara membesar dalam kehamilan yang disebabkan hypertrofi dari
alveoli. Hal ini sering menyebabkan hypersensitivitas pada mamae. Papilla
mamae akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam serta aerola mamae
mengalami hiperpigmentasi. Glandula Montgomery tampak lebih menonjol di
permukaan aerola mammae. Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu
dapat keluar cairan berwarna kekuningan yang disebut colostrums.

7
2.1.5.3 Sirkulasi Darah
1. Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar
dari pertumbuhan sel darah sehingga terjadi semacam pengenceran darah
(hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Volume
darah otal ibu meningkat sekitar 30-50% pada kehamilan tunggal dan 50%
pada kehamilan ganda. Volume darah total merupakan kombinasi dari
volume plasma yang meningkat 75% dan volume sel darah merah yang
juga meningkat 33%
2. Sel darah
Sel darah meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan
janin dalam rahim, tetapi pertumbuhan sel darah tidak seimbang dengan
peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai
anemia fiologis. Dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju
endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal.
2.1.5.4 System Respirasi
Kebutuhan O2 ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju
metabolik dan peningkatan kebutuhan O2 jaringan uterus dan payudara.
Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar
pada usia kehamilan 32 minggu ke atas. Sebagai kompensasi terjadinya desakan
rahimdan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam
sekitar 20-25% dari biasanya (Manuaba,1998: 109)
2.1.5.5 System Digestivus
Estrogen menyebabkan peningkatan aliran darah ke mulut, sehingga gusi
menjdi rapuh dan dapat menimbulkan gingivitis.
Pengaruh progesteron yang menyebabkan relaksasi otot polos, berdampak
pada melemahnya tonus pada sphincter esophagus bagian bawah. Pergeseran
diafragma karena penekanan uterus yang di perburuk melemahnya tonus sphincter
esophagus, mengakibatkan refluks secret asam dan nyeri ulu hati.
Efek progesteron juga berdampak pada otot lambung yang menyebabkan
penurunan motilitas lambung sehingga waktu pengosongan yang memanjang.
Pada usus besar menyebabkan konstipasi, karena waktu transit yang lama,

8
semakin banyak air yang di absorpsi. (Buku ajar asuhan kebidanan volume 1 ,
2006)
2.1.5.6 System Urinarius
Pada trimester pertama kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai
membesar sehingga sering timbul gangguan berkemih. Keadaan ini akan hilang
dengan makin tuanya usia kehamilan,bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada
akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turut PAP, kadang kemih tertekan
kembali dan keluhan berkemih juga timbul.
Terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air mekin lancer
sehingga pembentukan urine akan bertambah. Filtrasi glomerulus bertambah
hingga 70%
Efek progesteron menyebabkan pembesaran ureter kanan dan kiri akan
tetapi ureter kanan lebih besar karena kurangnya tekanan dibandingkan dengan
ureter kiri dan uterus lebih sering memutar ke arah kanan.
2.1.5.7 Metabolisme
Terjadinya peningkatan BMR antara 15-20% mempengaruhi system
endokrin yaitu somatromamotitoprin, peningkatan plasma insulin dan hormon-
hormon adrenal akibatnya terjadi peningkatan kebutuhan kalori dan sebagai
manifestasinya menjadi lapar, sering haus, sering kencing seperti glukosuria.
Keseimbangan asam basa berkisar 155 mEg/liter, peningkatan kebutuhan protein
antara ½ gr/kg BB sehingga terjadi peningkatan BB 6,5 – 16,5 kg, rata-rata 12,5
kg (Hanifa Winkjosastro, 2002 : 99)
2.1.6 Perubahan Psikologis
Trimester I Trimester II Trimester III
Penerimaan keluarga  Ibu merasa sehat  Disebut periode menunggu dan
khususnya pasutri  Perut belum terlalu besar waspada sebab merasa tdk sabar
terhadap shg blm dirasa beban menunggu kelahiran
kehamilannya  Gerakan bayi dan membesarnya
Perubahan kehidupan  Sudah menerima perut
sehari-hari kehamilannya  Kadang merasa kawatir bayinya
Mencari tanda  Mulai merasa gerak lahir sewaktu-waktu
kehamilan  Merasakan kehadiran  Meningkatnya kewaspadaan
bayi sbg sesesorang

9
Merasa tdak sehat dan diluar dirinya timbulnya tanda dan gejala
membenci  Merasa terlepas dari persalinan
kehamilannya rasa cemas dan tidak  Rasa tidak nyaman
Merasakan nyaman  Kehilangan perhatian yang di
kekecewaan, dapatkan selama hamil
 Libido meningkat
penolakan, kecemasan,  Semakin ingin menyudahi masa
kesedihan kahamilan.
Hasrat hubungan seks  Tidak sabaran dan resah
berbeda Khawatir
 Bermimpi dan berkhayal tentang si
kehilangan bentuk
bayi.
tubuh
Ketidakstabilan mirip
sindroma prahaid :
mudah marah, ayunan
suasana hati,
irasionalitas, cengeng
Perasaan was-was,
takut, gembira, dll

2.1.7 Masalah – Masalah Ringan yang Sering Terjadi pada Ibu hamil
Perubahan-perubahan fisik maupun psikologis pada ibu hamil, sering
mengakibatkan timbulnya beberapa masalah ringan.
1. Masalah – Masalah Ringan pada Trimester I
a. Mual & muntah
Disebabkan perubahan hormonal, motilitas lambung dan peristaltic
yang lambat, serta factor-faktor emosi lain.
Penatalkasanaan untuk keluhan mual dan muntah adalah ibu
dianjurkan untuk makan porsi kecil namun sering, mengkonsumsi
makanan tinggi karbohidrat, menghindari makanan beraroma kuat atau
menyengat, memperbanyak minum dan mengkonsumsi vitamin B6

10
b. Sering kencing
Peningkatan berat pada fundus uteri membuat istmus menjadi
lunak9tanda hegar), menyebabkan antefleksi pada uterus yang
membesar dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih,
yang kemudian menyebabkan kapasitas kandung kemih menurun.
Anjuran untuk ibu adalah menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi
dan mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam sehingga ibu tidak
perlu bolak-balik ke kamar mandi. Namun, jangan menunda keinginan
berkemih
c. Nyeri punggung bagian atas
Terjadi akibat peningkatan ukuran payudara yang membuat payudara
lebih berat. Pembesaran ini dapat mengakibatkan tarikan otot jika
payudara tidak disokong adekuat. Metode untuk mengurangi nyeri ini
adalah dengan menggunakan bra yang berukuran sesuai ukuran
payudara (Varney vol 1,2007 :538)
d. Leukorea
Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar dengan konsistensi
kental dan cair. Sekresi ini barsifat asam akibat pengubahan sejumlah
besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh basil
Doderlein. Upaya untuk mengatasi leukorea adalah dengan
memperhatikan kebersihan tubuh pada area tersebut dan mengganti
selana dalam berbahan katun (Varney vol 1,2007 :538).
2. Masalah – Masalah Ringan pada Trimester II
a. Nyeri punggung
Terjadi akibat pertumbuhan uterus yang menyebabkan perubahan dan
juga akibat pengaruh hormon relaksin terhadap ligamen. Anjuran
untuk ibu adalah dengan mempertahankan postur yang baik,
mengguunakan posisi yang tepat ketika mengangkat sesuatu serta tidak
berdiri terlalu lama (Myles, 2009: 213).
b. Edema
Edema dependen pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstrimitas bagian bawah. Gangguan

11
sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar pada vena
panggul saat duduk atau berdiri dan pada vena cava inferior saat posisi
telentang. Cara penanganannya adalah elevasi kaki secara teratur
sepanjang hari, posisi menghadap kesamping (kiri) saat berbaring dan
menyempatkan beristirahat di sela aktivitas.
3. Masalah – Masalah Ringan pada Trimester III
a. Peningkatan frekuensi berkemih
Disebabkan oleh bagian presentasi akan menurun masuk ke rongga
panggul dan menekan kandung kemih sehingga ruang untuk distensi
kandung kemih lebih kecil. Anjuran untuk ibu adalah menjelaskan
mengapa hal tersebut terjadi dan mengurangi asupan cairan sebelum
tidur malam sehingga ibu tidak perlu bolak-balik ke kamar mandi.
Namun, jangan menunda keinginan berkemih
b. Nyeri ulu hati. Disebabkan oleh:
- Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang
ditimbulkan peningkatan progesterone.
- Penurunan motilitas gastrointestinal akibat relaksasi otot halus
karena peningkatan progesterone dan tekanan uterus.
- Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan
tempat dan penekanan oleh uterus yang membesar.
Anjuran bagi ibu:
- Makan porsi kecil namun sering untuk menghindari lambung
menjadi terlalu penuh.
- Menghindari makanan berlemak, dingin, pedas dan minum
bersamaan dengan makan.
- Minum susu atau es krim rendah lemak (Varney, 2007: 539).
c. Konstipasi
Konstipasi terjadi akibat penurunan peristaltic yang disebabkan
relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah
progesterone. Pergeeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran
uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas pada
saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan konstipasi. Anjuran

12
bagi ibu adlah asupan cairan yang adekuat, istirahat cukup, minum air
hangat saat bangun dari tempat tidur, dan makan makanan berserat
(Varney, 2007: 539)
d. Nyeri punggung bagian bawah
Disebakan oleh berat uterus yang membesar sehingga mengakibatkan
pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur tubuhnya.
Anjuran bagi ibu adalah hindari membungkuk berlebihan, mengangkat
beban dan berjalan tanpa istirahat, menggunakan sepatu bertumit
rendah, kompres pada punggung, massase pada punggung, jika
istirahat atau tidur menggunakan kasur yang menyokong serta
memposisikan badan dengan menggunakan bantal sebagai pengganjal
untuk meluruskan punggung. (Varney, 2007: 542)
e. Gangguan pernafasan
Pada kehamilan 33-36 minggu rahim membesar dan mendesak ke arah
diafragma dada sehingga mendesak paru-paru & membuat sulit untuk
mengembang penuh. Ibu di anjurkan untuk tidur dalam posisi semi
fowler(setengah duduk), agar ibu bisa bernafas lebih lega.
2.1.7 Standar Ante Natal Care
1. Asuhan kebidanan kehamilan dilakukan dengan cara :
a. Mengumpulkan data
b. Menginterpretasikan data
c. Menetapkan diagnosa dan rencana tindakan
d. Meleksanakannya untuk menjamin keamanan dan kepuasan serta
kesejahteraan ibu hamil dan janin sebelum hamil.
2. Standar ANC dari standar pelayanan kebidanan
a. Standar 3 : Identifikasi Bumil
b. Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan ANC
c. Standar 5 : palpasi Abdominal
d. Standar 6 : Pengelolaan anemia dalam kehamilan
e. Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi
f. Standar 8 : Persiapan persalinan
3. Suntik TT, pemberian tablet besi

13
4. 7T : Timbang BB, Tekanan Darah, TFU, TT, Tablet Besi, Tes IMS, Temu
wicara.
2.1.8 Asuhan Kehamilan Normal
1. Trimester 1 (Sebelum minggu ke-14)
a. Membangun hubungan saling percaya.
b. Mendeteksi masalah dan penanganannya.
c. Melakukan tindakan pencegahan (Suntik TT, anemia, kebiasaan
merugikan)
d. P4K
e. Mendorong perilaku sadar gizi, latihan, kebersihan, istirahat, dll.
2. Trimester 2 (Sebelum minggu ke-28)
a. Sama seperti diatas
b. Waspada tanda-tanda pre-eklampsia (skrining pre-eklampsia)
3. Trimester 3 (Minggu ke 28-36)
a. Sama seperti diatas.
b. Palpasi abdominal (gemeliSama seperti diatas.
c. Palpasi abdominal (gemeli)
4. Trimester 3 (Lebih dari 36 minggu)
a. Sama seperti diatas.
b. Deteksi letak dan kelainan psikologis.
2.2 Konsep Dasar Remaja
2.2.1 Definisi
Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak- kanak dan masa
dewasa yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11
atau 12 sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda
(Soetjiningsih, 2010 )
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
dewasa. Batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun (WHO,2007). Batasan
remaja menurut WHO . Remaja adalah suatu masa dimana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda – tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

14
2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak – kaank menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan ketergantungan sosial ekonomi yang penuh dengan
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan masa dewasa diaman
terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan
terjadinya perubahn-perubahan psikologik serta kognitif. Remaja tidak
mempunyai tempat yang jelas yaitu bahwa mereka tidaktermasuk golongan anak
–anak tetapi juga tidak termasuk golongan orang dewasa [ CITATION Soe10 \l 1057 ].
2.2.2 Tahap-Tahap Perkembangan Remaja
Perkembangan dalam segi rohani atau kejiwaan juga melewati tahapan-
tahapan yang dalam hal ini dimungkinkan dengan adanya kontak terhadap
lingkungan atau sekitarnya. Masa remaja dibedakan menjadi:
1. Masa remaja awal (10-13 tahun)
a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
b. Tampak dan merasa ingin bebas
c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
dan mulai berfikir khayal (abstrak)
2. Masa remaja tengah (14-16 tahun)
a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
b. Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis
c. Timbul perasaan cinta yang mendalam
d. Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang
e. Berkhayal mengenai hal-hal yang bekaitan dengan seksual
3. Masa remaja akhir (17-19 tahun)
a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
d. Dapat mewujudkan perasaan cinta
e. Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak

15
2.2.3 Perubahan pada remaja
1. Perubahan Fisik
Perubahan yang cukup menyolok terjadi ketika remaja baik
perempuan  dan laki-kali memasuki usia antara 9 – 15 tahun, pada saat itu
mereka tidak hanya tubuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi
terjadi juga perubahan-perubahan di dalam tubuh yg memungkinkan untuk
bereproduksi atau berketurunan. Perubahan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa atau sering dikenal dengan istilah masa pubertas
ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan atau mimpi basah
pada laki-laki.
a. Tanda-tanda perubahan seks primer : Mimpi basah (laki-laki),
terjadinya menstruasi (perempuan)
b. Tanda-tanda perubahan seks sekunder
Pada masa pubertas ditandai dengan kematangan organ-organ
reproduksi, termasuk pertumbuhan seks sekunder. Pada masa ini juga
remaja mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat (BKKBN,
2010). Tanda-tanda seks sekunder pada remaja laki-laki terjadi
perubahan suara, timbulnya jakun, penis dan buah zakar bertambah
besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot,
tumbuhnya kumis, jambang dan rambut di sekitar kemaluan dan
ketiak. Ciri-ciri seksual pada remaja putri seperti pinggul menjadi
tambah lebar dan bulat, kulit lebih halus dan pori-pori bertambah
besar. Selanjutnya ciri sekunder lainnya ditandai oleh kelenjar lemak
dan keringat menjadi lebih aktif, dan sumbatan kelenjar lemak dapat
menyebabkan jerawat (Al-Mighwar, 2006).
2. Perkembangan Psikis Masa Remaja
Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan
pada masa remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan
pada remaja adalah:

16
a. Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:
- Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering
terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.
- Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan
luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi
perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir
terlebih dahulu.
- Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang
pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.
b. Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini menyebabkan
remaja:
- Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka
memberikan kritik.
- Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul
perilaku ingin mencoba-coba. Tetapi dari semua itu, proses
perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih lambat
dibandingkan perubahan fisiknya.
2.2.4 Faktor-faktor terjadinya masalah remaja
Faktor-faktor yang diduga menjadi sebab terjadinya masalah remaja
adalah :
1. Adanya perubahan-perubahan biologik dan psikologik yang akan
memberikan dorongan-dorongan tertentu, yang seringkali tidak diketahui.
2. Instistusi pendidik langsung, yaitu orang tua dan guru sekolah kurang siap
untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu.
3. Perbaikan gizi yang menyebabkan umur haid pertama menjadi lebih dini.
Di daerah pedesaan yang masih berpola tradisional kejadian kawin muda
masih banyak. Sebaliknya, di daerah perkotaan dimana kesempatan
sekolah dan ebkerja semakin terbuka bagi perempuan, amka usia kawin
cenderung bertambah. Kesenjangan antara umur haid pertama dan umur
perkawinan dalam suasana pergaulan yang lebih bebas seringkali
menimbulkan akses dalam masalah seskual.

17
4. Semakin majunya teknologi dan membaiknya sarana komunikasi
mengakibatkan membanjirnya arus informasi dari luar yang sulit sekali
diseleksi.
5. Kemajuan pembangunan, pertumbuhan penduduk dan transisi ke daerah
industrialisasi memberi dampak pada meningkatnya urbanisasi,
berkurangnya sumber daya alam dan perubahan tata nilai. Ketimpangan
sosial dan individualisme seringkali memicu timbulnya konflik perorangan
maupun kelompok. Depresi dan frustasi remaja kibat menyempitnya
lapangan kerja menyebabkan remaja mengambil jalan pintas, terjerumus
dalam kenakalan, tindak kriminal, narkotik dan penggunaan zat/obat
berbahaya.
6. Salah satu peluang yang dapat berfungsi sunstistusi untuk menyalurkan
gejolak remaja belum sepenuhnya dimanfaatkan, yaitu upaya terarah untuk
meningkatkan kebugaran jasmani .
7. Kurangnya pengetahuan seks dan kehidupan rumah tangga serta adanya
adat istiadat yang meras malu kawin tua /“cap perawan tua” menyebabkan
meningkatnya perkawinan dan kehamilan usia remaja. Adanya UU
Perkawinan No. 1 1974 dengan usia kawin perempuan 16 tahun
menyebabkan perkawinan usia remaja semakin meningkat. [ CITATION
Soe10 \l 1057 ].
2.2.5 Gejala yang sering menimbulkan masalah pada remaja
Gejala yang sering dilihat dan kemudian menimbulkan masalah adalah :
1. Hubungan seks pranikah
2. Ketidaksiapan remaja mengatasi kehamilan yang diakibatkannya,telah
memicu masalah yang luas, diantaranya ; aborsi, kekejaman terhadap bayi
baru lahir, atau masalah dalam perawatan anak. Dampak sosial lain adalah
adopsi oleh orang tua remaja dengan konsekuensi sosial dan tambahan
beban ekonomi.
3. Ketakutan yang tidak wajar.
4. Gangguan kesehatan akibat ketidaktahuan disertai kurangnya
pengendalian diri dan kurangnya bimbingan.
5. Tingkat kebugaran yang rendah.

18
6. Lambatnya perkembangan prestasi olahraga merupakan salah satu indikasi
dari derajat kesegaran jasmani kelompok remaja.
2.2.6 Jenis Masalah Remaja
Dari gejala yang tampak, masalah remaja dapat dikelompokkan menjadi
tiga kategori, yaitu :
1. Masalah reproduksi dan penyakit yang berkaitan dengan reproduksi.
2. Masalah psikososial.
3. Masalah kebugaran.
2.2.7 Kehamilan yang tak diharapkan dan akibatnya
Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi
kehamilan yang tidak diharapakan. Respon remaja dan keluarga dapat
membawa risiko baik fisik, psikis, maupun sosial :
1. Bila Kehamilan dipertahankan
a. Resiko fisik
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan berbagai komplikasi
dalam kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan kematian.
b. Resiko psikis atau psikologis
Ketidaksiapan menjadi orang tua merupakan masalah psikis bagi pihak
perempuan terutama. Karena kondisi psikologis remaja sendiri belum
matang/mengalami perubahan ditambah dengan masalah kehamilan,
kemiskinan, tekanan lingkungan dapat membuat remaja merasa
stress/depresi. Ketidak siapan untuk “menikah” karena keduanya
belum dewasa juga dapat menimbulkan masalah (pertengkaran,
kekerasa, hingga perceraian di kemudian hari).
c. Risiko sosial
Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah karena berbagai
sebab (sekolah tidak mengijinkan, atau tekanan dari lingkungan
sekolah dan sosial, keharusan mencari nafkah). Risiko sosial lain
adalah menjadi objek pembicaraan, kehilangan masa remaja yang
seharusnya dinikmati, dan terkena cap buruk karena menlahirkan anak
“ di luar nikah”. Kenyataannya, di Indonesia, kelahiran anak di luar
nikah menjadi tanggung jawab/beban orang tua.

19
d. Risiko Ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi membutuhkan
biaya yang besar.
2. Bila kehamilan diakhiri
a. Risiko Fisik
Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu resiko aborsi.
Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa
menyebabkan kemandulan. Aborsi yang tidak aman dapat
menyebabkan kematian.
b. Risiko Psikis
Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan takut, cemas, panik,
tertekan, merasa bersalah, trauma proses aborsi, kesakitan, gangguan
rasa percaya diri.
c. Risiko Sosial
Ketergantungan pada pasanga karena rasa “tidak perawan”, hingga
mengalami KTD. Selanjutnya, remaja perempuan lebih sukar menolak
ajakan pasangannya untuk melakukan hubungan seksual.
d. Risiko Ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi, apalagi bila dengan komplikasi [ CITATION
Soe10 \l 1057 ].
2.3 Konsep Penilaian Kesiapan Menjadi Orang tua dan Kecemasan pada Ibu
Hamil Remaja
2.3.1 Penapisan
1. Gangguan Kecemasan Umum ( GAD/Generalized Anxiety Disorder )
Gangguan Kecemasan Umum ( GAD/Generalized Anxiety
Disorder ) adalah suatu tipe gangguan kecemasan yang ditandai oleh
perasaan cemas yang umum dan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
dan keadaan peningkatan keterangsangan tubuh. GAD biasanya ditandai
oleh perasaan cemas yang persisten yang tidak dipicu oleh suatu objek,
situasi, atau aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan apa yang
disebut oleh Freud sebagai “mengambang bebas” ( free floating). Ciri
utama dari GAD adalah rasa cemas ( Ruscio, Berkovec, & Ruscio, 2001 ).

20
Orang dengan GAD adalah pencemas yang kronis. Mungkin mereka
mencemaskan secara berlebihan keadaan hidup mereka, seperti keuangan,
kesejahteraan anak-anak, dan hubungan sosial mereka. Ciri lain yang
terkait adalah : merasa tegang, was-was, atau khawatir ; mudah lelah,
mempunyai kesulitan konsentrasi atau menemukan bahwa pikirannya
menjadi kosong, iritabilitas, ketegangan otot, dan adanya gangguan tidur,
seperti sulit untuk tidur, untuk terus tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak
memuaskan. ( APA, 2000 ).
GAD cenderung merupakan suatu gangguan yang stabil, muncul
pada pertengahan remaja sampai pertengahan umur 20-an tahun dan
kemudian berlangsung sepanjang hidup ( Rapee, 1991 ). Meskipun GAD
secara tipikal kurang intens dalam respons fisiologisnya dibandingkan
dengan gangguan panic, distress emosional yang diasosiasikan dengan
GAD cukup parah untuk mengganggu kehidupan orang sehari-hari
( Wittchen dkk, 1994 ). GAD sering ada bersama ( comorbid ) dengan
gangguan lain seperti depresi atau gangguan kecemasan lainnya seperti
agoraphobia dan obsesif-kompulsif. (Jeffrey dkk, 2003).
Orang-orang dengan GAD mungkin juga khawatir mengenai
kinerja mereka dalam pekerjaan, mengenai jalannya hubungan
persahabatan dan mengenai kesehatan mereka sendiri. mereka juga
mengkhawatirkan isu-isu yang tidak penting, seperti apakah mereka akan
terlambat memenuhi janji, apakah ahli tata rambut akan memotong rambut
mereka dari sebelah kanan, atau apakah mereka akan memiliki waktu
untuk mengepel lantai dapur sebelum tamu untuk makan malam datang.
Focus kekhawatirannya bisa sering bergeser dan mereka cenderung
mengkhawatirkan banyak hal dari pada satu hal tertentu saja. Orang-orang
dengan GAD juga melaporkan bahwa mereka merasakan lelah untuk
banyak waktu, sehingga memungkinkan untuk mengalami ketegangan otot
yang kronis dan sukar tidur. ( Sutardjo, 2005 ).
2. Hamilthon Scale
Menurut Maulana (2011), kecemasan dapat diukur dengan alat
ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). 

21
Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada
munculnya simptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut
skala HARS terdapat 14 simptom yang nampak pada individu yang
mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan
skor antara 0 sampai dengan 4. Skala HARS pertama kali digunakan pada
tahun 1959 yang diperkenalkan oleh Max Hamilton. Skala Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14
item, meliputi:
a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
b. Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
d. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
tidak pulas dan mimpi buruk.
e. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
tidak stabil dan kedutan otot.
h. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat serta merasa lemah.
i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras
dan detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering
menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan,
perasaan panas di perut.
l. Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

22
m. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
n. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek
dan cepat.
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan
kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Ringan / Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang / separuh dari gejala yang ada
3 = berat / lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat / semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan caranya dengan menjumlah nilai skor dan
item 1-14 dengan hasil:
a. Skor < 14 = tidak ada kecemasan.
b. Skor 14 - 20 = kecemasan ringan.
c. Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.
d. Skor 28 – 41 = kecemasan berat.
e. Skor 42 – 56 = panic (Handoyo, 2007).
2.3.2 Instrumen Pengukur Kesiapan Menjadi Orang Tua
Parent Perfomance merupakan instrument dari The Cleminshaw –
Guidubaldi Parent Satisfaction Scale. Target dari instrument ini adalah orang tua
dari anak yang berusia maksimal 18 tahun.
Dalam instrument ini terdapat 10 item pertanyaan yang merefleksikan
keadaan kepuasan responden dalam menjalani perannya menjadi orang tua. Dalam
Cleminshaw-Guidubaldi Parent Satisfaction Scale terdapat 5 sub skala, yaitu :
1. Spouse Support
2. Child-Parent Relationship
3. Parent Performance
4. Family Discipline
5. General Satisfaction

23
Dalam pengukuran kesiapan menjadi orang tua, sub skala yang dapat
dipakai adalah sub skala 3 yaitu Parent Performance. Dalam menjawab
pertanyaan yang ada, responden menggolongkannya dalam 4 tingkatan yaitu :
1 : Strongly Agree
2 : Agree
3.: Disagree
4. : Strongly Disagree
Setiap pertanyaan dijawab dengan menggunakan tingkatan tersebut dan
dinilai menggunakan angka yang me representasikan dari tingkat kesetujuan
dalam pertanyaan, khusus untuk item nomer 7 dan 10 digunakan teknik scoring
terbalik, yaitu nilai 4 untuk tingkat Strongly Agree dan nilai 1 untuk tingkat
Strongly Disagree.
Setelah semua pertanyaan terjawab, maka jumlah tingkatan dari 10 item
dijumlah dan dikurangi 10. Range angka adalah 0 – 30. Makin tinggi skor yang
didapatkan maka menandakan performa menjadi orang tua baik.
2.3.4 Peran Bidan
Kecemasan dapat ditolong dan diatasi bila tanda dan gejalanya dikenali,
baik oleh ibu yang mengalami maupun oleh keluarga terdekat yaitu suami,
orangtua maupun saudara. Sebaliknya bila dibiarkan berlangsung lama, akan
berakibat buruk bagi ibu, bayi dan anak serta suami dan keluarga. Program
pengobatan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu untuk ibu dan terhadap hubungan ibu-
bayi.
1. Pengobatan terhadap ibu, antara lain :
a. Latihan relaksasi : Ibu bisa diarahkan untuk melakukan relaksasi
sederhana yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti
olahraga (senam, renang, dll).
b. Restrukturisasi kognitif : Terdiri atas menantang perilaku dan pikiran
negatif (dengan cara berdialog dalam hati dengan pikiran sendiri yang
bersifat negatif yang timbul pada saat-saat tertentu), menghilangkan
pikiran-pikiran yang mempengaruhi prilaku ke arah negatif.
c. Pemecahan masalah : yaitu pengarahan atau pemberian alternatif
pemecahan masalah saat ini.

24
d. Komunikasi : yaitu melatih sang ibu untuk memperbaiki
komunikasinya dengan suami dan anggota keluarga yang lain.
e. Humor : dilakukan apabila cocok dan membuat ibu merasa lebih
nyaman.
f. Obat anti depresi jika gejala berat
2. Memperkuat hubungan ibu-bayi, dengan cara :
a. Merawat bayi sesering mungkin : misalnya selama 2-3 jam berada di
ruang yang sepi hanya berdua dengan bayinya, dengan mengusahakan
kontak mata, sambil menyusui, lebih baik lagi bila disertai iringan
musik yang lembut.
b. Menyediakan tempat istirahat yang nyaman bagi bayi dan ibu : ibu
juga dianjurkan istirahat ketika bayi beristirahat,sehingga ketika
bayinya terbangun, ibu juga merasa segar dan siap bermain dan
mengurus bayinya kembali.
c. Peluk bayi dan ajak bicara dengan lembut : sentuhan antara kulit bayi
dengan kulit ibunya akan menurunkan depresi, baik pada anak maupun
ibu. Pemijatan bayi oleh ibunya juga menurunkan kejadian depresi.
d. Melibatkan anggota keluarga yang lain dalam merawat bayi : seperti
ayah, kakak bayi bila ada, atau keluarga yang lain seperti nenek, bibi,
dll.
e. Ajak bayi keluar rumah : udara segar akan memperbaiki perasaan ibu
terhadap bayi.
f. Tinggalkan bayi sejenak bila timbul perasaan negatif (kesepian,
lelah,marah, frustasi) dan minta orang lain yang dipercaya untuk
menjaga bayi sementara waktu. Dengan demikian pada saat
menjumpai bayi, perasaan ibu sudah nyaman sehingga dapat
menyambut komunikasi bayinya dengan hangat.
Selain peran bidan secara mandiri, bidan juga diharapkan mampu
berkolaborasi dengan petugas kesehatan lain seperti psikolog untuk dapat
memberikan asuhan yang berkesinambungan dan sesuai kebutuhan pasien.

25
2.3.4 Kesiapan Remaja Menjadi Orangtua
Kesiapan remaja untuk menjadi seorang ibu dipengaruhi oleh :
1. Dukungan dari orangtua
Remaja yang menjadi ibu menjadikan orangtua mereka sebagai sumber
dukungan utama emosional yang memberikan pengaruh positif yang
konsisten.
2. Dukungan dari ayah bayi
Remaja yang menjadi ibu menjadikan ayah bayi sebagai sumber dukungan
kedua emosional yang memberikan pengaruh positif yang konsisten.
3. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi remaja untuk menjadi
orangtua, semakin tinggi pendidikan maka semakin positif sikap PUS
remaja saat menjadi orangtua.
4. Childbirth education classes / Parenting classes
Kelas pengasuhan menjadi orangtua diharapkan bisa memberikan bekal
yang cukup bagi remaja untuk merawat anak mereka dengan baik.

26
2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Remaja
2.4.1 Pengkajian
Data Subyektif
1. Biodata
a. Nama klien dan suami : Identifikasi klien.
b. Usia klien dan suami
Usia merupakan salah satu faktor demografis yang dapat
mempengaruhi penderita kecemasan/ depresi, karena kecemasan/
depresi 26% diderita oleh kelompok usia remaja ( Christina, 2004).
Remaja adalah kelompok usia usia 11 atau 12 sampai dengan 20 tahun
yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih, 2010 )
c. Agama
Pernikahan dini bukanlah sesuatu yang dilarang dari segi agama
manapun. Namun, kehamilan/hubungan seksual sebelum menikah
menjadi masalah pada semua agama. Sehingga, terjadinya kehamilan
remaja di luar nikah yang berada di lingkungan religius akan merasa
tertekan oleh sosial.
d. Suku/bangsa
Adat istiadat yang meras malu kawin tua /“cap perawan tua”
menyebabkan meningkatnya perkawinan dan kehamilan usia remaja.
e. Pendidikan
Kehamilan usia remaja memberikan gambaran bahwa perempuan
tersebut baru emmeperoleh pendidikan 9 tahun (tamat SMP) atau putus
sekolah SMA. Hal ini akan mempengaruhi perawatan anak, pendidikan
anak, pengembangan fisik secara mental anak dan juga kehidupan
sosial keluarga secara keseluruhan [ CITATION Soe10 \l 1057 ].
f. Pekerjaan
Pekerjaan berkaitan dengan keadaan sosio-ekonomi. Dorongan
keluarga dengan sosio-ekonomi rendah terkadang membuat anak
merasa depresi sehingga mencari jalan pintas, dengan kenakalan
remaja termasuk perilaku-perilaku seksual. Kehamilan remaja juga
“memaksa” remaja untuk mencari nafkah karena kebutuhan untuk

27
membesarkan sangat tinggi [ CITATION Soe10 \l 1057 ]. Keadaan
kesulitan ekonomi juga dapat berdampak pada psikologis ibu hamil,
memicu kecemasan, stress, hingga depresi.
g. Alamat
Di daerah pedesaan yang masih berpola tradisional kejadian kawin
muda masih banyak [ CITATION Soe10 \l 1057 ].
h. Nomor Telepon : memudahkan komunikasi.
2. Keluhan Utama
Gejala-gejala ansietas umum, gangguan panik dan gangguan obsesif
kompulsif juga sering didapatkan pada wanita dengan kecemasan/depresi
(Sylvia, 2006). Efek psikologis yang dapat dikeluhkan oleh ibu hamil
remaja akan dibebani oleh berbagai rasa tidka nyaman seperti rasa malu
yang terus menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau
tertekan, pesimis, dan lain-lain [ CITATION Soe10 \l 1057 ].
3. Riwayat Menstruasi
Tidak ada permasalahan dalam riwayat menstruasi. Terkadang sulit
mengkaji HPHT pada kehamilan remaja.
4. Riwayat Obstetri yang Lalu
K Ke
Kehamilan Persalinan Bayi/Anak Nifas
B t
No
Sua Anak U Jeni Tmp Pn BB Hidup Pny AS
Pnylt Penol Seks
mi ke K s t ylt PB Mati lt I

Pertanyaan ini sangat mempengaruhi prognosa persalinan karena adanya


komplikasi obstetrik, partus lama, seksio sesaria dapat meningkatkan
resiko terjadinya kecemasan/depresi.
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan berbagai komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan kematian [ CITATION
Soe10 \l 1057 ].
5. Riwayat kehamilan ini
Terjadinya perubahan psikologis ibu hamil pada kehamilan trimester 1
menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mecapai

28
pera ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian
aktifitas seperti perubahan suasana hati dan proses penerimaan diri. Pada
kehamilan remaja, hal ini tidak mudah untuk dilewati sehingga dapat
mempengaruhi riwayat kehamilan ini seperti seringnya periksa, dan
masalah pada tiap trimester kehamilan [ CITATION Soe10 \l 1057 ].
6. Riwayat Kesehatan
Pasien yang pernah mengalami gejala bipolar atau gangguan psikologis
lainnya dapat memicu terjadinya kecemasan/ depresi. Kehamilan remaja
rentan mengalami berbagai komplikasi dan masalah kesehatan. Perilaku
kenakalan remaja berhubungan dengan perilaku seksual remaja
memungkinkan remaja menderita IMS.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien yang mempunyai riwayat penyakit keturunan keluarga dengan
gangguan psikologis dapat menyebabkan terjadinya kecemasan/ depresi.
8. Pola Fungsional Kesehatan
a. Pola Nutrisi
Ibu dengan kecemasan cenderung mengalami penurunan nafsu makan
sehingga dapat menyebabkan anemia, KEK, dan IUGR.
b. Pola Eliminasi
Terkadang pada pasien yang mengalami kecemasan terjadi keluhan
dan perubahan pada pola eliminasi, baik BAB atau BAK.
c. Pola Istirahat
Ibu dengan Kecemasan cenderung mengalami gangguan tidur,
insomnia dan mimpi buruk.
d. Pola Aktivitas
Pola aktifitas yang berlebihan memicu ibu untuk merasa kelelahan
yang mampu memperparah gejala kecemasan.
e. Pola Kebiasaan
Kehamilan remaja terkait erat dengan perilaku seksual remaja dan
kenakalan remaja. Dapat ditemukan riwayat merokok, minum
minuman keras, narkotika, penggunaan tatto. Terkadang juga

29
ditemukan usaha untuk menghentikan kehamilan seperti minum
obat/jamu peluntur haid, hingga pijat perut [ CITATION Soe10 \l 1057 ].
f. Pola Hubungan seksual
Dapat ditemukan hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan.
9. Pola Psiko, sosio dan spiritual
a. Menikah : kehamilan remaja umumnya belum menikah.
b. Lama menikah : lama menikah yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan menunjukkan adanya hubungan seksual pranikah.
c. Kehamilan ini direncanakan : tidak direncanakan.
d. Penerimaan keluarga tentang kehamilan ini : tidak menerima.
e. Pengambil keputusan : orang tua.
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Pada penderita kecemasan terkadang tidak
ditemukan gangguan pada keadaan umum.
b. Kesadaran : Pada penderita kecemasan terkadang tidak ditemukan
gangguan pada kesadaran.
c. Tanda-Tanda Vital
- TD : sistolik kurang dari 110 dan diastolic <90 mmHg
- Suhu : Normal antara 360C – 370C
- Nadi : Nadi cenderung lemah < 80 x
- RR : Pernafasan normal antara 18-24 x/menit (Robert Priharjo,
1996).
d. Tinggi Badan : bila < 145cm menjadi beresiko
e. Berat badan
f. Lila : bila < 23 cm termasuk KEK.
g. Deteksi Dini Pre-eklampsi : dilakukan bila UK >18 minggu dengan
menghitung MAP, ROT, dan BMI.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : pucat, lemas, tidak bersemangat.
b. Mata : kongjungtiva pucat (tanda anemia), sclera putih, terdapat
kantung mata.

30
c. Payudara : Tidak ada benjolan abnormal, pada ibu dengan kecemasan/
depresi pasca persalinan pengeluaran ASI menjadi terganggu.
d. Abdomen : adanya luka bekas operasi pada riwayat persalinan
sebelumnya bisa memperburuk kondisi ibu dengan kecemasan.
Leopold 1 : menentukan situs dan TFU
Pada kehamilan remaja dengan masalah, dapat terjadi TFU tidak sesuai
dengan UK. Berikut adalah perbadingan TFU dengan UK.
UK TFU
12 minggu 1-2 jari atas symfisis
16 minggu Pertengahan symfisis pusat
20 minggu 3 jari dibawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari diatas pusat
32 minggu Setengah px-pusat
36 minggu 3 jari dibawah pusat
40 minggu Setengah px-pusat
Mc-Donald : Pengukuran TFU menggunakan medlin
Rumus : TFU (cm) = tuanya kehamilan (bulan)
3,5 cm
Leopold II : menentukan letak punggung dan menentukan letak bagian
kecil
Perasat budin : menentukan letak punggung dengan 1 tangan difundus
Perasat ahfeld : menentukan letak punggung dengan 1 tangan di tengah
perut
Leopold III : menentukan presentasi dan seberapa jauh masuk ke
panggul
Perasat krebel : meletakkan tangan di atas symphisis, menentukan
letak dan digoyangkan (masuk PAP / tidak)
Leopold IV : apa yang bagian bawah, seberapa jauh masuk panggul
Convergen : bagian kecil dari kepala turun ke rongga
Sejajar : kepala masuk PAP
Divergen : bagian besar kepala masuk PAP
Taksiran Berat Janin
- Jika kepala sudah masuk PAP = (TFU-11)x155
- Jika kepala belum masuk PAP = (TFU-12)x155

31
e. Genitalia : berhubungan dengan perilaku seksusal dan kenakalan
remaja mungkin terdapat tanda tanda IMS pada daerah vulva dan
vagina.
f. Ekstremitas : apabila terdapat oedema, salah satu tanda pre/eklampsi
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium dan hasil USG
b. Generalized Anxiety Disorder
c. Hamilthon scale
d. Parent Performance
2.4.2 Perumusan Diagnosa Dan Masalah Aktual
Diagnosa : PAPAH Kehamilan Fisiologis UK, Hidup/Mati, Tunggal/Ganda,
Letak anak, Intrauterine/Ekstrauterine, Keadaan jalan lahir, KU ibu dan janin.
Masalah : kecemasan/ketidaksiapan menjadi orang tua
2.4.3 Antisipasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Diagnosa potensial , misal Depresi.
Antisipasinya dengan menganjurkan ibu berkonsultasi dengan psikolog, meminta
keluarga selalu mendampingi ibu dan bayinya
2.4.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Tindakan segera (yang terkait kegawatdaruratan ) : Misal, terjadi depresi akan
menyebabkan dampak gawat dan darurat pada ibu bila tidak dilakukan tindakan
segera. Termasuk tindakan segera kolaborasi dan rujukan.
Kolaborasi : bekerjasama dengan profesi lain, misal, untuk menilai kondisi dan
kadar kecemasan ibu bisa dilakukan dengan GAD dan Hamilthon scale.
Berkonsultasi dengan psikolog untuk dapat menangani pasien lebih lanjut.
Rujukan (pelimpahan tanggung jawab) apabila ibu mengalami kecemasan berat /
depresi perlu dilakukan tindakan rujukan, merujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang
lebih baik

32
2.4.5 Perencanaan
1. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan bayi
R/agar ibu mengetahui kondisi dirinya serta bayinya.
2. Health Education kepada ibu tentang :
a. Nutrisi
b. Eliminasi
c. Personal hygiene
d. Perubahan fisiologis ibu hamil
R/Saran kesehatan mungkin dapat membantu ibu mengerti tentang
kebutuhan diri dan bayinya
3. Kolaborasi dengan psikolog untuk melakukan konseling terhadap remaja
dengan kehamilan, beserta suami dan keluarganya untuk membantu
menangani kecemasan yang dialami oleh ibu, serta membantu persiapan
perubahan peran sebagai orang tua.
R/ berkolaborasi dengan seseorang yang ahli di bidangnya membuat lebih
terbantu dalam penatalaksanaan dan hasil.
4. Berikan terapi yang sesuai dengan masalah sesuai usia kehamilan
R/Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil.
5. Jadwalkan kontrol ulang sesuai usia kehamilan, atau sewaktu-waktu bila
ada keluhan
R/Memberikan asuhan yang berkesinambungan, untuk memantau
perkembangan kehamilan ibu.
2.4.6 Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan
kepada ibu sesuai dengan keadaan dan kebutuhan ibu yang mengacu pada
perencanaan.
2.4.7 Evaluasi
Kriteria Hasil :
1. Mengatasi kecemasan serta keluhan yang dialami ibu hamil.
2. Tidak terjadi komplikasi pada ibu hamil.

33
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Tanggal : 21 Oktober 2015 Jam : 10.00 WIB


Oleh : Bintari Tri A. Tempat : Puskesmas Mulyorejo
Surabaya
No.RM : 01/60XX
Subjektif
1. Biodata / Identitas
Nama : Ny “T” Nama Suami : Tn. “IZ”
Umur : 17 tahun Umur : 21 tahun
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pasang Reklame
Alamat : Mulyorejo Penghasilan : 1-2 juta rupiah
2. Alasan Kunjungan : Kontrol kehamilan
3. Keluhan Utama : Nyeri punggung, kadang keputihan.
4. Riwayat Menstruasi
Teratur/tidak : teratur Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 5-7 hari Banyak haid : 2-3 softex/hari
HPHT : 20-02-2015 HPL : 27-11-2015
Fluor Albus : kadang, warna putih susu, gatal (-), bau (-)
No Kehamilan Persalinan Nifas Anak KB
Suami Penyulit UK Peno- Jenis Penyulit Peny Sex BB Umur Lama
Ke long ulit menetek
1 1 Hamil ini
5. Riwayat Obstetri
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
Periksa hamil di Bidan Ningsih 2x, periksa di Bidan Wolita 2x, periksa 5x
di Puskesmas Mulyorejo, dengan masalah :
Trimester 1 : mual, muntah (kadang)
Trimester 2 : tidak ada keluhan

34
Pergerakan anak pertama kali kehamilan 4 bulan. Pergerakan aktif.
Riwayat imunisasi TT 5x.Terakhir tanggal 06-08-2015.
Penyuluhan yang pernah didapat : perubahan ibu hamil fisiologis, nutrisi,
istirahat, aktivitas, kebutuhan seksual, tanda bahaya kehamilan.
BB sebelum hamil 40 kg
7. Riwayat Kesehatan Klien
Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, hati,
asma, TBC, epilepsi, diare, PMS.
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,
hati, asma, TBC, epilepsi, diare.
9. Riwayat Fungsional Kesehatan
a. Pola Nutrisi
Makan 5-6 kali/hari dengan nasi, sayur dan lauk. Minum air 7
gelas/hari.
b. Pola Istrirahat
Istirahat siang ±1 jam, malam ±8 jam.
c. Pola Aktivitas
Mencuci-setrika baju, membersihkan rumah, memasak, mencuci
piring, mengurus adik.
d. Pola Personal Hygiene
Ibu mandi 1-2 kali/hari dengan menggunakan air sumur, cebok setiap
kali BAB/BAK.
9. Riwayat Kebiasaan
Merokok : ya, berhenti ±10 bulan yll. Suami juga perokok.
Narkoba : tidak
Minuman Keras : tidak
Jamu : ya, 2 kali selama kehamilan.
Pijat perut : ya, 2 kali selama kehamilan.
Hewan Peliharaan : tidak
10. Riwayat Psikososial, Budaya dan Spiritual
Nikah 1x, selama 10 bulan (siri), resmi 2 bulan.

35
Kehamilan ini direncanakan : tidak
Penerimaan keluarga tentang kehamilan ini : senang, menerima
Pengambil keputusan : Suami, Ibu Kandung.
Budaya Yang mempengaruhi Kehamilan : tidak ada.

Objektif
1. Pemeriksaan Umum
TB : 143 cm Lila : 24 cm BB sekarang : 54 kg
TD terlentang : 110/70 mmHg TD miring : 80/50 mmHg
MAP : 70 (-) ROT : 20 (+) BMI : 26,4 (-)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka: Tidak pucat, konjungtiva pucat, sclera putih.
b. Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid.
c. Payudara : puting susu menonjol, agak kotor.
d. Abdomen :
Leopold 1 : TFU 25 cm, ½ pusat-px, teraba bagian bulat, lunak, tidak
melenting pada bagian fundus.
Leopold 2 : Teraba bagian keras, memanjang seperti papan pada
abdomen bagian kiri (puki) teraba bagian kecil janin pada abdomen
bagian kanan.
Leopold 3 : teraba bagian keras, bulat (presentasi kepala), tidak dapat
digoyangkan (sudah masuk PAP)
Leopold 4 : divergen, WHO : 4/5
DJJ 132x/menit, Gerak jam 11.00 WIB.
TBJ : (TFU-11) x 155 = (25-11) x 155 = 2170 gram
e. Ekstremitas Atas ki/ka: tidak oedema -/-
Ekstermitas Bawah ki/ka: tidak oedema -/-, terdapat tatto.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab Tanggal 21-10-2015
Hb 10,2 MPV 9,2 Protein (-) Reduksi (-)
PPIA Non Reaktif Leukosit 10.600
Lembar GAD (Terlampir)

36
Analisa Data
GIP0000 UK 34-35 minggu dengan anemia + suspect IUGR
Penatalaksanaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, berdasarkan hasil pemeriksaan


Hb ibu kurang (<11 gr%), TFU tidak sesuai UK, seharusnya TFU sudah 3
jari bawah pusat namun DJJ normal (keadaan janin baik), ibu TTV normal
(keadaan umum normal).
2. Memberikan KIE kepada ibu tentang :
a. P4K : Ibu berencana bersalin dengan ditolong bidan di Puskesmas
Mulyorejo dengan didampingi ibu kandungnya, dengan pengambil
keputusan dan calon pendonor darah juga ibu kandungnya, transportasi
menggunakan sepeda motor.
b. Persiapan persalinan : biaya, perlengkapan ibu dan bayi.
c. Nutrisi : Anemia yang dialami ibu salah satunya dapat disebabkan
karena kurang zat besi. Harus banyak makan sayuran hijau seperti
bayam, sawi. Juga mengkonsumsi tablet tambah darah (tablesi besi)
diminum malam hari dan tidak boleh diminum bersama vitamin lain.
Minum tablet besi dengan air, tidak boleh menggunakan teh karena
akan mengurangi kandungan zat besi.
d. Personal hygiene : Sebelum melahirkan sebaiknya ibu membersihkan
payudara karena akan digunakan untuk menyusui bayi, dapat
dibersihkan saat mandi, atau dengan kapas dan baby oil. Keputihan
yang dikeluhkan dapat disebabkan karena kurangnya kebersihan.
Cebok dari arah depan ke belakang menggunakan air bersih, lalu
dikeringkan. Sering ganti celana dalam bila lembab, dan tidak
menggunakan celana dalam yang ketat.
e. Istirahat : menganjurkan ibu untuk banyak istirahat, tidak memikirkan
banyak hal lainnya sehingga mengganggu kesehatan ibu.
f. Konseling psikologis : pentingnya konseling psikologis untuk
persiapan menjadi orang tua sangat diperlukan dalam mengasuh anak
karena ibu masih remaja

37
Ibu akan mengerti dan akan melakukan saran tentang P4K, nutrisi,
personal hygiene dan istirahat namun merasa tidak membutuhkan
konseling psikologis.
3. Memberikan terapi pada ibu :
a. Tablet Fe 1x1
b. Vitamin B komplek 1x1
c. Kalsium 2x1
Ibu sudah mendapatkan resep untuk mengambilnmya di apotik.
4. Menjadwalkan kontrol ulang 1 minggu lagi, tanggal 28 Oktober 2015 atau
sewaktu-waktu bila ada keluhan, ibu berkata akan datang kontrol
kehamilan tepat waktu.

38
BAB 4
PEMBAHASAN

Menurut Soetjiningsih, 2010 Terdapat beberapa resiko untuk kehamilan


yang tidak diinginkan, meliputi :
1. Resiko fisik : Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan berbagai
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan
kematian.
2. Resiko psikis atau psikologis : Ketidaksiapan menjadi orang tua
merupakan masalah psikis bagi pihak perempuan terutama. Karena kondisi
psikologis remaja sendiri belum matang/mengalami perubahan ditambah
dengan masalah kehamilan, kemiskinan, tekanan lingkungan dapat
membuat remaja merasa stress/depresi. Ketidak siapan untuk “menikah”
karena keduanya belum dewasa juga dapat menimbulkan masalah
(pertengkaran, kekerasa, hingga perceraian di kemudian hari).
3. Risiko sosial : Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah
karena berbagai sebab (sekolah tidak mengijinkan, atau tekanan dari
lingkungan sekolah dan sosial, keharusan mencari nafkah). Risiko sosial
lain adalah menjadi objek pembicaraan, kehilangan masa remaja yang
seharusnya dinikmati, dan terkena cap buruk karena menlahirkan anak “ di
luar nikah”. Kenyataannya, di Indonesia, kelahiran anak di luar nikah
menjadi tanggung jawab/beban orang tua.
4. Risiko Ekonomi : Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi
membutuhkan biaya yang besar.
Teori tersebut memiliki kesamaan dengan kasus Ny. T yang mengalami
resiko fisik, psikis, sosial dan ekonomi. Pada pemeriksaan subjektif didapatkan
pekerjaan suami adalah pasang reklame dengan penghasilan tidak tetap (1-2 juta
rupiah) sehingga kadang menimbulkan kecemasan bagi ibu (resiko ekonomi).
Pada tingkat pendidikan ibu, didapatkan Ny. T hanya lulus SMP. Ketidak siapan
menjadi orang tua juga nampak pada penanggung keputusan, adalah ibu
kandungnya (resiko sosial-psikis). Resiko fisik tampak pada hasil pemeriksaan
objektif, didapatkan TFU tidak sesuai dengan UK. UK 34-35 minggu seharusnya

39
adalah setinggi 3 jari di bawah pusat. Pada hasil pemeriksaan laboratorium juga
didapatkan anemia ringan. Riwayat menikah dan skala kecemasan tidak dapat
terkaji dengan jelas karena keterbatasan waktu dan kurang kooperatif pasien.
Analisa yang didapatkan adalah GIP0000 UK 34-35 minggu dengan
anemia + suspect IUGR. Penalatalaksanaan yang dapat dilakukan sesuai dengan
standar asuhan kehamilan normal trimester 3 adalah :
1. Membangun hubungan saling percaya.
2. Mendeteksi masalah dan penanganannya.
3. Melakukan tindakan pencegahan (Suntik TT, anemia, kebiasaan
merugikan)
4. P4K
5. Mendorong perilaku sadar gizi, latihan, kebersihan, istirahat, dll .
6. Deteksi kelainan letak dan masalah psikologis ibu (Syaifuddin, 2002).
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah konseling P4K, nutrisi, personal hygiene,
istirahat dan konseling psikologis serta pemberian terapi tablet tambah darah.
Konseling psikologis tidak dapat dilakukan karena ketidak tertarikan pasien dan
keterbatasan waktu.

40
BAB V
SIMPULAN
5.1 Simpulan
Terdapat kesesuaian teori dan kasus Ny. T. Yaitu kehamilan remaja dapat
menimbulkan dampak fisik, psikis, sosial dan ekonomi. Penatalaksanaan
yang dilakukan telah sesuai dengan asuhan kehamilan normal trimester 3,
namun tidak dilakukan konseling psikologis.
5.2 Saran
Mahasiswa seharusnya menggali lebih dalam mengenai psikologis pasien,
serta lebih baik dalam melakukan pendekatan sehingga didapatkan
anamnesa serta penatalaksanaan yang lebih baik.

41
DAFTAR PUSTAKA

Asrori,M. 2006. Psikologi remaja. Jakarta: Bumi Aksara

Bidan Sahabat Perempuan [Online] // Majalah Bidan. - IBI, 04 08, 2014. - 10 25, 2015. -
http://majalahbidan.com/nikah-dini-jadi-tren-remaja-perkotaan/.

Cunningham, F.Garry et all., (2005), Obstetri William, Ed. 21, Vol. 1. Jakarta : EGC

FK Unpad, 1983. Obsteri Fisiologi. Bandung : Eleman

Fraser, Diane et al. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC

Jahja,Y. 2012. Psikologi perkembangan. Jakarta: karisma putra utama

Manuaba, I Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta Bina Pustaka.

Soetjiningsih Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya [Book]. - Denpasar :


Sagung Seto, 2010.

Syaifuddin, Abdul Bari.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : YBP-SP.

Varney, Helen et al. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

42

Anda mungkin juga menyukai