DISUSUN OLEH:
RUBIANA
JEFRI
BERLINTON
RIDHO TOMI
PRODI S1 KEPERAWATAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas Keperawatan menjelang ajal dan Paliatif dengan judul “Teknik
menyampaikan berita buruk”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan suatu percakapan yang dilakukan dengan
maksud dan tujuan tertentu. Maksud dan tujuan komunikasi yang
dilakukan oleh dokter terhadap pasien adalah untuk membantu pasien agar
dapat mengurangi penderitaan pasien serta membantunya untuk sembuh
dari penyakitnya. Kesembuhan biasanya didapatkan dari khasiat obat-
obatan dan fungsi komunikasi atau wawancara hanya sebagai pendukung
untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat. Tetapi
tidak jarang komunikasi itu sendiri juga merupakan terapi.
Karena komunikasi penting sekali artinya dalam hubungan dokter-
pasien, maka seyogyanya para dokter menguasai teknik dan seni
berkomunikasi yang baik. Untuk itu dokter perlu mengetahui jenis-jenis
komunikasi atau wawancara yang biasa terdapat antara dokter atau dokter
gigi dan pasien, antara lain wawancara biasa yang terdiri dari wawancara
bebas dan terarah, percakapan bimbingan dan konseling, dan penyampaian
berita buruk.
Berita buruk dapat didefinisikan sebagai segala informasi yang
secara serius dapat memperburuk pandangan seseorang tentang masa
depannya. Penyampaian berita buruk adalah suatu hal yang sering harus
dilakukan dokter maupun dokter gigi, misalnya pada waktu dokter harus
menyampaikan berita kematian, menyampaikan diagnosis suatu penyakit
dengan prognosis yang tidak baik, atau menyampaikan rencana terapi yang
mengandung resiko yang tinggi. Dalam hubungan ini setiap dokter akan
mengetahui bahwa penyampaian berita buruk selalu akan menimbulkan
frustasi pada pihak pasien.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi berita buruk?
2. Bagaimana menyampaikan berita buruk?
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan berita buruk
2. Mengetahui bagaimana teknik menyampaikan berita buruk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI BERITA BURUK
Berita buruk secara medis didefinisikan sebagai informasi yang
menciptakan pandangan buruk bagi kesehatan seseorang. Berita buruk
tersebut dapat menimbulkan perasaan tanpa harapan pada pasien, ancaman
terhadap kesehatan mental dan fisik pasien, atau resiko mengganggu atau
mengacaukan gaya hidup atau keseharian pasien (Wright dkk, 2013).
Menurut Baile dkk (2000), berita buruk dapat didefinisikan sebagai segala
informasi yang secara serius dapat memperburuk pandangan seseorang
tentang masa depannya. Sedangkan menurut Aitini & Aleotti (2006) Kabar
buruk adalah pengalaman tidak nyaman untuk pemberi dan penerima berita.
B. TUJUAN PENYAMPAIAN BERITA BURUK
1. Merupakan pekerjaan yang akan sering dilakukan namun
membuat stress
1. Kegagalan operasi
2. Vonis kanker.
3. Penyakit kronik seperti gagal ginjal kronik
4. Terminal Ilness
5. Tidak bisa mempunyai anak.
6. Kematian, dan lain-lain.
BAB III
TEKNIK MENYAMPAIKAN BERITA BURUK
A. Penyampaian Berita Buruk Secara Tidak Langsung
Pasien : Kalau begitu, apakah yang akan terjadi pada saya, dok?
(pasien siap mental)
Dokter : Begini, pak. Penyakit pada mulut bapak saat ini sedang
mengalami proses kemunduran … (dokter melanjutkan dengan
menyampaikan berita buruk tersebut).
P: sudah, dok.
P: tidak ada, dok. Sampai saat ini sariawan itu tidak hilang dok.
Justru saat ini pada waktu mengunyah dan menelah sedikit sulit
dok.
Pasien : Kira-kira berapa lama sampai saya bisa bicara lagi dok?
Misalnya:
(Sarwono, 1982)
2. Bereaksi agresif
Misalnya:
Misalnya:
Pasien : …(diam untuk waktu yang lama)… kalau begitu lebih baik
saya berhenti bekerja saja. Tinggal di rumah dan biarlah ibu
saya tinggal di rumah saya untuk merawat saya. Isteri saya
dengan begitu bisa tetap bekerja mencari nafkah. (Sarwono,
1982)
5. Stereotipi
Misalnya:
Dokter : Tidak apa-apa. Seiring waktu nanti akan tampak normal lagi.
Saya bisa menutupi tampilan yang bengkak dengan perban.
Dan seterusnya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
―Saya khawatir berita ini tidak baik, hasil biopsi menunjukkan Anda
terkena kanker leher rahim‖
Beri waktu pasien atau keluarga untuk bereaksi. Respon pasien dan
keluarga dalam menghadapi berita buruk beragam. Ada pasien yang
menangis, marah, sedih, cemas, menolak, menyalahkan, merasa bersalah,
tidak percaya, takut, merasa tidak berharga, malu, mencari alasan mengapa
hal ini terjadi, bahkan bisa jadi pasien pergi meninggalkan ruangan.
Siapkan diri dalam menghadapi berbagai reaksi. Dengarkan dengan tenang
dan perhatian penuh. Pahami emosi pasien dan ajak pasien untuk
menceritakan perasaannya. Contoh kalimat yang dapat digunakan untuk
merespon perasaan pasien:
―Anda terlihat sangat marah. Dapatkan Anda ceritakan apa yang Anda
rasakan?‖