Anda di halaman 1dari 19

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAPAN

PASANGAN BARU MENIKAH

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu: Megah Andriany, S.Kp., M.Kep., Sp. Kom., Ph.D

Oleh:
Kelompok 1
Tusti Astuti 22020120130036
Lotusya Citra Waluyo 22020120130078
Adhisty Nur Zuraida 22020120130080
Ajeng Sekar Larasati G. P 22020120140038
Hanifatul Zulfa 22020120140041
Najwaa A’inal Mardiyyah 22020120140050
Aisyah Tiara Pramytha 22020120140072
Nabila Putri Amalia 22020120140083
Anisa Sofia Aryani 22020120140099

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah st atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyusun makalah yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Pasangan
Baru Menikah” dengan tepat waktu.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga yang telah memberikan penugasan ini kepada
kami dan tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Makalah yang kami susun mungkin masih jauh dari kata sempurna sehingga kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penugasan
selanjutnya. semoga makalah yang telah kami susun dapat memberikan wawasan bagi
pembacanya.

Semarang, 22 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
A. Definisi Keluarga Pasangan Baru Menikah .................................................................... 3
B. Tugas Dan Tahap Perkembangan Keluarga Baru Menikah ............................................ 3
C. Masalah Keperawatan Pada Keluarga Baru Menikah .................................................... 5
D. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Baru Menikah ...................................................... 7
1. Pengkajian ........................................................................................................ 7
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................................. 12
3. Intervensi atau Rencana Keperawatan ........................................................... 12
BAB III.................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati pada masa
dewasa muda. Pernikahan akan membentuk sebuah keluarga. Menurut Santoso (2012)
definisi keluarga adalah suatu kelompok atau sekumpulan orang yang hidup secara
bersama serta mempunyai ikatan darah atau perkawinan sehingga menjadi suatu unit
terkecil yang ada di dalam masyarakat. Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing
individu membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing. Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan
kehidupan keluarga yang baru, karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan
fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersama dan
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya (Nadirawati, 2018).
Seperti kita ketahui pada saat ini banyak kita jumpai pasangan muda baru
menikah yang belum tahu apa saja tugas dari tahap perkembangan keluarga pasangan
baru menikah sehingga sering terjadi perselisihan di antara mereka. Masalah yang
sering muncul pada pasangan baru menikah yaitu komunikasi tidak fungsional yang
berakibat timbulnya kekerasan, kurangnya pengetahuan dalam pemilihan KB,
perubahan penampilan peran, dll. Oleh sebab itu peran perawat di sini dapat
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasangan baru menikah tentang penyesuian
peran baru oleh pasangan baru menikah dalam membina hubungan rumah tangga sesuai
dengan tugas dari tahap perkembangan pasangan baru menikah untuk meminimalisir
timbulnya masalah yang muncul dalam keluarga.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan
keperawatan pada pasien dengan tahap keluarga pasangan baru menikah dalam
pemberian pendidikan kesehatan yang sesuai dengan tugas dari tahap perkembangan
pasangan baru menikah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut rumusan masalah terkait konsep
asuhan keperawatan pasangan baru menikah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari keluarga pasangan baru menikah?

1
2. Apa sajakah tugas dan tahap perkembangan dari keluarga pasangan baru
menikah?
3. Apa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga pasangan baru
menikah?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga pasangan baru menikah?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari konsep asuhan keperawatan keluarga pasangan baru menikah sebagai
berikut :
1. Menjelaskan pengertian dari keluarga pasangan baru menikah
2. Menjelaskan tugas dan tahap perkembangan dari keluarga pasangan baru
menikah
3. Menjelaskan berbagai macam masalah yang mungkin muncul pada keluarga
pasangan baru menikah
4. Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga pasangan baru menikah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keluarga Pasangan Baru Menikah


Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta : kula dan warga ”kulawarga” yang
berarti ”anggota” kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa
orang yang masih memiliki hubungan darah. Menurut Setyowati dan Murwani (2018)
bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki hubungan pernikahan,
kelahiran, dan adopsi, bertujuan untuk menciptakan, memelihara budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, emosional dan sosialnya dalam setiap
anggota keluarga. Sedangkan, menurut Nadirawati (2018) bahwa keluarga yaitu
sekelompok dua orang atau lebih yang disatukan oleh persatuan dan ikatan emosional
tidak hanya berdasarkan keturunan atau hukum, sehingga mereka menganggap diri
mereka sebagai keluarga dan mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari
keluarga.
Menurut Andarmoyo (2012) dalam Dewi (2021) Keluarga pasangan baru
merupakan pembentukan keluarga dimulai dari perkawinan seorang laki-laki dengan
perempuan serta perpindahan dari status lajang ke hubungan baru yang intim serta
mulai meninggalkan keluarganya masing-masing. Keluarga dari pasangan baru
menikah bertujuan untuk menghasilkan keturunan, kedua orang yang membentuk
keluarga perlu mempersiapkan kehidupan keluarga yang baru, karena keduanya perlu
menyesuaikan peran dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang belajar
hidup bersama dan beradaptasi dengan kebiasaannya sendiri, seperti makan, tidur, dan
bangun pagi (Safruddin Yahya, 2021).

B. Tugas Dan Tahap Perkembangan Keluarga Baru Menikah


Sebagaimana telah dijelaskan di atas, fase perkembangan keluarga ini dimulai
dari saat perkawinan hingga istri mengandung atau hamil. Pada fase ini, dapat dikatakan
bahwa fase ini merupakan fase yang berat. Hal tersebut dikarenakan pasangan harus
menyesuaikan diri, terutama melakukan penyesuaian kepuasan (mutually satisfactory
adjustment). Penyesuaian itu banyak mengalami hambatan, terutama apabila pasangan
harus menyesuaikan diri di luar hubungan perkawinannya, misalnya untuk tugas keluar
kota, melanjutkan sekolah, hubungan dengan keluarga, dan lain sebagainya. Tahap ini
rentan mengalami perceraian. Maka dari itu, menurut Duvall (1985), terdapat beberapa

3
tugas perkembangan yang harus dijalani oleh pasangan baru menikah dalam rangka
menjalani fase perkembangan keluarga dengan baik, di antaranya :
1. Mempertahankan kepuasan pernikahan yang saling timbal balik
Dalam tugas ini pasangan baru menikah harus merasakan kepuasaan
satu sama lain dalam berbagai hal. Salah satunya yaitu membina hubungan
intim yang dapat mempertahankan dan meningkatkan keharmonisan dalam
keluarga. Hal ini dikarenakan hubungan intim adalah salah satu kebutuhan dasar
yang diperlukan oleh manusia, terlebih khusus pasangan yang baru menikah.
Hubungan intim secara seksual adalah suatu hal yang baru bagi pasangan baru
menikah. Pasangan baru menikah memiliki hubungan intim yang lebih tinggi
dibandingkan yang lain. Selain itu, komunikasi juga salah satu poin penting
dalam membina hubungan yang timbal balik. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian dari Andjariah pada tahun 2005 yang menyatakan komunikasi yang
baik dapat memberikan kepuasan ketika melakukan hubungan seksual,
sehingga dapat mencapai keharmonisan dalam berumah tangga. Dengan adanya
hubungan timbal balik menandakan bahwa pasangan baru menikah memiliki
komunikasi yang baik sehingga mereka dapat memperoleh tujuan yang
diharapkan.

2. Penyesuaian terhadap kehamilan dan menjelang kedudukan sebagai orangtua


Pasangan baru menikah yang mulai memasuki kehidupan berumah
tangga berarti akan melalui serangkaian fase yang ditunjukkan dengan
perubahan situasi dan perubahan peran juga. Salah satunya adalah fase menjadi
orangtua (becoming a parent) dengan hadirnya sang buah hati yang memerlukan
penyesuaian dan komitmen, terutama dalam masa transisinya (Holden, 2015).
Bagi sebagian orang, memahami peran dan tanggung jawab baru sebagai orang
tua merupakan sesuatu yang telah dinantikan dan dipersiapkan. Bagi sebagian
yang lain, perubahan status keluarga ini menjadi sesuatu yang sifatnya
mengejutkan. Bagi keduanya, situasi baru ini tetap memerlukan komitmen
dalam hal waktu, fisik, mental dan emosional (Agustiani, 2007). Sehingga bagi
pasangan baru menikah perlu untuk merencanakan adanya kehadiran anak atau
melakukan perencanaan KB, menetapkan adanya pembagian peran dan
tanggung jawab (seperti halnya peran tanggung jawab sebagai orangtua),

4
memantapkan sistem pendapatan dan pembelanjaan uang, dan memantapkan
atau perencanaan adanya suatu tempat tinggal.

3. Menyesuaikan diri dengan sanak famili dari berbagai pihak


Alangkah baiknya pasangan yang baru menikah merencanakan dengan
baik tugas-tugas perkembangannya. Ketika menikah, peran yang dijalani
seseorang mengalami perubahan, yang mana peran tersebut memiliki fungsi
baru yang harus diterima. Pasangan harus belajar hidup bersama dengan tetap
bersama memenuhi kebutuhan kepribadian masing-masing. Hal ini tentu tidak
dapat dicapai tanpa berusaha saling menyesuaikan diri terhadap hal-hal terkecil,
mulai dari rutinitas. Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan hanya
dapat terjadi apabila kedua pasangan dapat saling menyesuaikan diri dalam
memenuhi kebutuhan dan minat pasangan masing-masing.

C. Masalah Keperawatan Pada Keluarga Baru Menikah


➢ Masalah pada keluarga baru menikah secara umum :
1. Komunikasi keluarga disfungsional → risiko perilaku kekerasan
Pola komunikasi terbagi menjadi dua yaitu pola komunikasi fungsional
dan komunikasi disfungsional. Komunikasi fungsional dilihat sebagai dasar
keberhasilan dan keluarga yang sehat. Sementara itu komunikasi disfungsional
berbanding terbalik dengan komunikasi fungsional. Menurut Friedman, et al
(2010) dalam konsep keluarga yang mampu mencetuskan terjadinya gangguan
jiwa salah satunya yaitu pola komunikasi. Keluarga yang sehat memiliki
keselarasan dalam komunikasi. keselarasan ini merupakan kunci dalam
komunikasi dan pertumbuhan. Ketika antar anggota komunikasi dengan selaras
dapat menyampaikan isi dan instruksi dengan jelas. Keluarga yang memiliki
komunikasi fungsional saling menghormati keputusan, perasaan pikiran dan
kepedulian. Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa atau yang dapat memicu
risiko perilaku kekerasan menurut Videbeck (2018) adalah faktor biologis,
ansietas, ketakutan, komunikasi yang tidak efektif, terpapar kekerasan,
kemiskinan dan diskriminasi.

5
2. Potensial peningkatan menjadi orang tua → koping keluarga tidak efektif →
aspek luas tentang KB
Pasangan yang baru menikah butuh kesiapan untuk meningkatkan
perannya sebagai orang tua baik untuk menyambut kelahiran anak pertama
maupun anak kedua dan anak selanjutnya dengan status kesehatan yang
berbeda. Pasangan yang belum siap menjadi orang tua ketika memiliki anak
dapat menimbulkan penurunan derajat kesehatan bagi keluarga tersebut yang
merujuk dengan koping keluarga tidak efektif. Hal yang menyebabkan
penurunan derajat kesehatan salah satunya gangguan tumbuh kembang bagi
anak maupun orang tua karena ketidaksiapan dalam hal
finansial, ketidaktahuan pola asupan untuk anak, dan ketidaktahuan aspek luas
KB sehingga meningkatkan resiko jumlah anak yang terlalu banyak tanpa
diimbangi kesiapan finansial. Kesiapan menjadi orangtua berhubungan dengan
perubahan penampilan peran karena suami dan istri harus menjalankan
penampilan perannya dengan baik dan sesuai untuk asuhan anak yang optimal.
Penampilan peran yang sudah sesuai dapat meningkatkan kesiapan orang tua
dikarenakan sudah mengetahui fungsi peranan masing-masing sehingga saat
memiliki anak dapat memenuhi kebutuhan pola asuh yang dibutuhkan oleh anak
tersebut.

3. Risiko penularan penyakit → Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah


Risiko penularan penyakit banyak ditularkan melalui hubungan seksual.
Infeksi menular seksual adalah salah satu penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Jika infeksi ini tidak diberi perawatan dengan baik akan
memberi dampak pada kesehatan reproduksi wanita, misalnya kanker dan
infertile. IMS juga berperan dalam penularan infeksi HIV. Kejadian ini bisa
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu agent atau penyebab penyakit, host (
umur, jenis kelamin, status perkawinan maupun penggunaan kondom), dan
faktor lingkungan sekitar. Pada sebuah penelitian sebagian penderita IMS
adalah yang sudah menikah. Status menikah tidak dapat menjamin bahwa
seseorang berjanji untuk tidak berganti-ganti pasangan. Beberapa faktor yang
menyebabkan contohnya adalah pernikahan yang tidak harmonis, dan beberapa
masalah dalam rumah tangganya.

6
➢ Masalah pada keluarga baru menikah di usia muda
1. Kurangnya pendapatan dari suami, suami hanya bekerja sebagai buruh
bangunan dengan hasil pendapatan yang didapat tidak rutin karena tergantung
dari ajakan dari teman atau tetangganya saja. Jika tidak ada ajakan maka suami
tidak bekerja dan hanya menganggur saja.
2. Fungsi peran untuk menjadi orang tua dan berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya masih kurang, kematangan emosi yang masih sangat labil karena usia
yang masih sangat muda tetapi malah sudah berumah tangga dan mempunyai
tanggung jawab yang berat. Akibatnya sering terjadi keributan.
3. Kesehatan fisik dan reproduksi yang masih belum siap untuk mengandung
ketika masih berusia remaja sehingga sering terjadi anemia, lemas dan lesu.

D. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Baru Menikah


Menurut Friedman pada tahun 1998 dalam proses keperawatan keluarga dibagi
dalam lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga,
identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana
perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004)
dengan melalui dengan membuat hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu
dapat mengadakan kontrak dengan keluarga, kemudian menyampaikan maksud dan
tujuan, serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
keluarga, menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan
kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan keluarga.
Friedman (1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Keluarga merupakan sistem sosial yang kompleks. Maka dari itu,
menggunakan pendekatan yang logis dan sistematik pada klien keluarga
merupakan hal yang esensial dalam proses asuhan keperawatan keluarga, tak
terkecuali dalam proses pengkajian.
Friedman Family Assessment Short Form merupakan salah satu model
pengkajian keperawatan keluarga yang sangat efisien sebagai instrumen yang
dapat membantu dalam menggali fungsi keluarga yang membutuhkan lebih
banyak perhatian. Namun, sebelum menggunakan model pengkajian Friedman

7
dalam menyelesaikan pengkajian keluarga, beberapa hal harus diperhatikan,
diantaranya adalah:
➢ Tidak semua area yang dikaji cocok untuk setiap keluarga. Pengkajian memang
perlu dilakukan secara komprehensif, namun pengkaji tidak harus melakukan
seluruh pengkajian pada setiap subarea yang perlu dicakup, apabila area tersebut
dirasa tidak berpotensi menimbulkan masalah pada keluarga
➢ Berdasarkan sifat ketergantungan pada sistem keluarga, redudansi mungkin
tidak dapat dihindarkan. Maka dari itu, pengkaji harus mencoba untuk merujuk
pada poin tertentu, tidak terus mengulang data. Setelah dua poin tersebut telah
dimengerti, maka dapat dilanjutkan dengan pengkajian menggunakan model
pengkajian Friedman. Berikut area pengkajian Friedman:
a. Identifikasi Data
− Nama keluarga
− Alamat dan nomor handphone
− Komposisi keluarga: genogram keluarga
− Formasi keluarga
− Latar belakang budaya
− Identifikasi agama
− Status kelas sosial
− Mobilitas kelas sosial
b. Tahapan Perkembangan dan Sejarah Keluarga
− Tahap perkembangan keluarga saat ini
− Cakupan pembagian tugas dalam keluarga
− Sejarah keluarga inti
− Sejarah keluarga asal kedua orang tua
c. Data Lingkungan
− Karakteristik rumah
− Karakteristik tetangga dan masyarakat sekitar
− Mobilitas geografis keluarga
− Hubungan asosiasi dan transaksi keluarga dengan komunitas
atau masyarakat

8
d. Struktur Keluarga
− Pola Komunikasi
1) Cakupan komunikasi keluarga (disfungsi atau fungsi
komunikasi keluarga): pengulangan pola
2) Cakupan emosional (afektif) dalam menyampaikan
pesan dan ekspresi
3) Karakteristik komunikasi dalam subsistem keluarga
4) Cakupan pesan yang kongruen dan inkongruen
5) Tipe disfungsi proses komunikasi yang terlihat dalam
keluarga
6) Area yang memiliki komunikasi tertutup
7) Variabel keluarga dan kontekstual yang mempengaruhi
komunikasi
− Struktur Kekuasaan
1) Luaran (outcomes) dari kekuasaan
2) Proses pembuatan keputusan
3) Basis kekuasaan
4) Variabel yang mempengaruhi kekuasaan dalam keluarga
5) Sistem keluarga secara keseluruhan dan subsistem
kekuasaan dalam keluarga (secara berkelanjutan)
− Struktur Peran
1) Struktur peran formal
2) Struktur peran informal
3) Analisis model peran (opsional)
4) Variabel yang mempengaruhi struktur peran
− Nilai Keluarga
1) Membandingkan keluarga dengan nilai budaya atau
nilai-nilai yang diyakini keluarga dan/atau
mengidentifikasi nilai-nilai keluarga yang penting dan
prioritas dalam keluarga
2) Kekongruenan antara nilai keluarga dan komunitas yang
lebih luas
3) Perbedaan dalam nilai sistem

9
4) Kehadiran konflik nilai dalam keluarga
5) Efek dari nilai-nilai di atas dan konflik nilai terhadap
status kesehatan keluarga
e. Fungsi Keluarga
− Fungsi Afektif
1) Saling memelihara, kedekatan, dan identifikasi diagram
keterikatan keluarga
2) Keterpisahan dan keterhubungan
3) Pola kebutuhan respon keluarga
− Fungsi Sosialisasi
1) Praktik membesarkan anak dalam keluarga
2) Adaptasi praktik dalam membesarkan anak untuk
membentuk keluarga dan mengerti situasi dan kondisi
keluarga
3) Siapakah agen sosialisasi untuk anak-anak?
4) Nilai anak-anak dalam keluarga?
5) Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola pengasuhan
anak dalam keluarga
6) Pengaruh kelas sosial pada pola asuh anak
7) Estimasi tentang apakah keluarga berisiko masalah
pembesaran anak dan jika demikian, indikasi faktor
berisiko tinggi
8) Kecukupan lingkungan rumah untuk anak-anak dengan
keiperluan bermain
− Fungsi Perawatan Kesehatan
1) Keyakinan, nilai, dan perilaku kesehatan keluarga
2) Pengetahuan keluarga tentang sehat dan sakit dalam
lingkup keluarga
3) Status kesehatan dan penyakit yang dirasakan keluarga
4) Keadekuatan dari pola diet atau makan keluarga
(direkomendasikan riwayat makan 3 hari terakhir)
5) Fungsi waktu makan dan kepatuhan waktu makan
6) Rencana belanja

10
7) Anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap
perencanaan, belanja, dan persiapan makan
8) Kebiasaan tidur dan istirahat
9) Aktivitas fisik dan rekreasi
10) Tindakan pencegahan penyakit (fisik, tes mata dan
pendengaran, imunisasi, dan perawatan gigi)
11) Terapi komplementer atau alternatif
12) Riwayat kesehatan keluarga (secara umum dan spesifik -
berhubungan secara genetik dan lingkungan)
13) Pelayanan kesehatan yang diterima
14) Persepsi terkait pelayanan Kesehatan
15) Pelayanan kesehatan gawat darurat
16) Sumber biaya untuk kesehatan dan pelayanan logistik
kesehatan dalam menerima perawatan
f. Stress Keluarga, Koping Dan Adaptasi
− Stresor, Kekuatan, Dan Persepsi
1) Stressor yang dialami keluarga
2) Kekuatan yang menyeimbangkan stressor
3) Cara pandang keluarga terhadap situasi
− Strategi Koping Keluarga
1) Bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor
2) Strategi tingkat penggunaan koping internal keluarga
baik (dulu atau sekarang)
3) Strategi tingkat penggunaan koping eksternal keluarga
(dulu atau sekarang)
4) Strategi koping disfungsional yang digunakan (masa lalu
atau tingkat penggunaan)
− Adaptasi Keluarga
1) Adaptasi keluarga secara keseluruhan
2) Estimasi apakah keluarga tengah mengalami krisis
3) Melacak stressor, koping, dan cara adaptasi keluarga

11
2. Diagnosa Keperawatan
Berikut diagnosa keperawatan yang seringkali muncul pada pasangan
baru menikah :
a. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi atau struktur
tubuh (D.0069).
b. Penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan harapan peran tidak
realistis (D.0125).
c. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan disfungsi sistem
keluarga (D. 0146).

3. Intervensi atau Rencana Keperawatan


Berikut intervensi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan di atas :
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
No
Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Disfungsi seksual Fungsi Seksual (L.07055) Edukasi Seksualitas
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan (I.12447)
perubahan fungsi atau keperawatan 3 x 24 jam Observasi
struktur tubuh diharapkan fungsi seksual 1. Identifikasi kesiapan
membaik dengan kriteria dan kemampuan
hasil yaitu: menerima informasi
1. Kepuasaan hubungan Terapeutik
seksual meningkat 1. Sediakan materi dan
2. Hasrat seksual media pendidikan
membaik kesehatan
3. Orientasi seksual 2. Jadwalkan pendidikan
membaik kesehatan sesuai
4. Mencari informasi kesepakatan
untuk mencapai 3. Berikan kesempatan
kepuasaan seksual untuk bertanya
4. Fasilitasi kesadaran
keluarga terhadap
anak dan remaja sorta
pengaruh media
Edukasi
1. Jelaskan anatomi dan
fisiologi sistem
reproduksi laki-laki
dan perempuan
2. Jelaskan
perkembangan
seksualitas sepanjang
siklus kehidupan

12
2 Penampilan peran tidak Penampilan Peran Dukungan Penampilan
efektif berhubungan (L.13119) Peran (I.13478)
dengan harapan peran Setelah dilakukan tindakan Observasi
tidak realistis keperawatan 3 x 24 jam 1. Identifikasi berbagai
diharapkan penampilan peran dan periode
peran membaik dengan transisi sesuai tingkat
kriteria hasil yaitu: perkembangan
1. Konflik peran 2. Identifikasi peran
menurun yang ada dalam
2. Adaptasi peran keluarga
mrningkat 3. Identifikasi adanya
3. Strategi koping yan peran yang tidak
efektif meningkat terpenuhi
Terapeutik
1. Fasilitasi adaptasi
peran keluarga
terhadap perubahan
peran yang tidak
diinginkan
2. Fasilitasi diskusi
tentang peran orang
tua, jika perlu
3. Fasilitasi diskusi
harapan dengan
keluarga dalam peran
timbal balik
Edukasi
1. Diskusikan perilaku
yang dibutuhkan
untuk pengembangan
peran
2. Diskusikan perubahan
peran yang diperlukan
akibat penyakit atau
ketidakmampuan
3. Diskusikan strategi
positif untuk
mengelola perubahan
peran

3 Risiko perilaku Kontrol Diri (L.09076) Pencegahan Perilaku


kekerasan Setelah dilakukan tindakan Kekerasan (I.14544)
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam Observasi
disfungsi sistem diharapkan kontrol diri 1. Monitor adanya benda
keluarga (D.0146) meningkat dengan kriteria yang berpotensi
hasil yaitu: membahayakan (mis.
1. Perilaku menyerang benda tajam, tali)
menurun 2. Monitor selama
penggunaan barang

13
2. Perilaku merusak yang dapat
lingkungan sekitar membahayakan (mis.
menurun pisau cukur)
3. Perilaku Agresif atau Terapeutik
amuk menurun 1. Pertahankan
4. Suara keras menurun lingkungan bebas dari
5. Bicara ketus bahaya secara rutin
menurun 2. Libatkan keluarga
dalam perawatan
Edukasi
1. Anjurkan pengunjung
dan keluarga untuk
mendukung
keselamatan pasien
2. Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara
asertif
3. Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan nonverbal
(mis, relaksasi,
bercerita)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pernikahan merupakan tahapan perkembangan yang akan membentuk sebuah
keluarga. Keluarga pasangan baru merupakan pembentukan keluarga dimulai dari
perkawinan seorang laki-laki dengan perempuan serta perpindahan dari status lajang ke
hubungan baru yang intim serta mulai meninggalkan keluarganya masing-masing.
Tujuannya untuk menghasilkan keturunan, kedua orang yang membentuk keluarga
perlu mempersiapkan kehidupan keluarga yang baru, karena keduanya perlu
menyesuaikan peran dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam fase
perkembangan keluarga ini dimulai dari saat perkawinan hingga istri mengandung atau
hamil, pasangan harus menyesuaikan diri, terutama melakukan penyesuaian kepuasan.
Masalah keperawatan yang dapat terjadi dalam pasangan baru menikah antara
lain disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi atau struktur tubuh,
penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan harapan peran tidak realistis, risiko
perilaku kekerasan berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga. Intervensi yang
dapat diberikan terhadap masalah keperawatan di atas yaitu edukasi seksualitas,
dukungan penampilan peran dan pencegahan perilaku kekerasan. Oleh karena itu,
diharapkan tindakan keperawatan yang dilakukan dapat mengatasi atau bahkan
mencegah terjadinya masalah keperawatan pada pasangan baru menikah.

B. Saran
Dengan ditulisnya makalah di atas, penulis berharap semoga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan serta referensi tambahan bagi pembaca terkait asuhan
keperawatan keluarga pada tahapan pasangan baru menikah. Penulis menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2007). Tahapan Perkembangan Keluarga. Bandung: Universitas Padjajaran.


Aulia Walen Pramita, A. W. P. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Tahap Perkembangan
Keluarga Baru (Doctoral dissertation, Universitas Kusuma Husada Surakarta).
Chandrasari, RE. (2009). Hubungan antara kualitas komunikai seksual dengan kepuasan
pernikahan. Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Dewi, N.A.S., Windyastuti, E. (2021). Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tahap
Perkembangan Keluarga Pasangan Baru. Surakarta: Universitas Kusuma Husada
Surakarta.
Friedman, MM; Bowden, VR; Jones, EG. (2003). Family Nursing: Research, Theory,
& Practice. New Jersey: Upper Saddle River.
Holden, G. W. (2015). Parenting: A dynamic perspective. California: SAGE Publicaion, Inc.
Nadirawati (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka
Mahardika.
Nadirawati. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Bandung : Refika Aditama.
Pratama, YA. (2016). Asuhan keluarga pemula. Mataram: STIKES Hamzar Yayasan Al-
Hannani Kampus B Mataram.
Safruddin Yahya (2021). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Bulukumba : Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIKES Panrita Husada Bulukumba. ISBN: 978-
623-97321-5-8.
Sutrisna, M, dkk. (2011). Asuhan keperawatan pemula. Bengkulu: STIKES Tri Mandiri Sakti.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1,Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1,Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Widyanthini, D., Kurniasari, N. M. D., & Widyanthari, D. M. (2019). Kejadian infeksi menular
seksual di Kota Denpasar tahun 2016. Buletin Penelitian Kesehatan, 47(4).
Widyawati, S., Asih, M. K., & Utami, R. R. (2022). Kesiapan menikah dan kesiapan menjadi
orangtua pada individu dewasa awal. Jurnal Psikologi, 15(2), 377-386 doi:
https://doi.org/10.35760/psi.2022.v15i2.6057.

16

Anda mungkin juga menyukai