Anda di halaman 1dari 5

Teori X dan Y dalam kepemimpinn

Douglas McGregor adalah seorang psikolog sosial dari Amerika yang


mengemukakan teori XY dalam bidang motivasi yang menjadi prinsip dasar dalam
mengembangkan pengelolaan SDM (sumber daya manusia) modern, menentukan
pola komunikasi organisasi, menyusun panduan manajemen perilaku, mengelola
interaksi sosial karyawan dan dalam menciptakan budaya perusahaan.
Teori X dan Teori Y menjabarkan dua model motivasi yang saling berkebalikan,
sedangkan teori Z adalah pengembangan dari teori hirarki motivasi oleh Abraham
Maslow dan ilmu manajemen oleh Dr. W. Edwards Demming. Teori Z ini
dikembangkan oleh Dr. William Ouchi.

Ketiga teori ini penting diketahui oleh bagian HRD (human resources management)
di setiap perusahaan untuk mengoptimalkan pengelolaan motivasi SDM atau pola
komunikasi dari manajemen kepada para karyawannya.
Ketiga teori ini menciptakan kerangka untuk paradigma berpikir para manajer
dalam mempersepsikan bagaimana para karyawan berperilaku dan bagaimana cara
meningkatkan motivasi karyawan yang mendorong perilaku tersebut.

Teori X
McGregor memaparkan teori X dengan asumsi awal bahwa karyawan itu secara
alamiah bersifat malas atau tidak menyukai pekerjaannya dan harus dimotivasi
dengan gaya kepemimpinan yang otoriter.Manajemen harus terus aktif dan
otoritatif dalam mengendalikan karyawan. Asumsi selain karyawan tidak suka
bekerja adalah karyawan tidak punya ambisi sehingga ingin selalu menghindari
tanggung jawab maka dari itu perlu diarahkan, dipaksa, bahkan diancam dengan
hukuman, dan dikontrol dalam pengawasan yang ketat.

Biasanya teori X ini kurang efektif dalam praktek manajemen modern, namun
hirarki kewenangan yang tersentralisasi tak bisa dihindari jika perusahaannya
memiliki karyawan yang sangat banyak dengan skala produksi yang besar dan
pekerjaan yang berulang-ulang tanpa keahlian tinggi seperti di pabrik-pabrik.Tapi
teori X ini tetap harus digunakan khususnya pada beberapa jenis karyawan yang
memiliki karakter yang lebih termotivasi secara efektif dan memberikan hasil
kinerja yang lebih baik dengan gaya kepemimpinan yang otoritatif.

Para pemimpin dan manajer perusahaan yang ingin mempraktekkan teori X harus
menyatakan dengan tegas aturan, arahan, ultimatum dengan pemberian imbalan dan
hukuman untuk para karyawannya. Teori ini mengutamakan kepatuhan sebagai
faktor pendorong kinerja karyawan.
Teori X berfokus pada pengawasan dalam pelaksanaan prosedur standar kerja,
pengendalian aktivitas, delegasi tugas dan perintah dengan deadline serta
memastikan hasil akhir yang diberikan karyawan harus sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.

Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka diperintah,
dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas
segalanya. Lebih lanjut menurut asumís teori X dari McGregor ini bahwa orang-
orang ini pada hakekatnya adalah :

1. Tidak menyukai bekerja

2. Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih
menyukai diarahkan atau diperintah

3. Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-


masalah organisasi.

4. Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.

5. Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan organisasi..

Untuk menyadari kelemahan dari asumí teori X itu maka McGregor memberikan
alternatif teori lain yang dinamakan teori Y. asumís teori Y ini menyatakan bahwa
orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang
diduga oleh teori X. Secara keseluruhan asumís teori Y mengenai manusia adalah
sbb :
1. Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan
lepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan
mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jika keadaan sama-sama
menyenangkan.
2. Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.

3. Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan


organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.

4. Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial, penghargaan dan


aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan
keamanan.
5. Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika dimotivasi
secara tepat.

Dengan memahami asumsi dasar teori Y ini, McGregor menyatakan selanjutnya


bahwa merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk melepaskan tali
pengendali dengan memberikan desempatan mengembangkan potensi yang ada
pada masing-masing individu. Motivasi yang sesuai bagi orang-orang untuk
mencapai tujuannya sendiri sebaik mungkin, dengan memberikan pengarahan
usaha-usaha mereka untuk mencapai tujuan organisasi

Teori Y

McGregor menyatakan dalam teori Y, para karyawan diasumsikan sebagai orang


yang berambisi, mau menerima tanggung jawab bahkan mencari wewenang agar
bisa bekerja secara optimal dengan potensi diri yang dimiliki. Para karyawan
dianggap secara alamiah menikmati pekerjaan serta termotivasi sendiri berprestasi.
Gaya kepemimpinan dalam teori Y adalah manajemen parsitipatif yang
mengundang diskusi dan keterlibatan karyawan dalam membuat keputusan dan
memberikan peluang untuk mengembangkan keahlian serta karir sang karyawan
atau promosi.Kreativitas, intelektualitas, otonomi, dan keahlian yang dimiliki
karyawan diapresiasi oleh manajemen yang menggunakan teori Y dalam tehnik
motivasinya. Walaupun begitu, teori Y tetap memanfaatkan penilaian untuk
remunerasi, insentif, dan pemberian sanksi jika diperlukan.

Teori Y mendorong perluasan wawasan karyawan dan perbaikan kualitas SDM


yang berkelanjutan. Penerapan teori Y terbukti lebih menguntungkan daripada teori
X khususnya dalam perusahaan-perusahaan yang membutuhkan para profesional
berkeahlian tinggi. Pengembangan teori Y ini terus diupayakan oleh para peneliti
dan pakar manajemen di masa kini. Misalnya seperti teori determinasi
diri dan motivasi intrinsik oleh Deci dan Ryan, teori kebutuhan McClelland, teori
motivasi internal oleh Profesor Reiss, serta teori Z yang kesemuanya memiliki
fokus kepada kekuatan semangat bekerja dari dalam diri manusia.

Teori Z
Teori Z ini bukanlah ide dari McGregor dan merupakan pengembangan teori
manajemen yang meneliti kesuksesan perusahaan-perusahaan di Jepang yang
ditulis oleh William Ouchi seorang profesor terkemuka di bidang manajemen dan
bisnis. Namun teori Z mengkombinasikan teori XY dengan gaya kepemimpinan
bisnis ala Jepang dan mengharapkan karyawan selalu loyal atau memiliki kesetiaan
yang tinggi kepada organisasi. Teori Z bisa juga dibilang sebagai penyempurnaan
dari teori Y dalam memotivasi karyawan.

Negara Jepang terkenal sebagai negara yang produktivitasnya tergolong tinggi di


dunia, dengan perekonomian yang sangat kuat. Kesuksesan banyak perusahan di
Jepang dalam mengelola para pekerja menjadi dasar dalam menyusun teori Z untuk
memotivasi para karyawan di sebuah perusahaan untuk lebih produktif dan juga
berkomitmen tinggi.
Teori Z ini memandang kebutuhan karyawan sebagai faktor pendorong motivasi
kerjanya tidak hanya sebatas pada kebutuhan fisik dan keamanan/kepastian saja.
Kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan mental-
emosional-sosial-spiritual karyawan sangat diperhatikan dalam mengaplikasikan
teori Z ini.

Sesuai struktur yang lebih tinggi dalam hirarki kebutuhan Maslow, teori Z
memperhatikan pemenuhan kebutuhan karyawan untuk bersosialisasi,
berkelompok, mempererat hubungan dengan sesama rekan kerja dan perusahaan,
serta menguatkan kepercayaan diri yang akhirnya mendukung aktualisasi diri sang
karyawan.
Menurut Ouchi, penerapan dari teori Z dalam perusahaan akan memberikan
stabilitas SDM (para karyawannya jarang yang berhenti, pindah kerja, atau berulah
minta dipecat), meningkatkan produktivitas dengan menaikkan level kepuasan
kerja dan moral dari para karyawan.
Karyawan menjadi sangat setia dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik
bagi perusahaannya. Kedisiplinan dan kerja keras menjadi nilai-nilai yang
membudaya di dalam perusahaan selama manajemen dipercaya untuk selalu
mendukung dan memberikan kesejahteraan.

Teori Z juga meningkatkan kompetensi karyawan dengan rotasi pekerjaan dan


pelatihan-pelatihan yang intensif. Hal ini dilakukan agar karyawan yang promosi
menjadi pemimpin memiliki pengetahuan yang menyeluruh terhadap semua
operasional perusahaan dan akan mampu menggunakan teori Z untuk memotivasi
semua bawahannya khususnya para karyawan yang masih baru.

RUJUKAN

http://www.scribd.com/doc/51450240/Teori-X-dan-Teori-Y-McGregor

Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, (Gajah Mada Press 2001), 101-


102

Anda mungkin juga menyukai